Anda di halaman 1dari 18

Halaman 1

Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian


Vol. 3 No. 9 September 2015
369
MODEL PEMBELAJARAN PEMBANGUNAN KARAKTEREDUCASI MELALUI
E-COMIC DI SEKOLAH DASAR
Achmad Buchori 1 , Rina Dwi Setyawati 2
e-mail: buccherypgri@gmail.com , budirina15@gmail.com
Departemen pendidikan matematika, Universitas PGRI Semarang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan karakter melalui e-comic di sekolah
dasar.
Teori pengembangan digunakan teori pengembangan modifikasi Plomp dan Borg dan Gall dengan langkah-langkah
berikut:
(1) penelitian awal (studi lapangan studi literatur) (2) desain (model desain dan media), (3) realisaasi / konstruksi
(penilaian desain-desain revisi) (4) tes, evaluasi dan revisi (perbaikan produk hipotetis) (5)
implementasi (uji efektifitas sebelum dan sesudah tes)
Penelitian ini menunjukkan model pembelajaran orang dalam pendidikan karakter yang terdiri dari lima fase dan
keefektifan tes
dari proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai karakter pada siswa melalui observasi dan nilai
siswa
prestasi.
1. PENDAHULUAN
Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada guru-guru kelas yang suka berkorban
untuk suatu bangsa. Menurut formula ini, kemajuan dua kata kunci adalah guru dan
pengorbanan. Dengan demikian kebangkitan awal bangsa harus dimulai dengan penilaian guru
yang suka membuat
pengorbanan. Para guru tidak hanya meanteachers di kelas formal. Guru adalah pemimpin,
orang tua, dan pendidik. Guru adalah teladan. Guru adalah digugu (tidak terdengar) dan
direplikasi (disalin). Guru tidak hanya mengajarkan bagaimana menjawab pertanyaan nasional
yang trampil
ujian, tetapi dirinya dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya. Pendidikan itu
masuk dalam bahasa Indonesia sekarang periode yang sangat aneh. Ditemani dengan berbagai
dana
program terobosan besar tampaknya mampu memecahkan masalah mendasar di Indonesia
pendidikan, yaitu cara mempublikasikan keunggulan manusia Indonesia, iman, kesalehan,
profesionalisme
dan karakter.
Para siswa melakukan tindakan menyimpang membuat pendidikan menjadi karakter yang
mendesak untuk dilakukan
diterapkan di berbagai tingkatan sekolah. Fondasi karakter yang kuat, akan dibuat
siswa juga mampu bersaing di masa depan di arena internasional. Wajah orang Indonesia melotot
pendidikan dengan berbagai miring berita. Mulai itu disebut aksi perkelahian, penindasan, dan
penyalahgunaan narkoba
alkoholisme, pergaulan bebas di antara siswa yang mengarah ke aborsi dan yang
lainnya. Betapapun banyak

Halaman 2
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
370
pelajar Indonesia, yang berhasil mengukir prestasi di berbagai bidang dan diakui
di seluruh dunia. Fakta menunjukkan sudah saatnya pendidikan karakter kembali diperkuat
pendidikan di sekolah. Pemerintah telah meluncurkan implementasi pendidikan karakter
di semua tingkatan pendidikan mulai dari sekolah dasar. Menteri Pendidikan Nasional
mengatakan bahwa pendidikan pada karakter dasar mendapat bagian yang lebih besar daripada
level lainnya. Dulu
telah lebih mudah diajarkan dan jiwa melekat pada anak-anak sampai dewasa. Karena jika tidak
terbentuk sejak usia dini, akan sulit untuk mengubah karakter seseorang di masa depan.
Pendidikan karakter yang akan diterapkan di sekolah tidak mengajar secara khusus
mata pelajaran. "Namun, penelitian dilakukan setiap hari yang sudah diproses di sekolah-
sekolah,".
Pendidikan karakter harus dapat menyukseskan proses internalisasi nilai-nilai moral.
"Jadi, daripada sekadar mengetahui apa yang baik dan buruk". Seorang siswa juga harus dapat
mendaftar
nilai-nilai ini dengan benar dalam kehidupan sehari-hari mereka, ". Pendidikan karakter adalah
sistem penanaman
nilai karakter untuk komunitas sekolah, yang mencakup pengetahuan, kesadaran atau kemauan
dan tindakan untuk menerapkan nilai-nilai ini, baik kepada Allah (swt), diri kita sendiri, orang
lain, para
lingkungan, atau kebangsaan, dengan demikian menjadi manusia yang sempurna. Prayito (2011)
dalam acara penelitiannya
bahwa kecerdasan dan karakter yang baik pada siswa dapat ditingkatkan direhabilitasi dan
direkonstruksi
dalam proses pembelajaran dan membantu dengan e-learning.
Metodologi yang diajarkan ada dua aspek yang paling menonjol dari model
belajar dan mengajar media sebagai alat pengajaran (Sudjana, N., & Rival, A., 2010: 1). Media
adalah satu
penentu keberhasilan belajar siswa. Belajar pada aktivitas dan proses terjadi, adalah
mentransfer informasi dari sumber ke informasi penerima melalui model dan tertentu
media. Pembelajaran dengan model dan media menarik dan dilengkapi dengan hasanah
karakter suatu bangsa, para siswa lebih menerima belajar informasi untuk mencapai
pembelajaran
tujuan. Menurut Schramm (1984: 386) beberapa media kurang dari buku teks misalnya “tidak
live ”, hanya memperlihatkan gambar die, tidak bisa menghadirkan suara dan mudah ketinggalan
jaman. Guru harus
layak untuk mengembangkan model dan media pembelajaran mereka sendiri yang menarik,
ekonomis, efektif,
dan mudah dibuat. Guru sebagai fasilitator harus dapat memberikan fasilitas yang
memungkinkan
kemudahan belajar mengajar.
Penelitian ini dihasilkan dari Surtino (2003) dengan judul "The comic of clamat,
penggunaan komik sebagai mediator linguistik "menunjukkan bahwa dengan menggunakan
media komik dapat mendorong
diagram perkembangan mental atau logika yang digunakan simbol-simbol matematika tertentu,
didorong ke
ingat rumus atau pahami situasi masalah yang lebih baik dan hubungan antar data pada a

