FAKULTAS EKONOMI
2020
1|Peraturan perpajakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Peraturan Perpajakan. Dalam hal ini penyusun masih dalam tahapan belajar, oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih
Kelompok 3
2|Peraturan perpajakan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Peraturan Perpajakan Teraru ............................................................................................5
3|Peraturan perpajakan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pandemik Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 telah memberikan tekanan
besar pada kondisi dunia, khususnya pada sektor ekonomi dan kesehatan. Mengutip dari
konferensi pers yang disampaikan oleh Sri Mulyani pada tanggal 1 April 2020, proyeksi
pertumbuhan ekonomi global 2020 terbaru adalah negatif atau mengalami resesi.
Perusahaan JP Morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi global -1,1%. Sedangkan The
Economist Intelligence Unit memprediksikan pertumbuhan ekonomi global -2,2%.
Lembaga-lembaga dunia mengubah strategi untuk menjaga kestabilan keuangan global,
serta mengalokasikan pembiayaan untuk menangani virus Corona dari berbagai arah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peraturan pajak terbaru selama
pandemic covid 19
D. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peraturan pajak
pada masa pandemic covid 19
4|Peraturan perpajakan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut data yang dimiliki oleh OECD negara anggota ASEAN paling banyak
mengeluarkan pernyataan kebijakan pajak adalah negara Singapura dimana pemerintahnya
telah mengeluarkan 17 pernyataan berada diposisi pertama, lalu kedua yaitu indonesia
sebanyak 14 pernyataan dan ketiga kamboja sebanyak 13 pernyataan, tiga negara teratas ini
adalah paling banyak mengeluarkan kebijakan pajak pada masa pandemi COVID-19
dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. Untuk negara anggota ASEAN lainnya telah
mengeluarkan pernyataan kebijakan pajak pada masa pandemi COVID-19 kurang dari
sepuluh pernyataan seperti Thailand 7, Laos 5, Malaysia 5, Myanmar 3, Vietnam 3, Filipina
2 pernyataan dalam menyatakan kebijakan pajak pada masa pandemi (Economic
Organisation for Co-operation and Development, 2020).
Kebijakan Pajak Indonesia dalam masa Pandemi COVID-19, kebijakan diterbitkan yang
diberlakukan untuk dapat menjaga tercapai perolehan dana dari pajak dan efektivitas
pengumpulannya. Salah satu kebijakan pajak adalah penetapan tarif pajak, maka perlu untuk
membuat kebijakan oleh pemerintah atas penetapan tarif pajak yang sesuai atau efektif yang
berimbas positif terhadap nilai investasi (Harahap, Sinaga, Manurung, & Maulana, 2018).
Harapannya untuk menahan dampak pandemi virus corona pada ekonomi Indonesia.
Pemerintah telah mengeluarkan 14 pernyataan kebijakan pajak dirangkum oleh data yang
dikeluarkan OECD diantaranya berkaitan tentang pengurangan tarif pajak penghasilan
badan, penangguhan pembayaran pajak, tingkat limit restitusi, penangguhan pembayaran
pajak, keringanan pajak, dan lainnya berkaitan tentang perpajakan pada masa pandemi
COVID-19. Dari 14 pernyataan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP),
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER Dirjen
Pajak).
Pernyataan kebijakan pajak telah diklasifikasikan menurut data OECD menemukan bahwa
sebanyak 7 kebijakan terkait dengan keringanan pajak yang berhubungan langsung dengan
pajak pendapatan usaha perusahaan, pajak pendapatan orang pribadi dan pajak konsumsi
dalam hal biaya impor barang konsumsi. Kemudian masing-masing sebanyak 2 kebijakan
pajak terkait penangguhan pajak dan restitusi pajak.
5|Peraturan perpajakan
Terdapat satu kebijakan pajak yang sangat membantu Wajib Pajak khususnya WP Badan
dalam hal penurunan tingkat pajak pendapatan perusahaan. Langkah ini diambil oleh
pemerintah untuk membantu dan melindungi bisnis Wajib Pajak dari adalnya likuidasi pada
waktu mendatang akan lebih semakin berat. Kebijakan terkait pajak, diambil dengan tujuan
utamanya oleh pemerintah merupakan dasar yang dipengaruhi keadaan pandemi COVID-19
yaitu terkait dalam hal mendukung sistem Kesehatan yang membantu penanganan dan
penanggulangan wabah pandemi COVID-19. Pemerintah memberikan insentif pajak untuk
barang-barang dan jasa-jasa yang diperuntukan dalam menanggulangi pandemi COVID-19
antara lain atas pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan usaha dan pajak impor terbitlah
PMK No. 28/2020.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Virus Corona 2019 (COVID-19).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28 / PMK.03 / 2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak
atas Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Penyakit
Virus Pandemi Corona 2019.
Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-1 / AG / 2020 tentang Penjelasan
Standar Biaya yang diperlukan dalam Kerja Dari Rumah (WFH).
6|Peraturan perpajakan
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.19
Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya
Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan Instansi Pemerintah.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.34
Tahun 2020 tentang Perubahan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No.19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil
Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan Instansi
Pemerintah.
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.50
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No.19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja
Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan
Instansi Pemerintah.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 06/SE/M/2020
tentang Penanganan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10/SE/M/2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran selama Masa Pencegahan Penyebaran COVID-19
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-369 / PB / 2020 tanggal 27 April
2020 tentang Pemutakhiran Akun dalam rangka Penanggulangan Penyakit Virus Pandemi
Corona 2019 (COVID-19).
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak
terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).
Manfaat kebijakan bagi Wajib Pajak yaitu penurunan tarif sampai dengan pembebasan atas
pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan didapat oleh Wajib Pajak. Gunanya
untuk menjadi tambahan penghasilan bagi Wajib Pajak Pribadi (WPOP), karena
7|Peraturan perpajakan
ditanggungnya pajak atas penghasilan mereka. Tambahan modal dalam arus kas bagi Wajib
Pajak Badan (WP-Badan) dimanfaatkan seperti menurunnya setoran yang dibayar atas PPh
Ps. 25 dan penurunan tarif pajak atas penghasilan usaha kerena telah terjadi pengurangan
aktivitas atau bahkan menghentikan usaha karena dampak dari COVID-19. Pemerintah juga
memberikan insentif bagi Wajib Pajak UMKM yaitu penurunan tarif pajak agar manfaatnya
dapat dijadikan inovasi dalam usaha dan bertahan pada masa pandemi seperti ini. Dalam
penanganan dampak dari wabah COVID- 19, pemerintah juga memberikan insentif kepada
Wajib Pajak yang membantu dalam penanganan COVID-19 seperti menurunnya tarif dan
pembebasan atas PPh, bertujuan untuk mempercepat penanganan dampak dari COVID-19.
Keterbatasan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam pencarian data
sekunder sehingga untuk menindaklanjuti kemanfaatan kebijakan pajak yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah, terutama terkait dengan manfaat bagi Wajib Pajak secara
langsung dirasakan. Analisis lebih lanjut dapat menggunakan pendekatan kuantitatif agar
dapat menemukan hasil berbasis data primer yang dapat diuji validitas dan reliabilitasnya
secara statistik, sehingga dapat melengkapi penelitian ini sebagai respon manfaat bagi Wajib
Pajak berkaitan dengan kebijakan pajak yang dikeluarkan pemerintah dimasa pandemi
COVID
8|Peraturan perpajakan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2019 tentang
Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan
Terbuka
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2020 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 Menjadi Undang-Undang
PMK Nomor 48/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut,
Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa Kena Pajak melalui
Perdagangan melalui Sistem Elektronik
PMK Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
PER-08/PJ/2020 tentang Penghitungan Angsuran Pajak Penghasilan untuk
Tahun Pajak Berjalan Sehubungan dengan Penyesuaian Tarif Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan
PER-06/PJ/2020 tentang Tata Cara Penyampaian, Penerimaan, dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan Sehubungan Dengan Pandemi Coronavirus
Disease 2019
KEP-178/PJ/2020 tentang Perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian
Pelayanan Administrasi Perpajakan Dalam Keadaan Kahar Akibat Pandemi
Coronavirus Disease 2019
PMK Nomor 29/PMK.03/2020 tentang Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
Perpajakan dalam Keadaan Kahar Akibat Pandemi Corona Virus Disease 2019
PMK Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak terhadap
Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019
Perpu No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
9|Peraturan perpajakan
19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
PMK Nomor 23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Wabah Virus Corona
KEP-156/PJ/2020 tentang Kebijakan Perpajakan Sehubungan Dengan
Penyebaran Wabah Virus Corona 2019
Sejalan dengan upaya pemerintah dalam penerapan tatanan hidup baru, maka mulai
tanggal 15 Juni 2020 unit-unit pelayanan DJP kembali membuka layanan tatap muka
namun disertai denganbeberapa pembatasan.
Layanan tatap muka tidak disediakan untuk beberapa layanan yang sudah tersedia secara
daring.
Layanan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak disediakan melalui tatap
muka. Masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran NPWP dapat mengakses aplikasi e-
Registration.
Badan
Orang Pribadi
10 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Pelaporan SPT
Bagi Wajib Pajak yang telah wajibmelaporkan SPT-nya melalui e-filing, maka pelaporan
SPT dilakukan melalui aplikasi e-filing yang tersedia pada situs www.pajak.go.id.
Selain hal tersebut, pelaporan SPT dapat disampaikan melalui TPT atau dikirimkan
melaui pos tercatat atau ekspedisi tercatat
Pengajuan permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF) diajukan secara daring melalui situs
www.pajak.go.id.
Validasi atas pembayaran PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
diajukan secara daring melalui situs www.pajak.go.id.
Layanan konsultasi perpajakan disediakan secara tatap muka, namun Wajib Pajak
diharuskan terlebih dahulu untuk membuat janji melalui saluran komunikasi unit kerja
terkait (www.pajak.go.id/unit-kerja).
Satu email wajib pajak hanya untuk satu permohonan layanan lupa EFIN
Permohonan Wajib Pajak lewat email dilengkapi Proof of Record
Ownership (PORO)
Dalam hal belum dilengkapi data di atas, Wajib Pajak mengirimkan
swafoto/selfie dengan memegang KTP dan kartu NPWP
Petugas melakukan pengecekan kesesuaian data yang diberikan oleh wajib
pajak dengan basis data DJP
Apabila semua data sesuai, petugas membuat dan mengirim pemberitahuan
EFIN dalam bentuk PDF melalui email.
12 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Informasi lebih detil tentang tata cara dan syarat pengajuan permintaan kembali Pajak
Pertambahan Nilai dapat diakses pada laman berikut:
https://www.pajak.go.id/en/pengumuman/temporary-vat-refund-electronic-service.
INSENTIF PERPAJAKAN
Pemerintah memberikan Stimulus Fiskal Jilid II untuk menjaga stabilitas daya beli masyara
kat dan produktivitas sektor industri tertentu dalam mengurangi dampak wabah COVID-19.
PPh pasal 21
Insentif PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah untuk penghasilan yang diterima pegawai
dengan kriteria:
Penghasilan bruto yang bersifat tetap dan teratur dan disetahunkan tidak lebih
dari Rp200.000.000.
Pemberi kerja yang mendapatkan fasilitas ini wajib menyampaikan laporan bulanan realisasi
PPh Pasal 21 DTP.
PPh pasal 22
Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor bagi Wajib Pajak dengan kriteria:
Wajib pajak harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan (SKB)
PPh Pasal 22 Impor secara tertulis atau melalui saluran lain kepada Kepala KPP tempat
wajib pajak pusat terdaftar melalui www.pajak.go.id.
Jangka waktu pembebasan berlaku sejak tanggal SKB diterbitkan sampai dengan 31
Desember 2020.
PPh pasal 25
Wajib pajak yang bergerak di salah satu dari 1.013 bidang industri tertentu;
14 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
50%
Wajib pajak harus melakukan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran PPh kepada
Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
Jangka waktu pengurangan berlaku sejak masa pajak pemberitahuan disampaikan, sampai
dengan masa Desember 2020.
Rincian industri, contoh penghitungan, tata cara pengajuan, serta format laporan realisasi
pemanfaatan fasilitas dapat dilihat di PMK-86/PMK.03/2020.
yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp5 miliar, tanpa persyaratan melaukan kegiatan tertentu seperti melakukan ekspor
barang atau jasa kena pajak, penyerahan kepada pemungut PPN, atau penyerahan yang tidak
dipungut PPN.
Pengembalian pendahuluan lebih bayar PPN dilakukan sesuai dengan tata cara
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
15 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Rincian industri, contoh penghitungan, tata cara pengajuan, serta format laporan realisasi
pemanfaatan fasilitas dapat dilihat di PMK Nomor 86/PMK.03/2020.
Insentif PPN
Insentif PPh
Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 21 (tanpa SKB) kepada Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri atas imbalan jasa yang diperoleh dari pihak tertentu
Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor (tanpa SKB) atas impor
dan/atau PPh Pasal 22 (dengan SKB) atas pembelian barang oleh pihak tertentu
Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 (dengan SKB) atas penjualan
barang yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak tertentu
Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23 (dengan SKB) kepada wajib
pajak badan Dalam Negeri dan BUT atas imbalan jasa yang diperoleh dari pihak
tertentu
Barang berupa:
Obat-obatan
Vaksin
16 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Alat laboratorium
Alat pendeteksi
Alat pelindung diri
Alat perawatan pasien
Alat pendukung lainnya
Jasa berupa
Jasa konstruksi
Jasa konstruksi, teknik, dan manajemen
Jasa persewaan
Jasa pendukung lainnya
Badan/Instansi Pemerintah
Rumah Sakit rujukan
Pihak Lain
Pelaku UMKM mendapat fasilitas pajak penghasilan final tarif 0,5% (PP 23/2018) yang
ditanggung pemerintah hingga 31 Desember 2020.
Dengan demikian wajib pajak UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak dan pemotong
atau pemungut pajak tidak melakukan pemotongan atau pemungutan pajak pada saat
melakukan pembayaran kepada pelaku UMKM.
17 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Cara Pengajuan Insentif
1. Login ke www.pajak.go.id
2. Masuk ke menu layanan
3. Pilih Info KSWP
4. Sroll ke bawah menuju Profil Pemenuhan Kewajiban Saya
5. Pilih fasilitas yang ingin dimanfaatkan
Pokok-pokok terkait insentif perpajakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 44/PMK.03/2020 dapat diakses melalui tautan berikut:
18 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Insentif Perpajakan
Tambahan Pengurangan Pengahsilan Neto atas Produksi Alkes dan Pembekalan Kesehatan
Rumah Tangga
Wajib pajak dalam negeri yang memproduksi alat kesehatan, antiseptic hand sanitizer, dan
disinfektan dapat menerima tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari
biaya produksi yang dikeluarkan. Alat kesehatan yang dimaksud meliputi masker bedah dan
respirator jenis N95, pakaian pelindung diri, sarung tangan bedah, sarung tangan
pemeriksaan, ventilator, dan reagen diagnostic test untuk Covid-19. Fasilitas ini dapat
diperoleh hingga 30 September 2020.
Wajib pajak yang memberikan donasi atau sumbangan dalam rangka penanggulangan
wabah Covid-19 dapat memperhitungkan donasi atau sumbangan sebagai pengurang
penghasilan bruto. Sumbangan yang dapat diperhitungkan adalah sumbangan dalam bentuk
uang, barang, jasa, atau pemanfaatan harta tanpa kompensasi, yang diberikan kepada Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Sosial, atau lembaga lain yang telah memperoleh izin
19 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
penyelenggaraan pengumpulan sumbangan. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30
September 2020.
Tenaga kesehatan serta tenaga pendukung kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan
kesehatan untuk penanganan Covid-19 dan mendapatkan honorarium atau imbalan lain dari
pemerintah dapat menerima penghasilan tambahan tersebut secara penuh karena dikenai
pajak penghasilan dengan tarif 0 persen. Tenaga kesehatan yang dimaksud termasuk dokter
dan perawat, sedangkan tenaga pendukung kesehatan antara lain asisten tenaga kesehatan,
tenaga kebersihan, tenaga pengemudi ambulans, tenaga administrasi, tenaga pemulasaran
jenazah, serta mahasiswa di bidang kesehatan yang diperbantukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30 September 2020.
Tarif PPh 0% atas persewaan tanah bangunan dalam rangka penanggulangan covid-19
Wajib pajak yang menyewakan tanah, bangunan atau harta lainnya kepada pemerintah
dalam rangka penanganan Covid-19 dan mendapatkan penghasilan sewa dari pemerintah
dapat menerima penghasilan tersebut secara penuh karena dikenai pajak penghasilan dengan
tarif 0 persen. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30 September 2020.
Selain memberikan fasilitas untuk kegiatan dalam rangka penanganan Covid-19, pemerintah
juga memberikan fasilitas kepada emiten yang melakukan pembelian kembali saham yang
diperjualbelikan di bursa (stock buyback) dalam rangka mempertahankan stabilitas pasar
saham berdasarkan kebijakan pemerintah pusat atau Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka
stabilisasi pasar saham. Fasilitas yang diberikan adalah wajib pajak yang melakukan
pembelian kembali saham sampai dengan 30 September 2020 dianggap tetap memenuhi
persyaratan tertentu untuk memperoleh tarif PPh badan lebih rendah.
20 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
KEBIJAKAN PERPAJAKAN
Tarif PPh Badan masuk bursa(persyaratan tertentu) menjadi 3% lebih rendah dari tarif
umum sehinga menjadi:
21 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Perlakuan Pajak kegiatan Perdagangan Melalui sistem Elektronik
Untuk memberikan waktu yang cukup bagi Wajib Pajak dan DJP dalam memenuhi
kewajiban masing-masing, selama periode kahar akibat pandemic COVID-19.
Bagi DJP:
22 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambli kesimpulan jika semua negara anggota
ASEAN telah melakukan upaya untuk dapat mengurangi dampak dari pandemi COVID-
19. Pemerintah Indonesia dengan peraturan perundang- undangan sebagai produk dari
kebijakan yang menyangkut kepentingan publik, telah mengerahkan usahanya dalam
menyusun kebijakan agar dapat merangsang keadaan saat pandemi untuk semua lini
yang terdampak mengalami penurunan atau perlambatan agar dapat naik kembali dan
laju pertumbuhannya menjadi stabil kembali.
Manfaat kebijakan bagi Wajib Pajak yaitu penurunan tarif sampai dengan
pembebasan atas pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan didapat oleh
Wajib Pajak. Gunanya untuk menjadi tambahan penghasilan bagi Wajib Pajak Pribadi
(WPOP), karena ditanggungnya pajak atas penghasilan mereka. Tambahan modal dalam
arus kas bagi Wajib Pajak Badan (WP-Badan) dimanfaatkan seperti menurunnya setoran
yang dibayar atas PPh Ps. 25 dan penurunan tarif pajak atas penghasilan usaha kerena
telah terjadi pengurangan aktivitas atau bahkan menghentikan usaha karena dampak dari
COVID-19. Pemerintah juga memberikan insentif bagi Wajib Pajak UMKM yaitu
penurunan tarif pajak agar manfaatnya dapat dijadikan inovasi dalam usaha dan
bertahan pada masa pandemi seperti ini. Dalam penanganan dampak dari wabah
COVID- 19, pemerintah juga memberikan insentif kepada Wajib Pajak yang membantu
dalam penanganan COVID-19 seperti menurunnya tarif dan pembebasan atas PPh,
bertujuan untuk mempercepat penanganan dampak dari COVID-19.
Keterbatasan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam
pencarian data sekunder sehingga untuk menindaklanjuti kemanfaatan kebijakan pajak
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, terutama terkait dengan manfaat bagi Wajib
Pajak secara langsung dirasakan. Analisis lebih lanjut dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif agar dapat menemukan hasil berbasis data primer yang dapat diuji validitas
23 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
dan reliabilitasnya secara statistik, sehingga dapat melengkapi penelitian ini sebagai
respon manfaat bagi Wajib Pajak berkaitan dengan kebijakan pajak yang dikeluarkan
pemerintah dimasa pandemi COVID-19.
24 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
DAFTAR PUSTAKA
Economic Organisation for Co-operation and Development. (2020). covid-19 tax policy and
other measures. Oecd.Org. Retrieved from https://www.oecd.org/coronavirus/en/
Faisal, M., & Nirmala, M. P. (2020). COVID-19 and Economic Policy Options: What Should
the Government do? Jurnal Inovasi Ekonomi, 5(3), 45–52.
https://doi.org/10.22219/jiko.v5i3.11834
Hamzah, A. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Batu: Literasi Nusantara. Harahap, M.,
Sinaga, B. M., Manurung, A. H., & Maulana, T. N. A. (2018).
Ihsanuddin. (2020, March 2). Jokowi Umumkan Dua WNI Positif Corona di
Indonesia.Kompas.Com. Retrieved from
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-news- jokowi-umumkan-
dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all
Kusuma, H. (2020, March 10). Sri Mulyani Naikkan Batasan Restitusi Hingga Rp
5 Miliar. Detik.Com. Retrieved from https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-
4932881/sri-mulyani-naikkan-batasan-restitusi-hingga- rp-5-miliar%0AMau
25 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
26 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n