Korupsi di Parlemen
Latipah*
-3-
2014 yang menyatakan jumlah uang yang dikorupsi dengan adanya berbagai aturan internasional, seperti
mencapai 534,3 triliun. konvensi anti korupsi UNCAC pada tahun 2003, maka
Besarnya uang negara yang dikorupsi tentunya telah dilakukan pendekatan komprehensif dalam
akan berdampak kepada perekonomian negara penyelesaian kasus korupsi. Pemerintah Indonesia
Indonesia. Aktor utama dalam praktik korupsi adalah mencoba mentransformasikan berbagai ketentuan
para pejabat yang mempunyai kewenangan dan otoritas dalam perjanjian internasional ke dalam hukum
pada suatu lembaga yang disebut negara. Dengan nasional.
adanya kekuasaan yang diemban tentunya besar Pemerintah Indonesia mengambil langkah
peluang untuk mengambil celah mempraktikkan pembaharuan hukum untuk memberantas tindak
korupsi. pidana korupsi dengan dibuatnya lembaga independen
Atep Abdurrafiq dalam yang disebut Komisi Pemberantasan
jurnalnya menyatakan bahwa praktik Korupsi (KPK) melalui regulasi Undang
korupsi akan terus menerus -Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
berlangsung sepanjang tidak adanya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
kontrol dari pemerintah dan Korupsi. Undang-undang tersebut
masyarakat, sehingga timbul merupakan pelaksanaan dari ketentuan
golongan pegawai OKB (Orang Kaya Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31
Baru). Sehingga, agar tercapai tujuan Tahun 1999 tentang UU PTPK yang
pembangunan nasional, maka korupsi mengamanatkan perlunya
harus diberantas dengan berbagai pembentukan suatu badan independen
cara, baik dengan cara yang sifatnya dengan tugas dan wewenang
preventif, maupun dengan cara melakukan pemberantasan tindak
represif (Atep Abdurrafiq, 2016: 188- pidana korupsi (Rony Saputra, 2015:
189). 272).
Menurut Laurensius Arliman Dengan dibuatnya berbagai aturan yang
S dalam tulisannya dinyatakan bahwa tertuang dalam hukum positif di
suatu fenomena sosial yang Indonesia, tentu bukan hanya aturan
dinamakan korupsi merupakan yang dibenahi, namun dalam diri
realitas perilaku manusia dalam individu pun selayaknya dapat
interaksi sosial yang dianggap mengemban amanah dengan sebaik-
menyimpang, serta membahayakan masyarakat atau baiknya, dan menjaga integritas serta loyalitas pada diri
pejabat. Hal ini tentu disebabkan karena adanya godaan sendiri, selain menyadari bahwa setiap perbuatan
dan hasrat yang tinggi untuk memiliki harta melimpah sesungguhnya harus dapat dipertanggungjawabkan.[]
(Laurensius Arliman S, 2016: 233).
Akan halnya korupsi yang terjadi di Parlemen, Daftar Pustaka:
salah satu faktor penyebabnya adalah karena adanya *Penulis adalah mahasiswi Prodi Ilmu Hukum FSH UIN
dorongan dari diri sendiri untuk mengembalikan modal Syarif Hidayatullah Jakarta dan anggota Moot
atau uang yang sudah dipakai pada saat kampanye. Court Community (MCC) FSH UIN Jakarta.
Tidak sedikit pundian uang yang dikeluarkan demi Abdurofiq, Atep. "Politik Hukum Ratifikasi Konvensi
menduduki jabatan atau kursi di parlemen. Dorongan PBB Anti Korupsi di Indonesia." JURNAL CITA
inilah yang menjadikan kejahatan korupsi menjadi HUKUM 4, no. 2 (2016).
terorganisir. Dengan besarnya kejahatan korupsi, Saputra, Rony. “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
tentunya dapat merusak prinsip-prinsip integritas dan dalam Tindak Pidana Korupsi.” JURNAL CITA
kekonsistenan para pejabat yang duduk di parlemen. HUKUM 3, no. 2 (2015).
Praktik korupsi akan terus berlangsung selama Arliman S, Laurensius. “Keterbukaan Keuangan Partai
belum ada kontrol pemerintah dan masyarakat secara Politik Terhadap Praktik Pencucian Uang.”
tegas. Dengan dikeluarkan berbagai kebijakan JURNAL CITA HUKUM 4, no. 2 (2016).
pemerintah yang bersifat represif dan preventif, serta
‘Adalah; Buletin Hukum dan Keadilan merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional
(POSKO-LEGNAS), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penasehat: Prof. Dr. H. Abdul Ghani Abdullah, SH., Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung, SH., MH. Pemimpin Redaktur: Indra Rahmat-
ullah, Tim Redaktur: Nur Rohim Yunus, Fathuddin, Mara Sutan Rambe, Muhammad Ishar Helmi, Erwin Hikmatiar. Penyunting: Indah
Furba, Hasin Abdullah. Setting & Layout: Siti Anisaul Kamilah.
-4-