Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

OLEH :
KELOMPOK 2A

NAMA KELOMPOK :
1. Ni Luh Erina 18.321.2892
2. Ni Luh Indah Suardewi 18.321.2893
3. Ni Luh Nyoman Dewi Meliani 18.321.2894
4. Ni Luh Putri Rahayu 18.321.2895

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya, karya tulis yang
berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastritis” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester genap tahun 2020, yang diampu oleh Ibu Ns.
Ni Kadek Yuni Lestari, S.Kep., M.Fis.
Dalam keberhasilan penyusunan karya tulis ini, tentunya tidak luput dari bantuan
beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa, karya tulis ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh kerena
itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis berikutnya.
Semoga karya tulis ini ada manfaatnya.

Denpasar, 16 April 2020

Penulis,
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

1.1 Laporan Pendahuluan Gastritis


2.1.1 Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit. (Brunnee an suddarth 2001).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-
faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau perdarahan
akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebuh (Suyono Slamet 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau cepat
hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan antasid atau
supresi asam (Grace, Pierce A.dkk 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan
adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan
yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa
disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut
adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik
merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang
disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
2.1.2 Etiologi Penyakit Gastritis
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam esopagus, sebuah
cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus dan lambung (asophageal
sphincter) akan membukan dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah
masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan-lapisan otot
yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang berada
dimukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-
enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh
mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung)
sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori
sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang
kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna
dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung.
Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai
kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada
penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan
dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12).
7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s
disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh.
Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah
otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
10. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS,
infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
2.1.3 Patofisiologi Penyakit Gastritis
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat
menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik
dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada
sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga
mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel
parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi
pada mukosa lambung Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat
merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan
peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena
mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika
asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak
ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang
lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa,
integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan
Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang
terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara
lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi
otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan
adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat
parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu
nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat
netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan
mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan
vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-
kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada
gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor
intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk
menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa
2.1.4 Pathway Gastritis
2.1.5 pylori
Helicobacter Zat-zat korosif Stress

Infeksi mukosa Gangguan difus Stimulant nervus vagus


lambung
barie mukosa
lambung
Reflex enteric dinding lambung

Hormone gastritis

Peningkatan asam
Stimulus sel periental
lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung


lambunglambung

Hiperemis Ansietas Nyeri Akut Hipotalamus

Atrifi gaster/ mukosa Aktivitas lambung


menipis Kurang informasi meningkat

Kehilangan kelenjar fundus Defisit Pengetahuan Asam lambung meningkat

Factor intrinsik Kontraksi otot lambung

Penurunan absorpsi vitamin B12


Anoreksia, mual,
Masukan nutrient
Anemia pernisiosa muntah
inadekuat

Penurunan volume darah merah Masukan cairan tidak


ResikoDefsit adekuat/kehilangan
Penurunan suplai O2 ke jaringan Nutrisi cairan

Kelemahan fisik
Hipovolemia

Intoleransi aktivitas
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala
yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan
tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar
pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia defisiensi dengan
etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,
takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas.
2) Perasaan penuh, anoreksia.
3) Distress epigastrik yang tidak nyata.
4) Cepat kenyang.

2.1.7 Penatalaksanaan Terapi


Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang, ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.
3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6) Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
7) Penghambat asam . Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung
yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
1) Cytoprotective agents
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang
melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate
dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas
H. Pylori.

2) Penghambat pompa proton

Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara
menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa”
ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H.
pylori.

3) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis, tetrasiklin atau amoxicillin)


dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.
Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.
pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate.
Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton
berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu
berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada
regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk
memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua
jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa
bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah
hilang.
1.2 Asuhan Keperawatan Dengan Gastritis
1.2.1 Pengkajian Gastritis
Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1) Nama
2) Usia
3) Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4) Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5) Alamat
6) Suku/bangsa
7) Agama
8) Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
9) Riwayat sakit dan kesehatan : Keluhan utama, Riwayat penyakit saat ini,
Riwayat penyakit dahulu
2. Pemeriksaan fisik : Review of System
1) B1 (breath) : Takhipnea
2) B2 (blood) :Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3) B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4) B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5) B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
6) B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2) Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease
H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2
cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara
ekspirasi.
3) Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan
adanya pendarahan dalam lambung.
4) Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika
ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
lebih jelas ketika di rontgen.
6) Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa
perangsangan.
Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu
tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya
akan menyebabkan asiditas nyata).
7) Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya
aklorhidria atau tidak.
4. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
1.2.2 Diagnosa
1. Hipovolemi berhubungan dengan :
1) Kehilangan cairan aktiv
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas
4) Kekurangan intake cairan
5) evaporasi
Yang ditandai dengan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Fekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan daraha menurun
4) Tekanan nadi menyempit
5) Turgor kulit menurun
6) Membran mukosa kering
7) Volume urin menurun
8) Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda Minor
Subjektif :
1) Nerasa lemah
2) Mengeluh haus
Objektif :
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin meningkat
5) Berat badan turun tiba-tiba
2. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencakupi)
6) Faktor psikologis (mis. Keengganan untuk makan)
3. Nyeri Akut berhubungan dengan :
1) Agen pencegera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, ambutasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Yang ditandai dengan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Mengeluh nyeri
Objektif :
9) Tampak menangis
10) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
11) Gelisah
12) Frekuensi nadi meningkat
13) Sulit tidur
Gejala dan tanda Minor
Subjektif :
3) (tidak tersedia)
Objektif :
6) Tekanan darah meningkat
7) Pola nafas berubah
8) Nafsu makan berubah
9) Proses berpikir terganggu
10) Menarik diri
11) Berfokus pada diri sendiri
12) Diaforesis
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan :
1) Ketidakseimbangan antara suplai untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
Yang ditandai dengan
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif :
1) Mengeluh lelah
Objektif :
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda Minor
Subjektif :
1) Dispnea saat/stelah beraktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif :
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi beristirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan :
1) Keteratasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidakadekuatan menemukan sumber informasi
Yang ditandai dengan
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif :
1) Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuan
2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
1.2.3 Intervensi Kepeawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan Ttd
Hari/ No
Dx Tujuan dan Kriteria
Tgl Intervensi Rasional
Hasil

1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia 1. Frekuensi nadi, tekanan


keperawatan selama …x 24 1. Periksa tanda dan gejala darah, membran mukosa
jam, diharapkan hipovolemia (misalnya dan turgor kulit dapat
termoregulasi pasien frekuensi nadi meningkat, mengetahui dari adanya
Kembali normal, dengan tekanan darah menurun, hipovolemia.
kriteria hasil : membran mukosa kering, 2. Asupan cairan oral dapat
1. Tekanan darah normal dan turgor kulit menurun). meningkatkan cairan yang
2. Normalnya denyut nadi 2. Berikan asupan cairan oral. kurang dari tubuh.
radial 3. Anjurkan memperbanyak 3. Meperbanyak asupan
3. Turgor kuliat elastis asupan cairan oral. cairan oral bisa membantu
4. Membran mukosa 4. Kolaborasi pemberian mengurangi hipovolemia.
lembab cairan IV isotonis 4. Pemberian cairan IV
(misalnya NaCl, RL). isotonis seperti NaCl dan
RL dapat menambah cairan
yang dibutuhkan oleh
tubuh.
2 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi 1. Status nutrisi bisa
keperawatan selama .... x 1. Identifikasi status nutrisi. mengetahui masalah nutrisi
24 jam, diharapkan status 2. Berikan makanan tinggi yang dialami pasien.
nutrisi normal dengan kalori dan tinggi protein. 2. Makanan tinggi kalori dan
kriteria hasil: 3. Anjurkan posisi duduk jika tinggi protein bisa
1. IMT normal mampu. membantu dalam
2. Nafsu makan meningkat 4. Kolaborasi dengan ahli gizi menormalkan status
3. Nyeri abdomen hilang untuk menentukan jumlah nutrisi.
4. Membran mukosa kalori dan jenis nutrien 3. Mengatur posisi duduk
lembab yang dibutuhkan jika perlu. dapat membantu dalam
memberikan kenyamanan
untuk mendukung
menormalkan status
nutrisi.
4. Berkolaborasi dengan ahli
gizi sangat membantu
dalam permasalahan
nutrisi.
3 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri 1. Untuk mempermudah
keperawatan selama .... x 1. Identifikasi lokasi, skala, pemberian terapi yang
24 jam, diharapkan tingkat dan karakteristik dari nyeri. akan diberikan
nyeri berkurang dengan 2. Berikan teknik 2. Tindakan ini
kriteria hasil: nonfarmakologis untuk memungkinkan klien untuk
1. Keluhan nyeri tidak ada mengurangi rasa nyeri mendapatkan rasa kontrol
2. Perasaan mual dan (misalnya kompres terhadap nyeri.
muntah tidak ada hangat/dingin). 3. penjelasan tentang
3. Frekuensi nadi dan 3. Jelaskan penyebab, pnyebab, periode dan
tekanan darah normal periode, dan pemicu dari pemicu nyeri, untuk bisa
4. Nafsu makan meningkat nyeri. ngengonttol nyeri yg
4. Kolaborasi pemberian timbul
analgetik jika perlu 4. Berkolaborasi dengan
dokter dlm pemberian
analgetik bila perlu

4 1. Menetapkan kemampuan
Setelah dilakukan asuhan Terapi Aktivitas
keperawatan selama ... x 24 1. Monitor respons kebutuhan dan
jam, diharapkan toleransi emosional, fisik, sosial dan memudahkan pilihan
aktifitas normal dengan spiritual terhadap aktivitas. intervensi pasien
kriteria hasil: 2. Jadwalkan aktivitas dalam 2. Klien dapat beraktivitas
1. Keluhan lelah tidak ada rutinitas sehari-hari. secara bertahap sehingga
2. Perasaan lemah tidak 3. Ajarkan cara melakukan tidak terjadi kelemahan.
ada aktivitas yang dipilihi. 3. Agar pasien nyaman dalam
3. Kemudahan dalam 4. Kolaborasi dengan terapis melakukan aktivitas
melakukan aktivitas okupasi dalam pilihannya
sehari-hari merencanakan dan 4. Merencanakan dan
4. Tekanan darah, memonitor program membantu program
frekuensi nadi dan aktivitas jika sesuai. aktivitas
frekuensi napas normal
1.
5 Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan 1. Kesiapan dan
keperawatan selama ... x 24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
jam, diharapkan tingkat kemampuan menerima informasi bisa
pengetahuan meningkat informasi
mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media
pengetahuan kesehatan
1. Perilaku sesuai dengan pendidikan kesehatan.
yang dimiliki.
pengetahuan 3. Jelaskan faktor risiko yang
2. Tersedianya materi dan
2. Perilaku sesuai anjuran dapat mempengaruhi
media pendidikan
3. Kemampuan dalam kesehatan.
menjelaskan 4. Kolaborasikan dengan kesehatan dapat
pengetahuan tentang pihak keluarga mengenai membantu dalam
suatu topic pengetahuan kesehatan. meningkatkan
4. Persepsi yang keliru pengetahuan tentang
terhadap masalah tidak kesehatan.
ada 3. Penjelasan mengenai
faktor risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan dapat
mengurangi terjadinya
masalah kesehatan.
4. Berkolaborasi dengan
pihak keluarga mengenai
pengetahuan kesehatan
dapat mendukung dalam
proses peningkatan
pengetahuan tentang
kesehatan.
1.2.4 Implementasi Kepeawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Agar
lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan perencanaan
keperawatan yang spesifik dan operasional.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP
1.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastritis

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN FORMAT GORDON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A


DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS
DI RS. U
TANGGAL 17 APRIL 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Dusun Sari
Tanggal Masuk : 17 April 2020
Tanggal Pengkajian : 17 April 2020
No. Register :-
Diagnosa Medis : Gastritis

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 25 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak Pasien
Pekerjaan :-
Alamat : Dusun Sari
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Keluhan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu.

Saat ini : Nyeri ulu hati dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 3.

2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pasien didiagnosa mengalami gastritis, pasien sering mengalami nyeri ulu hati
dirasakannya hilang timbul dengan skala nyeri 3. Saat ini pasien di rawat di Ruang
Penyakit dalam dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Pasien mengatakan jika sakit pasien berobat ke klinik

2. Satus Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di RS

3. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan ataupun obat-obatan.

4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Pasien mengatakan memiliki kebiasaan minum teh

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga atau penyakit yang di deritanya saat
ini

4. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa Medis : Gastritis
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Antasida Doen 3x 200 mg Oral Antasida mampu meredakan
gejala gastritis (terutama rasa
nyeri ) secara cepat dengan
cara menetralisir asam
lambung.
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika pasien sakit, pasien dan keluarganya akan berobat ke klinik maupun
rumah sakit terdekat.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Sebelum sakit, pasien mengatakan dapat makan secara normal yaitu 3x sehari dengan porsi 1
piring berisi nasi, lauk, dan sayuran dan minum air 6-8 gelas per hari.
 Saat sakit :
Saat sakit, pasien mengatakan nafsu makan berkurang.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Sebelum sakit, pasien mengatakan pola BAB normal 1-2 kali perhari, tidak mengalami
gangguan
 Saat sakit :
Saat sakit, pasien mengatakan BAB sedikit
2) BAK
 Sebelum sakit :
Sebelum sakit, pasien mengatakan BAK seperti biasanya berwarna kuning jernih, tidak
mengalami gangguan
 Saat sakit :
Saat sakit, pasien mengatakan BAK sedikit
d. Polaaktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total

2) Latihan
 Sebelum sakit
Sebelum sakit, pasien mengatakan dapat beraktivitas seperti biasanya secara mandiri dan
dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya
 Saat sakit
Saat sakit, pasien mengatakan aktivitasnya terganggu karena pasien hanya bisa berbaring
ditempat tidur
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini. Pasien mengatakan fungsi panca indranya
masih berfungsi secara normal
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Identitas diri : pasien berjenis kelamin laki-laki
Harga diri : pasien mengatakan tidak malu dengan kondisinya saat ini
Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang kepala keluarga
Ideal diri : pasien mengatakan berharap agar kondisinya saat ini segera pulih dan sembuh
dari penyakitnya
Citra diri : pasien mengatakan tidak malu dengan dirinya sendiri
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur seperti biasanya kurang lebih 8 jam perhari tidak
mengalami masalah
 Saat sakit :
Saat sakit, pasien mengatakan tidurnya terganggu oleh karena kondisi rumah sakit yang ramai
dan bising

h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga, kerabat maupun masyarakat disekitar
rumahnya sangat baik, tidak ada masalah
i. Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit :
-
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pada alat reprodiksinya
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan pasien selalu memikirkan mengenai kondisinya sekarang.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
pasien mengatakan percaya kepada tuhan dan selalu berdoa untuk kesehatan dan
kesembuhannya.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : nyeri ulu hati
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/ koma
GCS : verbal: 5 Psikomotor: 6 Mata : 4
Tanda-tanda Vital : Nadi = 105x/menit , Suhu = 37,8C o , TD = 90/60 mmHg ,
RR = 25x/menit

b. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala
I : dapat ditemukan, rambut pasien berwarna putih, pertumbuhan rambut tidak
merata, simetris, konjungtiva anemis, mata simetris, telinga simetris, tidak ada cairan,
penciuman baik, mukosa bibir kering.
P: dapat ditemukan, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala, tidak ada nyeri
tekan
Leher:
I: Dapat ditemukan, leher simetris kanan dan kiri, tidak ada jejas maupun luka
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.

b. Dada :
 Paru
P : ICS 2,4,6 suara Sonar
A: Tidak terdengar suara ronchi
 Jantung
A : terdengar suara s1 s2 reguler tunggal
c. Payudara dan ketiak :
I : tidak ada benjolan, tidak ada lesi
P: tidak ada nyeri takan

d. abdomen :
I : datar, ikutus gerak nafas
A: peristaltic (+) kesan normal
Pal: nyeri tekan epigastrium (+), massa tumor (-)
Per: timpani (+)

e. Genetalia :
I: tidak terpasang kateter, kondisi bersih,tidak ada lesi

f. Integumen :
I : warna kulit sawo matang, persebaran rambut merata, tidak ada beskas luka,
tidak ada sianosis
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit kurang elastis

g. Ekstremitas :
 Atas
I : tangan simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas luka, persebaran rambut
merata, tidak ada CR
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit kurang elastis
 Bawah
I : tangan simetris, tidak ada sianosis, tidak ada bekas luka, persebaran rambut
merata, tidak ada CR
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit kurang elastis

h. Neurologis :
 Status mental da emosi :
Tidak terkaji
 Pengkajian saraf kranial :

Tidak terkaji

 Pemeriksaan refleks :
Tidak terkaji
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tidak terkaji

2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji

3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji

4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain


Tidak terkaji
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

(Sesuai dengan patofisiologi)

Ds: pasien mengeluh nyeri Peningkatan asam lambung Nyeri Akut

P: nyeri yang dirasakan


pasien diakibatkan karena
mual dan muntah yang Iritasi mukosa lambung
dialami pasien sejak 3 hari
yang lalu.
Q: nyeri yang dirasakan Peradangan mukosa lambung
pasien hilang timbul
R: nyeri yang dirasakan
yaitu di uli hati. Nyeri Akut
S: jika di interpretasikan
yaitu nyeri berada pada
skala 3.
T: nyeri dirasakan pada saat
pasien mengalami mual dan
muntah.

Do: frekuensi nadi: 105


x/menit
Frekuensi napas: 25 x/menit
Ds:- Kontraksi otot lambung Hipovolemia

Do: frekuensi nadi meningkat:


105 x/menit
Anoreksia, mual, muntah
Tekanan darah menurun: 90/60
mmHg

Turgor kulit menurun/kurang Masukan cairan tidak


elastis adekuat/kehilangan cairan
Membran mukosa kering

Suhu tubuh meningkat: 37,8 Hipovolemia


derajat Celcius
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd


JAM
DITEMUKAN TERATASI

1. Nyeri akut berhubugan dengan agen pencedera


fisik yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri,
P: nyeri yang dirasakan pasien diakibatkan karena
mual dan muntah yang dialami pasien sejak 3 hari
yang lalu, Q: nyeri yang dirasakan pasien hilang
timbul, R: nyeri yang dirasakan yaitu di uli hati,
S: jika di interpretasikan yaitu nyeri berada pada
skala 3, T: nyeri dirasakan pada saat pasien
mengalami mual dan muntah, frekuensi nadi: 105
x/menit, Frekuensi napas: 25 x/menit

2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan


intake cairan yang ditandai dengan frekuensi nadi
meningkat: 105 x/menit, Tekanan darah menurun:
90/60 mmHg, Turgor kulit menurun/kurang
elastis, Membran mukosa kering, Suhu tubuh
meningkat: 37,8 derajat Celcius
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Hari/ No Rencana Perawatan Ttd

Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri 1. Untuk mempermudah


keperawatan selama .... x 24 1. Identifikasi lokasi, skala, dan pemberian terapi yang
jam, diharapkan tingkat nyeri karakteristik dari nyeri. akan diberikan
berkurang dengan kriteria 2. Berikan teknik 2. Tindakan ini
hasil: nonfarmakologis untuk memungkinkan klien
1. Keluhan nyeri tidak ada mengurangi rasa nyeri untuk mendapatkan
2. Perasaan mual dan (misalnya kompres rasa kontrol terhadap
muntah tidak ada hangat/dingin). nyeri.
3. Frekuensi nadi dan 3. Jelaskan penyebab, periode, 3. penjelasan tentang
tekanan darah normal dan pemicu dari nyeri. pnyebab, periode dan
4. Nafsu makan meningkat 4. Kolaborasi pemberian pemicu nyeri, untuk
analgetik jika perlu bisa ngengonttol nyeri
yg timbul
4. Berkolaborasi dengan
dokter dlm pemberian
analgetik bila perlu
2 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia 1. Frekuensi nadi,
keperawatan selama .... x 24 1. Periksa tanda dan gejala tekanan darah,
jam, diharapkan tingkat nyeri hipovolemia (misalnya membran mukosa dan
berkurang dengan kriteria frekuensi nadi meningkat, turgor kulit dapat
hasil: tekanan darah menurun, mengetahui dari
1. Keluhan nyeri tidak ada membran mukosa kering, dan adanya hipovolemia.
2. Perasaan mual dan turgor kulit menurun). 2. Asupan cairan oral
muntah tidak ada 2. Berikan asupan cairan oral. dapat meningkatkan
3. Frekuensi nadi dan 3. Anjurkan memperbanyak cairan yang kurang
tekanan darah normal asupan cairan oral. dari tubuh.
4. Nafsu makan meningkat 4. Kolaborasi pemberian cairan 3. Meperbanyak asupan
IV isotonis (misalnya NaCl, cairan oral bisa
RL). membantu
mengurangi
hipovolemia.
4. Pemberian cairan IV
isotonis seperti NaCl
dan RL dapat
menambah cairan
yang dibutuhkan oleh
tubuh.
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam

Manajemen Nyeri
1. Mengidentifikasi lokasi, skala,
DS : pasien mengatakan nyeri
dan karakteristik dari nyeri. sudah berkurang
DO : pasien tampak lebih
nyaman

2. Memberikan teknik
DS : Pasien mengatakan
nonfarmakologis untuk nyerinya sedikit berkurang
mengurangi rasa nyeri (misalnya DO : Pasien tampak
menggunakan teknik kompres
kompres hangat/dingin). hangat

3. Menjelaskan penyebab, periode, DS : Pasien mengatakan


dan pemicu dari nyeri. mengetahui penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
DO : Pasien tampak mengerti
akan penyebeb, periode, dan
pemicu nyeri yg timbul

4. Mengkolaborasi pemberian DS : -
DO -
analgetik jika perlu
Manajemen Hipovolemia
1. Periksa tanda dan gejala
DO : -
hipovolemia (misalnya frekuensi DS : Pasien tampak mukosa
nadi meningkat, tekanan darah bibir kering, tugor kulit
menurun, membran mukosa meningkat
TD 100/90
kering, dan turgor kulit menurun).
N : 85 x/menit
R : 22 x/ menit

2. Berikan asupan cairan oral. DS : Pasien mengatakan minum


air 2 liter/ hari
DO: _

3. Anjurkan memperbanyak asupan


DS :Pasien mengatakan akan
cairan oral.
minum air lebih sering lagi
DO –

4. Kolaborasi pemberian cairan IV


isotonis (misalnya NaCl, RL). DS : -
DO -
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam

1 Senin 1 S : klien tidak merasakan nyeri


20 april 2020 kembali
10.00 wita
O : pasien tampak merasa lebih
nyaman

A : Masalah Teratasi

P : Pertahankan Kondisi

Senin S : pasien tidak merasakan tidak


2 20 april 2020 2 dehidrasi lagi
10.00 wita
O : nafsu makan kembali normal,
turgor kulit kembali elastis, ttv
normal

A : Masalah Teratasi

P : Pertahankan Kondisi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alasan mengapa mengangkat diagnosa utama Nyeri Akut


Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan bahwa pasien mengeluh mual dan muntah
sejak 3 hari yang lalu. Dari mual dan muntah yang dialami pasien tersebut menyebabkan
pasien mengalami nyeri dibagian ulu hatinya yang karakteristik dari nyeri yang dirasakan
pasien tersebut hilang timbul dengan skala nyerinya 3. Mengingat nyeri yang dirasakan
pasien tersebut baru dari beberapa hari yang lalu sehingga kami mengangkat diagnosa nyeri
akut bukan nyeri kronis. Ditambah lagi didukung oleh hasil pemeriksaan pasien tersebut.
Dimana dalam buku SDKI tentang diagnosa nyeri akut pada tanda dan gejala mayor ataupun
minor, yang subjektif ataupun objektif menunjukkan bahwa kami bisa mengangkat diagnosa
nyeri akut apabila ada minimal 3 tanda dan gejala yang ada pada buku SDKI yang masuk
kedalam tanda dan gejala yang dialami pasien tersebut. Dalam buku SDKI beberapa tanda
dan gejala yang muncul untuk diagnosa nyeri akut ialah pasien mengeluh nyeri, frekuensi
nadi pasien meningkat dan pola napas pasien berubah. Jika dikaitkan dalam hasil pengkajian
pada pasien tersebut, ketiga tanda dan gejala dari buku SDKI tersebut ada pada hasil
pengkajian pasien tersebut. Untuk pasien mengeluh nyeri memang benar pasien tersebut
mengeluhkan nyeri di uli hatinya. Kemudian untuk tanda dan gejala yang kedua yaitu
frekuensi nadi meningkat dan hasil pemeriksaan pada pasien tersebut hasil frekuensi nadinya
meningkat, dimana pada pasien tersebut frekuensi nadinya yaitu 105 x/menit. Dan yang
terakhir tanda dan gejala yang ada pada buku SDKI yaitu pola nafas berubah, dimana pada
pasien tersebut frekuensi napasnya meningkat dimana frekuensi napasnya itu 25 x/menit.
Karena terjadi peningkatan frekuensi pernapasan, sehingga pola napas pasien terjadi
perubahan. Jadi itulah alasan kami mengangkat diagnosa utamanya adalaha nyeri akut.

2.2 Alasan mengapa mengangkat diagnosa kedua Hipovolemia


Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan tersebut, kami mengangkat hipovolemi
sebagai diagnosa yang kedua. Dimana dalam buku SDKI seperti yang sudah kami jelaskan
pada alasan kami mengangkat diagnosa nyeri akut tersebut bahwa minimal harus ada 3 dari
tanda dan gejala mayor ataupun minor, yang subjektif ataupun objektif yang masuk pada
pengkajian pasien tersebut. Tanda dan gejala yang ada pada buku SDKI untuk diagnosa
hipovolemi ialah frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, dan suhu tubuh meningkat. Apabila dikaitkan dalam pengkajian
pasien tersebut bahwa tanda dan gejala dalam buku SDKI yang sudah kami paparkan diatas
tersebut masuk didalam pengkajian pasien tersebut. Untuk tanda dan gejala yang pertama
seperti frekuensi nadi meningkat jika dikaitkan dalam pengkajian pasien tersebut memang
benar adanya, dimana frekuensi nadi pasien tersebut 105 x/menit. Yang kedua yaitu tekanan
darah menurun, jika dikaitkan dalam pengkajian pasien tersebut memang benar adanya,
dimana tekanan darah pasien tersebut 90/60 mmHg. Yang ketiga yaitu turgor kulit menurun,
jika dikaitkan dalam pengkajian pasien tersebut memang benar juga dimana turgor kulit
pada pasien tersebut kurang elastis atau terjadi penurunan. Yang keempat yaitu membran
mukosa kering, jika dikaitkan pada pengkajian pasien tersebut memang benar, dimana
membran mukosa pasien tersebut kering. Dan yang terakhir yaitu suhu tubuh meningkat,
jika dikaitkan pada pasien tersebut memang benar adanya juga, dimana suhu tubuh pasien
tersebut 37,8 derajat Celcius. Jadi itulah alasan kenap kami mengangkat diagnosa kedua itu
adalah hipovolemi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar
atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah
kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus
dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
Gejala gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Gejala gastritis kronis : Bervariasi dan tidak
jelas, Perasaan penuh, anoreksia, Distress epigastrik yang tidak nyata, Cepat kenyang.

3.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat kami sampaikan,
besar harapan kami tulisan ini dapat bermanfaat untuk khalayak banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi penyusun menyadari bahwa tulisan kami masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih
Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C.(2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Edisi
8 Vol 2. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi I, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI Indonesia

Anda mungkin juga menyukai