Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI SEKTOR

PUBLIK
Munauwarah Husain - 000904292020

11/7/20
RANGKUMAN MATERI KULIAH

ANALISIS INVESTASI SEKTOR PUBLIK

 Investasi adalah penggunaan aktiva untuk memperoleh manfaat ekonomis, seperti


bunga, dividen, royalty, manfaat sosial, dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada public.
 Menurut tujuannya, investasi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Investasi jangka pendek
Investasi ini umumnya berupa surat berharga, seperti saham, obligasi, atau surat
berharga lain yang harga pasarnya relatif stabil. Tujuan pokok dari pembelian surat
berharga ini adalah untuk menanamkan kas yang sementara waktu tidak terpakai dalam
kegiatan bisnis entitas.
2. Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang dapat berupa surat berharga seperti saham, obligasi, piutang
hipotek, wesel; uang muka kepada pihak ketiga; dana khusus; dan aktiva tetap yang tidak
digunakan secara langsung dalam kegiatan entitas. Tujuan pokok dari investasi dalam
surat berharga ini adalah memperoleh pendapatan bunga atau dividen dalam jangka
panjang untuk membentuk dana khusus.
 Untuk memilih kebutuhan investasi perlu dilakukan penilaian yang mencakup:
a. Inventarisasi investasi.
b. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi,
kondisi barang modal yang ketika ini ada.
c. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang kini ada.
d. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan ketika ini dan masa yang akan
dating.
e. Inventarisasi kebutuhan investasi.
f. Evaluasi kelayakan investasi.
g. Kriteria kelayakan investasi
 Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum
dilakukan investasi sangat penting dilakukan lantaran investasi public berkaitan erat
dengan duduk kasus transparansi dan kewajaran anggaran.
 Penentuan kebutuhan investasi public terkait dengan dua kegiatan, yaitu peningkatan
kuantitas investasi dan peningkatan kualitas investasi.
 Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu
penggolongannya adalah:
1. Investasi penggantian
Terkait dengan umur ekonomis dan teknis. Apabila masa manfaatnya sudah habis
maka diperlukan penggantian investasi. Pengeluaran investasi untuk penggantian
barang modal mengikuti pola umur manfaat barang modal. Bila umur ekonomi
barang modal telah habis, maka perlu pembelian barang modal baru untuk
menggantinya.
Misal : Kendaran UE : 5 tahun, sudah habis maka diperlukan investasi baru
2. Investasi penambahan kapasitas
Terkait tuntutan peningkatan cakupan layanan. Jika suatu barang modal sudah
kurang atau tidak efisien lagi, sementara terjadi kenaikan cakupan pelayanan yang
harus dilakukan pemerintah, maka pemerintah harus mempertimbangkan untuk
melakukan investasi penambahan kapasitas.
Misal : Investasi puskesmas
1 Hari melayani 50 Pasien 2007
1 Hari melayani 80 Pasien 2008
Maka 2009 perluasan puskesmas
3. Investasi baru
Betul-betul baru belum ada sebelumnya, oleh karena itu harus dianalisis secara
teknis, ekonomi, sosial-budaya, dan distribusi, untuk jenis investasi baru, maka
pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial budaya, dan aspek
distribusi harus mendapatkan perhatian yang lebih besar.
 Beberapa aspek harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan analisis investasi yang
akan menunjukkan keuntangan dan manfaat yang diperoleh atas investasi tertentu, yaitu
1. Aspek teknis.
Jika tidak ada aspek teknis, sebaiknya investasi ditolak karena merupakan bagian
terpenting. Ketika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek
teknisnya, maka usulan tersebut adalah yang paling utama untuk ditolak. Studi
mengenai aspek teknis dan produksi bersifat sangat strategis, sebab berkaitan
dengan kapasitas proyek, lokasi, tata letak alat produksi, bentuk bangunan
(bertingkat atau tidak), kajian atas bahan dan sumbernya, desain produk dan
analisis biaya produksi.
2. Aspek Social dan Budaya.
Aspek sosial budaya imenyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara
adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat. Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal dan lingkungan. Perlu
dipertimbangkan dampak sosial dari investasi yang diusulkan, apakah merugikan
lingkungan atau tidak.
3. Aspek Ekonomi dan Finansial.
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu
proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya
cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang
digunakan.
4. Aspek Distribusi.
Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa
yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek
investasi seperti modal untuk melaksanakan proyek didapat dari public revenue
atau oleh individu, apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak, apakah proyek
dijalankan oleh agensi atau individu. Jadi, aspek distribusi berkaitan dengan
distribusi keadilan dan persamaan mendapatkan pelayanan.
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Publik :
1. Tingkat diskonto yang digunakan
2. Tingkat Inflasi
3. Resiko dan Ketidakpastian
4. Capital rationing
 Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari
suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus
ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam
analisis investasi.
 Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi
tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan
(expectedfuture returns) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.
 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya :
1. Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan tingkat
nilai dibawah 10% per tahun.
2. Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan
kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi
sebesar 10%-30% per tahun.
3. Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu mengacaukan
perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat masyarakat dalam
menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju angkat inflasi, inflasi berat
memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.
4. Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat adalah inflasi
yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit dikendalikan walapun
dengan melakukan kebijakan moneter atau kebijakan fiskal dengan laju inflasi
diats 100% per tahun.
 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
1. Demand Pull Inflation atau inflasi permintaan : Pengertian demand pull inflation
adalah inflasi yang timbul akibat dari kenaikan permintaan masyarakat.
2. Cost Push Inflation atau inflasi biaya : Pengertian cost push inflation adalah inflasi
yang timbul akibat dari biaya produksi barang dan jasa.
 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya
1. Inflasi dalam Negeri : Pengertian inflasi dalam negeri adalah inflasi yang terjadi
akibat defisit anggaran belanja negara (APBN) sehingga pencetakan uang baru dan
gagalnya pasar yang mengakibatkan tingginya harga bahan makanan.
2. Inflasi Luar Negeri : Pengertian inflasi luar ngeri adalah inflasi yang disebabkan
naiknya harga barang impor yang berasal dari biaya produksi barang di luar negeri
yang tinggi atau naiknya tarif impor barang.
 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Pengaruh terhadap Harga Barang
1. Inflasi Tutup atau (Closed Inflation) : Pengertian inflasi tutup adalah inflasi yang
terjadi akibat kenaikan harga antara satu atau dua barang tertentu.
2. Inflasi Terbuka (Open Inflation) : Pengertian inflasi terbuka adalah inflasi yang
terjadi akibat kenaikan harga semua barang.
 Dari berbagai gejala-gejala inflasi yang timbul dapat dijelaskan dengan teori-teori inflasi
sebagai berikut :
1. Teori Kuantitas (Irving Fisher) : Dalam teori kuantitas, jika penawaran terhadap
uang bertambah maka akan terjadi pula kenaikan tingkat harga.
2. Teori Keynes : Dalam teori keynes, inflasi terjadi karna adanya sebagian
masyarakat yang hidup diluar dari batas ekonominya atau adanya kelebihan
permintaan dari masyarakat.
3. Teori Strukturalis : Dalam teori strukturalis menyatakan bahwa terjadinya inflasi
karena adanya kekakuan struktur perekonomian khususnya di negara
berkembang. Arti dari kekakuan terhadap penerimaan ekspor dan penawaran
atau produksi makanan dalam negeri.
 Penyebab terjadinya inflasi pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu,
1. Demand Pull Inflation adalah permintaan masyarakat terlalu besar yang tidak
dapat dilayani oleh kapasitas produksi sehingga terjadi terganggunya
keseimbangan akan permintaan dan penawaran dengan melibatkan kenaikan
harga.
2. Cosh Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga akan
bahan baku atau kenaikan upah/gaji.
 Dampak yang ditimbulkan inflasi dapat bersifat positif dan negatif, tergantung pada
tingkat keparahannya yang kita ketahui inflasi memberikan dampak bagi individu maupun
pada kegiatan perekonomian secara luas.
 Dampak Positif
a. Peredaran atau perputaran barang menjadi lebih cepat.
b. Produksi akan barang-barang bertambah, karena keuntungan pada pengusaha
juga bertambah.
c. Kesempatan kerja bertambah, ini dapat terjadi karena tambahan investasi.
d. Pendapatan nominal juga bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan
pendapatan kecil.
 Dampak Negatif
a. Harga barang-barang dan jasa naik.
b. Nilai dan kepercayaan akan uang mengalami penurunan atau berkurang.
c. Menimbulkan tindakan spekulasi.
d. Banyak proyek pembangunan yang akan macet atau terlantar.
e. Kesadaran akan menabung masyarakat berkurang.
f. Menimbulkan masalah dalam neraca pembayaran
g. Menimbulkan masalah dalam keadaan di masa depan
h. Menyebabkan tingkat bunga bertambah dan akan mengurangi investasi
 Cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut,
1. Kebijakan Moneter
Dalam teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi karena penambahan jumlah uang
yang beredar. Jadi, secara teoretis relatif mudah dalam mengatasi inflasi, yaitu
dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter adalah
tindakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah
jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak sehingga inflasi
dapat meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera melakukan dengan
menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi banyak peredaran
uang.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan pemerintah dalam
mengurangi inflasi adalah dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah
dengan menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.
3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal
Pemerintah dapat melakukan kebijakan nonmoneter atau nonfiskal dengan
melakukan tiga cara, yaitu menstabilkan upah (gaji), distribusi barang, dan
menaikkan hasil produksi, serta pengamanan harga.
 Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan
kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah sangat
parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan
berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property right dan contract
right dapat menurunkan risiko investasi.
 Capital Rationing: keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan dana
untuk melakukan pengeluaran investasi.
 Penilaian investasi publik juga harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Tingkat utang pemerintah. Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus
dibayarkan pemerintah sehubungan dengan perolehan sumber pembiayaan di
luar pajak.
2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost rate). Social
opportunity cost rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus
dapat menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang minimal sama dengan
tingkat keuntungan proyek sektor swasta dengan peng-gunaan dana yang sama.
3. Social time preference rate. Merefleksikan tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi di
masa depan.
 Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi, yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan.
Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak altematif investasi
untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi
alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefit relationship).
Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukkan analisis manfaat dan
biaya sosial (social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik yang akan
dilakukan Pada organisasi sektor publik biaya dan manfaat seringkali tidak dapat
secara langsung diukur dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik analisis biaya
manfaat sangat cocok untuk diterapkan.
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah.
Terkadang terdapat kesulitan yang dihadapi yaitu apabila biaya dan manfaat dari
suatu proyek tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah.
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi.
Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan
penerimaan proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi
perhitungan. Dapat menggunakan analisis moneter, yang mungkin mengindikasi
bahwa proyek akan memeberikan nilai uang terbaik.
 Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi, yang dibedakan menjadi
2 metode:
1. Metode penilaian investasi tradisisonal
2. metode aliran kas yang diskontokan (discounted cah flow/DCF)
 Metode tradisional yang sering digunakan adalah tingkat pengembalian modal
yangdiinvestasikan (accounting rate of return on capital employed-ROCE)
dan payback period (PP).
 ROCE secara sederhana dirumuskan:

 Informasi mengenai laba akuntansi diperoleh dari laporan rugi/laba organisasi,


sedangkan informasi modal dapat diketahui dari neraca. Terdapat dua masalah dalam
menggunakan metode ROCE ini. Pertama, penghitungan angka akuntansi didasarkan
pada konsep akuntansi akrual danmemasukkan item-item bukan kas, seperti depresiasi
dan cadangan kerugian piutang. Kedua,ROCE hanya mengukur periode tunggal tanpa
memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money).
 Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian
investasi. Payback period dirumuskan sebagai berikut:

 Payback period mengandung kelemahan, yaitu


1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang
diperoleh setelah payback period tercapai.
2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang
3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
investasiyang bersifat mutually exclusive.
 Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow misalnya adalah
net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR).
 NPV dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow)
dengan factor diskonto tertentuyang merefleksikan biaya kesempatan modal opportunity
cost of capital). NPV diperoleh dengan cara mengurangkan pengeluaran investasi awal
dengan aliran kas di masa depan yang dipresent valuekan. Proyek yang memberikan nilai
NPV positif adalah proyek yang memiliki prioritas untuk diterima dan proyek yang dinilai
BPV-nya negative adalah proyek yang harus ditolak.
 IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol. Atau
dengankata lain adalah ukuran yang menyertakan aliran kas bersih di masa dating (future
net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal. IRR dinyatakan dalam presentase,
proyek yang memilikinilai IRR yang besar adalah proyek yang potensial untuk diterima.
 Net Present Benefit (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu
proyek setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau
manfaat yangditerima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat
bunga yang berlaku.
 Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara mengevaluasi
suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari seluruh manfaat
keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyek tersebut.
 Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-hal
yang masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Di satu sisi dapat dimasukkan
sebagai biaya, namun di sisi lain dapat dimasukkan sebagai manfaat, sehingga
kemungkinan terjadi manipulasi besar. Secara umum, kelemahan ini disebabkan karena
adanya kesulitan dalam penghitungan manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai
manfaat negative. Dengan demikian B-C ratio dapat berpeluang memberikan hasil yang
keliru dalam menentukan proyek.
 Menurut Dixon, analisis biaya-manfaat padadasarnya harus dapat mengukur manfaat
sosial bersih (net social benefit). Dixon menerangkan bahwa terdapat tiga langkah dalam
melakukan analisis biaya-manfaat, yaitu :
1. Memutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double counting, yaitu
satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau biaya yang
laindimasukkan secara bersama-sama. Misalnya, jika dengan teknik pencegahan
kebakaran tertentu dapat menyebabkan pengurangan staf yang dibutuhkan tetapi
dinas pemadam kebakaran memutuskan untuk menggunakan penghematan
waktu tersebut untuk pelatihan staf tambahan, maka dalam analisis biaya-
manfaat tidak dapat menghitung kedua-keduanya sebagai manfaat. Demikian
juga, beberapa dampak yang relative tidak signifikan tidak perlu dimasukkan
dalam analisis biaya-manfaat.
2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat. Manfaat dan biaya yang
berwujud lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang bersifat tidak berwujud
relative sulit untuk dihitung.
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat. Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu
penekanan biaya atau manfaat yangterjadi. Biasanya nilai yang tertinggi
dimasukkan dalam biaya dan manfaat yang terjadi lebih awal. Untuk
menyesuaikan nilai biaya dan manfaat yang berbeda karenawaktu, maka
digunakan tingkat diskonto.
 Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya
dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi penilaian
terhadap biaya dan manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di
masa yang akan dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat
dikuantifikasikan, namun tidak dinilai.
 Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut meliputi
pula penentuan biaya bangunan, peralatan, dan tanah. Hal ini penting karena
sumber daya yang diperlukan oleh sebuah proyek harus dinilai pada opportunity
cost penuhnya.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang
diharapkan dari suatu proyek.
2. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu
proyek.
3. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
4. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan
melakukan perbandingan.
5. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan
manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan
dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai