Investasi adalah penggunaan aktiva untuk memperoleh manfaat ekonomis, seperti
bunga, dividen, royalty, manfaat sosial, dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada public. Menurut tujuannya, investasi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: 1. Investasi jangka pendek Investasi ini umumnya berupa surat berharga, seperti saham, obligasi, atau surat berharga lain yang harga pasarnya relatif stabil. Tujuan pokok dari pembelian surat berharga ini adalah untuk menanamkan kas yang sementara waktu tidak terpakai dalam kegiatan bisnis entitas. 2. Investasi jangka panjang Investasi jangka panjang dapat berupa surat berharga seperti saham, obligasi, piutang hipotek, wesel; uang muka kepada pihak ketiga; dana khusus; dan aktiva tetap yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan entitas. Tujuan pokok dari investasi dalam surat berharga ini adalah memperoleh pendapatan bunga atau dividen dalam jangka panjang untuk membentuk dana khusus. Untuk memilih kebutuhan investasi perlu dilakukan penilaian yang mencakup: a. Inventarisasi investasi. b. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi, kondisi barang modal yang ketika ini ada. c. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang kini ada. d. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan ketika ini dan masa yang akan dating. e. Inventarisasi kebutuhan investasi. f. Evaluasi kelayakan investasi. g. Kriteria kelayakan investasi Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum dilakukan investasi sangat penting dilakukan lantaran investasi public berkaitan erat dengan duduk kasus transparansi dan kewajaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi public terkait dengan dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas investasi dan peningkatan kualitas investasi. Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu penggolongannya adalah: 1. Investasi penggantian Terkait dengan umur ekonomis dan teknis. Apabila masa manfaatnya sudah habis maka diperlukan penggantian investasi. Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah habis, maka perlu pembelian barang modal baru untuk menggantinya. Misal : Kendaran UE : 5 tahun, sudah habis maka diperlukan investasi baru 2. Investasi penambahan kapasitas Terkait tuntutan peningkatan cakupan layanan. Jika suatu barang modal sudah kurang atau tidak efisien lagi, sementara terjadi kenaikan cakupan pelayanan yang harus dilakukan pemerintah, maka pemerintah harus mempertimbangkan untuk melakukan investasi penambahan kapasitas. Misal : Investasi puskesmas 1 Hari melayani 50 Pasien 2007 1 Hari melayani 80 Pasien 2008 Maka 2009 perluasan puskesmas 3. Investasi baru Betul-betul baru belum ada sebelumnya, oleh karena itu harus dianalisis secara teknis, ekonomi, sosial-budaya, dan distribusi, untuk jenis investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial budaya, dan aspek distribusi harus mendapatkan perhatian yang lebih besar. Beberapa aspek harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan analisis investasi yang akan menunjukkan keuntangan dan manfaat yang diperoleh atas investasi tertentu, yaitu 1. Aspek teknis. Jika tidak ada aspek teknis, sebaiknya investasi ditolak karena merupakan bagian terpenting. Ketika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek teknisnya, maka usulan tersebut adalah yang paling utama untuk ditolak. Studi mengenai aspek teknis dan produksi bersifat sangat strategis, sebab berkaitan dengan kapasitas proyek, lokasi, tata letak alat produksi, bentuk bangunan (bertingkat atau tidak), kajian atas bahan dan sumbernya, desain produk dan analisis biaya produksi. 2. Aspek Social dan Budaya. Aspek sosial budaya imenyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal dan lingkungan. Perlu dipertimbangkan dampak sosial dari investasi yang diusulkan, apakah merugikan lingkungan atau tidak. 3. Aspek Ekonomi dan Finansial. Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan. 4. Aspek Distribusi. Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi seperti modal untuk melaksanakan proyek didapat dari public revenue atau oleh individu, apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak, apakah proyek dijalankan oleh agensi atau individu. Jadi, aspek distribusi berkaitan dengan distribusi keadilan dan persamaan mendapatkan pelayanan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Publik : 1. Tingkat diskonto yang digunakan 2. Tingkat Inflasi 3. Resiko dan Ketidakpastian 4. Capital rationing Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi. Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan (expectedfuture returns) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya : 1. Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun. 2. Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun. 3. Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu mengacaukan perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat masyarakat dalam menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju angkat inflasi, inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun. 4. Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat adalah inflasi yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau kebijakan fiskal dengan laju inflasi diats 100% per tahun. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya 1. Demand Pull Inflation atau inflasi permintaan : Pengertian demand pull inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari kenaikan permintaan masyarakat. 2. Cost Push Inflation atau inflasi biaya : Pengertian cost push inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari biaya produksi barang dan jasa. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya 1. Inflasi dalam Negeri : Pengertian inflasi dalam negeri adalah inflasi yang terjadi akibat defisit anggaran belanja negara (APBN) sehingga pencetakan uang baru dan gagalnya pasar yang mengakibatkan tingginya harga bahan makanan. 2. Inflasi Luar Negeri : Pengertian inflasi luar ngeri adalah inflasi yang disebabkan naiknya harga barang impor yang berasal dari biaya produksi barang di luar negeri yang tinggi atau naiknya tarif impor barang. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Pengaruh terhadap Harga Barang 1. Inflasi Tutup atau (Closed Inflation) : Pengertian inflasi tutup adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga antara satu atau dua barang tertentu. 2. Inflasi Terbuka (Open Inflation) : Pengertian inflasi terbuka adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga semua barang. Dari berbagai gejala-gejala inflasi yang timbul dapat dijelaskan dengan teori-teori inflasi sebagai berikut : 1. Teori Kuantitas (Irving Fisher) : Dalam teori kuantitas, jika penawaran terhadap uang bertambah maka akan terjadi pula kenaikan tingkat harga. 2. Teori Keynes : Dalam teori keynes, inflasi terjadi karna adanya sebagian masyarakat yang hidup diluar dari batas ekonominya atau adanya kelebihan permintaan dari masyarakat. 3. Teori Strukturalis : Dalam teori strukturalis menyatakan bahwa terjadinya inflasi karena adanya kekakuan struktur perekonomian khususnya di negara berkembang. Arti dari kekakuan terhadap penerimaan ekspor dan penawaran atau produksi makanan dalam negeri. Penyebab terjadinya inflasi pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu, 1. Demand Pull Inflation adalah permintaan masyarakat terlalu besar yang tidak dapat dilayani oleh kapasitas produksi sehingga terjadi terganggunya keseimbangan akan permintaan dan penawaran dengan melibatkan kenaikan harga. 2. Cosh Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga akan bahan baku atau kenaikan upah/gaji. Dampak yang ditimbulkan inflasi dapat bersifat positif dan negatif, tergantung pada tingkat keparahannya yang kita ketahui inflasi memberikan dampak bagi individu maupun pada kegiatan perekonomian secara luas. Dampak Positif a. Peredaran atau perputaran barang menjadi lebih cepat. b. Produksi akan barang-barang bertambah, karena keuntungan pada pengusaha juga bertambah. c. Kesempatan kerja bertambah, ini dapat terjadi karena tambahan investasi. d. Pendapatan nominal juga bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil. Dampak Negatif a. Harga barang-barang dan jasa naik. b. Nilai dan kepercayaan akan uang mengalami penurunan atau berkurang. c. Menimbulkan tindakan spekulasi. d. Banyak proyek pembangunan yang akan macet atau terlantar. e. Kesadaran akan menabung masyarakat berkurang. f. Menimbulkan masalah dalam neraca pembayaran g. Menimbulkan masalah dalam keadaan di masa depan h. Menyebabkan tingkat bunga bertambah dan akan mengurangi investasi Cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut, 1. Kebijakan Moneter Dalam teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi karena penambahan jumlah uang yang beredar. Jadi, secara teoretis relatif mudah dalam mengatasi inflasi, yaitu dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak sehingga inflasi dapat meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera melakukan dengan menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi banyak peredaran uang. 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan pemerintah dalam mengurangi inflasi adalah dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah dengan menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah. 3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal Pemerintah dapat melakukan kebijakan nonmoneter atau nonfiskal dengan melakukan tiga cara, yaitu menstabilkan upah (gaji), distribusi barang, dan menaikkan hasil produksi, serta pengamanan harga. Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property right dan contract right dapat menurunkan risiko investasi. Capital Rationing: keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Penilaian investasi publik juga harus memperhatikan hal-hal berikut : 1. Tingkat utang pemerintah. Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus dibayarkan pemerintah sehubungan dengan perolehan sumber pembiayaan di luar pajak. 2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost rate). Social opportunity cost rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang minimal sama dengan tingkat keuntungan proyek sektor swasta dengan peng-gunaan dana yang sama. 3. Social time preference rate. Merefleksikan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi di masa depan. Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan. Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak altematif investasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut. 2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan (cost/benefit relationship). Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukkan analisis manfaat dan biaya sosial (social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik yang akan dilakukan Pada organisasi sektor publik biaya dan manfaat seringkali tidak dapat secara langsung diukur dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik analisis biaya manfaat sangat cocok untuk diterapkan. 3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah. Terkadang terdapat kesulitan yang dihadapi yaitu apabila biaya dan manfaat dari suatu proyek tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah. 4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi. Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan penerimaan proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi perhitungan. Dapat menggunakan analisis moneter, yang mungkin mengindikasi bahwa proyek akan memeberikan nilai uang terbaik. Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi, yang dibedakan menjadi 2 metode: 1. Metode penilaian investasi tradisisonal 2. metode aliran kas yang diskontokan (discounted cah flow/DCF) Metode tradisional yang sering digunakan adalah tingkat pengembalian modal yangdiinvestasikan (accounting rate of return on capital employed-ROCE) dan payback period (PP). ROCE secara sederhana dirumuskan:
Informasi mengenai laba akuntansi diperoleh dari laporan rugi/laba organisasi,
sedangkan informasi modal dapat diketahui dari neraca. Terdapat dua masalah dalam menggunakan metode ROCE ini. Pertama, penghitungan angka akuntansi didasarkan pada konsep akuntansi akrual danmemasukkan item-item bukan kas, seperti depresiasi dan cadangan kerugian piutang. Kedua,ROCE hanya mengukur periode tunggal tanpa memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money). Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback period dirumuskan sebagai berikut:
Payback period mengandung kelemahan, yaitu
1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh setelah payback period tercapai. 2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang 3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasiyang bersifat mutually exclusive. Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow misalnya adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow) dengan factor diskonto tertentuyang merefleksikan biaya kesempatan modal opportunity cost of capital). NPV diperoleh dengan cara mengurangkan pengeluaran investasi awal dengan aliran kas di masa depan yang dipresent valuekan. Proyek yang memberikan nilai NPV positif adalah proyek yang memiliki prioritas untuk diterima dan proyek yang dinilai BPV-nya negative adalah proyek yang harus ditolak. IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol. Atau dengankata lain adalah ukuran yang menyertakan aliran kas bersih di masa dating (future net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal. IRR dinyatakan dalam presentase, proyek yang memilikinilai IRR yang besar adalah proyek yang potensial untuk diterima. Net Present Benefit (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu proyek setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yangditerima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku. Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari seluruh manfaat keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyek tersebut. Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-hal yang masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Di satu sisi dapat dimasukkan sebagai biaya, namun di sisi lain dapat dimasukkan sebagai manfaat, sehingga kemungkinan terjadi manipulasi besar. Secara umum, kelemahan ini disebabkan karena adanya kesulitan dalam penghitungan manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai manfaat negative. Dengan demikian B-C ratio dapat berpeluang memberikan hasil yang keliru dalam menentukan proyek. Menurut Dixon, analisis biaya-manfaat padadasarnya harus dapat mengukur manfaat sosial bersih (net social benefit). Dixon menerangkan bahwa terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis biaya-manfaat, yaitu : 1. Memutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau biaya yang laindimasukkan secara bersama-sama. Misalnya, jika dengan teknik pencegahan kebakaran tertentu dapat menyebabkan pengurangan staf yang dibutuhkan tetapi dinas pemadam kebakaran memutuskan untuk menggunakan penghematan waktu tersebut untuk pelatihan staf tambahan, maka dalam analisis biaya- manfaat tidak dapat menghitung kedua-keduanya sebagai manfaat. Demikian juga, beberapa dampak yang relative tidak signifikan tidak perlu dimasukkan dalam analisis biaya-manfaat. 2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat. Manfaat dan biaya yang berwujud lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang bersifat tidak berwujud relative sulit untuk dihitung. 3. Timing dan aliran biaya dan manfaat. Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu penekanan biaya atau manfaat yangterjadi. Biasanya nilai yang tertinggi dimasukkan dalam biaya dan manfaat yang terjadi lebih awal. Untuk menyesuaikan nilai biaya dan manfaat yang berbeda karenawaktu, maka digunakan tingkat diskonto. Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi penilaian terhadap biaya dan manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan, namun tidak dinilai. Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi pula penentuan biaya bangunan, peralatan, dan tanah. Hal ini penting karena sumber daya yang diperlukan oleh sebuah proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya. 2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang diharapkan dari suatu proyek. 2. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek. 3. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan. 4. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan melakukan perbandingan. 5. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.