Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

”FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM”

ASISTEN DOSEN

Dewi Purnama Sari

Muhammad Zaini

DISUSUN OLEH

Nur Ramadhaniyah

2011111220035

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala rahmat-Nya sehingga laporan akhir praktikum biokimia berjudul “Faktor

Faktor yang Mempengaruhi Enzim” dapat selesai tepat waktu. Saya juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. terkhususnya kepada yang membimbing saya

sehingga penyusunan makalah berjalan baik dan lancar.

Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada

institusi pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar.

Penyusun menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait

kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan. Semoga

makalah ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Kelua, 16 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 1

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada

setiap reaksi kimia organik dibutuhkan katalisator untuk mempercepat reaksi

kimia.14 Enzim memiliki fungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat proses

suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim

tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk asalnya

setelah reaksi kimia selesai.9 Enzim mengubah molekul awal zat, substrat, menjadi

hasil reaksi yang molekulnya berbeda dari molekul awal (produk).18

Enzim adalah katalis makromolekul dari banyak proses kehidupan dan

mewakili proporsi yang cukup besar dari semua target biologis yang dapat dibius.9

Enzimologi telah dipraktekkan sebelumnya satu abad di mana banyak kemajuan

telah dicapai dalam kedua identifikasi enzim baru dan pengembangan metodologi

baru untuk kinetika enzim.13 Pengembangan katalis biologis ditujukan untuk

mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan terikutnya senyawa-

senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan sebagai

alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium hidroksida. Sifat-

sifat istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat

tinggi. Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis

energy.11

Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh

reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas

strukturnya sebagai protein.9 Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari

reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan

cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga

mempercepat proses reaksi.18 Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan

energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.

Enzim mengikat molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang

bersifat sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya. 14

Enzim memiliki sifat yang khas, yaitu sangat aktif walaupun

konsentrasinya amat rendah, sangat selektif dan bekerja pada kondisi yang ramah,

yaitu tanpa temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya

beracun. Hal inilah yang menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik

menjadi lebih efisien dibandingkan dengan reaksi yang dikatalisis oleh katalis

kimia.11 Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimiawi dapat berlangsung,

dan dalam sel mungkin berlangsung ratusan reaksi yang masing-masing

memerlukan enzim tertentu. Enzim mengkatalisis suatu sintesis yaitu

pembentukan senyawa kompleks dari molekul sederhana, atau mengkatalisis

degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan

cara hidrolisis.12

Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dalam 2

golongan, yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim disebut juga enzim

intraseluler, dihasilkan di dalam sel yaitu pada bagian membran sitoplasma dan

melakukan metabolisme di dalam sel. Eksoenzim (enzim ekstraseluler)

merupakan enzim yang dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding sel

2
sehingga terdapat bebas dalam media yang mengelilingi sel dan bereaksi

memecah bahan organik tanpa tergantung pada sel yang melepaskannya.2

3
BAB II

PEMBAHASAN

Proses browning enzimatis disebabkan karena adanya aktivitas enzim pada

bahan pangan segar, seperti pada susu segar, buah-buahan dan sayuran. Pencoklatan

enzimatik terjadi pada buahbuahan yang banyak mengandung substrat fenolik, di

samping katekin dan turunnya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta

leukoantosiain dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Senyawa fenolik dengan

jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan merupakan substrat yang

baik untuk proses pencoklatan.1 Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong,

terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan

integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat

yang biasanya merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin,

asam kafeat, dan asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan

dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi menjadi kuinon

oleh enzim phenolase.6 Pencoklatan enzimatis pada bahan pangan memiliki dampak

menguntungkan dan juga dampak yang merugikan. Reaksi pencoklatan enzimatis

bertanggung jawab pada warna dan flavor yang 4 terbentuk. Dampak yang

menguntungkan, misalnya enzim polifenol oksidase bertanggung jawab terhadap

karakteristik warna coklat keemasan pada buah-buahan yang telah dikeringkan seperti

kismis, buah prem dan buah ara. Dampak merugikannya adalah mengurangi kualitas

produk bahan pangan segar sehingga dapat menurunkan nilai ekonomisnya.1 Sebagai

contoh, ketika memotong buah apel atau pisang. Selang beberapa saat, bagian yang

dipotong tersebut akan berubah warna menjadi coklat.7 Perubahan warna ini tidak

hanya mengurangi kualitas visual tetapi juga menghasilkan perubahan rasa serta

4
hilangnya nutrisi. Reaksi pencoklatan ini dapat menyebabkan kerugian perubahan

dalam penampilan dan sifat organoleptik dari makanan serta nilai pasar dari

produk tersebut.7 Kecepatan perubahan pencoklatan enzimatis pada bahan pangan

dapat dihambat melalui beberapa metode berdasarkan prinsip inaktivasi enzim,

penghambatan reaksi substrat dengan enzim, penggunaan chelating agents,

oksidator maupun inhibitor enzimatis. Adapun cara konvensional yang biasa

dilakukan adalah perlakuan perendaman bahan pangan dalam air, larutan asam

sitrat maupun larutan sulfit.13 Apel adalah buah pomaceous dengan ruang biji di

dalamnya sementara bagian luarnya berdaging dan berair. Selain vitamin A dan C,

kalium, serat, air dan nutrisi lainnya, apel mengandung enzim yang disebut

“oksidase polifenol (PPO) atau tryosinase.” Enzim inilah yang menyebabkan

perubahan warna coklat pada apel. Ketika apel diiris atau digigit dan dibiarkan

beberapa saat, lama kelamaan akan berubah menjadi berwarna coklat.Perubahan

warna ini menunjukkan bahwa zat kimia pada apel telah bereaksi dengan

oksigen di udara yaitu enzim PPO tersebut muncul dan bereaksi dengan oksigen

sehingga mengoksidasi senyawa fenolik yang dalam jaringan apel, o-kuinon. O-

kuinon kemudian menghasilkan produk-produk sekunder berwarna coklat yang

merubah dari warna asli apel.20 Oksidasi itu sendiri merupakan jenis reaksi kimia

yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron.

Ketika apel dikupas atau dipotong, enzim yang tersimpan di dalam jaringan apel

akan terbebas. Apabila enzim tersebut mengalami kontak dengan oksigen di

udara, fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang

ada pada apel sehingga komponen tersebut berubah menjadi pigmen coklat atau

melanin. Proses ini pada umumnya terjadi pada pH antara 5,0-7,0 dan pada

5
temperatur yang cenderung hangat. Sebagai tambahan, kontak dengan besi atau

tembaga akan mempercepat reaksi pencokelatan enzimatik. Hal ini dapat diamati

ketika apel dipotong menggunakan pisau yang telah berkarat atau ditaruh di dalam

mangkok tembaga lalu diaduk-aduk, proses pencokelatan yang terjadi dapat

terlihat dalam waktu yang lebih singkat.18 Terdapat dua reaksi dalam proses

pencokelatan enzimatik yaitu reaksi Cresola se dan Catecholase.Dalam

reaksi Cresolase, komponen monofenol yang ada pada apel mengalami

hidroksilasi menjadi o-difenol. Dalam reaksi Catecholase, difenol diubah menjadi

o-quinone. Reaksi ini sering juga disebut reaksi difenolase.

Reaksi Catecholase terjadi segera setelah terbentuknya senyawa o-difenol, tanpa

memerlukan keberadaan oksigen ataupun enzim fenolase. Setelah senyawa o-

quinone terbentuk, senyawa o-difenol akan mengalami hidroksilasi menjadi

senyawa trifenolik yang akan bereaksi lebih jauh dengan o-quinone dalam proses

pembentukan melanin coklat pada apel.19 Komponen fenolik pada apel berupa

flavonoid dan asam fenolik. Flavonoid yang ada di dalam apel adalah

flavonol, catechin, dan epicatechin. Contoh asam fenolik yang ada di dalam apel

adalah asam cafeic dan asam p-coumaric yang membentuk ester dengan

asam quinic di dalam apel. Senyawa fenolik lainnya adalah floretin glikosida.

Konsentrasi masing-masing senyawa fenolik pada apel bervariasi, bergantung

pada bagian-bagian di mana senyawa tersebut ada. Pada kulit apel, senyawa

fenolik yang mendominasi adalah quercetin glikosida dan flavonol. Bagian inti

dan biji buah apel banyak mengandung floretin glikosida. Bagian korteks buah

apel banyak mengandung asam fenolik.20 Sebagian besar komponen fenolik yang

dimiliki oleh apel berbentuk senyawa o-difenol. Senyawa o-difenol adalah

6
senyawa organik berupa antioksidan yang berfungsi mengurangi resiko kanker.

Dalam proses pencokelatan, enzim fenolase mengubah o-difenol pada apel

menjadi o-quinone yang lebih reaktif. Senyawa o-quinone akan bereaksi lebih

jauh dengan komponen fenolik lainnya dan protein pada jaringan apel dan

membentuk melanin yang memberikan warna cokelat pada apel. Enzim fenolase

memerlukan oksigen agar dapat bekerja. Oksigen berperan sebagai akseptor

hidrogen dalam proses pencokelatan sedangkan Komponen fenolik pada apel

merupakan substrat dari enzim fenolase. 20 Proses pencokelatan juga dapat

disebabkan oleh luka pada apel yang terjadi karena benturan-benturan pada

permukaan apel. Ketika apel terluka, ada beberapa sel yang menjadi rusak.

Kerusakan sel ini akan mengekspos komponen fenolik pada apel sehingga

fenolase dapat dengan mudah bereaksi dengan komponen fenolik tersebut. Proses

pencokelatan terjadi ketika fenolase mengoksidasi komponen fenolik yang sudah

terekspos dan membentuk senyawa melanin yang memberikan warna kecokelatan

pada apel. Konsentrasi dari fenolase yang ada pada apel akan mempengaruhi

seberapa jauh proses pencokelatan terjadi. 20 Selain itu juga terjadinya penurunan

persentase vitamin C, Penurunan vitamin C diduga terjadi ketika proses

pengupasan kulit, buah tidak langsung di diberi perlakuan untuk mencegah

pencoklatan, mengakibatkan buah sempat teroksidasi dengan udara sehingga

vitamin C nya menurun.19 Perubahan aroma pada apel muncul karena adanya

aktifitas enzim pada buah yang telah masak sehingga mengubah aroma

apel. Dengan adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi

yang terdapat pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya

buah akan menjadi rusak dan busuk, memiliki tekstur yang agak lunak dan lama –

7
lama terjadi pengeriputan.6Dari hasil praktikum yang dilakukan, yaitu dengan

menggunakan aapel yang dipotong potong dan ditempatkan dalam lima bagian

yang berbeda sesuai tabel berikut:

Tabel 2.1 Prosedur Praktikum

Perubahan yang terjadi pada gelas A yakni warna pada buah apel menjadi lebih

pucat dan gelap, tetapi teksturnya tetap. Hal ini disebabkan karena perendaman

dilakukan dengan menggunakan air, air hangat, larutan garam, dan larutan vitamin

c.

8
Gambar 2.1 Apel yang Tidak diberi Perlakuan Apapun

Apel yang dibiarkan tidak diberi perlakuan apapun akan menjadi coklat karena

kontak dengan udara, yang berarti akan menambah jumlah oksigen yang

sebenarnya secara alami sudah ada dalam apel tersebut. Pengeluaran oksigen

dari jaringan buah atau sayur (perendaman) cenderung membuat keadaan menjadi

anaerob. Dengan pencelupan atau perendaman diharapkan residu bahan pengupas

memberikan pengaruh penghambatan terhadap pencoklatan enzimatis.

9
Gambar 2.2 Apel dengan Larutan Garam

Sampel yang direndam menggunakan larutan garam, terjadi perubahan warna

yang cukup besar apabila dibandingkandengan sampel yang direndam

menggunakan air. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuanlarutan garam

masih lemah dalam memperlambat laju pencoklatan enzimatis pada apel. Apel

yang tidak diberi perlakuan mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan

dengan tekstur secara umum tidak berubah.

Gambar 2.3 dengan Larutan Vitamin C

10
Sampel yang direndam menggunakan Vitamin C , daging buah terlihat lebih

segar dan teksturnya tetap, serta warna yang kekuningan. Vitamin C merupakan

suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai precursor untuk

pembentukan warna cokelat nonenzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam

keseimbangan dengan asam dehidrokaskorbat.11 Dalam suasana asam, cincin

lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu

senyawa diketogulonati kemudian berlangsung reaksi Maillard dan proses

pencoklatan. Proses pencokelatan enzimatik melibatkan enzim-enzim

seperti Monophenol Monoxygenase atau tyrosinase, polifenol oksidase atau

fenolase, dan laccase. Proses pencokelatan yang dialami oleh apel merupakan

proses pencokelatan enzimatik yang dipengaruhi oleh kerja enzim fenolase.

Ketika apel dikupas atau dipotong, enzim yang tersimpan di dalam jaringan apel

akan terbebas. Apabila enzim tersebut mengalami kontak dengan oksigen di

udara, fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang

ada pada apel sehingga komponen tersebut berubah menjadi pigmen coklat atau

melanin.1 Proses pencoklatan pada umumnya terjadi pada pH antara 5,0-7,0 dan

pada temperatur yang cenderung hangat. Sebagai tambahan, kontak dengan besi

atau tembaga akan mempercepat reaksi pencokelatan enzimatik. Hal ini dapat

diamati ketika apel dipotong menggunakan pisau yang telah berkarat atau ditaruh

di dalam mangkok tembaga lalu diaduk-aduk, proses pencokelatan yang terjadi

dapat terlihat dalam waktu yang lebih singkat.5 Salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah asam askorbat, tirosin, enzim polifenol oksidase dan

oksigen yang tersedia.8 Reaksi pencoklatan dapat terjadi melalui dua proses yaitu

proses pencoklatan enzimatik, disebabkan adanya enzim PPO dan tirosin yang

11
berperan sebagai substrat sedangkan proses non enzimatis disebabkan karena

reaksi Meillard, karamelisasi atau oksidasi asam askorbat.20 Proses pencoklatan

yang terjadi kan mengurangi kualitas produk dan menurunkan minat konsumen.

Proses pencoklatan sebenarnya dimulai dari apel yang dikupas, dipotong-potong,

oksidasi asam askorbat, senyawa phenol seperti senyawa tirosin sebagai substrat,

akan dikatalisis enzim PPO menjadi quinon dan berpolimerisasi membentuk o

quinon, sehingga menghasilkan warna kecoklatan. Penentuan asam askorbat

dalam varietas apel digunakan untuk proses penghambatan pencoklatan apelatau

proses browning (inhibitor), karena asam askorbat dapat menghambat enzim PPO

pembentuk melanin.19

Gambar 2.4 Apel yang Direndam dengan Air Biasa


Apel yang dicampur dengan air biasa, warnanya berubah menjadi sedikit

kecoklatan dan teksturnya agak kenyal. Hal ini terjadi karena bahan kimia dalam

buah apel bereaksi dengan oksigen di udara. Reaksi ini mengancurkan sel-sel pada

buah apel dan menciptakan warna cokelat seperti busuk

12
Gambar 2.5 Apel yang Direndam dengan Air Hangat
Stabilitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu, lama penyimpanan dan zat tambahan

yang mampu menjaga stabilitas struktur kuartenernya. Stabilitas enzim dapat

diartikan sebagai kestabilan aktivitas enzim selama penyimpanan dan penggunaan

enzim tersebut. 5

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Pada gelas A, apel mengalami perubahan lebih pucat dan warnanya sedikit

kecoklatan, tetapi teksturnya tetap. Warna yang berubah menjadi

kecoklatan disebabkan karena reaksi enzim polifenol oksidase.

b. Pada gelas B, terdapat apel dengan campuran vitamin C, apel mengalami

perubahan warna diman warnanya terlihat menjadi lebih segar dan

kekuningan serta tekstur yang keras.

c. Pada gelas C, apel dengan campuran air garam mengalami perubahan

warna menjadi kecoklatan, keriput, dan teksturnya agak kenyal.

d. Pada gelas D, apel tidak mengalami perubahan warna, hanya saja tekstur

kepadatannya berkurang menjadi sedikit kenyal.

e. Pada gelas E, warna apel berubah menjadi sedikit kecoklatan.

f. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap enzim adalah suhu, pH, substrat,

jumlah enzim, dan lainnya. Selain itu, enzim juga dipengaruhi oleh adanya

inhibitor yang bersifat kompetitif dan nonkompetitif.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kim AN, Lee KY, Kim HJ, Chun J, Kerr WL, Choi SG. Effect of Grinding at Modified
Atmosphere or Vacuum on Browning, Antioxidant Capacities, and Oxidative
Enzyme Activities of Apple. J Food Sci. 2018;83(1):84–92.

2. Langlois PL, Manzanares W, Adhikari NKJ, Lamontagne F, Stoppe C, Hill A, et al.


Vitamin C Administration to the Critically Ill: A Systematic Review and Meta-
Analysis. J Parenter Enter Nutr. 2019;43(3):335–46.

3. Farias TRB, Rodrigues S, Fernandes FAN. Effect of dielectric barrier discharge


plasma excitation frequency on the enzymatic activity, antioxidant capacity and
phenolic content of apple cubes and apple juice. Food Res Int.
2020;136(July):109617.

4. Huang Y, Sun S, Huang C, Yong Q, Elder T, Tu M. Stimulation and inhibition of


enzymatic hydrolysis by organosolv lignins as determined by zeta potential and
hydrophobicity. Biotechnol Biofuels. 2017;10(1):1–11.

5. Zhang P, Chen M, Duan Y, Huang R, Su R, Qi W, et al. Real-Time Adsorption of


Exo- and Endoglucanases on Cellulose: Effect of pH, Temperature, and Inhibitors.
Langmuir. 2018;34(45):13514–22.

6. Nile SH, Nile A, Liu J, Kim DH, Kai G. Exploitation of apple pomace towards
extraction of triterpenic acids, antioxidant potential, cytotoxic effects, and
inhibition of clinically important enzymes. Food Chem Toxicol .
2019;131(June):110563.

7. Sukhonthara S, Kaewka K, Theerakulkait C. Inhibitory effect of rice bran extracts


and its phenolic compounds on polyphenol oxidase activity and browning in
potato and apple puree. Food Chem. 2016;190:922–7.

8. Chen PH, Weng YM, Yu ZR, Koo M, Wang BJ. Extraction temperature affects the
activities of antioxidation, carbohydrate-digestion enzymes, and angiotensin-
converting enzyme of Pleurotus citrinopileatus extract. J Food Drug Anal
[Internet]. 2016;24(3):548–55.

9. Goličnik M, Masson P. Time-course of enzyme-catalyzed competing substrate


degradation for michaelian behavior and for enzymes showing
activation/inhibition by excess substrate. Chem Biol Interact. 2019;309.

10. Marik PE. Vitamin C for the treatment of sepsis: The scientific rationale.
Pharmacol Ther. 2018;189:63–70.

11. Alvarez G, Shahzad T, Andanson L, Bahn M, Wallenstein MD, Fontaine S. Catalytic


power of enzymes decreases with temperature: New insights for understanding
soil C cycling and microbial ecology under warming. Glob Chang Biol.
2018;24(9):4238–50.
12. Arcus VL, Prentice EJ, Hobbs JK, Mulholland AJ, Van Der Kamp MW, Pudney CR, et
al. On the Temperature Dependence of Enzyme-Catalyzed Rates. Biochemistry.
2016;55(12):1681–8.

13. Zhang R, Wong K. High performance enzyme kinetics of turnover, activation and
inhibition for translational drug discovery. Expert Opin Drug Discov.
2017;12(1):17–37.

14. Cornish-Bowden A. Enthalpy–entropy compensation and the isokinetic


temperature in enzyme catalysis. J Biosci. 2017;42(4):665–70.

15. Ujan R, Saeed A, Ashraf S, Channar PA, Abbas Q, Rind MA, et al. Synthesis,
computational studies and enzyme inhibitory kinetics of benzothiazole-linked
thioureas as mushroom tyrosinase inhibitors. J Biomol Struct Dyn [Internet].
2020;0(0):1–9.

16. Wells JM, Drielak E, Surendra KC, Kumar Khanal S. Hot water pretreatment of
lignocellulosic biomass: Modeling the effects of temperature, enzyme and
biomass loadings on sugar yield. Bioresour Technol [Internet]. 2020;300:122593.

17. Wandjou JGN, Mevi S, Sagratini G, Vittori S, Dall’acqua S, Caprioli G, et al.


Antioxidant and enzyme inhibitory properties of the polyphenolic-rich extract
from an ancient apple variety of central Italy (Mela Rosa dei Monti Sibillini).
Plants. 2020;9(1).

18. Aalbers FS, Fraaije MW. Enzyme Fusions in Biocatalysis: Coupling Reactions by
Pairing Enzymes. ChemBioChem. 2019;20(1):20–8.

19. Albokhadaim IF, Althnaian TA, El-Bahr SM. Gene expression of heat shoc
kproteins/factors (HSP60, HSP70, HSP90, HSF-1, HSF-3) and antioxidant
enzyme activities in heat stressed broilers treated with vitamin C. Pol J Vet
Sci. 2019;22(3):565-572.
20. Zhang H, Liu X, Chen T, Ji Y, Shi K, Wang L, et al. Melatonin in apples and juice:
Inhibition of browning and microorganism growth in apple juice. Molecules.
2018;23(3):1–17.

Anda mungkin juga menyukai