Anda di halaman 1dari 3

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Jefri
Nim : 19181031
Mata Kuliah : Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan
Semester : Ganjil, 2020-2021
Hari / Tanggal : Jumat, 12 Februari 2021

Waktu : 90 Menit

Soal

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem pembiayan kesehatan ? dan jelaskan pula
bagaimana hubungannya dengan Sistem Kesehatan Nasional?

2. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen dari sistem pembiayan kesehatan yang saling
berkaitan dalam rangka mencapai tujuan kesehatan nasional ?

3. Sebutkan persoalan-persoalan yang muncul dalam pembiayaan JKN terutama yang


berdampak terhadap terjadinya eskalasi biaya?

4. Jelaskan strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam menekan atau mencegah defisit
program JKN!

5. Sebutkan dan jelaskan 2 dimensi pembiayaan JKN!

Jawaban:

1. Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-
orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan
organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk
material. Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti
pertanian dan lainnya.

Apa yang disebut Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia?

Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982 ketika Departemen
Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia. Kemudian Departemen Kesehatan RI
pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu “penyesuaian” terhadap SKN 1982. Didalam dokumen
dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN ) didefinisikan sebagai suatu tatanan yang
menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung , guna menjamin
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in certain pattern of
work). Berdasarkan pengertian ini dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni:
(1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan (2) interconnection, yaitu saling
keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu. Keberadaan sekumpulan elemen, komponen,
bagian, orang atau organisasi sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-
hubungan tertentu untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu
sistem.

3 Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan program Jaminan Kesehatan Nasional alias JKN
sampai saat ini masih diwarnai dengan adanya kekurangan pendanaan atau yang lebih terkenal
dengan istilah defisit. Dalam tahun ketiga pelaksanaannya, nilai defisit yang terjadi tidak menyurut
jumlahnya, tetapi cenderung meningkat jauh lebih besar. Agar penyelenggaraan program JKN bisa
terjaga kelangsungannya, apalagi dalam kondisi fiskal yang masih terbatas kapasitasnya untuk
menyerap risiko yang muncul akibat terjadinya ketidakpastian (uncertainty) dalam pendanaan
program JKN, maka kondisi ini harus sesegera mungkin dievaluasi secara lebih komprehensif dan
akurat. Setidaknya terdapat dua variabel utama yang harus segera dan sangat menentukan untuk
segera ditindaklanjuti. Perluasan kelompok peserta yang mempunyai tingkat kesehatan yang lebih
baik sekaligus punya kemampuan untuk membayar iuran dalam jangka panjang, khususnya
kelompok peserta penerima upah badan usaha (PPU-BU), merupakan sasaran utama yang harus
segera dicapai dalam jangka waktu dekat dan menengah. Hal ini akan menjadikan struktur
kepesertaan menjadi lebih baik dalam menopang keberlangsungan program JKN. Pencapaian
sasaran peserta yang mencakup seluruh penduduk Indonesia (universal health coverage/ UHC) yang
tanpa didahului dengan tahapan ini ditengarai akan menimbulkan risiko defisit yang semakin
fantastis. Langkah strategis lain yang juga harus segera dilakukan adalah evaluasi terhadap sistem
pembiayaan program JKN.

Di satu sisi BPJS Kesehatan bertugas meningkatkan jumlah peserta jaminan kesehatan dan
keikutsertakan masyarakat kurang mampu (dimensi 1), serta meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan (dimensi 2), namun di sisi lain BPJS juga memiliki sasaran untuk mengurangi tanggungan
masyarakat dalam pembiayaannya (dimensi 3). Tradeoff muncul, sebab untuk mencapai kondisi yang
lebih memuaskan pada dimensi 1 dan dimensi 2 dibutuhkan pembiayaan yang lebih tinggi, yang
sebagian besar bersumber dari dimensi 3 (hal ini akan memperburuk kondisi dimensi 3), dan
sebaliknya. Dalam menghadapi risiko tersebut, BPJS Kesehatan harus memulai dengan menentukan
prioritas sasaran yang hendak dicapainya. Prioritas sasaran yang ditetapkan akan memperjelas
kerangka manajemen risiko yang dapat dibentuk oleh BPJS Kesehatan dan konteks risiko yang
dihadapinya, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku penilaian risiko (risk assessment) dan
perlakuan terhadap risiko (risk treatment) oleh BPJS Kesehatan pada kegiatan-
kegiatannyaPembiayaan program JKN selama ini digunakan pada sistem kapitasi bagi fasilitas-
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti halnya puskesmas, klinik bersama, dan praktik
dokter perorangan. Berdasarkan sistem ini, keseluruhan peserta JKN dibagi habis ke dalam FKTP-
FKTP sesuai dengan pilihan peserta karena faktor kedekatan dengan tempat tinggal ataupun tempat
bekerjanya. Sementara untuk perawatan dan pengobatan di fasilitas-fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan (FKTL) di rumah sakit-rumah sakit, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap, diberlakukan
sistem INA-CBG, yakni pembayaran dilakukan secara paket sesuai dengan rata-rata biaya yang
diperlukan dalam suatu kelompok diagnosis.

4. Strategi pertama, pemerintah akan menaikkan besaran premi yang harus dibayarkan oleh peserta
jaminan. Nominal kenaikan tersebut, kata Wapres Jusuf Kalla, masih dalam penghitungan oleh tim
teknis.Kita sudah setuju untuk menaikkan iuran, berapa naiknya itu akan dibahas oleh tim teknis.
Masyarakat seharusnya menyadari bahwa iurannya itu (sep23 ribu itu tidak sanggup sistem kita.

Strategi kedua, lanjut JK, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menginstruksikan agar BPJS
Kesehatan memperbaiki manajemen dengan menerapkan sistem kendali di internal institusi
tersebut. Adapun strategi ketiga, pemerintah akan kembali menyerahkan wewenang jaminan sosial
kesehatan tersebut ke masing-masing pemerintah daerah. Artinya, pengelolaan tagihan fasilitas
kesehatan yang ditanggung BPJS Kesehatan akan menjadi tanggung jawab gubernur, bupati dan wali
kota masing-masing daerah. Karena tidak mungkin satu instansi bisa mengontrol 200 juta lebih
pesertanya, maka harus didaerahkan, didesentralisasi, supaya rentang kendalinya tinggi, supaya
2.500 rumah sakit yang melayani BPJS Kesehatan itu dapat dibina oleh gubernur dan bupati
setempat.

5.Di satu sisi BPJS Kesehatan bertugas meningkatkan jumlah peserta jaminan kesehatan dan
keikutsertakan masyarakat kurang mampu (dimensi 1), serta meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan (dimensi 2), namun di sisi lain BPJS juga memiliki sasaran untuk mengurangi tanggungan
masyarakat dalam pembiayaannya (dimensi 3). Tradeoff muncul, sebab untuk mencapai kondisi yang
lebih memuaskan pada dimensi 1 dan dimensi 2 dibutuhkan pembiayaan yang lebih tinggi, yang
sebagian besar bersumber dari dimensi 3 (hal ini akan memperburuk kondisi dimensi 3), dan
sebaliknya. Dalam menghadapi risiko tersebut, BPJS Kesehatan harus memulai dengan menentukan
prioritas sasaran yang hendak dicapainya. Prioritas sasaran yang ditetapkan akan memperjelas
kerangka manajemen risiko yang dapat dibentuk oleh BPJS Kesehatan dan konteks risiko yang
dihadapinya, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku penilaian risiko (risk assessment) dan
perlakuan terhadap risiko (risk treatment) oleh BPJS Kesehatan pada kegiatan-kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai