1. Muqoddimah. Ajaran Islam mendukung umat Islam menjaga kesehatan, kesehatan jasmani maupun rohani. - Hadis Nabi saw, “almu’minul-qowiyyu khoirun wa ahabbu ilallahi minal- mu’minidl-dli’ifi ....”, mu’min yang kuat/sehat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada mu’min yang lemah ...... - Doa diantara dua sujud dalam shalat, “wa’afini wa’fu ‘anni”, ya Allah sehatkan aku dan ampuni kesalahanku. - Doa qunut, “wa ‘afini fi man ‘afait”, sehatkan aku sebgaimana orang yang engkau beri kesehatan. - Salah satu adl-dloruriyyat al khomsah, lima tujuan dasar disyariatkannya syari’ah Islam adalah “hifdhun-nafsi, memelihara keselamatan jiwa”. Menjaga kesehatan dalam prakteknya bisa dengan berobat pada saat sakit, dan bisa dengan upaya preventif/pencegahan agar tidak terkena penyakit, apalagi penyakit yang mengancam keselamatan nyawa. Cara preventif ini bisa dilakukan antara lain dengan vaksinasi/imunisasi. Pandemi corona yang sdh berjalan hampir satu tahun, begitu melelahkan, telah menelan begitu banyak korban. Maka dengan segala kesulitannya, Pemerintah akan melaksanakan program vaksinasi secara masal di Indonesia, katanya akan dimulai tgl 14 Januari 2021 ini, dengan prioritas para nakes, pimpinan, tokoh agama, dan unsur penting lainnya. 2. Pentingnya Vaksinasi. Secara umum vaksinasi atau imunisasi adalah salah satu tindakan medis untuk mencegah terjangkitnya penyakit tertentu, yang bermanfaat mencegah penyakit berat, menghindari kecacatan, dan kematian. Seperti kita maklumi bersama, bahwa penyakit yang timbul karena virus corona itu sangat membahayakan, menakutkan, mengerikan ......... Bagaimana kalau tidak dilakukan vaksinasi/imunisasi ?, akan timbul ; - Sistem kekebalan tubuhnya tertekan, menjadi rendah. - Akibat selanjutnya dapat menularkan kepada orang lain. Dua hal ini menurut syara’ merupakan kondisi “dloror”, genting yang membahayakan yang harus diatasi dengan benar sesuai ajaran Islam dalam qo’idah fiqhiyyah yang populer, “adl-dlororu yuzalu”, keadaan membahayakan harus dihilangkan. Oleh karena itu vaksinasi merupakan kebutuhan kita, yang sangat diperlukan, dan wajib dijalankan. Alhamdu lillah Pemerintah bertanggung jawab melakukannya bahkan dengan gratis. Untuk keperluan itu biaya yang dibutuhkan sangat besar. Mudah-mudahan merupakan bagian dari langkah ulil-amri mewujudkan kemashlahatan umat, sejalan dengan qo’idah “tashorruful-imami ‘alar-ro’iyyati manuthun bil-mashlahati”, kebijakan pemerintah harus menuju kepada kemaslahatan rakyat. 3. Persoalan Penting. Dalam masalah konsumsi makanan, minuman, obat-obatan, termasuk penggunaan vaksin ke tubuh manusia, ada kriteria umum menurut ajaran Islam, yaitu prinsip “halalan thoyyiban”, harus halal murni dan harus baik bagi kesehatan. Karena itu ada dua hal penting yang harus menjadi perhatian dan persyaratan mutlak vaksinasi, yaitu pertama, keamanan vaksin, artinya vaksin itu aman untuk divaksinasikan kepada manusia dari aspek kesehatan medis. Hal ini menjadi tanggung jawab lembaga pemerintah yang bernama BPOM. Kedua, kehalalan vaksin secara syari’ah, artinya bahwa vaksin yang disuntikkan kepada umat Islam harus halal, tidak mengandung barang najis atau barang haram, seperti kemungkinan mengandung enzim babi. Yang kedua ini menjadi kewenangan MUI, dengan prosedur sertifikasi halal. Harapannya baik BPOM maupun MUI melaksanakan tanggung jawab itu secara independen, netral, dan objektif. 4. Fatwa MUI terkait Vaksinasi/Imunisasi. Majlis Ulama Indonesia, melalui Komisi Fatwanya telah beberapa kali melakukan kajian dan menetapkan fatwa terkait imunisasi/vaksinasi ; - Fatwa thn 2002, tentang vaksin volio khusus (IPV), - Fatwa no. 16 thn 2005, tentang vaksin volio oral (OPV), - Fatwa no. 05 thn 2009, tentang vaksin miningitis bagi jamaah haji dan umroh, - Fatwa no. 06 thn 2010, tentang vaksin miningitis bagi jamaah haji dan umroh, - Fatwa no. 30 thn 2013, tentang obat dan pengobatan, - Fatwa no. 04 thn 2016, tentang imunisasi (secara umum) - Fatwa no. 14 thn 2017, tentang vaksin influenza, - Fatwa no. 33 thn 2018, tentang vaksin Maesles Rubela. - Saat ini kita sedang menunggu lahirnya fatwa vaksin corona. Dari fatwa-fatwa di atas, kesimpulan garis besarnya yang bisa menjadi panduan ialah sebagai berikut : a) Vaksin yang menurut pertimbangan ilmu kedokteran wajib dilakukan atau sangat diperlukan harus mendatangkan “kemaslahatan” bagi umat Islam atau masyarakat Indonesia, sama sekali tidak menimbulkan bahaya. Kalau begitu, Islam menganjurkan umatnya untuk mengikuti program vaksinasi dalam rangka terwujudnya mashlahat umat yang ‘ammah. b) Penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin wajib menggunakan bahan yang suci dal halal. Haram hukumnya menggunakan bahan yang mengandung najis atau bahan haram. c) Obat-obatan, termasuk vaksin yang mengandung bahan najis atau bahan haran, “dapat dibolehkan” sepanjang ada dlarurat (kedaruratan menurut syar’i) atau hajat mendesak, dan belum ditemukan adanya obat atau vaksin yang suci dan halal. d) Faktor kedaruratan dan faktor belum adanya obat/vaksin halal harus berdasarkan keterangan ahli yang kompeten. Terkait kondisi dlarurat yang membolehkan menggunakan obat/vaksin mengandung barang haram, ada ta’bir kitab dari ulama Al-izz bin Abdis-Salam dalam qowa’idul- ahkam fi masholihil-anam; “jaza at-tadawi bin-najasati idza lam yajid thohiron yaqumu maqomaha, li anna mashlahatal-‘afiyati was-salamati akmalu min mshlahati ijtinabin-najasati”, diperbolehkan berobat dengan obat najis (mengandung najis) ketika tidak ditemukan obat yang suci, karena kemaslahatan kesehatan dan keselamatan lebih utama dari pada kemaslahatan menghindari najis. 5. Pertimbangan Hukum Syara’. Apa yang wajib menjadi pertimbangan hukum syara’ atau dalil hukum dalam hal vaksinasi ? a) Bahwa penggunaan vaksin yang disuntikkan atau dimasukkan ke dalam tubuh manusia muslim setara dengan hukum konsumsi makanan-minuman yang dikonsumsi umat Islam, yakni wajib menjaga kehalalan dan wajib menjauhi barang haram atau najis. b) Pentingnya vaksinasi untuk menghindari bahaya penyakit sejalan dengan : - Qs. Al-baqoroh : 195, ”wala tulqu bi aydikum ilat-tahlukati”, jangan jerumuskan dirimu dalam kebinasaan. - Sabda Rasulullah saw, “la dlororo wa la dliroro”, tidak boleh membahayakan diri dan membahayakan orang lain - Hadis Nabi saw, “Al-mu’minul qowiyyu khoirun wa ahabbu ilallahi minal- mu’minidl-dlo’ifi ....”, seorang mu’min yang kuat/sehat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada mu’min yang lemah. - Qo’idah fiqhiyyah, “adl-dlorru yuzalu”, kondisi membahayakan harus dihilangkan - Qo’idah fiqhiyyah, “ad-daf’u aula minar-rof’i, mencegah lebih utama dari pada mengobati. 6. K h o t i m a h . Bahwa vaksinasi merupakan satu dari sekian cara menghadapi wabah pandemi covid- 19. Jangan cepat terlena dengan vaksin, karena adaptasi kehidupan baru, berupa mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak sosial, dan menghindari berkerumun, masih tetap harus dilanjutkan sebagai protolol kesehatan yang wajib dijalankan secara disiplin. Vaksinasi dan protokol kesehatan adalah ikhtiar lahir untuk memutus mata rantai penularan dan menghindari terjangkit virus corona. Ada ikhtiar batin yang wajib ditempuh oleh umat mu’min, yaitu perbanyak dzikir, doa, istighfar, shalawat nabi, tadarrus quran, shodaqoh harta, dan amal sholeh yang lain. Insya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa segera mencabut corona dari muka bumi, bil khusus dari bumi Nasantara. Amin .........