Halaman 3
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
371
masalah khusus. Ini sesuai penelitian Achmad Buchori (2011) dengan judul “pengembangan PT
bahan ajar pelajar matematika FlipBookmaker berbasis untuk membangun cerdas dan manusiawi

menunjukkan bahwa siswa lebih antusias mengikuti pelajaran jika guru menggunakan
FlipBookmaker di pelajari dan siswa tidak dibuat jenuh. Penelitian hasil adalah
diperkuat oleh Hadi (2008) dengan judul "belajar penambahan dan pengurangan fraksi oleh
menggunakan media komik di kelas III Sekolah Elemntary Muhammadiyah 08 Malang
"menunjukkan
yang oleh kami media komik siswa dapat membuat merasa senang, santai dan merasa tidak
tegang di
tentu saja
Teknologi yang ditingkatkan menuntut guru untuk inovatif dan kreatif di media
akan diadakan pada proses belajar. Titik haryati (2012) menunjukkan bahwa siswa lebih tertarik
mempelajari materi dengan ilustrasi di setiap bagian, menjadikannya lebih mudah bagi siswa
memahami. Abdul Malik (2012) juga menyampaikan hasil penelitiannya kepada para siswa di
Jakarta
SMP benar-benar menyukai guru yang membuat media pembelajaran seperti komik karena
memudahkan
tingkat abstraksi yang sesuai yang dipikirkan siswa di tingkat sekolah menengah pertama
tahap operasional. Berdasarkan uraian pertimbangan di atas, untuk menyelesaikan masalah
Penelitian pengembangan dilakukan dengan judul "model pembelajaran pengembangan karakter
pendidikan melalui e-comic di sekolah dasar ". Penelitian ini mengembangkan model
pembelajaran
pendidikan melalui karakter e-comic dan keefektifan model-model ini dalam proses
pembelajaran.
2 . TINJAUAN LITERATUR
2.1 Definisi Pendidikan Karakter
Pendidikan moral yang diperkuat atau pendidikan karakter sangat relevan di Indonesia
konteks sekarang untuk mengatasi krisis moral yang melanda negara kita. Krisis itu termasuk di
dalamnya
yang lain dengan meningkatnya pergaulan bebas, maraknya tingkat kekerasan anak-anak dan
remaja, kejahatan
terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan selingkuh, penyalahgunaan narkoba, pornografi,
dan perusakan
Harta milik orang lain telah menjadi masalah sosial yang sampai sekarang belum mampu
sepenuhnya diselesaikan, oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, terkait dengan konsep karakter moral, sikap moral, dan
perilaku moral. Berdasarkan tiga komponen dapat dinyatakan bahwa karakter didukung dengan
baik
dengan pengetahuan tentang yang baik, keinginan untuk melakukan yang baik, dan melakukan
kebaikan. Bagan di bawah ini diuraikan
dari tautan ketiga kerangka ini.

Halaman 4
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
372
Gambar 2.1 Keterkaitan antara komponen moral dalam kerangka pendirian
Karakter yang baik menurut Lickona
Pemahaman Pendidikan Karakter Menurut Profesional
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Pendidikan karakter secara sederhana dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk
mempengaruhi karakter
siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, di sini dapat dinyatakan definisi
pendidikan karakter
disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa definisi pendidikan karakter
adalah a
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga dia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etis itu
inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang merupakan
karakteristik
masing-masing individu untuk hidup dan bekerja bersama, baik di dalam keluarga, komunitas,
bangsa, dan negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek atau individu. Karakteristiknya asli
dan berakar pada kepribadian atau objek individu, serta "mesin" yang mendorong bagaimana
suatu tindakan,
berperilaku, berkata, dan menanggapi sesuatu (Kertajaya, 2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter kepribadian harus ditinjau dari
sudut pandang etika atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya dikaitkan dengan
properti relatif tetap (Gulo, D., & Kartono, K., 1982).

Halaman 5
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
373
Ada 18 item nilai-nilai pendidikan karakter yaitu, Agama, Jujur,
Toleransi, Disiplin, Bekerja Keras, Kreatif, Independen, Demokratis, Keingintahuan,
Kegembiraan
Kebangsaan, Cinta Kerja Keras, Menghargai prestasi, Ramah / komunikatif, Cinta
Kedamaian, Kegembiraan Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung
Jawab. Dijelaskan dalam
gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar 2.2. 18 nilai karakter bangsa
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian banyak negara untuk
Mempersiapkan generasi berikutnya yang berkualitas, tidak hanya menguntungkan individu
warga negara, tetapi juga bagi warga negara sebagai a
semua. Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai kesengajaan kita dari semua dimensi
kehidupan sekolah
untuk menumbuhkan pengembangan karakter yang optimal (kami mempertimbangkan upaya
seluruh dimensi kehidupan di sekolah /
madrasah membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter membutuhkan metode khusus yang sesuai dengan tujuan pendidikan
tercapai. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode keteladanan, yaitu metode
kebiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
2.2 E-komik sebagai media pembelajaran
Komik adalah serangkaian gambar yang termasuk dalam kotak yang berisi seluruh rangkaian
cerita.
Gambar-gambar itu biasanya dilengkapi dengan balon ucapan dan disertai dengan narasi
penjelasan (Shadely, 2003). Sementara itu, Trimo (2011) menggambarkan medium komik bisa

Halaman 6
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
374
terbagi menjadi dua, yaitu komik dan buku komik. Komik strip adalah bentuk yang terdiri dari
beberapa lembar bingkai kolom yang diterbitkan di koran atau majalah, biasanya terhubung
cerita,
sedangkan buku komik yang dimaksud adalah dalam bentuk buku komik. Dengan demikian,
dapat diartikan sebagai a
buku bergambar komik yang berisi pesan-pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Buku-buku ini
mengandung beragam tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari
anak. Karakter
dalam buku dapat berupa manusia atau hewan yang diperlihatkan dari segi kualitas manusia,
karakter,
sehingga anak-anak dapat memahami dan berhubungan dengan pengalaman pribadi.
Belajar adalah kombinasi yang memasukkan unsur-unsur manusia, materi, fasilitas,
peralatan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar
Hamalik 2001: 57). Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dapat
menghasilkan
keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan stimulasi kegiatan belajar, dan membawa
efek psikologis pada siswa. Selain memotivasi dan minat siswa, belajar
media dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan
andal,
memfasilitasi interpretasi data, dan menyingkat informasi.
E-comic saat ini banyak digunakan dalam pembelajaran. Menurut Darin E. Hartley, komik
elektronik adalah a
pembelajaran yang memungkinkan mengirimkan bahan ajar kepada siswa menggunakan media
angka online di Internet
internet, intranet, atau media jaringan komputer lainnya. Menurut Martin Jenkins, komik
elektronik adalah a
proses pembelajaran berdasarkan gambar naratif yang difasilitasi dan didukung melalui
penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Jadi dipelajari oleh internet bisa membantu
dikategorikan dalam E-comic.
FlipBookmaker adalah salah satu kategori dalam komik elektronik. Pembuat FlipBookmembuat
siswa dapat melakukannya
gunakan dalam mencari bahan ajar sesuai dengan kelasnya masing-masing. Di dalam
penelitian akan menggunakan manfaat FlipBookmaker dalam pengajaran pendidikan karakter
berdasarkan pembelajaran
model.
Menurut Arief Sadiman et al. (2006: 100), urutan untuk mengembangkan pendidikan media
adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Merumuskan tujuan pengajaran.
3. Merumuskan partikel-partikel materi secara rinci yang mendukung pencapaian tujuan.
4. Kembangkan ukuran keberhasilan.
5. Tulis media naskah.
6. Melakukan tes dan revisi.

Halaman 7
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
375
2.3 Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter
Miarso (2005) mengartikan istilah sebagai kegiatan belajar yang fokus pada kondisi dan
minat belajar (learning centered). Istilah belajar digunakan untuk menggantikan istilah mengajar
lebih banyak
sebagai kegiatan yang difokuskan pada guru (guru berpusat). Istilah belajar arti yang lebih luas
dari pada istilah mengajar. Mengajar hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa,
sementara belajar memiliki makna yang lebih luas, kegiatan mulai dari desain hingga
pengembangan, implementasi,
dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan proses pembelajaran. Dengan demikian,
belajar adalah proses itu
sengaja dirancang untuk menciptakan proses belajar individu.
Banyak pengajaran yang ditawarkan oleh profesional, satu model umum desain
pendidikan menurut Plomp (1997) tujuan dari studi pengembangan pendidikan
adalah (1) untuk meningkatkan relevansi praktis dari penelitian pendidikan (2) pendidikan
ambisius
reformasi yang membutuhkan perubahan mendasar dalam pendekatan literasi dalam memandang
perbedaan
masalah dan kebutuhan, tidak ada kepastian tentang efektivitas intervensi di berbagai
konteks dan pentingnya implementasi, (3) penelitian ini kurang memberikan tradisional a
solusi yang cocok untuk masalah suara (konteks mata terlalu sempit dan terlalu buatan). Ada
lima fase: (1) penelitian awal (2) desain (3) uji realisasi / konstruksi (4),
evaluasi dan revisi (5) implementasi. Lihat bagan alur diagram di bawah ini:
Gambar 2.3 Desain Penelitian & Pengembangan Plomp (1997)
Desain
Penelitian Awal
Realisasi / Konstruksi
Tes, Evaluasi dan Revisi
Penerapan

Halaman 8
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
376
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan karakter melalui e-
komik di sekolah dasar, sesuai dengan tujuan ini, jenis penelitiannya adalah
pengembangan modifikasi penelitian. Ini sesuai dengan pendapat Borg dan Gall (1983)
dan desain Litbang Plomp menyatakan bahwa tujuan utama adalah pengembangan penelitian
untuk dikembangkan
produk yang efektif yang dapat digunakan di sekolah. Produk tidak terbatas pada pertanyaan
benda konkret, seperti buku teks, masalah, tetapi termasuk produk dan prosedur seperti
model atau strategi pembelajaran. Media melalui siswa sekolah dasar e-comic adalah
diharapkan dapat memahami apa itu pendidikan karakter yang baik, tidak bosan dan
nyaman.
Menurut jenis penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya, keberadaan PT
Peneliti di lapangan sangat diperlukan. Untuk alasan ini, peneliti menggunakan kualitatif
pendekatan. Hal ini disebabkan oleh adanya peneliti di lapangan sebagai instrumen utama untuk
data
pengumpulan, perencana, pelaksana, pemberi tindakan, penganalisa data, pelaporan hasil
dan bertanggung jawab dalam seluruh proses dan hasil.
3.2 Subjek dan Tempat Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di kota Semarang, yaitu
mewakili sekolah dasar oleh 01 dan 02 pusat Pedurungan.

Halaman 9
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
377
3.3 Pengembangan Metodologi
Gambar 4.1 Modifikasi Desain dan Plomp Borg dan Gall
Berdasarkan prosedur di atas, para peneliti merancang tahapan studi sebagai berikut:
Target
Kedua
Tahun
Target
Tahun pertama
PENELITIAN AWAL
BIDANG
BELAJAR
BELAJAR
REFERENSI
DESAIN DAN
PENGEMBANGAN
DARI E-COMIC
UJI EFEKTIFITAS
PRETEST DAN
POSTTEST
ANALISIS DATA
MEDIA EFEKTIF
PRODUK AKHIR
PENERAPAN
UJI, EVALUASI & REVISI
REALISASI / KONSTRUKSI
DESAIN
PENILAIAN
DESAIN YANG DIREVISI
PENINGKATAN
DESAIN
PRODUK
HIPOTETIK
DESAIN

Halaman 10
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
378
1). Penelitian Awal
Penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti mengunjungi di sekolah dasar 01 dan
02 berlokasi di Majapahit Pedurungan Semarang. Kegiatan penelitian awal
dilakukan untuk mengetahui bagaimana siswa sekolah dasar memahami karakter
pendidikan dan cara menerapkannya. Data yang ditangkap oleh peneliti terlebih dahulu harus
dikembangkan
menguji pengetahuan prioritas tentang pendidikan karakter, dan bagaimana
menerapkannya. Berdasarkan ini
memahami, maka para peneliti mengembangkan model pendidikan dan karakter e-comic
yang dapat membantu siswa sekolah dasar untuk memahami bagaimana Anda dapat memerangi
yang negatif
karakter dalam kehidupan sehari-hari.
2). Desain
Peneliti berkolaborasi dengan salah satu guru sekolah dasar, salah satu siswa sekolah dasar,
satu kartunis dan satu psikolog anak untuk mendesain karakter media dan pendidikan.
Peneliti itu sendiri terdiri dari satu ketua latar belakang pendidikan dan diterapkan
media rumpun matematika, latar belakang pendidikan anggota media rumpun matematika
dan geometri, kemudian anggota dari latar belakang pendidikan lain dalam pendidikan
matematika
rumpun. Hal-hal yang dirancang meliputi:
Sebuah. Hal-hal yang perlu hadir dalam e-comic dan pendidikan karakter mereka.
b. Gagasan materi matematika sesuai dengan e-comic meliputi
latar belakang dan apa yang dibahas di media.
c. Aplikasi softaware pembuatan e-komik FlipBookmaker.
d. Penggunaan skenario e-comic di kelas
3). Realisasi / Konstruksi
Berdasarkan telah dirancang dalam fase / tahapan sebelumnya. Peneliti juga bersama-sama
dengan
satu SD guru, satu SD siswa, satu kartunis dan satu anak
psikolog mengembangkan dan menerapkan pendidikan karakter e-comic yang
bersangkutan. Hasil dari
pengembangan disebut PROTOTIPE 1.
4). Tes, evaluasi, dan revisi
Prototipe ini divalidasi oleh 2 validator, yaitu profesional bahan oleh
Sunandar, M.Pd. dosen Universitas Pendidikan Matematika PGRI Semarang,
dan seorang profesional media oleh Murti Dewanto Febrian, M.Kom dosen tehnik
Universitas Informatika PGRI Semarang. Berdasarkan hasil validasi ini, maka
Peneliti meningkatkan edukasi karakter e-comic yang telah dikembangkan sebelumnya.

Halaman 11
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
379
Hasil dari perbaikan ini disebut PROTOTIPE 2. Prototipe 2 kemudian divalidasi
lagi oleh validator dua orang yang sama untuk mendapatkan e-comic serta model yang bisa
diimplementasikan pada tahap selanjutnya. Hasil validasi disebut PROTOTIPE 3. Lalu
Prototipe 3 melakukan perbaikan cara penerapan siswa sekolah dasar di SDN
tahap selanjutnya
5). penerapan
Kemudian prototipe 3 diimplementasikan kepada siswa sekolah dasar untuk mendapatkan
masukan dari
peningkatan karakter e-comic berbasis pendidikan guru. Hasil implementasi
diperiksa apakah memenuhi tiga kriteria yang telah ditentukan. jika tidak ketiganya ketemu
kriteria telah ditentukan. Jika tidak bertemu, peneliti memperbaiki prototipe 3 menjadi prototipe
4. didasarkan pada tiga kriteria yang diperiksa lagi, diperbaiki, dan seterusnya untuk
mendapatkan karakter e-comik
pendidikan yang memenuhi kriteria yang valid, efektif dan praktis.
4. Hasil dan Diskusi
Dalam pengembangan penelitian telah diadaptasi pengembangan desain oleh Plomp (1997), yang
terdiri dari lima fase: (1) penelitian awal (fase penyelidikan pendahuluan), (2) desain
(fase desain), (3) realisasi / konstruksi (fase realisasi / konstruksi), (4) tes,
evaluasi dan revisi, (tahap uji coba, evaluasi dan pencabutan) dan (5) implementasi (tahap
Indonesia)
implementasi), yang digambarkan sebagai berikut:
4.1 Penelitian Awal
Penelitian yang dilakukan literatur telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
penelitian
teori yang berhubungan dengan kedalaman materi yang akan dibuat berupa e-comic, buku-buku
sastra yang digunakan
dari berbagai sumber seperti buku guru dan buku siswa dalam kurikulum tahun 2013
untuk anak sekolah dasar Kelas 6, buku matematika erlangga buku matematika kelas 6,
Yudhisthira kelas 6 buku tentang pendidikan karakter, buku di komputer dan artikel di Internet
Internet saat itu menghasilkan model karakter yang dipelajari dengan e-comic yang dalam hal
materi konten matematika, konten media dan karakter terintegrasi satu sama lain
baik online maupun offline.
Lapangan yang diteliti dipilih 2 (dua) sekolah favorit di kota Semarang yaitu
Sekolah Dasar 01 Pedurungan Tengah dan 02 Pedurungan Tengah Semarang, dari
kunjungan ke sekolah mendapatkan banyak informasi sebagai berikut: (1) kurangnya karakter
model pembelajaran
pendidikan dibantu oleh media, baik online maupun offline, (2) tidak adanya buku matematika
itu
memasukkan 18 karakter nasional dengan kuat dalam buku matematika apa pun, (3) tidak adanya
guru

Halaman 12
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
380
mampu membuat aplikasi matematika e-comic online dan offline. Masalah para guru
dan murid-murid di sekolah dasar01 dan 02 Pedurungan Semarang Tengah sangat
antusias ketika pembelajaran model berbasis e-comic karakter untuk dikembangkan dapat
digunakan di
sekolah.
4.2 Desain
Fase peneliti dirancang mengembangkan konsep untuk Matematika e-comic
pendidikan karakter berbasis sekolah dasar. Langkah-langkah untuk membuat e-comic adalah
sebagai berikut:
Gambar 5.1. langkah-langkah untuk membuat komik elektronik
Persiapan bahan dan pertanyaan
Tetapkan judul komik elektronik yang akan dibuat
Rancang sampul e-comic
Identifikasi KI, KD dan Indikator
Jadikan e-comic menggunakan mode pendidikan karakter
Penambahan gambar, video, suara, hyperlink, dll.
E-comic desain sistematis menulis dengan kertas dan kotak alat
Ekspor ke penanda flipbook kvisoft
Pilih format e-comic
Publikasikan ke internet
Selesai

Halaman 13
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
381
Langkah-langkah rinci e-comic sebagai berikut:
1) 6
th
kelas matematika melihat kurikulum yang sesuai silabus pada tahun 2013.
2) Tentukan KI, KD dan indikator yang sesuai.
3) Pilih materi semester ganjil matematika kelas 6.
4) Pilih model Problem Based Learning (PBL), model Project Based Learning
(PJBL) atau Discovery Learning dalam penyampaian materi.
5) Tentukan nilai karakter yang akan dicapai dalam bahan yang disesuaikan dengan
karakter pendidikan bangsa 18.
6) Kembangkan bahan dengan kertas dan kotak alat yang dilengkapi dengan pertanyaan
kontekstual
gambar yang sesuai dengan materi.
7) Simpan file dalam bentuk JPG PNG.
8) Konversi file PNG atau JPG dalam format PDF.
9) Pilih tingkat perkembangan instrumental musik yang sesuai untuk sekolah dasar
anak-anak.
10) Memasukkan materi matematika dalam bentuk PDF ke FlipBookMaker.
11) Masukkan siswa musik instrumental yang sesuai dari pemikiran tingkat dasar.
12) Buat hyperlink di daftar isi.
13) mempublikasikan dalam bentuk SWF.
14) Buat blog dengan nama ecomicmatsd.blogspot.com
15) Sematkan file SWF ke blog.
16) Dapat dibuka materi online seperti tampilan buku terbuka.
17) Mencetak bahan warna dalam bentuk file PDF dengan kertas CTS 150 agar terlihat bagus
dan kuat.
Desain adalah tahap oleh para peneliti menyusun rancangan model desain e-comic pendidikan
karakter dengan PBL dan Desain Modifikasi berbasis Kohlberg Moral Theory e-comic as
berikut:

Halaman 14
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
382
Tabel 1. Desain Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Teori Kohlberg tentang
Perkembangan Moral (1977)
didasarkan pada teori
Dewey Kognitif dan
Piaget
Desain PBL (Masalah
Pembelajaran Berbasis)
Desain Modifikasi PBL
dan Kohlberg Moral
Teori berdasarkan e-comic
Tahapan "prakonvensional":
Tingkat 1:
moralitas heteronomus: Dalam hal ini
tingkat perkembangan
moralitas
perbuatan
dulu
ditentukan
oleh
itu
karakteristik dan efek dari
sifat fisik.
Fase 1:
Orientasikan siswa ke
masalah Jelaskan tujuan
belajar, logistik yang diperlukan,
memotivasi siswa secara aktif
terlibat dalam pemecahan masalah
aktivitas yang dipilih.
Fase 1:
Undang siswa untuk aktif
belajar berdasarkan yang baik
moralitas dalam masalah apa pun
memecahkan e-comic aided.
Level 2:
moralitas individu dan
timbal balik: Seseorang memulai
untuk mewujudkan tujuan dan
tujuan orang lain. Some one
berusaha memenuhi kebutuhan mereka sendiri
minat dengan memperhatikan juga
kepentingan orang lain.
Fase 2:
Atur siswa untuk belajar
bantu siswa belajar membatasi
dan
pengorganisasian
tugas
terkait dengan masalah
dihadapi.
Fase 2:
Mampu menyesuaikan pribadi
minat dan lainnya di
berurusan dengan matematika
masalah
baik
dan
e-comic dengan bantuan sadar.
Tahapan "konvensional":
Tingkat 3:
harapan bersama antara
moralitas individu. Kriteria
baik atau buruk suatu tindakan dalam
tingkat ini ditentukan oleh
norma bersama dan a
hubungan saling percaya.
Fase 3:
Panduan
penyelidikan
mendorong individu dan
kelompok siswa berkumpul
sesuai
informasi,
melakukan eksperimen, dan
mencari penjelasan
dan solusi.
Fase 3:
Di
itu
proses
dari
investigasi didasarkan pada
rasa saling percaya antar teman
dalam mengumpulkan informasi tentang
implementasi
eksperimental dan masalah
memecahkan e-comic aided.
Tingkat 4:
sistem sosial moralitas dan
hati nurani: an
tindakan itu
dianggap baik jika itu
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan karya
membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan pekerjaan yang sesuai
Fase 4:
Mampu berkembang dan hadir
karya matematika
disesuaikan dengan sistem sosial di Indonesia
Halaman 15
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
383
disetujui oleh yang berkuasa dan di
sesuai dengan peraturan
yang memastikan ketertiban di masyarakat.
seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka
berbagi tugas dengan teman.
lingkungan dan mampu
berbagi dengan tugasnya.
Tahapan "poskonvensional":
Level 5:
tingkat transisi: Seseorang telah
belum mencapai level
kebenaran "positif". Di
tingkat ini kriteria benar
atau salah adalah subyektif dan
pribadi, dan tidak punya
prinsip yang jelas dalam membuat a
keputusan moral. Level 5:
moralitas kesejahteraan sosial
dan hak asasi manusia. Kriteria untuk
moralitas tindakan itu
sesuatu yang bisa menjamin
hak-hak individu maupun
sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
Tingkat 6:
moralitas didasarkan pada
prinsip moralitas publik:
Ukurannya benar atau salah
ditentukan oleh mereka sendiri
pilihan berdasarkan moral
prinsipnya logis,
konsisten, dan universal.
Fase 5:
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
membantu siswa merenungkan
penyelidikan
dan
itu
proses yang digunakan selama
penyelesaian masalah.
Fase 5:
Mampu menganalisis dan mengevaluasi
proses matematika
pemecahan masalah disesuaikan dengan
norma yang berlaku di
masyarakat dibantu e-comic.
Fase 6:
Mampu mencerminkan hasil
investigasi dengan
dalm matematika
pemecahan masalah berdasarkan
prinsip moral itu
logis, konsisten dan
e-comic berbantuan universal.
4.3 Realisasi dan Konstruksi
Pada fase ini, hasilnya telah dirancang dalam bentuk model pembelajaran
pendidikan melalui karakter e-comic di validasi oleh profesional. Yang dipilih
profesional adalah profesional sebagai pembelajaran dan profesional sebagai media. Profesional
pembelajaran akan mereview model pembelajaran yang telah dikembangkan adalah pendidikan
karakter

Halaman 16
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
384
model pembelajaran. Model pembelajaran fase pendidikan melalui karakter e-comic adalah
sebagai
berikut:
Fase 1: Undanglah siswa untuk belajar aktif berdasarkan moral yang baik dalam setiap
pemecahan masalah
dibantu e-comic.
Fase 2: Kemampuan untuk menyesuaikan minat pribadi dan orang lain dalam berurusan dengan
matematika
masalah dengan baik dan secara sadar dibantu e-comic.
Fase 3: Dalam proses investigasi didasarkan pada rasa saling percaya antara teman-teman di
Indonesia
mengumpulkan informasi tentang implementasi bantuan eksperimental dan pemecahan masalah
e-comic.
Fase 4: Kemampuan mengembangkan dan menyajikan karya matematika yang disesuaikan
dengan sosial
sistem di lingkungan dan dapat berbagi dengan tugasnya.
Fase 5: Kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
matematika
disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dibantu e-comic.
Fase 6: Mampu merefleksikan hasil investigasi dengan matematika dalm
pemecahan masalah berdasarkan pada prinsip moral yang logis, konsisten dan universal
e-comic.
Profesional sebagai media memvalidasi e-comic telah digabungkan dengan karakter
pendidikan. Model pembelajaran ini sangat menarik oleh anak-anak sekolah dasar karena
media pendidikan karakter e-comic telah terintegrasi, mereka dapat bermain dan belajar.
4.4 Tes, Evaluasi dan Revisi
Setelah validasi oleh profesional diadakan revisi diterapkan dalam pembelajaran
proses. Dalam proses pembelajaran observasi yang terintegrasi dengan karakter, antara
yang lain, karakter kerja sama, menghargai pendapat orang lain, aktif dalam pembelajaran, dan
disiplin diri. Setelah mempelajari beberapa pertemuan dilakukan tes untuk melihat peningkatan
siswa
prestasi.
4.5 Efektivitas Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Melalui E-Comic
Dari hasil implementasi dari kelas dan evaluasi tes sudah di
tindakan, hasil yang diperoleh di kelas eksperimen rata-rata adalah 8,9 dan 6,5 di
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran pendidikan melalui karakter e-
comic

