Anda di halaman 1dari 31

Materi pembelajaran berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan

dalam menerapkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan perencanaan material jalan.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti seluruh materi peraturan perundangan terkait dengan kegiatan
perencanaan material jalan ini, diharapkan peserta mampu:
Elemen Kompetensi Capaian Pembelajaran
1. Menginventarisasi peraturan a. Menidentifikasi peraturan perundang-undangan tentang ketentuan
perundang- undangan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik.
tentang ketentuan b. Merangkum hasil identifikasi peraturan perundang-undangan tentang
keteknikan, pelindungan ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik.
tenaga kerja dan kode etik
c. Mendokumentasi hasil inventarisasi rangkuman peraturan perundang-
yang diperlukan untuk
undangan tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja
perencanaan material jalan.
dan kode etik.
2. Melaksanakan peraturan a. Menyusun rencana pelaksanaan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik
tentang ketentuan berdasarkan hasil identifikasi.
keteknikan, pelindungan b. Memeriksa realisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
tenaga kerja dan kode etik tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik.
dalam perencanaan material
c. Merangkum hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan peraturan
jalan.
perundang- undangan tentang ketentuan keteknikan, pelindungan
2
tenaga kerja dan kode etik.
Tujuan Pembelajaran (Lanj.)
Setelah mengikuti seluruh materi peraturan perundangan terkait dengan kegiatan
perencanaan material jalan ini, diharapkan peserta mampu:

Elemen Kompetensi Capaian Pembelajaran


3. Mengevaluasi pelaksanaan a. Menganalisis hasil rangkuman pemeriksaan terhadap pelaksanaan
peraturan perundang- peraturan perundang-undangan tentang ketentuan keteknikan,
undangan tentang ketentuan pelindungan tenaga kerja dan kode etik.
keteknikan, pelindungan b. Melakukan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
tenaga kerja dan kode etik tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja dan kode etik
dalam perencanaan material berdasarkan hasil analisis.
jalan
c. Menyusun dan menyiapkan laporan penerapan peraturan perundang-
undangan tentang ketentuan keteknikan, pelindungan tenaga kerja
dan kode etik berdasarkan hasil evaluasi.

3
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 2
1
Tahunn 2017 Tentang Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


2 Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.

Peraturan Undang – undang Republik Indonesia Nomor


3
Perundangan Terkait 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

• Jasa Konstruksi,
Undang – undang Republik Indonesia Nomor
• Ketenagakerjaan, dan 4
11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran.
• Etika Profesi

Peraturan terkait dengan Jasa Konstruksi,


5
Ketenagakerjaan, dan Etika Profesi.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 4


UU Nomor 13 Tahun 2003
KETENAGAKERJAAN

5
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN
Ketenagakerjaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Definisi KETENAGAKERJAAN Definisi TENAGA KERJA


segala hal yang berhubungan setiap orang yang mampu
dengan tenaga kerja pada melakukan pekerjaan guna
waktu sebelum, selama, dan menghasilkan barang dan/atau
sesudah masa kerja. jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 6


Landasan, Asas dan Tujuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Landasan
Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
(Pasal 2)

Tujuan
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan
tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, dll.
(Pasal 3)

Asas
Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui
koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
(Pasal 3)
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 7
Perenc. Tenaga Kerja & Informasi Ketenagakerjaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Perencanaan Ketenagakerjaan Informasi Ketenagakerjaan


1. Dalam rangka pembangunan 1. Perencanaan tenaga kerja disusun atas dasar
ketenagakerjaan, pemerintah informasi ketenagakerjaan yang antara lain
menetapkan kebijakan dan menyusun meliputi:
perencanaan tenaga kerja. a. penduduk dan tenaga kerja;
2. Perencanaan tenaga kerja meliputi: b. kesempatan kerja;
a. perencanaan tenaga kerja makro; dan c. pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja, dll.
b. perencanaan tenaga kerja mikro. 2. Informasi ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diperoleh dari semua
3. Dalam penyusunan kebijakan, strategi, pihak yang terkait, baik instansi pemerintah
dan pelaksanaan program pembangunan maupun swasta.
ketenagakerjaan yang berkesinambungan,
pemerintah harus berpedoman pada 3. Ketentuan mengenai tata cara memperoleh
perencanaan tenaga kerja sebagaimana informasi ketenagakerjaan dan penyusunan serta
dimaksud dalam ayat (1). pelaksanaan perencanaan tenaga kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
(Pasal 7) dengan Peraturan Pemerintah.
(Pasal 8)
8
Pelatihan Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab V meliputi Pasal 9 hingga Pasal 30.

Arah dan Tujuan Pelatihan Kerja


Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan
kesejahteraan. (Pasal 9)

Pengakuan Kualifikasi Kompetensi


Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi
kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
(Pasal 23)

Hak pengembangan kompetensi kerja


Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja. (Pasal 11)
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 9
Penempatan Tenaga Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab VI meliputi Pasal 31 hingga Pasal 38.

Hak Penempatan Tenaga Kerja Arah Penempatan Tenaga Kerja


Setiap tenaga kerja mempunyai hak Penempatan tenaga kerja diarahkan
dan kesempatan yang sama untuk untuk menempatkan tenaga kerja
memilih, mendapatkan, atau pada jabatan yang tepat sesuai
pindah pekerjaan dan memperoleh dengan keahlian, keterampilan, bakat,
penghasilan yang layak di dalam minat, dan kemampuan dengan
atau di luar negeri. memperhatikan harkat, martabat, hak
(Pasal 31) asasi, dan perlindungan hukum.
(Pasal 32 Poin 2)

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 10


Perluasan Kesempatan Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab VIII meliputi Pasal 39 hingga Pasal 41.

Tanggung Jawab Perluasan Kesempatan Kerja


Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, dll.
(Pasal 39)

Penanggung Jawab Kebijakan


Pemerintah menetapkan kebijakan ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja, dll.
(Pasal 41)

Kebijakan Perluasan Kesempatan Kerja


Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan melalui penciptaan kegiatan
yang produktif dan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan teknologi tepat guna, dll. (Pasal 40)
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 11
Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab VIIII meliputi Pasal 42 hingga Pasal 49.

Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib


1. Memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
2. Menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku.
3. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga
kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga
kerja asing;
4. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang
diduduki oleh tenaga kerja asing.
5. Membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya
6. Memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya
berakhir.
12
Hubungan Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab IX meliputi Pasal 60 hingga Pasal 66.

Prinsip Hubungan Kerja


Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.
(Pasal 50)

Perjanjian Kerja
Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja
dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha.
(Pasal 53)

Pembatalan Perjanjian Kerja


Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para
pihak.
(Pasal 55)
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 13
Perlindungan, Pengupahan & Kesejahteraan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X

Penyandang Cacat
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
2. Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Pasal 67)

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 14


Perlindungan, Pengupahan & Kesejahteraan (Lanj.)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X meliputi Pasal 68 hingga Pasal 75.
Kewajiban Pengusaha -
Hak Anak - Tenaga Kerja Anak Tenaga Kerja Anak
1. Anak dapat melakukan pekerjaan 1. Memberi petunjuk yang jelas tentang
di tempat kerja yang merupakan cara pelaksanaan pekerjaan serta
bagian dari kurikulum pendidikan bimbingan dan pengawasan dalam
atau pelatihan yang disahkan oleh melaksanakan pekerjaan;
pejabat yang berwenang 2. Memberi perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja.
2. Melakukan pekerjaan untuk 3. Di bawah pengawasan langsung dari
mengembangkan bakat dan orang tua atau wali;
minatnya. 4. Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam
sehari; dan
5. Kondisi dan lingkungan kerja tidak
mengganggu perkembangan fisik,
mental, sosial, dan waktu sekolah.
15
Perlindungan, Pengupahan & Kesejahteraan (Lanj.)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X meliputi Pasal 76

Tenaga Kerja Perempuan


1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan
dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila
bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 07.00 wajib:
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan
Menteri.
Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 16
Perlindungan, Pengupahan & Kesejahteraan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X meliputi Pasal 77 hingga Pasal 85.

Penentuan Waktu Kerja Pemberian Waktu Istirahat


1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 1. istirahat antara jam kerja, sekurang
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 menerus dan waktu istirahat tersebut
(satu) minggu; atau tidak termasuk jam kerja;
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk
40 (empat puluh) jam 1 (satu) 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5
minggu untuk 5 (lima) hari kerja (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
dalam 1 (satu) minggu. minggu;
3. Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12
(dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan
bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus menerus;
17
Kesehatan & Keselamatan Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X meliputi Pasal 86.

Perlindungan Pekerja
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 18


Kesehatan & Keselamatan Kerja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Diatur pada Bab X meliputi Pasal 87.

Kewajiban Perusahaan
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 19


UU Nomor 2 Tahun 2017
JASA KONSTRUKSI

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL 20


JALAN
Ketentuan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Definisi penting
1. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan
konstruksi.
2. Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan
(Pasal 1)

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 21


Usaha Jasa Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Struktur Usaha
Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
b. bentuk dan kualifikasi usaha
(Pasal 11)

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 22


Usaha Jasa Konstruksi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Bentuk dan Kualifikasi Usaha


Jenis Usaha Jasa Konstruksi

Konsultasi Konstruksi Pekerjaan Konstruksi Pek. Konst. Terintegrasi Bentuk Usaha


1. Arsitektur; 1. bangunan gedung 1. Bangunan gedung; Orang perseorangan atau
2. Rekayasa; 2. bangunan sipil dan badan usaha, baik yang
3. instalasi; 2. Bangunan sipil. berbadan hukum maupun
3. Rekayasa terpadu
4. konstruksi khusus; tidak berbadan hukum
4. Konsultansi ilmiah 5. Konst. prapabrikasi; dan terdiri atas :
dan teknis; dan 6. penyelesaian 1. kecil;
5. Pengujian dan analisis bangunan; dan 2. menengah; dan
teknis 7. penyewaan peralatan. 3. besar. 23
 Etika profesi dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi akan memagari seorang
profesional dalam bidang jasa konstruksi
secara sendiri dengan : rasa malu, rasa
sungkan, rasa ewuh, dan rasa bersalah
untuk berbuat buruk, berbuat tidak benar,
berbuat tidak patut, dan berbuat tidak
wajar, serta berbuat tidak jujur tanpa
KODE ETIK ASOSIASI harus diketahui oleh orang lain.
 Etika profesi akan merupakan komitmen
pribadi seorang profesional dalam
menjalankan tugas-tugas
profesionalismenya untuk tetap
memegang teguh nilai-nilai kepatutan dan
kejujuran intelektualnya.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 24


 Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
mengamanatkan bahwa asosiasi
perusahaan maupun asosiasi profesi
wajib memiliki dan menjunjung tinggi
kode etik asosiasi.
 Kode etik asosiasi pada dasarnya
KODE ETIK ASOSIASI merupakan penjabaran dari prinsip-
prinsip dasar norma dan nilai luhur yang
(Lanj.) menjadi pegangan dalam melaksanakan
kegiatan profesi para anggotanya.
 Kode etik tersebut akan merupakan
tuntunan untuk para anggota asosiasi
yang bersangkutan dalam menjalankan
tugas-tugas keprofesionalannya pada
penyelenggaraan jasa konstruksi
dalambebagai situasi dan kondisi.
25
Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional
Indonesia (GAPENSI)
Contoh Kode Etik Asosiasi Profesi di Infonesia

1. Berjiwa Pancasila yang berarti satunya kata dan perbuatan didalam menghayati dan mengamalkannya.
2. Memiliki kesadaran Nasional yang tinggi, dengan mentaati semua perundang-undangan dan peraturan serta
menghindarkan diri dari perbuatan tercela ataupun melawan hukum.
3. Penuh rasa tanggung jawab di dalam menjalankan profesi dan usahanya.
4. Bersikap adil, wajar, tegas,bijaksana dan arif serta dewasa dalam bertindak.
5. Tanggap terhadap kemajuan dan selalu berikhtiar untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan
pengabdian usahanya.
6. Di dalam menjalankan usahanya wajib berupaya agar pekerjaan yang dilaksanakannya dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
7. Mematuhi segala ketentuan ikatan kerja dengan pengguna jasa yang disepekati bersama.
8. Melakukan persaingan yang sehat dan menjauhkan diri dari praktek-praktek tidak terpuji, apapun bentuk, nama dan
caranya.
9. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
10. Memegang teguh disiplin, kesetiakawanan dan solidaritas organisasi.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 26


Menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran
1
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

ASOSIASI Menghormati dan menghargai profesinya


2
KONTRAKTOR sebagai kontraktor.

INDONESIA Tidak melakukan tindakan “mempengaruhi”


3
(AKI) dalam memenangkan tender

Contoh Kode Etik


Tidak memberi atau menerima imbalan dalam
Asosiasi Profesi di Indonesia 4
memenangkan tender.

Tidak berusaha mendapatkan data penawaran


5
rekan dalam pra-tender.DLL.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 27


Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Contoh Kode Etik Asosiasi Profesi di Infonesia

Prinsip-prinsip Dasar (Catur Karsa) Tuntunan Sikap (Sapta Dharma)


1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan
1. Mengutamakan keluhuran budi. keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
Masyarakat.
2. Menggunakan pengetahuan dan 2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai
kemampuannya untuk kepentingan dengan kempetensinya.
kesejahteraan umat manusia. 3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh 4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari
terjadinya pertentangan kepentingan dalam
untuk kepentingan masyarakat, tanggung jawab tugasnya.
sesuai dengan tugas dan tanggung 5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi
jawabnya. profesi berdasarkan kemampuan masing-masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh
4. Meningkatkan kompetensi dan kehormatan, integritas dan martabat profesi.
martabat berdasarkan keahlian 7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan
kemampuan profesionalnya.
profesional keinsinyuran.
28
Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan
1
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
PRINSIP DASAR
Menggunakan pengetahuan dan kemampuan
Himpunan Pengembangan 2 untuk kesejahteraan umat manusia secara
Jalan Indonesia berkelanjutan.
(HPJI)
Bekerja secara profesional untuk kepentingan
Contoh Kode Etik 3 masyarakat, bangsa, negara dan organisasi.
Asosiasi Profesi di Indonesia

Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi


4
serta menjunjung tinggi martabat profesinya.

Jabatan Kerja AHLI MATERIAL JALAN 29


Kode Etik HPJI
Contoh Kode Etik Asosiasi Profesi di Indonesia

Anggota HPJI
1. Wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam menjalankan profesinya.
2. Wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama baik serta profesi orang lain.
3. Wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak merugikan kepentingan umum khususnya yang
menyangkut lingkungan.
4. Setia dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
5. Harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk peningkatan profesionalisme sesama anggota.
6. Wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan integritas tinggi dan tidak akan menerima
pekerjaan di luar bidang keahlian teknisnya.
7. Wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab
secara profesional berazaskan kaidah keilmuan, kepatutan dan kejujuran intelektual.
8. Dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang dimilikinya wajib menyampaikan pendapat dan
pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan tanpa membedakan

30
TERIMA KASIH
Atas Perhatiannya dan Semoga Memberikan Tambahan Pengetahuan

31

Anda mungkin juga menyukai