Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MENGENAL ALLAH SEBAGAI TUHAN YANG MAHA ESA


Makalah
Disusun untuk melengkapi tugas pendidikan agam islam
Dosen pengampuh: Nikmah Dalimunthe , S.Ag., M.Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 1:
Setiawan :5192422005
Mukarram Pahelasssyah :5193322012
M.irsan Hasibuan :5191122010
Riski Andika Harahap :5193122022
M. Fernanda Rusdizar :5191122011
Sulaiman siddiq :5193122021
Abdul Muktar :5193322011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wrb Alhamdulillahirabbil alamin, Puji syukur kami ucapkan


kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas berkat dan karunia-Nya hingga kami dapat
menyelesaikan Tugas makalah ini dengan lancar dan tanpa ada halangan.
Dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberi
tugas ini dalam mata kuliah pendidikan agama islam dengan arahan dalam membuat sebuah
laporan yang baik dan yang benar, dengan memberikan tata cara dan sistematika sekaligus bahan
dalam pembuatannya.
kami juga berterimakasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah memberi kami
dukungan selama pembuatan tugas ini, dengan memberikan semangat, saran atau pun kritikan-
kritikan yang bersifat membangun.
Saya mengetahui di dalam laporan ini masih banyak tentu ya kesalahan dalam penulisan atau
pun kaedah kaedah bacaan, dengan begitu saya meminta kepada pembaca kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang terimakah,
Assalammualaikum wr.wrb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................

BAB I PEMBAHASAN

A. Latar Belakang .........................................................................

B. Tujuan Penulisan ......................................................................

C. Manfaat ...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Keniscayaan Mengimani Penciptaan Alam Semesta ...............

B. Keniscayaan Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup .......

C. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid .......................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................

B. Penutup ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenal Allah SWT atau ma’rifatullah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang
yang beriman, karena hal tersebut adalah syarat dari kekuatan iman seseorang. Maka dari
itu, perintah mengenal Allah merupakan perkara yang diharuskan kepada hamba-hamba-
Nya.Dalam ajaran Islam, mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta dan Pengatur alam
semesta dan seluruh makhluk merupakan suatu kewajiban. Allah Swt. telah
mengisyaratkan dan mengajak hambahamba-Nya untuk mengenal diri-Nya. Urgensi dari
mengenal Allah SWT bagi manusia adalah agar manusia tersebut juga lebih mengenal diri
sendiri, mendapatkan keuntungan dan keberkahan dunia akhirat, diperintahkan oleh al-
quran karena mengenal Allah adalah suatu kewajiban, dan agar selamat dari api neraka dan
meraih surgaNya.
Seseorang yang mengenal Allah SWT pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa
ia diciptakan dan untuk apa ia berada diatas dunia ini. Oleh sebab itu ia tidak akan tertipu
oleh kemilaunya dunia, tidak akan terperdaya oleh harta benda dunia. Sebaliknya,
seseorang yang tidak mengenal Allah, tentu ia akan terperdaya dan terpukau oleh indahnya
dunia yang pada gilirannya ia habiskan umurnya untuk mencari dunia, menikmatinya
layaknya seperti binatang saja, Seorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan
yang lapang walau bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia seorang miskin ia akan sabar,
sebab ia tahu bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan baqa (abadi), tempat
kenikmatan. Seandainya ia seorang kaya ia bersyukur, sebab harta yang ada padanya
sekarang ini hanyalah titipan Allah yang di amanatkan padanya. Seseorang yang mengenal
Allah akan selalu mengharap ridho Nya dalam setiap perbuatannya, dalam perjalanan
hidupnya ia tidak akan berbuat sesuatu kecuali bila hal itu diridhoi Allah SWT. Lain halnya
dengan orang yang tidak mengenal Allah. Ia berbuat berdasarkan kemauan syahwat dan
kehendak hawa nafsunya. Jadilah hawa nafsunya Tuhan selain Allah, yang memerintah
dan melarangnya.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam
2. Untuk memperdalam ilmu agama islam dan mengenal ALLAH sebagai tuhan yang
maha esa.
3. Untuk menanbah rasa kecintaan kita terhadap ALLAH SWT.
C. Manfaat
1. Menambah rasa kecintaan mahasiswa terhadap ALLAH SWT
2. Mengenal lebih dalam ALLAH sebagai tuhan yang maha esa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keniscayaan Mengimani Keberadaan Pencipta Alam Semesta


Sesungguhnya, didalam islam, kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami
sebagai fitrah manusia. Sejak alam arwah, allah telah mempertanyakan kepada ruh
manusia tentang ke-illahiyyah-an dirinya kepada manusia allah berfirman dalam surah al
Araf ayat 172:

ُ ‫ظه ُۡو ِر ِهمۡ ُذرِّ َّي َتهُمۡ َو اَ ۡش َه َدهُمۡ َع ٰ ٰٓلى اَ ۡنفُسِ ِهمۡ ۚ اَََ ۡس‬
ۚ ۚ ۛ ‫ُ ِب َر ِّب ُُمۡ ؕ ََلَ ُ ۡوا َب ٰلى‬ ُ ‫ك م ِۡۢۡن َبن ِۡۤۡى ٰا َد َم م ِۡن‬ َ ‫ا ِۡذ اَ َخ َذ َر ُّب‬
‫َش ِه ۡد َنل ۚ ۚ اَ ۡن َتُُ ۡوَ ُ ۡوا َي ۡو َم ۡاَُ ِٰي َم ِة ِا َّنل ُُ َّنل َع ۡن ٰه َذا ٰغ ِفل ِۡي َن‬
Yang artinya;
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Karena itu pada dasarnya manusia diciptakan sebagai seorang yang bertauhid dan
menyerahkan diri kkepada ALLAH SWT. Namun, ketika mereka dilahirkan kedunia; dan
ruh yang immateri bersatu dengan jasad yang bermateri, maka kesadaran ilahiyah itu hanya
bersifat potensial (fitrah). Allah berfirman

ٰ ٰ َ ‫َفلََِم و ۚجْ هك َِل ِّديْن حن ْي ًف ۗل ف ِْطر‬


َ َِ‫ّللا ٰۗذ‬
ُ‫ك اَ ِّديْن‬ ِ ٰ ‫لس َعلَ ْي َه ۗل ََل َت ْب ِد ْي َل َ َِخ ْل ِق‬ ِٰ ُ
َ ‫ّللا اََّتِيْ َف َط َر اَ َّن‬ َ َِ ِ َ َ َ ْ
ٰ
ِ ‫ْاَ َُ ِّي ُۙ ُم َوَُِنَّ اَ ُْ َث َر اَ َّن‬
‫لس ََل َيعْ لَم ُْو ُۙ َن‬
Artinya;
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.

Selanjutnya potensi anak akan semakin kuat ketika akal-kecedasan manusia


diaktifkan untuk mendukungnya. Karakter akal yang yang rasional selalu mendorong agar
kita mempertanyakan dan menganalisis apa pun yang dilihat dan mampu untuk
dipahaminya sebagai sesuatu yang penting masalah keyakinan adalah ranah yang teramat
agung didalam kehidupan, karena itu akal dan kecerdasan akan mendorong manusia untuk
memikirkannya. Diantara pertanyaan akal yang mendasar adalah, “ benarkah alam semesta
ini diciptakan,” atau” apakah alam semesta ini ada penciptanya; dan mengapa alam
semesta ini diciptakan dan untuk apa aku dilahirkan? Sungguh, didalam literature islam
pertanyaan pertanyaan seperti ini dibicarakan didalam kajian Usuluddin. Usuluddin adalah
kajian tentang asas-asas agama, yaitu tentang ketuhanan.
Sekarang pembahasan tertuju pada deskripsi najar. Najar adalah upaya seseorang
untuk merenung, berfikir, dan menganalisis tentang hakikat kehidupan, pencipta, yujuan-
tujuan penciptaan, dan hal-hal lain. Najar menjadi sangat penting untuk mengukuhkan
keberimanan seorang menjadi lebih kuat. Iman tanpa nazar kerap hanya sebagai keyakinan
tanpa argumentasi (dalil) yang rentan terhdap ajakan konversi agama(murtad) atau justru
terjebab kedalam kepercayaan yang keliru .
Nazar tersrbut akan mengantarkan pada pengetahuan atas kenisbian dirinya dalam
sekitarnya. Kenisbian itu akan membawahnya pula untuk memahami adanya yang muthlak
yang menguasai, mengatur, dan menciptakan segala sesuatu yang nisbi tersebut. Kesdaran-
kesadaran seperti ini akan mengantarkan manusia untuk mengimani adanya tuhan yang
menguasai dan menciptakan alam semesta. Ada sejumlah teori untuk membuktikan
keberadaan tuhan yang pencipta alam semesta ini. Satu diantara teori tersebut dikenal
dengan teori teleologis.
Suatu aktifitas nazhar yang dilakukan akan menghantarkan kepada pengetahuan
atas eksistensi pencipta yang maha sempurna pada satu sisi yang lain. Kenisbian dirinya
itu akan meng-ukuhkannya untuk memahami bahwa pencipta adalah zat yang mutlak yang
menguasainya, mengatur, dan menciptakan segala sesuatu yang nisbi tersebut. Kesadaran-
kesadaran seperti ini mengantarkan manusia untuk mengimani adanya tuhan yang
menguasai dan mencipta alam semesta ini.
Walaupun seseorang itu, alam semesta dan makhluk sekitar adalah nisbih tetapi
semua itu bukanlah sesuatu yang sederhana. Ia akan menyaksikan betapa tata surya dan
planet-planet diangkasa tertata dengan baik dan berjalan dalam satu sistem dan mekanisme
yang teratur dalam milyaran tahun. Ini bukan hal yang mudah dan bukan pula kebetulan
terbentuk dan tercipta dengan sendrinya. Sebab, dalam pandangan empiris manusia,
keteraturan sebuah sistem tidaklah muncul begitu saja tanpaada yang merancang dan
mewujudkan rancangan sedemikian baik dan teratur disini dia akan menemukan
pengetahuan bahwa alam semesta ini bukanlah sesuatu yang tercipta dengan sendirinya
secara kebetulan tanpa ada yang mencipta dan mengaturnya. Demikian juga ketika ia
melihat dirinya sendiri yang terdiri dari anggota tubuh yang tersusun dalam satu sistem
yang sangat baik, maka ia akan sadar bahwa ini semua sperma dan ovum dalam suatu
reproduksi akan mewujudkan suatu janin tanpa ada yang menciptakan suatu sistem itu akan
berjalan dengan baik dan berlangsung secara berkesinambungan. Demikian pula ketika ia
sudah dilahirkan ia dibekali dengan sumber daya seperti perasaan-perasaan diddalam hati,
rasa yang dimilikinya melalui indara, daya nalar melalui akal, damn lainnya untuk
melakukan atau merespon sesuatu.
Ketahuilah, persaan didalam jiwa manusia memotivasinya untuk dapat melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan, bagi masyarakat modern mereka lebih mudah
mengakui adanya tuhan ketimbang masyarakat primitif. Kedatangan para rasul selalu
membawa kabar tentang keadaaan yang gaib. Seperti tentang adanya tuhan, malaikat, hari
kiamat, dan informasi tentang sesuatu yang terjadi pada masa depan, disamping itu,
masyarakat modern bisa menguji kebenaran informasi itu melalui kitab-kitab suci yang
dibawa oleh rasul tersebut kebenaran informasi tersebut menunjukkan kebenarannya
tentang eksistensinya sebagai wahyu ALLAH. Misalnya didalam al-quran disebutkan
sejumlah informasi tentang berbagai hal yang bisa dibuktikan oleh berbagai kalangan,
termasuk penganut empirisme, positivisme, materialisme dan freudianisme.
Kalamulah al-quran misalnya, telah menginformasikan diseputar isyarat-isyarat
ilmiah tentang reproduksi manusia, kejadian alam semesta, ihwal awan, gunung, berita-
berita masa akan datang (telah terbukti saat ini), dan sebagainya telah dibuktikan saintis
kebenarannya (paling tidaktemuan saintis ini sejalan dengan tunjukan dan ayat-ayat al-
quran). Penemuan oleh kalangan saintis dari berbagai penganut filsafat itumembuktikan
bahwa informasi yang dibawa oleh para rasul itu adalah berita kebenaran. Informasi seperti
itu tidak mungkin diciptakan oleh manusia seperti Muhammad saw, yang hidup didalam
kegelapan sains. Jika informasi tentang isyara-isyarat sains didalam al-quran tersebut
diakui kebenarannya secara ilmiah, maka informasinya tentang wuhud tuhan, dan berita-
berita gaib lainnya didalam kitab tersebut juga merupakan kebenaran. Bahkan penjajakan
terhadap hal-hal yang gaib seperti ruh juga telah dilakukan oleh kalangan peneliti misalnya
Arther J. Alison, kedua departemen Electrical dan Electronic di British University.
Penelitian yang dilakukannya dengan alat-alat elektronik tersebut selama 6 tahun
menangkap adanya sesuatu yang keluar dari tubuh manusia ketika tidur dan masuk kembali
ketika terbangun. Dia tertegun ketika hasil penemuannya sesuai dengan informasi al-quran
yang kebetulan ditemukan didalam terjemahan al-quran surah az-Zumar ayat 42 ia
mengakui bahwa tuhan yang menginformasikan ruh tersebut didalam wahyunya itu
memang ada dan tak bisa dibantahkan, sebab, tidak mungkin nabi Muhammad saw
membuat-buat informasi tersebut. Informasi itu pasti datangnya dari yang maha
mengetahui.
Gambaran diatas mungkin akan mengundang pertanyaan. Mengapa tuhan tidak
dapat dilihat dan tidak menampakkan dirinya kepada makhluk padahal jika tuhan dapat
dilihat pada munusia maka semua menjadi lebih jelas dan tidak mengakibatkan ajang
perdebatan makhluknya? Ini adalah pertanyaan yang sangat klasik. Tetapi akan tetap
menjadi pertanyaan kedepan oleh sejunlah orang.
Harus dipahami bahwa potensi untuk menemukan kebenaran sesuatu, bahkan untuk
menyadari keberadaan ALLAH, tidak saja bertumpuh pada penglihatan indera. Dengan
demikian, kebenarannya tidak saja bertumpuh pada sesuatu yang dapat dilihat oleh
inderawi, tetapi juga bisa pada sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan, disadari, dan
diimani.sesuatu yang dilihat belum tentu bisa dirasakan dan sesuatu yang dpat dkirasakan
belum tentu dapat dilihat. Dengan demikian, sesuatu itu dipahami ada bukan karena bisa
dilihat inderawi, tetapi dia dipahami karena ada esksistensi atau keberadaannya, karena
itulah didalam Islam, untuk mengimani ALLAH manusia harus mengaktifkan seluruh
potensi dirinya sesuai dengan kemampuan dan ranah cakupannya. Hal ini dapat dipahami
berdasarkan dari ayat ayat ALLAH yang menyuruh manusia untuk melihat ciptaannya,
merasakan nikmat-nikmat-Nya, dan membuktikan kebenaran wahyu-Nya.

B. Keniscayaan Mengimani Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup


Dalam uraian berikut ini anda akan menemukan pencarian kebenaran dari seseorang yang
semula ateis dan tidak mengakui adanya keberadaan tuhan, namun akhirnya dia mengakui
eksistensi tuhan. Akan tetapi, ia dihadapkan pada pencarian kebenaran diantara keyakinan
agama-agama yang ada.
“ seorang ateis pernah meragukan eksistensi keateisannya. Ia berulang kali menganalisis
dalil-dalil materialisme dan positivisme yang diyakininya sebagai kebenaran, namun ia
selalu terbentur pada hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh pendekatan materialisme dan
positivisme tersebut. Ia tidak bisa menghindari adanya campur tangan tuhan didalam setiap
kesimpulan penelitian analisisnya. Akhirnya ia meyakini keberadaan tuhan dan keharusan
menyembahnya. Namun ia harus memilih diantara agama-agama tersebut.”
“ pada suatu ketika ia berjumpa dengan seorang muslim, maka terjadilah dialog
diantara meraka, ia bertanya. “mengapa anda memilih Islam sebagai keyakinan anda . apa
yang mendorong anda melakukannya?” pertanyaan ini selalu ia kemukakan kepasa setiap
pemeluk agama yang dia jumpai. Muslim tersebut menjawab. “aku memilih islam karena
beberapa pertimbangan. Pertama, agama ini memiliki kitab suci al-quran yang diwahyukan
oleh ALLAH sejak masa Rasulullah saw masih hidup karena itu tidak ada pemalsuan dan
keraguan terhadap orisinalitas terhadap ayat-ayatnya dari sang penerima wahyu.” Dan
dialihbahasakan. Al-quran hanya boleh ditafsirkan dengan menggunakan berbagai bahasa
dengan tetap menjaga redaksi dan bahasa aslinya.” Sang muslim tersebut melanjutkan
alasannya.” Al-quran adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh puluha, ratusan,
ribuan, bahkan jutaan umat manusia setiap jaman sejak ia diturunkan. Karena itu ia tetaplah
autentik sesuai dengan firman ALLAH pada surah al-hijr ayat 10. Ini menjadi mukjizat
yang takterbantahkan dari kitab suci ini.” Kenyataan ini tidak dijumpai dalam agam dan
keyakinan manapun sampai saat ini. Lalu apa yang kedua, Tanya san ateis.
“kedua, sejak era diturunkannya al-quran, ALLAH telah menantang manusia dan
jin untuk dapat membuat satu surah saja seperti kaualitas al-quran dan segala dimensinya,
tetapi hingga saat ini tidak ada yang mampu melakukannya. Al-quran memiliki ketinggian
redaksi dan bahasanya yang tidak tertandingin hingga saat ini ayat-ayat al-quran sebagai
sumber ajaran Islam telah teruji kebenaran kandungannya. Sampai sat ini, telah ditemukan
bukri kebenaran itu, baik dari sisi syarat ilmiah, maupun kenyataan yang ada. Keterbuktian
syarat itu bukan hanya satu kasus atau dua kasus saja akan tetapi merata diberbagai dimensi
ilmiah baik dari efektifitas sanksi hukum dalam meredam krimminalitas, tatanan dan
rekayasa sosial menuju pribadi dan masyarakat bahagia, keseimbangan kehidupan,
ekonomi kesejahteraan, politik berketuhanan, nerpradab-an, dan berkeadilan, sains,
ekonomi, kedokteran, dan lainnya. Hal ini mustahil sebagai rekayasa atau dibuat-buat oleh
manusia seperti nabi Muhammad saw. Sebab, pada zaman al-quran diwahyukan, sains dan
ilmu pengetahuan masih sangat sederhana. Karena itu, petunjuk al-quran tersebut tentunya
bukan berasal dari manusia yang ummi (tidak pandai tulis baca) seperti nabi Muhammad
saw yang hidup di gurun. Selanjutnya, Tanya sang ateis, apa lagi?”
“ketiga dilihat dari keterpaduan kandungan ayat-ayat alquran, dan pemenuhan
terhadap kebutuhan hidayah manusia untuk menata duniawi dan ukhrawi. Sehingga, tidak
ada ruang dan waktu dalam kehidupan seorang muslim yang disitu tidak ada ajaran Islam.
Karena itu islam tidak mengenal sekularisme.” Ajaran islam memberikan bimbingan
terhadap apapun yang dibutuhkan manusia sebagai hidayah, baik urusan pribadi, urusan
keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Semua itu merupakan nikmat ALLAH untuk
kesejahteraan seluruh umat manusia.”apa yang keempat, Tanya ateis .
“muslim menjawab dengan tenang,” dalam pada itu. Islam adalah agama yang
melanjutkan misi tauhid pra nabi dan rasul, sejak nabi Adam as, Idris as, Nuh as, Luth as,
Ibrahim as, dan seterusnya sampai nabi Musa as, Isa as, dan ditutup oleh Nabi Muhammad
saw. Semua Nabi dan Rasul itu mengajak pada tauhid, yang mengesahkan ALLAH. Tidak
seorang dari para nabi dan rasul itu menuhankan apapun dan siapapun selain ALLAH.
Ajaran yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw. Sama dengan Nabi sebelumnya,
perbedaannya hanya terletak pada kesempunaan syariatnya. Kesempurnaan ajaran agama
ALLAH terdahulu ada pada agama Islam yang dibawah Nabi Muhammad saw.dengan
demikian Islam adalah mata rantai dengan agama-agama tauhid sebelumnya, islam menjadi
koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan ajaran monotaisme para Nabi yang
diselewengkan oleh pengikutnya.” Sang ateis kelihatannya sudah terpuaskan dengan tiga
jawaban ini dan semoga ALLAH memberi hidayah taufiq.”
Dari diskusi diatas ada tiga hal mendasra mengapa seseorang harus memilih Islam
sebagai keyakinannya. Pertama, berkenaan dengan eksistensi kitab suci alquran. Kedua
dari sisi ajaran dan kebenaran ilmiah. Ketiga keterpaduan kandungan dan pemenuhan atas
kebutuhan pedoman hidup manusia dalam segala keadaaan dan berlaku sepanjang zaman.
Keempat, dari sisi sejarah keberimanan manusia, yaitu para Nabi dan Rasulnya.

C. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid


Setelah memahami semua penjelasan diatas, kita akan melanjutkan uraian masalah yang
berkenaan dengan sesuatu keniscayaan bagi setiap manusia untuk beriman dan bertauhid.
Dengan kata lain, ketika seseorang telah meyakini adanya pencipta alam semesta, lalu ia
menemukan islam senbagai agama kebenaran dan mengharuskannya secara objektif harus
ia pilih, maka konsekwensi dari semua itu adalah sekiranya ia mewujudkannya di dalam
keyakinannya dan perilakunya. Jika ia tidak bersikap demikian, maka ia telah mengingkari
kebenaran itu sendiri.
Menurut bahasa, iman artinya percaya. Oleh sebab itu, setiap ajaran Islam yang
berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman dengan demikian, iman mengambil
pusat kesadarannya didalam hati manusia. Para ulama membrikan terminology iman
dengan beragam istilah. Namun dengan demikian, disepakati bahwa keimanan itu diawali
dengan pengikraran seseorang terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan lidah,
membenarkan dengan sepenuh hati tanpa keraguan, dan merealisasikan tuntunan-tuntunan
keimanan itu dengan anggota tubuh. Inilah kerangkah dasar iman yang disepakati Ahli
sunnah wa al-jamaah.
Al-Iqrar (mengikrarkan) dengan lisan berarti mengucapkan dua kalimat syahadat,
yaitu bersaksi tiada tuhan selain ALLAH dan Nabi Muhammad adalah utusan ALLAH.
Membenarkan dengan sepenuh ahti artinya mempercayai/meyakini sepenuhnya hakikat
dari ikrarnya tersebut maka ia tergolong seorang yang munafik. ALLAH berfirman dalam
surah an-Nisa ayat 145:

ۚ ُۙ ِ ۚ ‫اِنَّ ْاَم ُٰن ِف ُِي َْن فِى اَدَّرْ كِ ْاَلَسْ َف ِل م َِن اَ َّن‬
‫لر َوََنْ َت ِجدَ ََ ُه ْم َنصِ يْرً ا‬
Artinya:
Sesunggunya orang orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bahwa
dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong bagi mereka.

Syahadat kepada ALLAH memiliki 7 syarat. Diantaranya adalah.

1. Ilmu (al-‘ilm), yaitu mengetahui dan memahami maksud dari syahadat tersebut, yaitu
apa yang ditiadakan (nafy) dan apa yang ditetapakan (itsbat)
2. Yakin al-yaqin), meyakini dengan sesungguhnya tanpa sedikitpun keraguan atas apa
yang diikrarkannya.
3. Menerima (al-qabul), menerima kandungan dan konsekuensinya dari syahadat tersebut,
yaitu menyembah ALLAH semata dan meninggalkan semua ibadanya kepada selan-
Nya.
4. Tunduk dan patuh (al-inqiyad), yaitu tunduk dan patuh terhadap kandungan dan makan
syahadat taugid tersebut. Oleh karena itu seorang yang bersyahadat tauhid tidak akan
membangkang terhadap titah ALLAH.
5. Jujur (ash-sidq), yaitu mengucapkan syahadat tauhid dengan hati yang tulus dan
membenarkannya. Oleh karena itu, seorang yang bersyahadat tauhid tidak
membedakan antara yang diikrarkannya dengan yang ada didalam hati.
6. Ikhlas (al-mahabbah), yaitu mencintai kalimat ini beserta segala isi dan
konsekuensinya.
7. Cinta (al-mahabbah), yaitu mencintai kalimat ini beserta segala ini beserta segala isi
dan konsekuensinya.

Syarat syahadah kepada nabi Muhammad saw. Memiliki 6 syarat, yaitu:

1. Mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. Dan meyakininya didalam hati sebagai
utusan ALLAH kepada makhluknya, jin dan manusia.
2. Mengucapkan dengan lisan sebagai suatu bukti pengakuan didalam hati
3. Mengikuti dan mengamalkan segalah sunnah-sunnanya sesuai dengan kedudukannya
didalam hukum takhlifi.
4. Membenarkan segala yang diinformasikannya, baik itu yang gaib maupun sesuatu yang
akan terjadi pada masa yang telah lalu maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cinta kepada diri sendiri, keluarga, harta, dan seluruh makhluk
ALLAH.
6. Mendahulukan sabdanya yang sahih dari semua pendapat siapapun dari makhluk
ALLAH.

ALLAH berfirman dalam surah Ali Imran ayat 18:


ۡۤ ٰ ٰ ‫َش ِه َد‬
ٰٓ َ ِ‫َل ا َِٰ َه ا ََِّل ه ُۙ َُو َو ْاَ َم ٰل ِى َُ ُة َواُوَُوا ْاَع ِْل ِم ََ ۤۡل ِىم ًۢۡل ِب ْلَُِسْ ۗط‬
‫َل ا َِٰ َه ا ََِّل ه َُو ْاَ َع ِز ْي ُز ْاَ َح ُِ ْي ُم‬ ٰٓ َ ‫ّللا ُ اَ َّن ٗه‬

Artinya:

Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan
orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa,
Maha-bijaksana.
Didalam Islam Tauhid tersebut dikenal dengan tiga macam tauhid, yaitu tauhid rubiyah,
tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma’wa sifat. Ketiga tauhid ini dirumuskan berdasarkan
tunjukan ajaran al-quran dan sunnah Nabi Muhammad saw. Ketiga tauhid ini tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya dan memiliki makan secara benar.

1. Mentauhidkan ALLAH dalam Penciptaan dan Pengaturan Alam Semesta


Tauhid dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta disebyt dengan tauhid
rubiyyah. Tauhid dalam rububiyah adalah mengesahkan ALLAH dalam segala
perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan seluruh
makhluk. ALLAH berfirman dalam surah az-Zumar ayat 62:

ٰٰ َ
‫ّللاُ َخلَ ُِق ُُ ِّل َشيْ ٍء ُۙوَّ ه َُو َع ٰلى ُُ ِّل َشيْ ٍء وَّ ُِيْل‬
Artinya:
Allah pencipta segala sesuatu dan dia maha pemelihara atas segala sesuatu.

Didalam ayat ini dipahami bahwa ALLAH pengusaha alam dan pengatur dan
pencipta alam semesta. Karena itu ALLAH lah yang mengangkat dan menurunkan dia
yang memuliakan dan menghinakan, serta maha kuasa atas segala sesuatu.
Allah juga juga berfirman dalam surah Luqman: 10-11

ْ‫ث ِف ْي َهل مِن‬َّ ‫ض َر َواسِ َي اَنْ َت ِم ْي َد ِب ُُ ْم َو َب‬ ِ ْ‫ُ ِب َغي ِْر َع َم ٍد َت َر ْو َن َهل َواَ َْ ُٰى فِى ْاَلَر‬
ِ ‫َخلَ َق اَس َّٰم ٰو‬
ۡۢ ۡۤ ۡۤ ْ ۗ ۡۤ
ۚ ٍ ‫ج َُ ِريْم‬ ٍ ‫ُُ ِّل َدا َّب ٍة َواَ ْن َزَ َنل م َِن اَ َّس َمل ِء َمل ًء َفل َ ْن َب ْت َنل ِف ْي َهل مِنْ ُُ ِّل َز ْو‬
Artinya:
Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan
kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang
bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Syaikh Salih Fauzan mengatakan, “perhatikanlah alam semesta ini, baik yang diatas
maupun yang dibawah dengan seluruh bagiannya, engkau pasti mendapati semua itu
menunjukkan kepada pembuat, pencipta, dan pemiliknya.

2. Mentauhidkan Allah dalam beribadah kepada-nya


Istilah yang digunakan dalam tauhid ini adalah tauhid uluhiyyah.ia dipahami sebagai
tauhid dalam ibadah. Karena itu, tauhid Uluhiyyah merupakan perbuatan hambah
dalam menyembah ALLAH. Dengan kata lain, tauhid ini adalah tindakan hambah
dalam mengesahkan ALLAH pada tindakan penyembahnya.
ALLAH berfirman dalam surah an-Nahl ayat 36:

َ ۚ ‫اَطل ُغ ْو‬ ٰ
‫ُ َف ِم ْن ُه ْم مَّنْ َهدَى‬ َ ٰ ‫و َ ََۚ َُ ْد َب َع ْث َنل فِيْ ُُ ِّل ا ُ َّم ٍة رَّ س ُْو ًَل اَ ِن اعْ ُب ُدوا‬
َّ ‫ّللا َواجْ َت ِنبُوا‬

‫لن َعل َِ َب ُة‬


َ َُ ‫ْف‬
َ ‫ظر ُْوا َُي‬ ِ ْ‫ُ َعلَ ْي ِه اَض َّٰللَ ُة ۗ َفسِ ْير ُْوا فِى ْاَلَر‬
ُ ‫ض َفل ْن‬ ٰٰ
ْ َُّ ‫ّللا ُ َو ِم ْن ُه ْم مَّنْ َح‬

‫ْاَ ُم َُ ِّذ ِبي َْن‬


Artinya:
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).

3. Mentauhidkan Allah pada Nama dan sifat-sifat-Nya


Istilah yang digunakan dalam tauhid ini adalah tauhid tauhid al-asma’wa ash-shifat.
Asma adalah jamak dari ism yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan nama.
Ash-shifat adalah jamak dari sifah yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah sifat.
Karena itu tidak tidak ada yang sama dengan sifat-sifat ALLAH.
ALLAH berfirman dalam surah al-a’araf 180:

ۖ ‫لِل ْاَلَسْ َم ۤۡل ُء ْاَحُسْ ٰنى َف ْلدع ُْوهُ ِب َه ۖل َو َذرُ وا اََّ ِذي َْن ي ُْل ِح ُد ْو َن ف ِْٰٓي اَسْ َم ۤۡل ِى ۗه َسيُجْ َز ْو َن َمل َُل ُن ْوا َيعْ َمل ُ ْو َن‬ ٰ
ِ ٰ ِ ‫َو‬
Artinya:
Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam memahami sifat-sifat ALLAH haruslah meyakininya sesuai dengan


petunjuk kalam ALLAH swt. Dan sunah Rasullah saw. Maksudnya, memaknai sifat-
sifat-Nya haruslah sebagaimana diajarkan utusan-Nya kepada para sahabat, lalu hal itu
diikuti generasi salaf,ahlus sunnah wa al-jamaah yang meniti jejak dan menapaki
langkah-langkah mereka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengenal Allah SWT atau ma’rifatullah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang
yang beriman, karena hal tersebut adalah syarat dari kekuatan iman seseorang. Maka dari
itu, perintah mengenal Allah merupakan perkara yang diharuskan kepada hamba-hamba-
Nya.Dalam ajaran Islam, mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta dan Pengatur alam
semesta dan seluruh makhluk merupakan suatu kewajiban. Dalam memahami sifat-sifat
ALLAH haruslah meyakininya sesuai dengan petunjuk kalam ALLAH swt. Dan sunah
Rasullah saw. Maksudnya, memaknai sifat-sifat-Nya haruslah sebagaimana diajarkan
utusan-Nya kepada para sahabat, lalu hal itu diikuti generasi salaf,ahlus sunnah wa al-
jamaah yang meniti jejak dan menapaki langkah-langkah mereka.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa tugas makalh ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
menerima saran dan keritikan yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid Ritonga, Beberapa Aspek tentang Ajaran Islam, Tiara Wacana, 2012.

Abdul Dawud, Sunan Abi Dawud, (al-Maktabah asy-Syamilah), Juz XIV, tt.

Anda mungkin juga menyukai