Halaman 17
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian
Vol. 3 No. 9 September 2015
385
dapat merangsang motivasi siswa untuk belajar dan dapat meningkatkan pendidikan karakter
siswa dari
usia dini sehingga akan berhasil untuk pendidikan lanjutan. Sejalan dengan yang diberikan oleh
(Pala 2011) pengembangan keterampilan sosialisasi dan integrasi pendidikan karakter
adalah bagian penting dari kesuksesan akademis anak.
Model pembelajaran implementasi pendidikan karakter melakukan pengamatan pada
aktivitas siswa sebelum dan sesudah model proses yang dieksekusi. Hasilnya bisa dilihat dari
tabel di bawah ini:
Aktivitas
Kerja sama
Pendapat
nilai orang lain
Disiplin
Independen
Sebelum
23%
35%
45%
30%
Setelah
82%
88%
84%
81%
Di sana terlihat peningkatan nilai karakter sebelum dan sesudah model
diimplementasikan. Model pembelajaran ini berhasil dalam proses penanaman karakter formal
pendidikan. Leo (2011) menyatakan karakter pendidikan yang berfokus pada identitas siswa
pengembangan untuk menjadi cerdas dan memiliki karakter siswa perlu dipaksakan melalui
informal
dan pendidikan formal.
Bibliografi
Achmad Buchori (2010) yang berjudul pengembangan bahan ajar geometri analit ruang berbasis
sofware Cabri 3D jurnal aksioma volume 1 tahun 2011
Abdul malik (2012) “pengembangan model pendidikan anti korupsi di sekolah dasar dengan
media
komik, menunjukkan siswa-siswa SD sangat menyukai seseorang guru yang membuat
media pembelajaran ”jurnal pytagoras volume 3 tahun 2012
Borg, WR, & Gall, MD (1983). Penelitian pendidikan: Pengantar.
Gulö, D. (1982). Kamus psikologi . Tonis.
Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Hartley, DE (2006). Menjual E-learning . Masyarakat Amerika untuk Pelatihan dan
Pengembangan.
Hadi Syaipul (2008) “Pembelajaran penjumlahan dan pembelajaran pecahan dengan
menggunakan
media komik pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 08 Malang, simposium nasional
penelitian pendidikan Jakarta

Halaman 18
ISSN: 2411-5681
www.ijern.com
386
Kertajaya., 1999. Pengertian Relasional dan Pengertian Instrumental. Mengajar dalam karakter,
No. 77 Mulyana, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.
Leo , Agung. 2011. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS. Internasional
Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. XII, No. 2 (Desember 2011). http://jurnal.upi.edu/file/08.pdf
Miarso, Y. (2005). Landasan Berpikir dan Mengembangkan Teori dalam Penelitian
Kualitatif. Jurnal Pendidikan Penabur .
Pala, Aynur, 2011. Perlunya Pendidikan Karakter . Jurnal Internasional Sosial
Ilmu Pengetahuan dan Studi Kemanusiaan Vol 3, No 2, 2011 ISSN: 1309-8063 (Online) diakses
1
September
2015
http://www.sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf
Plomp. 1978. Bangunan Karakteristik Pembelajaran dan Pengajaran Konstruktivisme.
http: www.stemnet.nf.ca (26/11/2009).
Prayito (2011), ”pengembangan bahan ajar matematika berbasis e-learning untuk
membuat peserta didik yang cerdas dan berkarakter ”edumatica volume 1 unjambi
2012
Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar baru
Sadiman, AS (2006). dkk. 2011. Media pendidikan .
Suyanto, A. 2010. Pengembangan perangkat Matematika berbasis humanistik
Konstruktivisme berbantuan TIK materi Geometri dimensi dua kelas XI SMK. UNNES.
Tesis. (Eprint.uny.ac.id/7551/1/JURNAL9620SKRIPSI.pdf- oleh E Emilia Five - 2012)
Surtino c. 2003 “Komik clamat; penggunaan komik sebagai mediator linguistik (prosiding)
internasional UNIPA)
Schramm, 1984. Media Besar Media Kecil, Alat dan Teknologi untuk Pengajaran, Seri Pustaka
Teknologi Pendidikan No. 5. IKIP Semarang.
Syadely, M. 2003. Psikologi Belajar. Semarang: Laboratorium Komputer Pasca Sarjana UNNES.
Tiedth, WS 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Titik haryati (2012) “pengembangan bahan ajar IPS SD dengan media komik” jurnal ilmu
pendidikan volume 3 IKIP PGRI Semarang
Trimo, A. Dkk. 2011. Implementasi Pembelajaran pendidikan karakter dengan Media E-
Learning
Materi Ruang Dimensi Tiga Kelas VII Semester II SMP Walisongo Semarang. Semarang:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai