Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA Tn. S


DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS DI RUANG CENDANA 2
RSUD KARDINAH TEGAL
LP MINGGU KE 1

Di Susun Oleh :
Nama : Sri Ambarwati
NIM : 200104088

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


UNIVESITAS HARAPAN BANGSA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan
jumlah kilo kalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti
alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi.
(Potter & Perry, 2010; 274).

B. Anatomi Fisiologi

Fungsi dari setiap organ:


1. Mulut
Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus dan lunak, agar
lebih mudah untuk ditelan dan dicerna, didalam mulut terdapat gigi yang
berfungsi untuk memotong makanan menjadi potong – potongan kecil, yang
dibasahi oleh air liur, sebelum lidah dan otot – otot lain mendorong makanan ke
dalam faring (Pharynx) dan melewatkannya ke dalam kerongkongan
(Esophagus).
2. Kerongkongan
Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut dengan
lambung, yang letaknya diantara tenggorokan dan lambung. Kerongkongan
sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung.
Otot kerongkongan dapat berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk ke
dalam lambung. Gerakan ini disebut dengan gerak peristaltik.
3. Lambung
Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu untuk
menyimpan makanan dan cairan yang tertelan; untuk mencampur makanan dan
cairan pencernaan yang diproduksinya, dan perlahan – lahan mengosongkan
isinya ke dalam usus kecil.
4. Hati
Hati memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
5. Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
6. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.
7. Usus Halus
a. Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain yang dibuat oleh sel
usus, pankreas, dan hati. Kelenjar di dinding usus mengeluarkan enzim yang
memecah pati dan gula. Pancreas mengeluarkan enzim kedalam usus kecil
yang membantu sebagai pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Hati
menghasilkan empedu yang disimpan dikantong empedu. Empedu membantu
membuat molekul lemak dapat larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh.
b. Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan. Dinding bagian dalam
dari usus kecil ditutupi oleh jutaan villi dan mikrovilli. Kombinasi keduannya
meningkat luas pada permukaan usus halus secara besar – besaran,
memungkinkan penyerapan nutrisi terjadi
8. Usus Besar
Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam (elektrolit) dari
bahan yang tidak tercerna dan membentuk limbah padat yang dapat dikeluarkan.
9. Rektum
Rektum adalah bagian ujung dari system pencernaan dimana kotoran menumpuk
tepat sebelum dibuang. Rectum menyambung dengan kolon sigmoid dan
memanjang 13 sampai 15 cm (5 sampai 6 inci ke anus). Fungsi dari rectum
adalah tempat penyimpanan sementara kotoran sebelum di eliminasi dari tubuh
melalui anus.
10. Anus
Anus berfungsi mengeluarkan feses yang sebelumnya telah dikumpulkan di
rektum. Proses ini sering disebut proses defikasi. Anus bekerja ditopang oleh otot
polos yang berada di dalam anus dan otot lurik yang terletak di luar anus. Otot
lurik akan terpicu ketika feses menyentuh dinding rektum. Pada kondisi ini otot
polos mengendur hingga feses akan keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto. 2014;
37). Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Dunia Cerdas

C. Fisiologi pada Nutrisi


Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan
nutrisi tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme,
dan eksresi. (Asmadi. 2018; 74).
1. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke
dalam tubuh melalui proses menelan baik melalui koordinasi gerakan
volunter dan involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah
koordinasi otot lengan dan tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di
mulut terjadi proses mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran
makanan yang melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah.
Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf
pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk memudahkan makanan masuk
ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya.
Dalam proses mengunyah ini, terjadi pencampuran makanan dengan
saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya menyebabkan terjadi
pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan juga terjadi proses digesti.
Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam saliva,
yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva juga membuat proses
menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air yang berfungsi sebagai
pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelan
merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke
lambung. Proses menelan ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada
bagian faring. (Asmadi. 2018; 75).
2. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan
yang dibawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini
terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh
intestinal. Organ pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya
adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.
2018; 75).
3. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah
dan getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap
bagian saluran pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses
absorbsi alkohol, pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama
yaitu 90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air.
Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada usus halus adalah sebagai
berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi vitamin yang larut dalam
air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus
bagian tengah mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya.
Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan
vitamin B12. Absorbsi air paling banyak dilakukan di kolon. (Asmadi. 2018;
77).
4. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh
yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak
diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses
metabolisme terjadi berbeda – beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.
2018; 78).
5. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam
tubuh untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi,
diaforesis, ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa
fese melalui saluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk
urin yang dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan
mengeluarkan air dan karbondioksida. (Asmadi. 2018; 78).

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi


1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. (A. Hidayat. 2012; 69).
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. (A. Hidayat.2012;
70).

E. Macam-Macam Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas
konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB
Normal.
c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.

PCM yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan :


a. Status defisiensi protein
Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada
klien yang mengalami stres berat akibat berbagai gangguan tubuh
(pembedahan penyakit akut, dll).
Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan
berat badan, kemunduran otot, wajah tampak tua.
b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang
adekuat dalam jangka panjang. Gejala klinis (menyerupai marasmus):
lapar, berat badan menurun drastis, kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres
yang akut.
Efek dari mixed state dapat berakibat buruk akibat hilangnya
nutrisi - nutrisi vital, vitamin, dan zat besi. Tanda klinis : defisit
neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal
(20% - 30% > Normal)
e. Overweight
Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.
2. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi
ketika sudah tidak mendapatkan asi. Defisiensi dapat berakibat : retardasi
mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot - otot tidak
tumbuh, depigmentasi kulit, dermatitis.
3. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat:
kelaparan, hilangnya jaringan - jaringn tubuh, BB kurang dari normal,
diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang baiknya penanganan klien
selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan :
a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
2) Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi
secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi
juga meliputi tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan
setiap pemeriksaan fisik yang rutin.

3) Tanda Klinis malnutrisi :


Area pemeriksaan Tanda - tanda
Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat / berpigmen, ada
ptekie / memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh
Mata Konjungtiva pucat / merah.
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah dipingir mulut, fisura
vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare, konstipasi,
gastrointestinal pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa terbakar

4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Albumin (N:4 - 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 - 25 MG/100 ML)
3) Hb (N: 12 MG%)
4) BUN (N:10 - 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam
(N: LAKI - LAKI: 0,6 - 1,3 MG/100 ML,WANITA: 0,5 1,0
MG/ 100 ML)
b. Pengukuran Antropometri :
1) BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
2) Lingkar pergelangnan tangan
3) Lingkar lengan atas (LLA)
4) Nilai normal wanita : 28,5 cm
5) Pria : 28,3 cm
6) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
7) Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
8) Pria : 12,5 - 16,5 cm

c. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang
digunakan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti : kulit, rambut, dan mata.
d. Diet
Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosan darah berhubungan dengan
hiperglikemia ditandai dengan kadar glukosa dalam darah / urin tinggi.
2) Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan / atau lapisan
kulit.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan kadar glukosa dalam darah / urin tinggi.
 Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapkan status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil:
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat dari level 3 – 4
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat dari
level 4-5
3. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat dari
level 3-4
4. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
dari level 4-5
5. Sikap terhadap makanan / minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan meningkat dari level 4-5
 Intervensi: Manajemen Hiperglikemia
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Monitor kadar glukosa darah
3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
4. Monitor intake dan output cairan
5. Berikan asupan cairan oral
6. Ajarkan pengelolaan diabetes
7. Kolaborasi pemberian insulin

2) Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan status


nutrisi dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan / atau lapisan kulit.

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 × 24 jam


diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat dari level 3 ke level 4.
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan dan minuman yang sehat
meningkat dari level 2 ke level 4.
3. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
dari level 2 ke level 4.
 Intervensi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor berat badan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, AAA. Hidayat. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. 2018. Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed. 7.
Jakarta: EGC.
Upahita, Damar. 2018. Memahami Fungsi dan Anatomi Sistem Pencernaan Manusia.
Jakarta
Wartonah & Tartowo. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai