ASISTEN DOSEN
Muhammad Zaini
DISUSUN OLEH
Nur Ramadhaniyah
2011111220035
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Faktor yang Mempengaruhi Enzim” dapat selesai tepat waktu. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada
kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan. Semoga
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada
suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim
tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk asalnya
setelah reaksi kimia selesai.9 Enzim mengubah molekul awal zat, substrat, menjadi
mewakili proporsi yang cukup besar dari semua target biologis yang dapat dibius.9
telah dicapai dalam kedua identifikasi enzim baru dan pengembangan metodologi
senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan sebagai
alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium hidroksida. Sifat-
sifat istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat
tinggi. Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis
energy.11
reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas
reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan
bersifat sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya. 14
konsentrasinya amat rendah, sangat selektif dan bekerja pada kondisi yang ramah,
yaitu tanpa temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya
beracun. Hal inilah yang menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik
menjadi lebih efisien dibandingkan dengan reaksi yang dikatalisis oleh katalis
kimia.11 Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimiawi dapat berlangsung,
degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan
cara hidrolisis.12
intraseluler, dihasilkan di dalam sel yaitu pada bagian membran sitoplasma dan
merupakan enzim yang dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding sel
2
sehingga terdapat bebas dalam media yang mengelilingi sel dan bereaksi
3
BAB II
PEMBAHASAN
bahan pangan segar, seperti pada susu segar, buah-buahan dan sayuran. Pencoklatan
samping katekin dan turunnya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta
jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan merupakan substrat yang
baik untuk proses pencoklatan.1 Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong,
terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan
integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat
yang biasanya merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin,
asam kafeat, dan asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan
oleh enzim phenolase.6 Pencoklatan enzimatis pada bahan pangan memiliki dampak
bertanggung jawab pada warna dan flavor yang 4 terbentuk. Dampak yang
karakteristik warna coklat keemasan pada buah-buahan yang telah dikeringkan seperti
kismis, buah prem dan buah ara. Dampak merugikannya adalah mengurangi kualitas
produk bahan pangan segar sehingga dapat menurunkan nilai ekonomisnya.1 Sebagai
contoh, ketika memotong buah apel atau pisang. Selang beberapa saat, bagian yang
dipotong tersebut akan berubah warna menjadi coklat.7 Perubahan warna ini tidak
hanya mengurangi kualitas visual tetapi juga menghasilkan perubahan rasa serta
4
hilangnya nutrisi. Reaksi pencoklatan ini dapat menyebabkan kerugian perubahan
dalam penampilan dan sifat organoleptik dari makanan serta nilai pasar dari
dilakukan adalah perlakuan perendaman bahan pangan dalam air, larutan asam
sitrat maupun larutan sulfit.13 Apel adalah buah pomaceous dengan ruang biji di
dalamnya sementara bagian luarnya berdaging dan berair. Selain vitamin A dan C,
kalium, serat, air dan nutrisi lainnya, apel mengandung enzim yang disebut
perubahan warna coklat pada apel. Ketika apel diiris atau digigit dan dibiarkan
warna ini menunjukkan bahwa zat kimia pada apel telah bereaksi dengan
oksigen di udara yaitu enzim PPO tersebut muncul dan bereaksi dengan oksigen
merubah dari warna asli apel.20 Oksidasi itu sendiri merupakan jenis reaksi kimia
Ketika apel dikupas atau dipotong, enzim yang tersimpan di dalam jaringan apel
udara, fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang
ada pada apel sehingga komponen tersebut berubah menjadi pigmen coklat atau
melanin. Proses ini pada umumnya terjadi pada pH antara 5,0-7,0 dan pada
5
temperatur yang cenderung hangat. Sebagai tambahan, kontak dengan besi atau
tembaga akan mempercepat reaksi pencokelatan enzimatik. Hal ini dapat diamati
ketika apel dipotong menggunakan pisau yang telah berkarat atau ditaruh di dalam
terlihat dalam waktu yang lebih singkat.18 Terdapat dua reaksi dalam proses
senyawa trifenolik yang akan bereaksi lebih jauh dengan o-quinone dalam proses
pembentukan melanin coklat pada apel.19 Komponen fenolik pada apel berupa
flavonoid dan asam fenolik. Flavonoid yang ada di dalam apel adalah
flavonol, catechin, dan epicatechin. Contoh asam fenolik yang ada di dalam apel
adalah asam cafeic dan asam p-coumaric yang membentuk ester dengan
asam quinic di dalam apel. Senyawa fenolik lainnya adalah floretin glikosida.
pada bagian-bagian di mana senyawa tersebut ada. Pada kulit apel, senyawa
fenolik yang mendominasi adalah quercetin glikosida dan flavonol. Bagian inti
dan biji buah apel banyak mengandung floretin glikosida. Bagian korteks buah
apel banyak mengandung asam fenolik.20 Sebagian besar komponen fenolik yang
6
senyawa organik berupa antioksidan yang berfungsi mengurangi resiko kanker.
menjadi o-quinone yang lebih reaktif. Senyawa o-quinone akan bereaksi lebih
jauh dengan komponen fenolik lainnya dan protein pada jaringan apel dan
membentuk melanin yang memberikan warna cokelat pada apel. Enzim fenolase
disebabkan oleh luka pada apel yang terjadi karena benturan-benturan pada
permukaan apel. Ketika apel terluka, ada beberapa sel yang menjadi rusak.
Kerusakan sel ini akan mengekspos komponen fenolik pada apel sehingga
fenolase dapat dengan mudah bereaksi dengan komponen fenolik tersebut. Proses
pada apel. Konsentrasi dari fenolase yang ada pada apel akan mempengaruhi
seberapa jauh proses pencokelatan terjadi. 20 Selain itu juga terjadinya penurunan
vitamin C nya menurun.19 Perubahan aroma pada apel muncul karena adanya
aktifitas enzim pada buah yang telah masak sehingga mengubah aroma
buah akan menjadi rusak dan busuk, memiliki tekstur yang agak lunak dan lama –
7
lama terjadi pengeriputan.6Dari hasil praktikum yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan aapel yang dipotong potong dan ditempatkan dalam lima bagian
Perubahan yang terjadi pada gelas A yakni warna pada buah apel menjadi lebih
pucat dan gelap, tetapi teksturnya tetap. Hal ini disebabkan karena perendaman
dilakukan dengan menggunakan air, air hangat, larutan garam, dan larutan vitamin
c.
8
Gambar 2.1 Apel yang Tidak diberi Perlakuan Apapun
Apel yang dibiarkan tidak diberi perlakuan apapun akan menjadi coklat karena
kontak dengan udara, yang berarti akan menambah jumlah oksigen yang
sebenarnya secara alami sudah ada dalam apel tersebut. Pengeluaran oksigen
dari jaringan buah atau sayur (perendaman) cenderung membuat keadaan menjadi
9
Gambar 2.2 Apel dengan Larutan Garam
masih lemah dalam memperlambat laju pencoklatan enzimatis pada apel. Apel
10
Sampel yang direndam menggunakan Vitamin C , daging buah terlihat lebih
segar dan teksturnya tetap, serta warna yang kekuningan. Vitamin C merupakan
suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai precursor untuk
fenolase, dan laccase. Proses pencokelatan yang dialami oleh apel merupakan
Ketika apel dikupas atau dipotong, enzim yang tersimpan di dalam jaringan apel
udara, fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang
ada pada apel sehingga komponen tersebut berubah menjadi pigmen coklat atau
melanin.1 Proses pencoklatan pada umumnya terjadi pada pH antara 5,0-7,0 dan
pada temperatur yang cenderung hangat. Sebagai tambahan, kontak dengan besi
atau tembaga akan mempercepat reaksi pencokelatan enzimatik. Hal ini dapat
diamati ketika apel dipotong menggunakan pisau yang telah berkarat atau ditaruh
dapat terlihat dalam waktu yang lebih singkat.5 Salah satu faktor yang
oksigen yang tersedia.8 Reaksi pencoklatan dapat terjadi melalui dua proses yaitu
proses pencoklatan enzimatik, disebabkan adanya enzim PPO dan tirosin yang
11
berperan sebagai substrat sedangkan proses non enzimatis disebabkan karena
yang terjadi kan mengurangi kualitas produk dan menurunkan minat konsumen.
oksidasi asam askorbat, senyawa phenol seperti senyawa tirosin sebagai substrat,
proses browning (inhibitor), karena asam askorbat dapat menghambat enzim PPO
pembentuk melanin.19
kecoklatan dan teksturnya agak kenyal. Hal ini terjadi karena bahan kimia dalam
buah apel bereaksi dengan oksigen di udara. Reaksi ini mengancurkan sel-sel pada
12
Gambar 2.5 Apel yang Direndam dengan Air Hangat
Stabilitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu, lama penyimpanan dan zat tambahan
enzim tersebut. 5
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pada gelas A, apel mengalami perubahan lebih pucat dan warnanya sedikit
d. Pada gelas D, apel tidak mengalami perubahan warna, hanya saja tekstur
jumlah enzim, dan lainnya. Selain itu, enzim juga dipengaruhi oleh adanya
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kim AN, Lee KY, Kim HJ, Chun J, Kerr WL, Choi SG. Effect of Grinding at Modified
Atmosphere or Vacuum on Browning, Antioxidant Capacities, and Oxidative
Enzyme Activities of Apple. J Food Sci. 2018;83(1):84–92.
6. Nile SH, Nile A, Liu J, Kim DH, Kai G. Exploitation of apple pomace towards
extraction of triterpenic acids, antioxidant potential, cytotoxic effects, and
inhibition of clinically important enzymes. Food Chem Toxicol .
2019;131(June):110563.
8. Chen PH, Weng YM, Yu ZR, Koo M, Wang BJ. Extraction temperature affects the
activities of antioxidation, carbohydrate-digestion enzymes, and angiotensin-
converting enzyme of Pleurotus citrinopileatus extract. J Food Drug Anal
[Internet]. 2016;24(3):548–55.
10. Marik PE. Vitamin C for the treatment of sepsis: The scientific rationale.
Pharmacol Ther. 2018;189:63–70.
13. Zhang R, Wong K. High performance enzyme kinetics of turnover, activation and
inhibition for translational drug discovery. Expert Opin Drug Discov.
2017;12(1):17–37.
15. Ujan R, Saeed A, Ashraf S, Channar PA, Abbas Q, Rind MA, et al. Synthesis,
computational studies and enzyme inhibitory kinetics of benzothiazole-linked
thioureas as mushroom tyrosinase inhibitors. J Biomol Struct Dyn [Internet].
2020;0(0):1–9.
16. Wells JM, Drielak E, Surendra KC, Kumar Khanal S. Hot water pretreatment of
lignocellulosic biomass: Modeling the effects of temperature, enzyme and
biomass loadings on sugar yield. Bioresour Technol [Internet]. 2020;300:122593.
18. Aalbers FS, Fraaije MW. Enzyme Fusions in Biocatalysis: Coupling Reactions by
Pairing Enzymes. ChemBioChem. 2019;20(1):20–8.
19. Albokhadaim IF, Althnaian TA, El-Bahr SM. Gene expression of heat shoc
kproteins/factors (HSP60, HSP70, HSP90, HSF-1, HSF-3) and antioxidant
enzyme activities in heat stressed broilers treated with vitamin C. Pol J Vet
Sci. 2019;22(3):565-572.
20. Zhang H, Liu X, Chen T, Ji Y, Shi K, Wang L, et al. Melatonin in apples and juice:
Inhibition of browning and microorganism growth in apple juice. Molecules.
2018;23(3):1–17.