Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERANG JAGARAGA

Oleh

I Dewa Agung Ayu Ari Shinta Dewi


XII IPA 5
05 / 0022175194

SMA NEGERI 1 KUTA


BADUNG
Tahun Pelajaran2019/2020
HALAMAN JUDUL
SEJARAH PERANG JAGARAGA

Disusun untuk memenuhi tugas akhir


mata pelajaran sejarah indonesia
di SMA Negeri 1 Kuta

Oleh

I Dewa Agung Ayu Ari Shinta Dewi


XII IPA 5
05 / 0022175194

SMA NEGERI 1 KUTA


BADUNG
Tahun Pelajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

makalah menganai perang yang pernah terjadi di Indonesia dengan judul “SEJARAH

PERANG JAGARAGA”dengan tepat waktu dan sesuai dengan yang direncanakan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Atas selesainya makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. BapakI Putu Suarsana, S.Pd.selaku guru matapelajaran Sejarah Indonesia.

2. Serta seluruh pihak dan rekan-rekan yang telah membantu danmemberikan masukan

terhadap resensi ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga resensi buku ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi setiap pembaca.

Kuta, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang Perang Jagaraga..................................................................2

2.2 Proses Terjadjnya Perang.............................................................................3

2.3 Biografi I Gusti Ketut Jelantik.....................................................................4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan...................................................................................................7

3.2 Saran.............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanpa kita sadari, masyarakat di Indonesia kurang memahami pentingnya

menjagaKebudayaan. Terutama hal kecil yang terdapat di selembar kertas mata uang.

Mereka seringMenggunakannya, tetapi mereka tidak mengetahui sejarahnya. Mereka

tidak mengetahuiSepenuhnya tentang gambar pahlawan yang ada didalamnya. Mereka

juga tidak mengetahuiAsal usul tokoh pahlawan tersebut.Oleh karena itu, kami tertarik

untuk melakukan penelitian. Dan, yang lebih menarikAdalah ketika kita mengamati

sejarah panjang tentang perlawanan masyarakat IndonesiaKetika melawan Belanda.

Apalagi terhadap mata uang 50.000 yang bergambar pahlawanI Ketut Jelantik. Karena,

beliau memimpin jalannya perang di Bali. Perang yang di pimpinAdalah perang Jagaraga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang terjadinya perang Jagaraga?

2. Bagaimana proses terjadinya perang Jagaraga?

3. Siapa tokoh utama dalam perang Jagaraga?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk menngetahui latar belakang terjadinya perang Jagaraga

2. Untuk mengetahui proses terjadinya perang Jagaraga

3. Untuk mengetahui siapa tokoh utama dalam perang Jagaraga

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar belakangPerang Jagaraga

Di Bali terdapat hukum tawan karang. Yaitu hukum yang memberikan hak

kepadakerajaan diBali untuk merampas kapal-kapal yang terdampar di perairan Bali dan

seluruh isinyatermasukAnak buah kapal sebagai asset mereka. Hukum Tawan Karang tetap

saja dilakukan oleh rakyatBuleleng sepanjang pesisir. Bahkan sering mengganggu Belanda.

Pada tahun 1841, Belanda mengadakan suatu perjanjian dengan raja Buleleng dimana

hukumTawan Karang tersebut tidak berlaku kepada kapal-kapal Belanda. Pada tahun 1844

perjanjianTersebut dijalankan. Pada tahun itu juga, ketika sebuah kapal milik

Belandaterdampar di Bali,Kapal itu dirompak dan protes atas perlakuan itu diabaikan, yang

berarti penguasa BaliMelanggar kesepakatan, sehingga pemerintah kolonial Belanda di Jawa

tak bisa lagi mentoleransiDan melancarkan ekspedisi.Latar belakang dari kerajaan Buleleng

adalah Patih Jelantik tetap pada pendiriannya semula yaitu bertekad mengusir Belanda dari

wilayah kerajaan Buleleng. Untuk mewujudkan keinginan ini,Patih Jelantik mempersiapkan

Desa Jagaraga sebagai pusat kegiatan untuk mencapai maksudnya.Namun tindakan-tindakan

serdadu Belanda merampas ibukotanya merampok rumah-rumahRakyat menimbulkan

dendam pada rakyat Buleleng. Maka Patih Jelantik secara rahasia telahMengirimkan mata-

mata untuk mengetahui kegiatan serdadu Belanda di Pabean dan kemudianMengambil

kesimpulan bahwa Belanda telah mempersiapkan suatu penyerangan besar-besaranTerhadap

Jagaraga. Karena itu Patih Jelantik memutuskan memperkuat Jagaraga dalam

systemPerbentengan, kekuatan lascar, dan persenjataan.

2
2.2 Proses terjadinya perang

Pada abad 19 sesuai dengan cita-citanya mewujudkan PaxNetherlandica (perdamaian

di bawahBelanda), Pemerintah Hindia Belanda berusaha membulatkan seluruh jajahannya

atas IndonesiaTermasuk Bali. Upaya Belanda itu dilakukan antara lain melalui perjanjian

tahun 1841 denganKerajaan Klungkang, Badung dan Buleleng. Salah satu isinya bebunyi:

Raja-raja Bali mengakuiBahwa kerajaan kerajaan di Bali berada di bawah pengaruh Belanda.

Perjanjian ini merupakanBukti keinginan Belanda untuk menguasai Bali.Faktor yang

menyebabkan timbulnya perang Bali antara tahun 1846- 1849 dengan masalahUtamanya

adalah adanya hak tawan karang yang dimiliki raja-raja Bali. Hak ini dilimpahkanKepada

kepala desa untuk menawan perahu dan isinya yang terdampar di perairan wilayahKerajaan

tersebut. Antara Belanda dengan pihak kerajaan Buleleng yaitu Raja I Gusti NgurahMade

Karang Asem besarta Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian pada tahun 1843Isinya

pihak kerajaan akan membantu Belanda jika kapalnya terdampar di wilayah BulelengNamun

perjanjian itu tidak dapat berjalan dengan semestinya.Pada tahun 1844 terjadi perampasan

terhadap kapal-kapal Belanda di pantai Prancah (Bali Barat)Dan Sangsit (Buleleng bagian

Timur). Belanda menuntut agar kerajaan Buleleng melepaskan hakTawan karangnya sesuai

perjanjian tahun 1843 itu namun ditolak. Kejadian tersebut dijadikanAlasan oleh Belanda

untuk menyerang Buleleng.Pantai Buleleng diblokade dan istana raja ditembaki dengan

meriam dari pantai. Satu persatuDaerah diduduki dan istana dikepung oleh Belanda. Raja

Buleleng berpura-pura menyerahKemudian perlawanan dilanjutkan oleh Patih I Gusti Ketut

Jelantik.Perang Buleleng disebut juga pertempuran Jagaraga karena pusat pertahanannya

adalah bentengDi desa Jagaraga. Perang ini disebut pula Perang Puputan. Karena perang

dijiwai oleh semangatPuputan yaitu perang habis-habisan. Bagi masyarakat Bali, puputan

dilakukan dengan prinsip

Sebagai berikut:

3
 Nyawa seorang ksatri berada diujung senjata kematian di medan pertempuran

merupakanKehormatan.

 Dalam mempertahankan kehormatan bangsa dan negara maupun keluarga tidak

dikenalIstilah menyerah kepada musuh.

 Menurut ajaran Hindu, orang yang mati dalam peperangan, rohnya akan masuk surga.

Benteng Jagaraga berada di atas bukit, berbentuk “Supit Urang” yang dikelilingi

dengan parit dan ranjau untuk menghambat gerak musuh. Selain laskar Buleleng maka raja-

raja Karangasam,Mengwi, Gianyar dan Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga

jumlah seluruhnyaMencapai 15000 orang. Semangat para prajurit ditopang oleh isteriJelantik

bernama JeroJempiring yang menggerakkan dan memimpin kaum wanita untuk menyediakan

makanan bagiPara prajurit yang bertugas digaris depan.

Pada tanggal 7 Maret 1848 kapal perang Belanda yang didatangkan dari Batavia

dengan 2265Serdadu mendarat di Sangsit. Parukan Belanda dipimpin oleh Mayor Jendral Van

derWijckMenyerang Sangsit lalu menyerbu benteng Jagaraga. Serangan Belanda dapat

digagalkan.Setelah gagal, pada tahun 1849 Belanda mendatangkan pasukan yang lebih

banyak berjumlah15000 orang lebih terdiri dari pasukan infanteri, kavaleri, artileri dan Zeni

dipimpin oleh JendralMayor A.V Michiels dan Van Swieten. Benteng Jagaraga dihujani

meriam dengan gencar. TakAda seorangpun laskar Buleleng yang mundur, mereka semuanya

gugur pada tangal 19 April1849 termasuk isteri Patih Jelantik yang bernama Jero Jempiring.

Dengan jatuhnya bentengJagaraga maka Belanda dapat menguasai Bali utara. Selain puputan

Buleleng, perlawanan rakyatBali juga terjadi melalui puputan Badung, Klungkung dan daerah

lain walaupun akhirnya padaTahun 1909 seluruh Bali jatuh ke tangan Belanda.

2.3 Biografi I Gusti Ketut Jelantik

Gusti Ketut Jelantik, terlahir di desa Pidie, pada tahun 1836. Beliau adalah generasi ke

IX dalamSilsilah keturunan Ki Gusti Anglurah Panji Sakti. Pada usia 25 tahun, I Gusti Ketut
4
JelantikDitinggal wafat oleh ayahandanya, I Gusti Ketut Banjar, yang pernah menjabat

Sedahan AgungSemasih Bali di bawah raja I Gusti Made Karang. Ibunya, Gusti Biang

Kompyang KeramasBerasal dari Banjar Penataran desa Buleleng, setelah menjanda diambil

sebagai isteri oleh I GustiBagus Jelantik, yang tidak lain adalah kakak kandung I Gusti Ketut

Banjar almarhum. I GustiBagus Jelantik waktu itu sebagai Punggawa Penarukan (1860-1880)

yang kemudian merangkapJabatan sebagai Patih KerajaanBuleleng (1872-1887). Mereka

tinggal di Puri Kanginan besertaSeluruh sanak keluargaI Gusti Ketut Jelantik dinobatkan

sebagai salah satu pahlawan nasional karena keberaniannyaDalam melawan penjajah Belanda

pada saat itu. Sikap dan tindakanya dinilai berani karenaMenolak tuntutan Belanda dalam

sebuah perundingan yang menuntut agar kerajaan bulelengMengganti kerugian kapal yang

dirusak dan mengakui kedaulatan pemerintah Hindia Belanda.Pada saat perundingan iitu

pihak belanda diwakili oleh JPT Mayor Komisaris Hindia Belanda,Sedangkan Kerajaan

Buleleng diwakili oleh raja Buleleng I Gusti Ngurah Mada Karangasem danPatih Agung I

Gusti Ketut Jelantik.“Tidak bisa menguasai negeri orang lain hanya dengan sehelai kertas saja

tapi harus diselesaikanDiatas ujung keris. Selama saya hidup kerajaan ini tidak akan pernah

mengakui kedaulatanBelanda”. Seperti itulah kutipan perkataan I Gusti Ketut Jelantik yang

marah besar denganTuntutan pihak Belanda.Tak habis akal, pihak Belanda terus mencoba

mencari cela untuk melawan I Gusti Ketut Jelantik,Salah satunya dengan memanfaatkan Raja

Klungkung. Dalam pertemuan yang berlangsung padaTanggal 12 Mei 1845 ini Belanda

menuntut agar Buleleng mengganti rugi kapal danMenghapuskan hak “tawan karang” yakni

merampas perahu yang terdampar di kawasan Buleleng. I Gusti Ketut Jelantik pun naik pitam,

bahkan beliau menghunuskan sebilah keris pada kertasPerjanjian. Beliau menantang Belanda

untuk menyerang den Bukit atau Bali Utara.Pada tanggal 27 Juni 1846 Belanda benar-benar

melakukan serangan ke kerajaan Buleleng.Namun akhirnya kerajaan Buleleng jatuh ke tangan

Belanda pada tanggal 29 Juni 1846.Kemudian raja buleleng dan patih I Gusti Ketut Jelantik

mundur ke desa Jagaraga untukMenyusun kekuatan.Patih I Gusti Ketut Jelantik adalah


5
seseorang yang ahli strategi perang dan menjadi sosok yangDisegani oleh raja-raja lain karena

sikapnya yang teguh pendirian. Hal ini ditunjukkan ketika mempertahankan desa Jagaraga

patih I Gusti Ketut Jelantik terus memperkuat pasukannya dan mendapat bantuan dari

kerajaan lain seepertiklungkung, Karang Asem, Badung dan Mengwi.Pada tanggal 6 sampai 8

Juni 1848 pihak Belanda melakukan serangan kedua dengan mendaratkan pasukanya di

sangsit. Pihak Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik dengan mengerahkan pasukan

benteng Jagaraga yang merupakan benteng terkuat dibandingkan dengan 4Benteng lainnya.

Sedangkan pihak belanda dipimpin oleh Jendral Van Der Wijck. Tetapi pihak belanda gagal

menembus benteng yang dipimpin oleh I gusti Ketut Jelantik dan hanya mampu merebut satu

benteng saja yakni benteng sebelah timur sansit yang berada dekat Bungkulan.Dengan adanya

kekalahan ini semakin mengangkat semangat raja-raja lainnya untuk semakin mengerahkan

kekuatan dalam melawan Belanda. Namun pasukan patih jelantik ini menggegerkan parlemen

Belanda yang kemudian melancarkan serangan besar-besaran yang dipimpin oleh Jendral

Michiels pada tanggal 31 Maret 1849. Belanda menyerang Bali denganmenembakan meriam-

meriamnya. Pada tanggal 7 April 1849 raja buleleng dan patih jelantik bersama 12 ribu

prajurit berhadapan dengan jendral michiels. Namun karena kalah persenjataanBali terdesak

dan mundur sampai pegunungan Batur Kintamani. Jagaraga pun jatuh ke tangan Belanda pada

16 April 1849. Akhirnya patih jelantik gugur pada serangan karangasem olehBelanda yang

didatangkan dari Lommbok dan menyerang hingga kepegunungan Bale Punduk.Atas

keberanian sikap dan mental perjuangan yang ditunjukkan oleh I gusti Ketut Jelantik tentu

tidak ada kata ragu untuk kita memberikan gelar Pahlawan Nasional. Pada tanggal 19

Agustus1993 Pemerintah RI memberikan Gelar Pahlawan nasional pada Patih Jelantik

berdasarkan SKPresiden RI No. 077/TK/Tahun 1993. Wafat di benteng, AneukGalong bulan

Januari 1891.

6
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Perang buleleng di Bali terjadi karena perjanjian yang telah diadakan oleh Belanda

dan rajaKlungkung, Badung dan Buleleng. Mereka mengakui bahwa mereka berada dibawahb

pimpinanBelanda. Oleh sebab itu, apabila Belanda melakuka kesalahan mereka tidak akan

dihukum. Akan tetapi itu tidak berlaku dikerajaan Buleleng. Dan akhirnya mereka

merencanakan perang. Perang ini di pimpim oleh I Gusti Ketut Jelantik. Perang Buleleng

merupakan perang yang didasarkan oleh sikap pantang menyerah kepada musuh dan percaya

pada ajaran agama hindu. Maka dari itu, perang ini disebut juga sebagai perang Puputan, yang

artinya “perang habis habisan” perangBuleleng juga disebut pertempuran Jagaraga karena

pusat pertahanannya adalah benteng yang terletak didaerah Jagaraga.

3.2 Saran

1. Bagi pemerintah : sebaiknya pemerintah lebih melindungi peninggalan peninggalan

perang Jagaraga dan pemerintah semestinya membuat museum Perang Jagaraga agar

bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat agar masyarakat bisa meneladani nilai

nilai yang terkandung di dalam perang jagaraga. Terutama agar masyarakat lebih

menghargai jasa jasa pahlawan terutama untuk meningkatkan jiwacinta tanah air.

2. Bagi Lembaga Pendidikan ; seharusnya lebih sering memberikan cerita cerita Perang

Jagaraga kepada siswa siswanya agar siswanya lebih meghargai jasa pahlawan dan

dapat meneladani nilai nilai positif di dalam Perang Jagaraga

7
DAFTAR PUSTAKA

Misha. I Gusti Ngurah Rai. (1964). Sejarah Perang Jagaraga. Denpasar: Badan Perpustakaan

Daerah Propinsi Bali.

Dartu. Nyoman. (2000), Perlawanan Rakyat Jagaraga Skripsi Sarjana Muda Sejarah.

Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar.

Syambodo. Rifan. (2010), Perang Jagaraga. http://warofweekly.blogspot.com.

Pustakers. (2012), Sejarah Perang Bali 1846-1849. http://www.pustakasekolah.com.

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sejarah-perang-

jagaraga.htmlhttp://sejarah-suwandy.blogspot.co.id/2010/02/perang-bali-tahun-1846-

1849.htmlhttp://www.sejarawan.com/209-biografi-gusti-ketut-jelantik.html

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/10/i-gusti-ketut-jelantik.html

Anda mungkin juga menyukai