Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERPAJAKAN

PERATURAN PAJAK TERBARU SELAMA PANDEMI COVID-19

CITRA GUSPIANTI SIAHAAN


ELFRIDA SIMANULLANG
FATIMAH AINI
MIRA ARDIAL

WINDA PUTRI UTAMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1|Peraturan perpajakan
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah
ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Peraturan Perpajakan. Dalam hal ini penyusun masih dalam tahapan belajar, oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih

Medan, November 2020

Kelompok 3

2|Peraturan perpajakan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Peraturan Perpajakan Teraru ............................................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................................24


3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

3|Peraturan perpajakan
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pandemik Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 telah memberikan tekanan
besar pada kondisi dunia, khususnya pada sektor ekonomi dan kesehatan. Mengutip dari
konferensi pers yang disampaikan oleh Sri Mulyani pada tanggal 1 April 2020, proyeksi
pertumbuhan ekonomi global 2020 terbaru adalah negatif atau mengalami resesi.
Perusahaan JP Morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi global -1,1%. Sedangkan The
Economist Intelligence Unit memprediksikan pertumbuhan ekonomi global -2,2%.
Lembaga-lembaga dunia mengubah strategi untuk menjaga kestabilan keuangan global,
serta mengalokasikan pembiayaan untuk menangani virus Corona dari berbagai arah.

Di Indonesia sendiri, seluruh sektor perekonomian diprediksikan mengalami


penurunan. Kementerian Keuangan memproyeksikan Pertumbuhan PDB akan turun menjadi
2,3%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar akan naik di angka Rp17.500. Angka inflasi dapat
menyentuh 3,9%. Sektor ekspor dapat menyentuh angka -14,00% dan impor di angka
-14,50%. Prediksi PDB nominal di tahun 2020 dapat turun ke angka Rp16.829,8 triliun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peraturan pajak terbaru selama
pandemic covid 19

D. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peraturan pajak
pada masa pandemic covid 19

4|Peraturan perpajakan
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut data yang dimiliki oleh OECD negara anggota ASEAN paling banyak
mengeluarkan pernyataan kebijakan pajak adalah negara Singapura dimana pemerintahnya
telah mengeluarkan 17 pernyataan berada diposisi pertama, lalu kedua yaitu indonesia
sebanyak 14 pernyataan dan ketiga kamboja sebanyak 13 pernyataan, tiga negara teratas ini
adalah paling banyak mengeluarkan kebijakan pajak pada masa pandemi COVID-19
dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. Untuk negara anggota ASEAN lainnya telah
mengeluarkan pernyataan kebijakan pajak pada masa pandemi COVID-19 kurang dari
sepuluh pernyataan seperti Thailand 7, Laos 5, Malaysia 5, Myanmar 3, Vietnam 3, Filipina
2 pernyataan dalam menyatakan kebijakan pajak pada masa pandemi (Economic
Organisation for Co-operation and Development, 2020).

Kebijakan Pajak Indonesia dalam masa Pandemi COVID-19, kebijakan diterbitkan yang
diberlakukan untuk dapat menjaga tercapai perolehan dana dari pajak dan efektivitas
pengumpulannya. Salah satu kebijakan pajak adalah penetapan tarif pajak, maka perlu untuk
membuat kebijakan oleh pemerintah atas penetapan tarif pajak yang sesuai atau efektif yang
berimbas positif terhadap nilai investasi (Harahap, Sinaga, Manurung, & Maulana, 2018).
Harapannya untuk menahan dampak pandemi virus corona pada ekonomi Indonesia.
Pemerintah telah mengeluarkan 14 pernyataan kebijakan pajak dirangkum oleh data yang
dikeluarkan OECD diantaranya berkaitan tentang pengurangan tarif pajak penghasilan
badan, penangguhan pembayaran pajak, tingkat limit restitusi, penangguhan pembayaran
pajak, keringanan pajak, dan lainnya berkaitan tentang perpajakan pada masa pandemi
COVID-19. Dari 14 pernyataan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP),
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER Dirjen
Pajak).

Pernyataan kebijakan pajak telah diklasifikasikan menurut data OECD menemukan bahwa
sebanyak 7 kebijakan terkait dengan keringanan pajak yang berhubungan langsung dengan
pajak pendapatan usaha perusahaan, pajak pendapatan orang pribadi dan pajak konsumsi
dalam hal biaya impor barang konsumsi. Kemudian masing-masing sebanyak 2 kebijakan
pajak terkait penangguhan pajak dan restitusi pajak.

5|Peraturan perpajakan
Terdapat satu kebijakan pajak yang sangat membantu Wajib Pajak khususnya WP Badan
dalam hal penurunan tingkat pajak pendapatan perusahaan. Langkah ini diambil oleh
pemerintah untuk membantu dan melindungi bisnis Wajib Pajak dari adalnya likuidasi pada
waktu mendatang akan lebih semakin berat. Kebijakan terkait pajak, diambil dengan tujuan
utamanya oleh pemerintah merupakan dasar yang dipengaruhi keadaan pandemi COVID-19
yaitu terkait dalam hal mendukung sistem Kesehatan yang membantu penanganan dan
penanggulangan wabah pandemi COVID-19. Pemerintah memberikan insentif pajak untuk
barang-barang dan jasa-jasa yang diperuntukan dalam menanggulangi pandemi COVID-19
antara lain atas pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan usaha dan pajak impor terbitlah
PMK No. 28/2020.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Virus Corona 2019 (COVID-19).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28 / PMK.03 / 2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak
atas Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Penyakit
Virus Pandemi Corona 2019.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 / PMK.02 / 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan


Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Corona Virus 2019 (COVID-19) dan / atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan / atau Stabilitas
Sistem Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43 / PMK.05 / 2020 tentang Pengaturan Anggaran


Belanja atas Beban APBN dalam Penanganan Pandemi Corona Virus 2019.

Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian


Transportasi selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriyah dalam rangka Pencegahan
Penyebaran Penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19).

Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-1 / AG / 2020 tentang Penjelasan
Standar Biaya yang diperlukan dalam Kerja Dari Rumah (WFH).

Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-308 / PB / 2020 tentang Penegasan


Biaya / Belanja yang Dapat Dibayarkan pada DIPA Satker Dalam Masa Darurat COVID-19.

6|Peraturan perpajakan
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.19
Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya
Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan Instansi Pemerintah.

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.34
Tahun 2020 tentang Perubahan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No.19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil
Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan Instansi
Pemerintah.

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.50
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi No.19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja
Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di lingkungan
Instansi Pemerintah.

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 06/SE/M/2020
tentang Penanganan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10/SE/M/2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran selama Masa Pencegahan Penyebaran COVID-19
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-369 / PB / 2020 tanggal 27 April
2020 tentang Pemutakhiran Akun dalam rangka Penanggulangan Penyakit Virus Pandemi
Corona 2019 (COVID-19).

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak
terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).

Manfaat kebijakan bagi Wajib Pajak yaitu penurunan tarif sampai dengan pembebasan atas
pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan didapat oleh Wajib Pajak. Gunanya
untuk menjadi tambahan penghasilan bagi Wajib Pajak Pribadi (WPOP), karena

7|Peraturan perpajakan
ditanggungnya pajak atas penghasilan mereka. Tambahan modal dalam arus kas bagi Wajib
Pajak Badan (WP-Badan) dimanfaatkan seperti menurunnya setoran yang dibayar atas PPh
Ps. 25 dan penurunan tarif pajak atas penghasilan usaha kerena telah terjadi pengurangan
aktivitas atau bahkan menghentikan usaha karena dampak dari COVID-19. Pemerintah juga
memberikan insentif bagi Wajib Pajak UMKM yaitu penurunan tarif pajak agar manfaatnya
dapat dijadikan inovasi dalam usaha dan bertahan pada masa pandemi seperti ini. Dalam
penanganan dampak dari wabah COVID- 19, pemerintah juga memberikan insentif kepada
Wajib Pajak yang membantu dalam penanganan COVID-19 seperti menurunnya tarif dan
pembebasan atas PPh, bertujuan untuk mempercepat penanganan dampak dari COVID-19.

Keterbatasan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam pencarian data
sekunder sehingga untuk menindaklanjuti kemanfaatan kebijakan pajak yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah, terutama terkait dengan manfaat bagi Wajib Pajak secara
langsung dirasakan. Analisis lebih lanjut dapat menggunakan pendekatan kuantitatif agar
dapat menemukan hasil berbasis data primer yang dapat diuji validitas dan reliabilitasnya
secara statistik, sehingga dapat melengkapi penelitian ini sebagai respon manfaat bagi Wajib
Pajak berkaitan dengan kebijakan pajak yang dikeluarkan pemerintah dimasa pandemi
COVID 

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak


untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disesase 2019 
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2020 tentang Petunjuk
Teknis Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan Sehubungan Dengan
Pemberian Subsidi Bunga/ Subsidi Margin untuk Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan
Ekonomi Nasional 
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2020 tentang Batasan
Kriteria Tertentu Pemungut serta Penunjukan Pemungut, Pemungutan, Penyetoran,
dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/ atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah
Pabean melalui Perdagangan melalui Sistem Elektronik

8|Peraturan perpajakan
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2019 tentang
Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan
 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan
Terbuka
 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2020 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 Menjadi Undang-Undang 
 PMK Nomor 48/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut,
Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa Kena Pajak melalui
Perdagangan melalui Sistem Elektronik 
 PMK Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
 PER-08/PJ/2020 tentang Penghitungan Angsuran Pajak Penghasilan untuk
Tahun Pajak Berjalan Sehubungan dengan Penyesuaian Tarif Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan
 PER-06/PJ/2020 tentang Tata Cara Penyampaian, Penerimaan, dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan Sehubungan Dengan Pandemi  Coronavirus
Disease 2019 
 KEP-178/PJ/2020 tentang Perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian
Pelayanan Administrasi Perpajakan Dalam Keadaan Kahar Akibat Pandemi 
Coronavirus Disease 2019 
 PMK Nomor 29/PMK.03/2020 tentang Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
Perpajakan dalam Keadaan Kahar Akibat Pandemi Corona Virus Disease 2019
 PMK Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak terhadap
Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019
 Perpu No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
9|Peraturan perpajakan
19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
 PMK Nomor 23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Wabah Virus Corona
 KEP-156/PJ/2020 tentang Kebijakan Perpajakan Sehubungan Dengan
Penyebaran Wabah Virus Corona 2019

PELAYANAN PERPAJAKAN MENGGUNAKAN PROTOKOL KENORMALAN


BARU

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam penerapan tatanan hidup baru, maka mulai
tanggal 15 Juni 2020 unit-unit pelayanan DJP kembali membuka layanan tatap muka
namun disertai denganbeberapa pembatasan.

Layanan tatap muka tidak disediakan untuk beberapa layanan yang sudah tersedia secara
daring.

Berikut adalah prosedur pemberian layanan perpajakan menggunakan protokol kenormalan


baru:

Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Layanan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak disediakan melalui tatap
muka. Masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran NPWP dapat mengakses aplikasi e-
Registration.

Syarat dan tata cara pendaftaran NPWP

 Badan
 Orang Pribadi

10 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Pelaporan SPT

Bagi Wajib Pajak yang telah wajibmelaporkan SPT-nya melalui e-filing, maka pelaporan
SPT dilakukan melalui aplikasi e-filing yang tersedia pada situs www.pajak.go.id.

Selain hal tersebut, pelaporan SPT dapat disampaikan melalui TPT atau dikirimkan
melaui pos tercatat atau ekspedisi tercatat

Permohonan Surat Keterangan Fiskal ( SKF )

Pengajuan permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF) diajukan secara daring melalui situs
www.pajak.go.id.

Validasi Pembayaran PPh Final PHTB

Validasi atas pembayaran PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
diajukan secara daring melalui situs www.pajak.go.id.

Konsultasi perpajakan tatap muka

Layanan konsultasi perpajakan disediakan secara tatap muka, namun Wajib Pajak
diharuskan terlebih dahulu untuk membuat janji melalui saluran komunikasi unit kerja
terkait (www.pajak.go.id/unit-kerja).

Layanan terkait Efin

Permintaan aktivasi EFIN disampaikan melalui email resmi KPP atau KP2KP (daftar alamat


email resmi dapat diakses melalui tautan berikut: www.pajak.go.id/unit-kerja).

Persyaratan aktivasi EFIN:


11 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
 Satu email wajib pajak hanya untuk satu permohonan layanan aktivasi EFIN
 Wajib pajak mengirimkan swafoto/selfie dengan memegang KTP dan kartu
NPWP
 Petugas melakukan pengecekan kesesuaian data yang diberikan oleh wajib
pajak dengan basis data DJP
 Apabila semua data sesuai, petugas membuat dan mengirim pemberitahuan
EFIN dalam bentuk PDF melalui email.

Layanan terkait lupa EFIN dapat dilakukan melalui kanal:

 Telepon Kring Pajak 1500200


 Twitter @Kring_Pajak atau Live Chat pada situs web www.pajak.go.id
 Telepon dan email resmi KPP (www.pajak.go.id/unit-kerja)

Persyaratan untuk memperoleh kembali EFIN akibat lupa:

 Satu email wajib pajak hanya untuk satu permohonan layanan lupa EFIN
 Permohonan Wajib Pajak lewat email dilengkapi Proof of Record
Ownership (PORO)
 Dalam hal belum dilengkapi data di atas, Wajib Pajak mengirimkan
swafoto/selfie dengan memegang KTP dan kartu NPWP
 Petugas melakukan pengecekan kesesuaian data yang diberikan oleh wajib
pajak dengan basis data DJP
 Apabila semua data sesuai, petugas membuat dan mengirim pemberitahuan
EFIN dalam bentuk PDF melalui email.

VAT refound for tourish

Pengajuan VAT Refund untuk turis sementara masih dilakukan secara elektronik.


Konter VAT Refund di bandara-bandara internasional di Indonesia untuk sementara tidak
menerima permintaan pengembalian secara langsung.

12 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Informasi lebih detil tentang tata cara dan syarat pengajuan permintaan kembali Pajak
Pertambahan Nilai dapat diakses pada laman berikut: 

https://www.pajak.go.id/en/pengumuman/temporary-vat-refund-electronic-service.

INSENTIF PERPAJAKAN

Pemerintah memberikan Stimulus Fiskal Jilid II untuk menjaga stabilitas daya beli masyara
kat dan produktivitas sektor industri tertentu dalam mengurangi dampak wabah COVID-19. 

Berikut adalah insentif-insentif perpajakan yang diberikan kepada masyarakat:

PPh pasal 21

Insentif PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah untuk penghasilan yang diterima pegawai
dengan kriteria:

 Pegawai yang bekerja pada perusahaan yang bergerak di salah satu


dari 1.189 bidang industri tertentu, perusahaan yang mendapatkan fasilitas
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan pada perusahaan di kawasan berikat,
Izin Pengusaha di Kawasan Berikat, atau izin PDKB. Rincian industri, contoh
penghitungan, tata cara pengajuan, serta format laporan realisasi pemanfaatan
fasilitas dapat dilihat di PMK Nomor 86/PMK.03/2020.

 Memiliki NPWP; dan

 Penghasilan bruto yang bersifat tetap dan teratur dan disetahunkan tidak lebih
dari Rp200.000.000.

Pemberi kerja yang mendapatkan fasilitas ini wajib menyampaikan laporan bulanan realisasi
PPh Pasal 21 DTP.

PPh pasal 21 Ditanggung Pemerintah berlaku sejak masa pajak disampaikannya


pemberitahuan sampai dengan masa pajak Desember 2020.
13 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Dengan adanya insentif ini, pegawai akan menerima penghasilan penuh tanpa ada potongan
pajak.

PPh pasal 22

Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor bagi Wajib Pajak dengan kriteria:

 Wajib pajak yang bergerak di salah satu dari 721 bidang industri tertentu;

 Telah ditetapkan sebagai perusahaan yang mendapatkan fasilitas KITE


(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor),

 pada perusahaan di kawasan berikat

Wajib pajak harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan (SKB)
PPh Pasal 22 Impor secara tertulis atau melalui saluran lain kepada Kepala KPP tempat
wajib pajak pusat terdaftar melalui www.pajak.go.id.

Jangka waktu pembebasan berlaku sejak tanggal SKB diterbitkan sampai dengan 31
Desember 2020.

PPh pasal 25

Pengurangan angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria:

 Wajib pajak yang bergerak di salah satu dari 1.013 bidang industri tertentu;

 Telah ditetapkan sebagai perusahaan yang mendapatkan fasilitas KITE


(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor)

 Perusahaan di kawasan berikat

Pengurangan adalah sebesar

14 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
 

50%

 Wajib pajak harus melakukan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran PPh  kepada
Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar

Jangka waktu pengurangan berlaku sejak masa pajak pemberitahuan disampaikan, sampai
dengan masa Desember 2020.

Rincian industri, contoh penghitungan, tata cara pengajuan, serta format laporan realisasi
pemanfaatan fasilitas dapat dilihat di PMK-86/PMK.03/2020.

Pajak pertambahan nilai

Restitusi PPN dipercepat bagi PKP berisiko rendah dengan kriteria:

 Bergerak di salah satu dari 716bidang infrastruktur tertentu;

 Telah ditetapkan sebagai perusahaan yang mendapatkan fasilitas KITE


(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor);

 Perusahaan di Kawasan Berikat

yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp5 miliar, tanpa persyaratan melaukan kegiatan tertentu seperti melakukan ekspor
barang atau jasa kena pajak, penyerahan kepada pemungut PPN, atau penyerahan yang tidak
dipungut PPN.

SPT Masa PPN yang mendapat fasilitas ini hingga Desember 2020.

Pengembalian pendahuluan lebih bayar PPN dilakukan sesuai dengan tata cara
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

15 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Rincian industri, contoh penghitungan, tata cara pengajuan, serta format laporan realisasi
pemanfaatan fasilitas dapat dilihat di PMK Nomor 86/PMK.03/2020. 

Fasilitas Pajak Alat Kesehatan Dan Pendukungnya

Insentif PPN

 PPN tidak dipungut atas impor BKP oleh pihak tertentu


 PPN ditanggung pemerintah atas penyerahan BKP dan JKP oleh PKP kepada
pihak tertentu
 PPN ditanggung pemerintah atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean oleh pihak tertentu

Insentif PPh

 Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 21 (tanpa SKB) kepada Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri atas imbalan jasa yang diperoleh dari pihak tertentu
 Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor (tanpa SKB) atas impor
dan/atau PPh Pasal 22 (dengan SKB) atas pembelian barang oleh pihak tertentu
 Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 (dengan SKB) atas penjualan
barang yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak tertentu
 Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23 (dengan SKB) kepada wajib
pajak badan Dalam Negeri dan BUT atas imbalan jasa yang diperoleh dari pihak
tertentu

Barang dan jasa yang dinyatakan perlu untuk penanganan COVID-19

Barang berupa:

 Obat-obatan
 Vaksin 
16 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
 Alat laboratorium
 Alat pendeteksi 
 Alat pelindung diri
 Alat perawatan pasien
 Alat pendukung lainnya

Jasa berupa

 Jasa konstruksi
 Jasa konstruksi, teknik, dan manajemen
 Jasa persewaan
 Jasa pendukung lainnya

Pihak yang berhak mendapat fasilitas ini

 Badan/Instansi Pemerintah
 Rumah Sakit rujukan
 Pihak Lain

yang ditunjuk untuk melakukan atau membantu penanganan COVID-19

Insentif pajak untuk UMKM

Pelaku UMKM mendapat fasilitas pajak penghasilan final tarif 0,5% (PP 23/2018) yang
ditanggung pemerintah hingga 31 Desember 2020.

Dengan demikian wajib pajak UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak dan pemotong
atau pemungut pajak tidak melakukan pemotongan atau pemungutan pajak pada saat
melakukan pembayaran kepada pelaku UMKM.
17 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Cara Pengajuan Insentif

Seluruh fasilitas di atas dapat diperoleh dengan menyampaikan pemberitahuan atau


mendapatkan keterangan secara online di www.pajak.go.id dengan langkah sebagai berikut:

1. Login ke www.pajak.go.id
2. Masuk ke menu layanan 
3. Pilih Info KSWP
4. Sroll ke bawah menuju Profil Pemenuhan Kewajiban Saya
5. Pilih fasilitas yang ingin dimanfaatkan

Cara Pelaporan Realisasi Pemanfaatan Insentif

Pelaporan realisasi insentif covid-19 dapat dilakukan melalui login


pada www.pajak.go.id dan silakan ikuti langkah-langkah berikut:

1. Login pada www.pajak.go.id


2. Jika wajib pajak belum pernah mengakses aplikasi eReporting Insentif
Covid-19, maka ikuti langkah-langkah berikut terlebih dahulu:
1. Masuk ke tab profil
2. Pilih aktivasi fitur layanan
3. Cek eReporting Insentif Covid-19
4. Klik Ubah, aplikasi akan meminta untuk logout. 
5. Silakan login kembali dan lanjutkan ke langkah nomor 3.
3. Pilih tab Layanan
4. Klik eReporting Insentif Covid-19
5. Klik tambah untuk memilih laporan yang dibutuhkan
6. Pilih jenis laporan sesuai yang Anda butuhkan

Resume PMK 44/PMK.03/2020

Pokok-pokok terkait insentif perpajakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 44/PMK.03/2020 dapat diakses melalui tautan berikut:
18 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Insentif Perpajakan

FAQ PMK 44/PMK.03/2020

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan terkait Peraturan Menteri Keuangan Nomor


44/PMK.03/2020 dapat diakses melalui tautan berikut:

FAQ PMK 44/PMK.03/2020

Tambahan Pengurangan Pengahsilan Neto atas Produksi Alkes dan Pembekalan Kesehatan
Rumah Tangga 

Wajib pajak dalam negeri yang memproduksi alat kesehatan, antiseptic hand sanitizer, dan
disinfektan dapat menerima tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari
biaya produksi yang dikeluarkan. Alat kesehatan yang dimaksud meliputi masker bedah dan
respirator jenis N95, pakaian pelindung diri, sarung tangan bedah, sarung tangan
pemeriksaan, ventilator, dan reagen diagnostic test untuk Covid-19. Fasilitas ini dapat
diperoleh hingga 30 September 2020. 

Pengurangan Penghasilan Bruto atas sumbangan dalam rangka Penanganan Covid 19

Wajib pajak yang memberikan donasi atau sumbangan dalam rangka penanggulangan
wabah Covid-19 dapat memperhitungkan donasi atau sumbangan sebagai pengurang
penghasilan bruto. Sumbangan yang dapat diperhitungkan adalah sumbangan dalam bentuk
uang, barang, jasa, atau pemanfaatan harta tanpa kompensasi, yang diberikan kepada Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Sosial, atau lembaga lain yang telah memperoleh izin

19 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
penyelenggaraan pengumpulan sumbangan. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30
September 2020. 

PPh Tarif 0% Untuk petugas Dibidang kesehatan dalam rangka Covid-19

Tenaga kesehatan serta tenaga pendukung kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan
kesehatan untuk penanganan Covid-19 dan mendapatkan honorarium atau imbalan lain dari
pemerintah dapat menerima penghasilan tambahan tersebut secara penuh karena dikenai
pajak penghasilan dengan tarif 0 persen. Tenaga kesehatan yang dimaksud termasuk dokter
dan perawat, sedangkan tenaga pendukung kesehatan antara lain asisten tenaga kesehatan,
tenaga kebersihan, tenaga pengemudi ambulans, tenaga administrasi, tenaga pemulasaran
jenazah, serta mahasiswa di bidang kesehatan yang diperbantukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30 September 2020. 

Tarif PPh 0% atas persewaan tanah bangunan dalam rangka penanggulangan covid-19

Wajib pajak yang menyewakan tanah, bangunan atau harta lainnya kepada pemerintah
dalam rangka penanganan Covid-19 dan mendapatkan penghasilan sewa dari pemerintah
dapat menerima penghasilan tersebut secara penuh karena dikenai pajak penghasilan dengan
tarif 0 persen. Fasilitas ini dapat diperoleh hingga 30 September 2020. 

Insentif untuk pembelian kembali saham di bursa efek

Selain memberikan fasilitas untuk kegiatan dalam rangka penanganan Covid-19, pemerintah
juga memberikan fasilitas kepada emiten yang melakukan pembelian kembali saham yang
diperjualbelikan di bursa (stock buyback) dalam rangka mempertahankan stabilitas pasar
saham berdasarkan kebijakan pemerintah pusat atau Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka
stabilisasi pasar saham. Fasilitas yang diberikan adalah wajib pajak yang melakukan
pembelian kembali saham sampai dengan 30 September 2020 dianggap tetap memenuhi
persyaratan tertentu untuk memperoleh tarif PPh badan lebih rendah.
20 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
KEBIJAKAN PERPAJAKAN

Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional,


penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan. Pemerinta
h berusaha melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, salah satunya d
engan memberikan kebijakan pajak.

Penurunan Tarif PPh Badan Secara Bertahap

Untuk mempertahankan badan usaha dalam pandemi COVID-19 dan menyediakan


kemampuan pengembangan usaha. Memberikan insentif bagi wajib pajak untuk go public
dan menjual 40% sahamnya di lantai bursa.

Tarif umum PPh Badan turun dari 25% menjadi:

 22% pada tahun 2020 dan 2021; dan


 20% mulai 2022.

Tarif PPh Badan masuk bursa(persyaratan tertentu) menjadi 3% lebih rendah dari tarif
umum sehinga menjadi:

 19% pada tahun 2020 dan 2021; dan


 17 % mulai 2022.

Insentif PPh Final Jasa konstruksi

Fasilitas pajak penghasilan final jasa konstruksi ditanggung pemerintah (DTP) diberikan


bagi wajib pajak dalam program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3-TGAI).
Insentif ini bertujuan untuk mendukung peningkatan penyediaan air (irigasi) sebagai proyek
padat karya yang merupakan kebutuhan penting bagi sektor pertanian Indonesia.

21 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
Perlakuan Pajak kegiatan Perdagangan Melalui sistem Elektronik

Untuk memberikan keadilan dan kesetaraan dalam berusaha di tengah social/physical


distancing akibat pandemi COVID-19, pemajakan akan dilakukan terhadap kegiatan usaha
yang tumbuh karena keterbatasan transaksi konvensional melalui tatap muka.

Apa saja yang diatur?

 Pengenaan PPN atas impor barang tidak berwujud dan jasa;


 Pengenaan PPh/pajak transaksi elektronik atas kegiatan Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (PMSE) yang dilakukan oleh Subjek Pajak Luar Negeri yang
memenuhi ketentuan kehadiran signifikan.

Perpajakan jangka waktu

Untuk memberikan waktu yang cukup bagi Wajib Pajak dan DJP dalam memenuhi
kewajiban masing-masing, selama periode kahar akibat pandemic COVID-19.

Bagi Wajib Pajak:

Permohonan keberatan diperpanjang menjadi 9 bulan.

 Bagi DJP:

Perpanjangan jangka waktu penyelesaian:

 Permohonan restitusi melalui pemeriksaan menjadi 18 bulan;


 Permohonan keberatan menjadi 18 bulan;
 Permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi menjadi 12
bulan;
 Permohonan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak atau pembatan hasil
pemeriksaan menjadi 12 bulan;
 Khusus untuk penyelesaian pencairan lebih bayar pajakdiperpanjang 1 bulan
dari sebelumnya 1 bulan menjadi 2 bulan

22 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambli kesimpulan jika semua negara anggota
ASEAN telah melakukan upaya untuk dapat mengurangi dampak dari pandemi COVID-
19. Pemerintah Indonesia dengan peraturan perundang- undangan sebagai produk dari
kebijakan yang menyangkut kepentingan publik, telah mengerahkan usahanya dalam
menyusun kebijakan agar dapat merangsang keadaan saat pandemi untuk semua lini
yang terdampak mengalami penurunan atau perlambatan agar dapat naik kembali dan
laju pertumbuhannya menjadi stabil kembali.
Manfaat kebijakan bagi Wajib Pajak yaitu penurunan tarif sampai dengan
pembebasan atas pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan didapat oleh
Wajib Pajak. Gunanya untuk menjadi tambahan penghasilan bagi Wajib Pajak Pribadi
(WPOP), karena ditanggungnya pajak atas penghasilan mereka. Tambahan modal dalam
arus kas bagi Wajib Pajak Badan (WP-Badan) dimanfaatkan seperti menurunnya setoran
yang dibayar atas PPh Ps. 25 dan penurunan tarif pajak atas penghasilan usaha kerena
telah terjadi pengurangan aktivitas atau bahkan menghentikan usaha karena dampak dari
COVID-19. Pemerintah juga memberikan insentif bagi Wajib Pajak UMKM yaitu
penurunan tarif pajak agar manfaatnya dapat dijadikan inovasi dalam usaha dan
bertahan pada masa pandemi seperti ini. Dalam penanganan dampak dari wabah
COVID- 19, pemerintah juga memberikan insentif kepada Wajib Pajak yang membantu
dalam penanganan COVID-19 seperti menurunnya tarif dan pembebasan atas PPh,
bertujuan untuk mempercepat penanganan dampak dari COVID-19.
Keterbatasan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam
pencarian data sekunder sehingga untuk menindaklanjuti kemanfaatan kebijakan pajak
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, terutama terkait dengan manfaat bagi Wajib
Pajak secara langsung dirasakan. Analisis lebih lanjut dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif agar dapat menemukan hasil berbasis data primer yang dapat diuji validitas

23 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
dan reliabilitasnya secara statistik, sehingga dapat melengkapi penelitian ini sebagai
respon manfaat bagi Wajib Pajak berkaitan dengan kebijakan pajak yang dikeluarkan
pemerintah dimasa pandemi COVID-19.

24 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
DAFTAR PUSTAKA
Economic Organisation for Co-operation and Development. (2020). covid-19 tax policy and
other measures. Oecd.Org. Retrieved from https://www.oecd.org/coronavirus/en/

Faisal, M., & Nirmala, M. P. (2020). COVID-19 and Economic Policy Options: What Should
the Government do? Jurnal Inovasi Ekonomi, 5(3), 45–52.
https://doi.org/10.22219/jiko.v5i3.11834

Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19. Baskara:


Journal of Business and Entrepreneurship, 2(2), 83–92.
https://doi.org/10.24853/baskara.2.2.83-92

Hamzah, A. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Batu: Literasi Nusantara. Harahap, M.,
Sinaga, B. M., Manurung, A. H., & Maulana, T. N. A. (2018).

Dampak Kebijakan Dan Makroekonomi Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Di Bursa


Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen, 8(2).
https://doi.org/dx.doi.org/10.22441/mix.2018.v8i2.013

Ihsanuddin. (2020, March 2). Jokowi Umumkan Dua WNI Positif Corona di
Indonesia.Kompas.Com. Retrieved from

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-news- jokowi-umumkan-
dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all

Kusuma, H. (2020, March 10). Sri Mulyani Naikkan Batasan Restitusi Hingga Rp
5 Miliar. Detik.Com. Retrieved from https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-
4932881/sri-mulyani-naikkan-batasan-restitusi-hingga- rp-5-miliar%0AMau

Menteri Keuangan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 23/PMK.03/2020, Pub. L. No. PMK 23/PMK.03/2020 (2020). Indonesia.

25 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n
26 | P e r a t u r a n p e r p a j a k a n

Anda mungkin juga menyukai