Anda di halaman 1dari 2

ISSN: 2338 4638 Volume 1 Nomor 2a (2017)

Deparpolisasi Partai Sebagai Motif


Timbulnya Calon Perseorang
Nur Rohim Yunus*

Salah satu fungsi partai politik ada-


lah menjadi sarana partisipasi poli-
tik warga negara Indonesia. Tetapi
sayangnya, fungsi sentral tersebut
mengalami degradasi. Sedikit demi
sedikit, partai politik mengalami
proses pelemahan yang sering dise-
but sebagai deparpolisasi.
Deparpolisasi terjadi se-
bagai akibat dari adanya perubahan
peraturan perundang-undangan,
putusan hakim, maupun persepsi
publik, atau sikap amoral dari ang-
gota partai politik. Adanya depar-
polisasi ini mengakibatkan partai
politik mengalami krisis ke-
percayaan yang berakibat pada tim-
bulnya calon kepala daerah yang
berasal dari perseorangan atau inde-
penden.
Secara yuridis, undang-
undang tentang pemerintahan dae-
dasan berpikir dalam putusan MK Dampak putusan MK terse-
rah mengatur bahwa pasangan
ini didasarkan penafsiran bahwa but berakibat adanya pandangan
calon kepala daerah harus diajukan
pemilihan kepala daerah yang bahwa partai bukanlah satu-satunya
oleh partai politik atau gabungan demokratis dalam pasal 18 ayat (4) sarana politik bagi warga negara
partai politik, sehingga dominasi UUD 1945 memberikan peluang untuk berpartisipasi dalam pilkada.
partai politik dalam hal ini sangat
kepada calon perseorangan untuk Lagi-lagi partai politik mengalami
besar. Tetapi pasca putusan
mengajukan diri dalam pilkada, deparpolisasi dari sudut peran dan
Mahkamah Konstitusi Nomor 5/
sehingga dalam pilkada calon kedudukan sebagai kendaraan poli-
PUU-V/2007 calon kepala daerah kepala daerah perseorangan dapat tik demokrasi.
perseorangan atau independen bersaing dengan calon kepala dae- Deparpolisasi sejak awal
dapat menjadi peserta pilkada. Lan-
rah dari partai politik. dianggap sebagai faktor utama tim-

- 11 -
bulnya calon perseorangan. Artinya calon perseorangan masuk dalam hal menggunakan hak politik yang diatur
lahir dari adanya kemerosotan kepercayaan publik ter- dalam hukum. Rakyat memegang kendali dalam hal
hadap partai politik. menentukan apakah suatu partai politik dapat dijadikan
Pada dasarnya, pemilihan kepala daerah harus panutan atau malah ditinggalkan. Rakyat memiliki
didasarkan pada prinsip demokrasi, sehingga harus kebebasan dalam menentukan sikap terhadap partai
mampu memberi akses yang luas bagi segala kekuatan yang ada.
dalam masyarakat selaku pemegang kendali kedaulatan Hal ini sebagaimana pendapat Khairul Fahmi
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (2) UUD 195 bahwa suatu tatanan masyarakat, khususnya masyara-
yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat kat demokratis memiliki kebebasan dan tanggung ja-
dan dilakukan menurut Un- wab atas dirinya
dang-Undang Dasar.” sendiri dalam per-
Akan tetapi rakyat gaulan yang demo-
sebagai pemegang kendali kratis. Dalam per-
kedaulatan sebagaimana gaulan tersebut,
prinsip demokrasi tidaklah kebebasan individu
seratus persen benar. Karena hanya boleh di-
pada dasarnya kaum pemilik batasi oleh kebeba-
harta dan modal saja yang san yang lainnya
mengambil peran, termasuk (Fahmi, 2016: 179).
dalam hal ini membentuk Dengan
partai politik, maupun meni- kebebasannya,
adakannya. rakyatlah yang
Hal ini sebagaimana akhirnya menjadi
pandangan Hanafi dalam aktor penentu ter-
jurnal cita hukum yang jadinya depar-
menyatakan (Hanafi, 2013: polisasi partai poli-
243): tik. Sehingga dam-
“Memang rakyat dalam demokrasi sama sekali tidak paknya, banyak partai peserta pemilu yang malah tidak
punya hak dalam menentukan ini dan itu untuk ke- mendapat suara, dan akhirnya hanya menjadi partai
hidupannya, pemilik hak untuk menentukan calon
gurem semata.
pemimpin, calon wakil rakyat, penentu program apa
yang harus dibangun dan dijalankan oleh pemenang
Daftar Pustaka:
pemilu di pemerintahan, bukan rakyat, akan tetapi
*Penulis adalah Sekjen Pusat Studi Konsitusi dan Legis-
mereka para hartawan, pengusaha, dan para investor
bersama dengan para petinggi partai yang mem- lasi Nasional (Posko-Legnas) UIN Syarif Hi-
biayai hidup matinya sebuah partai, guna kepent- dayatullah Jakarta.
ingan kekuasaan individu dan kelompoknya partai. Hanafi, Muhammad. 2013. “Kedudukan Musyawarah dan
Sekali lagi, rakyat hanya berpartisipasi untuk mem- Demokrasi di Indonesia.” Jurnal Cita Hukum. Vol. 1
ilih mereka, inilah realitas demokrasi. No. 2 Desember.
Walau pun demikian, di negara demokrasi, Fahmi, Khairul. 2016. “Menelusuri Konsep Keadilan Pem-
rakyat memiliki kedaulatan dimana hak-hak individu ilihan Umum Dalam UUD 1945.” Jurnal Cita
rakyat sangat dihargai dan dijamin kebebasannya, ter- Hukum. Vol. 4 No. 2 Desember.

‘Adalah; Buletin Hukum dan Keadilan merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional
(POSKO-LEGNAS), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penasehat: Prof. Dr. H. Abdul Ghani Abdullah, SH., Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung, SH., MH. Pemimpin Redaktur: Indra Rahmat-
ullah, Tim Redaktur: Nur Rohim Yunus, Fathuddin, Mara Sutan Rambe, Muhammad Ishar Helmi, Erwin Hikmatiar. Penyunting: Indah
Furba, Hasin Abdullah. Setting & Layout: Siti Anisaul Kamilah.

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai