Anda di halaman 1dari 24

EPISIOTOMI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Tindakan menggunting perineum ibu
TUJUAN Mempermudah pengeluaran janin pada persalinan kala II
KEBIJAKAN Episiotomi dilakukan secara professional dengan memperhatikan tujuan dan
indikasi agar tidak meningkatkan morbiditas ibu.
PROSEDUR 1. Sebelum episiotomi dilakukan, vulva harus dibersihkan terlebih dahulu
dan kemudian diberi cairan antiseptic. Gunting yang dipergunakan pada
episiotomi sebaiknya gunting tajam yang berujung tumpul agar bagian
bawah janin tidak tertusuk. Bila diperlukan anesthesia maka dapat
dilakukan anesthesia local baik dengan cara infiltrasi maupun dengan
cara blok nervus pudendus.
2. Penjahitan kembali harus dilakukan dengan seksama setelah memastikan
tidak ada perdarahan aktif terjadi ( menghindari hematom dan infeksi).
Badan perineum ( m. bulbocavernosus, m transfersus perinea superficialis
dan m. sfingter ani externus ) dijahit terlebih dahulu dengan benang yang
mudah diserap. Kemudian luka dinding vagina dijahit mulai dari ujung
cranial sampai introitus vaginae dengan menghindari terjadinya
“deadspace”. Kulit perineum dijahit dengan benang yang dapat diserap
atau yang tidak dapat diserap ( diambil 5 – 6 hari). Perawatan perineum
selanjutnya adalah menjaga agar daerah perineum tersebut tetap bersih.
Bila perlu dapat diberi cairan antiseptic. Untuk menghindari paparan
lokhia, ibu dianjurkan memakai pembalut yang menyerap

1
PEMERIKSAAN DALAM VAGINA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Pemeriksaan raba dengan memasukkan jari (pada umumnya jari telunjuk dan
jari tengah) kedalam vagina.
TUJUAN Mengetahui keadaan kehamilan dan persalinan.
KEBIJAKAN PDV dilakukan secara professional dengan memperhatikan tujuan dan
indikasi agar tidak meningkatkan morbiditas ibu.
PROSEDUR PDV harus dilakukan dengan cara yang aseptic, yaitu desinfeksi daerah vulva
dan vagina dengan kapas sublimate desinfektan dan pemeriksa memakai
sarung tangan steril.
Penilaian PDV:
1. Umum
 Vulva dan urethra
 Vagina ; supel atau tidak, striktura, tumor dan lain-lain.
 Otot antara vagina dan sekitarnya
 Servix uteri : konsistensi, posisi, penipisan, pembukaan, raba
kulit ketuban.
 Presentasi janin dan penurunannya.
 Titik penunjuk
 VU dan rectum; kosong atau terisi, adanya masa, dll
2. Panggul, dinilai ukuran dan bentuk
 Pintu Atas Panggul
- Promontorium tak teraba
- Linea inominata teraba kurang dari setengah lingkaran.

 Pintu Tengah Panggul


- Spina ischiadika tidak menonjol
- Kelengkungan sacrum cukup.
- Dinding samping pelvic sejajar
 Pintu Bawah Panggul
- Arcus pubis lebih dari 90°
- Mobilitas tulang koksigis cukup

2
3. Penurunan janin
Turunnya bagian bawah janin dapat ditentukan dengan :
a. Bidang Hodge
- Bidang hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul dan bagian atas simphisis dan promontorium.
- Bidang ini sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian
bawah symphisis.
- Bidang hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang hodge I dan II
terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
- Bidang hodge IV : bidang sejajar dengan bidang hodge I,II,III,
terletak setinggi os koksigis.
b. Station
- Stasion 0, yaitu bidang setinggi spina ischiadika.
- Bidang-bidang diatas stasion 0 :
 Stasion 1 : 1 cm diatas stasion 0.
 Stasion 2 : 2 cm diatas stasion 0.
 Stasion 3 : 3 cm diatas stasion 0.
 Stasion 4 : 4 cm diatas stasion 0.
 Stasion 5 : 5 cm diatas stasion 0.

3
VACUM EKSTRAKSI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif pada kepalanya.

TUJUAN Mempercepat kala II

KEBIJAKAN Obstetri patologi

PROSEDUR Indikasi :
a. Ibu : memperpendek kala II misalnya pada penyakit jantung kompensata,
penyakit paru fibortik, kala II yang memanjang
b. Janin : gawat janin

Kontra indikasi :
a. Absolut : presentasi muka, disproporsi kepala panggul berat dan sedang,
dilatasi serviks inadekuat, ruptura uteri, janin preterm
b. Relatif : presentasi dahi, asinklitisme berat

Persiapan alat:
Mangkuk (cup), karet penghubung, rantai penghubung antara mangkuk
dengan penegang, penegang, pompa penghisap (vacum pump).

Cara kerja :
Anestesi umum tidak diperlukan, bila pada waktu pemasangan mangkuk, ibu
mengeluh nyeri dapat diberikan anestesi infiltrasi atau pudendal blok. Setelah
semua bagian-bagian ekstraktor vacum terpasang, maka, dipilih mangkok
yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviiks lengkap,
biasanya miangkuk dipakai nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina
dengan posisi miring yang dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi
ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk diletakkan sesual dengan letak
denominator/UUK.

4
Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga - 0,2 Kg/cm.
Tenaga vacum yang diperlukan adalah - 0,7 sd - 0,8 Kg/cm2, ini perlu waktu
6-8 menit. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan pemeriksaan ulang,
apakah ada bagian jalan lahir yang terjepit. Bersamaan dengan timbulnya His,
ibu disuruh mengejan dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu
panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik
antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan telunjuk tangan
kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan
memegang pada pemegang.
Traksi dilakukan terus selama ada His, dan harus menglkuti putaran paksi
dalam, sampai suboksiput berada dibawah simfisis. Bila His hilang maka
traksi dihentikan. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah
atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput
sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian kepala sebagaimana
lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, tangan kiri
penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, tekakan negatif
dikembalikan ke titik 0, alat vacum dimatikan dan vacum dilepaskan. Bila
diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau
pada waktu kepala membuka vulva.

Unit terkait 1. Kamar bersalin


2. R. Perawatan

5
VACUM EKSTRAKSI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
Tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya dan menariknya keluar dari jalan
PENGERTIAN lahir ibu secara manual.

Penurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.


TUJUAN
1. Tangan kanan penolong masuk ke dalam Kanalis Servikalis Uteri
PROSEDUR
(obstetric hand) menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka
dengan tujuan untuk melebarkan Kanalis Servikalis Uteri tersebut.
2. Setelah sampai pada kavum uteri, jari-jari tangan diluruskan dan
dirapatkan. Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan, plasenta
dilepaskan dari dasarnya, kemudian dicekam dan ditarik keluar dari jalan
lahir. Selama memasukkan tangan dan pelepasan plasenta, Fundus Uteri
ditahan oleh tangan kiri penolong.
3. Segera setelah plasenta dilepaskan dari dasarnya, uterotonika diberikan
secara Intrarena.

6
VERSI EKSTRAKSI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Versi (pemutaran badan janin) yang dilakukan dengan cara satu tangan
penolong di dinding perut ibu dan tangan yang lain di dalam karumu uteri,
yang segera disusul dengan ekstraksi kaki untuk melahirkan janin.

TUJUAN Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi dan menurunkan
Angka Sectio Cesarean.

PROSEDUR 1. Persiapan ibu, janin dan penolong sama dengan persiapan persalinan
dengan bantuan pada umumnya.
2. Ibu diberi narkose yang dapat merelaksasikan dindin uterus (Ether,
Halothan, Fluothane).
3. Tangan penolong yang berdekatan dengan bagian kecil janin dimasukkan
ke dalam janin lahir secara obstetrik, sedang tangan yang lain diletakkan
di Fundus Uteri untuk mendekatkan bagian kecil janin tersebut.
4. Tangan penolong yang berada di dalam jalan lahir bertugas mencari kaki
janin untuk dibawa keluar. Upaya untuk mendapatkan kedua kaki ini
dapat dilakukan dengan cara :
a. Langsung
Memegang kaki janin (pada pergelangan kaki) dengan jari
telunjuk dan jari tengah.
b. Tidak langsung
Tangan penolong yang berada di dalam jalan lahir menyelusuri
punggung, bokong, paha, tungkai bawah dan akhirnya
pergelangan kaki janin.

7
5. Setelah pergelangan kaki janin terpegang, kemudian ditarik keluar sampai
sebatas lutut dan bersamaan dengan itu tangan penolong yang berada di
luar mendorong/memutar kepala janin ke arah Fundus Uteri. Diusahakan
agar badan janin dalam keadaan fleksi.
6. Segera periksa apakah versi telah berhasil, dengan cara :
a. Melihat apakah kaki janin tidak masuk kembali ke dalam jalan lahir.
b. Dengan palpasi kepala janin sudah berada di fundus uteri.
7. Bila dari evaluasi ini ditentukan versi telah berhasil, maka janin dilahirkan
seperti pada ekstraksi sungsang.

UNIT 1. Bagian Obstetri


TERKAIT 2. Bagian Perinatologi

8
VERSI LUAR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Versi luar adalah tindakan obstetri untuk mengubah letak janin dalam uterus
(presentasi janin) melalui dinding perut ibu

TUJUAN Versi luar bertujuan untuk memperbaiki prognosis kehamilan maupun


persalinan. Sebagai contoh misalnya letak sungsang pada kehamilan
menyebabkan tingginya angka kejadian ketuban pecah dini dan prematuritas,
sedangkan pada saat persalinan ibu dan anak mempunyai prognosis kurang
baik.

KEBIJAKAN Obstetri patologi

PROSEDUR Indikasi :
Indikasi versi luar pada kehamilan dan persalinan adalah :
1. Letak sungsang
2. Letak lintang

Syarat :
1. Umum : tidak boleh dilakukan dengan paksaan
2. Khusus :
a. Pada kehamilan
- Umur kehamilan lebih dari 8 bulan (pada primigravida 34-36
minggu, sedangkan pada multigravida 36-39 minggu).
- Air ketuban cukup (tidak hidramnion atau oligohidramnion)
b. Pada persalinan
- Air ketuban cukup
- Pembukaan kurang atau sama dengan 3 cm, atau pembukaan lengkap

9
Indikasi Kontra :
1. Terdapat Disproporsi Janin Panggul
2. Bagian bawah janin sudah masuk ke dalam panggul sehingga tidak dapat
didorong lagi ke atas.
3. Gawat janin
4. Bekas bedah caesar atau perlukaan dinding rahim
5. Hipertensi
6. Plasenta previa
7. Solusio plasentae
8. Di dalam rahim terdapat lebih dari satu janin (kehamilan ganda).

Komplikasi :
1. Solusio plasentase
2. Lilitan tali pusat
3. Kulit ketuban pecah
4. Prolapsus tali pusat
5. Robekan rahim (ruptura uteri)
6. Darah anak masuk ke dalam sirkulasi ibu

Teknik pelaksanaan :
1. Kandung kemih dan rektum dalam keadaan kosong
2. Penderita tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi ringan.
3. Kedua tangan pemeriksa hendaknya cukup hangat dan tidak berkeringat
agar tidak merangsang dinding perut ibu.
4. Kedua tangan pemeriksa memegang kepala dan bokong janin sedemikian
rupa sehingga keempat jari terletak pada satu sisi dan ibu jari pada sisi
yang lain. Kemudian janin diputar dengan arah putaran yang paling mudah
adalah sesuai dengan jarak terdekat kepala dengan PAP serta dengan tetap
mempertahankan sikap fleksi kepala janin.
Bila versi luar bertujuan untuk mengubah letak janin menjadi letak
sungsang, maka arah putaran seperti tersebut di ats disesuaikan dengan
posisi bokong janin dengan PAP dan mendengarkan denyut jantung janin.
5. Setelah versi luar berhasil, kepala/bokong janin difiksasi selama beberapa
menit di atas PAP.
6. Bila terjadi komplikasi, maka diambil tindakan sesuai dengan komplikasi
yang terjadi tersebut (misalnya: solusio placentae, ruptura uteri, dan lain-
lain).

Unit terkait 1. Poliklinik obstruksi


2. Kamar bersalin
3. R. Perawatan

10
PEMBERIAN BRICASMA DRIP
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Pemberian tokolitik secara intravena per drip

TUJUAN Menghentikan kontraksi rahim dalam fase prapersalinan atau dalam bagian
awal kala I persalinan

KEBIJAKAN Obstetri patologi

PROSEDUR Indikasi :
a. Janin harus normal dan sehat
b. Tidak boleh ada kontraindikasi maternal/fetal untuk memperpanjang umur
kehamilan
c. Derajat prematuritas harus sedemikian rupa sehingga tindakan intervensi
bisa digunakan (tergantung bangsal bayi, kaidah umum: umur kehamilan
30 mgg, TBJ = 2500 gr)
d. Dilatasi serviks kurang dari 5 cm
e. Ketuban masih utuh
f. Tidak ada perdarahan

Kontra indikasi :
a. Keadaan maternal atau fetal yang memerlukan pengakhiran kehamilan,
misalnya hipertensi, preeklamsi, diabetes dan eritroblastosis yang
menyertai inkompatibilitas rhesus
b. Janin mati atau malformasi
c. Kehamilan lebih dari 35 mgg dan berat janin 2500 gr
d. Retardasi pertumbuhan intrauterine
e. Abruptio plasenta dan plasenta previa
f. Amnionitis
g. Ketuban pecah dini atau ketuban yang menonjo lewat serviks ke dalam
vagina
h. Serviks melebar lebih dari 5 cm

11
Persiapan alat
a. Satu dokter yang sudah terampil melakukan bricasma drip
b. Satu doppler/laenec
c. Satu tensimeter dan stetoskop
d. Satu tempat tidur dan satu tiang infus
e. Transfusi set
f. Cairan infus : NaCl, bricasma drip

Cara kerja:
a. Preparat yang dipakai adalah bricasma injeksi (0,5 mg terbutalin sulfat/ml)
sebanyak 2 ampul dilarutkan dalam 500 ml NaCl 0,9%, konsentrasi yang
diperoleh adalah 2 meg/ml.
b. Dosis inisial adalah 1 mcg/mnt (10 tetes/mnt)
c. Dosis dinaikkan 0,5 mcg (5 tetes/15 mnt, sampai His terhenti atau timbul
tanda-tanda efek samping). Dosis maksimal adalah 5 mcg/mnt (5
tetes/mnt)
d. Bila His telah terhenti, tetesan dipertahankan pada kecepatan tersebut
selama 1 jam.
e. Setelah satu jam tetesan diturunkan dengan 0,5 mcg/mnt per 15 menit,
sampai dosis pemeliharaan 1-2 mcg (10-20 tetes/mnt) dan dipertahankan
sampai 8 jam berikutnya.
f. Bila dalam pemeliharaan His timbul lagi, dosis dinaikkan lagi dengan
prosedur seperti di atas.
g. Setengah jam sebelum rencana pengobatan (7,5 jam dalam dosis
pemeliharaan) penderita diberi 2,5 (1 tablet peroral) dan diteruskan setiap 8
jam (hanya bila perlu) sampai akhir minggu ke 36 atau terdapat efek
samping yang membahayakan ibu atau janin.

Pengawasan
a. Dicatat tensi, nadi, respirasi, His dan DJJ dengan seksama sebelum
pemberian bricasma dimulai.
b. Pengukuran hal-hal di atas harus dilakukan dengan ketat selama 15 mnt
sebelum menaikkan tetesan.
c. Kecepatan tetesan dikurangi bila tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg
atau nadi lebih dari 120 x/mnt atau DJJ lebih 160 x/mnt.
d. Tetesan dihentikan bila penderita merasa sesak nafas atau perasaan
tertekan di dada.

Kriteria gagal
a. Bila tetesan sudah mencapai dosis maksimal (50 tetes/mnt) dan sudah 2
botol infus yang diberikan akan tetapi His tetap tidak berhenti.
b. Tidak mungkin menaikkan tetesan lagi karena adanya efek samping berupa
: sistolik kurang dari 90 mmHg, atau nadi lebih dari 120 x/mnt, atau DJJ
lebih dari 160 x/mnt, sementara His belum berhenti.
c. Tetesan harus dihentikan karena penderita merasa sesak dan perasaan
tertekan di dada.

12
Keadaan perlu konsultasi
b. Terdapat kriteria gagal
c. Dalam dosis tetesan pemeliharaan muncul his lagi dan total sudah 2 botol
diberikan
d. Dalam pemeliharaan dengan table bricasma muncul his kembali
e. Persalinan dinilai sudah lanjut

Unit terkait 1. Kamar bersalin


2. R. Perawatan

13
NST (TES TANPA KONTRAKSI)
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur
kehamilan  32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin

TUJUAN Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi

KEBIJAKAN Obstetri patologi

PROSEDUR Aktivitas dinamika jantung janin dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu
simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung
janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta
untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan
menghasilkan akselerasi bayi jantung janin, dan stress ekstrinsik (kontraksi
rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.

Persiapan tes tanpa kontraksi :


Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak
boleh diberikan sedativa

Indikasi :
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta

Prosedur pemeriksaan :
 Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler 45 derajat miring ke kiri.
 Tekanan darah diukur setiap 10 menit
 Dipasang kardio dan tokodinamometer
 Frekuensi jantung janin dicatat
 Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi jantung

14
 Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
 Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30
menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan
dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan
dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
 Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil
NST secara individual

Komplikasi :
Hipotensi ortostatik

Pembacaan hasil:
Reaktif, bila :
 Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
 Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
 Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau
lebih dalam 20 menit.
 Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola "omega" pada NST
yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1
minggu kemudian.
 Pada pasien Diabetes Melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang
tiap hari tipe yang lain diulang setiap minggu.

Tidak reaktif, bila :


 Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
 Variabilitas kurang dari 6 denyut/menit
 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan
rangsangan dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antara yaitu
kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan
karena pemakaian obat seperti: barbiturat, demerol, penotiasid dan
metidopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan,
dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik
dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).

Sinusoidal, bila :
 Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung basal
 Tidak ada gerakan janin
 Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru
janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan
isoimunisasi-RH

15
Unit terkait 1. Poliklinik obstruksi
2. Kamar bersalin
3. R. Perawatan
4. UGD

16
TES DENGAN KONTRAKSI (CST) atau
TES DENGAN OKSITOSIN (OCT)
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi. Pemeriksaan
ini untuk melihat hubungan perubahan denyut jantung janin dengan kontraksi
janin (ekstrinsik)

TUJUAN Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi

KEBIJAKAN Obstetri patologi

PROSEDUR Klasifikasi :
 Tes dengan kontraksi (CST), bila pemeriksaan pola denyut jantung janin
tersebut dihubungkan dengan kontraksi uterus yang spontan
 Tes dengan oksitosin (OCT), bila kontraksi ditimbulkan dengan pemberian
tetesan oksitosin.

Indikasi :
a. Tes tanpa kontraksi yang tidak reaktif
b. Diabetes melitus
c. Preeklamsia
d. Hipertensi khronis
e. Pertumbuhan janin terhambat
f. Kehamilan lewat waktu
g. Pernah mengalami lahir mati
h. Ketagihan narkotika
i. Hemoglobinopati akibat sel Sicle
j. Penyakit paru khronis

17
Kontra indikasi :
a. Luka parut pada rahim
b. Kehamilan ganda sebelum umur kehamilan 37 minggu
c. Ketuban pecah sebelum waktunya
d. Kemungkinan persalinan kurang bulan
e. Perdarahan antepartum
f. Inkompeten serviks atau pasca operasi serviks

Komplikasi :
Persalinan kurang bulan

Prosedur pelaksanaan :
Mengusahakan terbentukny 3 kontraksi rahim dalam 10 menit
 Pasien ditidurkan secara semi Fowler dan miring ke kiri
 Tekanan darah diukur setiap 10-15 menit, dicatat di kertas monitor
 Dipasang kardio dan tokodinamometer
 Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar seperti, frekuensi,
akselerasi, variabilitas denyut jantung, gerakan janin dan kontraksi rahim
yang spontan.
 Pemberian tetesan oksitosin
a. Bila telah ada kontraksi uterus spontan tapi kontraksi < 3x/10 menit,
tetesan dimulai dengan 0,5 mIU/menit (10 tetes/menit).
b. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai dengan 1 mIU/menit
(20 tetes/menit).
 Bila kontraksi yang diinginkan belum tercapai, setiap 15 menit tetesan
dinaikan 5 tetes/menit, sampai maksimal 60 tetes/menit.
 Tetesan oksitosin dihentikan apabila terjadi :
b. 3 kontraksi dalam 10 menit yang lamanya lebih dari 60 detik
c. kontraksi uteri hipertonus
d. deselerasi yang lama
e. deselerasi lambat
f. selama 1 jam hasilnya tetap mencurigakan (suspicius)
 Bila hasil yang diperoleh negatif, mencurigakan maupun tidak memuaskan
maka pasien hendaknya tetap diawasi selama 30 menit setelah tetesan
oksitosin dihentikan.

Pembacaan hasil :
Negatif, bila :
 Tidak terjadi deselerasi lambat
 Variabilitas denyut jantung janin baik
 Terjadi akselerasi pada gerakan janin
 Frekuensi denyut jantung janin normal

Bila hasil OCT negatif maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hari lagi,
selanjutnya dilakukan OCT ulangan.

18
Positif, bila :
Terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar kontraksi rahim,
meskipun tidak selalu disertai dengan variabilitas yang menurun dan tidak
ada akselerasi pada gerakan janin.
OCT positif menandakan adanya insufisiensi uteroplasenter. Kehamilan
Tidak memuaskan (unsatisfactory), bila :
 Kontraksi rahim kurang dari 3 kali dalam 10 menit
 Pencatatan tidak baik, terutama pada akhir kontraksi
Dalam hal demikian maka pemeriksaan harus diulang lagi pada hari
berikutnya.

Hiperstimulasi, bila :
 Terjadi 5 atau lebih kontraksi rahim selama 10 menit
 Lama kontraksi 90 detik atau lebih
 Tonus basal uterus meningkat (di atas 20 mmHg)
Dalam hal demikian maka tetesan oksitosin harus dikurangi atau
dihentikan

19
DILATASI SERVIKS
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Suatu tindakan manipulasi untuk membuka kanalis servikalis

TUJUAN 1. Memperlebar kanalis servikalis untuk pengeluaran isi kavum uteri


2. Mempermudah untuk melakukan tindakan pengosongan isi kavum
uteri
3. Memberikan panduan bagi tenaga medis pelaksana
KEBIJAKAN Kamar Operasi
IGD
PROSEDUR 1. Penderita tidur terlentang dalam posisi litotomi di atas meja ginekologi
2. Pada tindakan yang dilanjutkan dengan pengosongan isi kavum uteri,
dilakukan dalam general anestesi
3. Dilakukan antisepsis pada daerah vulva dan sekitarnya dan ditutup
dengan doek steril, kecuali daerah tindakan
4. Dipasang spekulum anterior dan posterior
5. Dilakukan antisepsis pada daerah porsio dan sekitarnya
6. Porsio anterior dijepit dengan tenakulum
7. Dilakukan dilatasi :
a. Dilatator Hegar : dilakukan sebelum melakukan pengosongan isi
kavum uteri dengan kuretase
- Porsio ditampakkan dengan menariknya menggunakan tenakulum
yang telah terpasang
- Dilatator Hegar dimasukkan ke dalam kanalis servikalis sehingga
melewati Orifisium Uteri internum
- Pemasangan dilatator Hegar dimulai dari ukuran yang terkecil,
yang dapat masuk, hingga ukuran terbesar yang sesuai dengan
ukuran sendok kuret yang akan digunakan.
b. Kateter balon
- Kateter balon dimasukkan ke dalam kanalis servikalis hingga
bagian yang dapat mengembang melewati Orifisium Uteri
Internum
- Bagian balon dikembangkan dengan memasukkan aquadestilata
steril sebanvak 30 - 50 ml.

20
- Pangkal kateter diikatkan dengan tali yang dihubungkan dengan
beban melalui kerekan.
- Beban yang digantungkan sekurangnya seberat 500 gram.

c. Batang Laminaria
- Batang Laminaria (umumnya sebanyak 3 batang ) diikatkan satu
sama lain sehingga rapat dengan benang sutra
- Dengan menggunakan pinset, batang laminaria dimasukkan ke
dalam kanalis servikalis hingga ujungnya melewati Orificium uteri
internum.
- Pada bagian ujung laminaria yang tampak diberi kassa steril
sebagai penahan.
- Batang laminaria dipertahankan agar mengembang selama 18-24
jam
INSTALASI Instalasi Obgin, Anestesi
TERKAIT

21
PERSIAPAN PRA BEDAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 1
Ditetapkan
Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP Pebruari 2008
Dr. Mardiatmo, Sp.R
NIP. 140 032 398
PENGERTIAN Hal-hal yang harus disiapkan sebelum dilaksanakan operasi

TUJUAN Menurunkan morbiditas pasien

- IGD Obgin buka 24 jam


KEBIJAKAN - Kamar Operasi buka 24 jam

PROSEDUR 1. Pemeriksaan Pra Bedah


Diagnosis dibuat atas dasar pemeriksaan yang seksama terdiri dari
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
2. Riwayat Penyakit
Persiapan pra-bedah sudah dimulai di tempat praktek atau di instalasi
rawat jalan dengan anamnesis yang lengkap dan teliti.
Anamnesis yang baik, pemeriksaan pra-bedah yang teliti, persiapan fisik
dan mental pasien, merupakan hal yang esensial untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang baik.
3. Macam Pembedahan
- Operasi elektif, bila setelah persiapan selesai, dipilih waktu operasi
yang menguntungkan.
- Operasi darurat, bila tidak bisa menunggu lama, karena membahayakan
pasien.
- Operasi paliatif, bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,
tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya.
- Laparotomi eksplorasi (laparotomi percobaan), dilakukan untuk
mendapatkan kepastian tentang jenis penyakit di rongga perut.

Beberapa indikasi yang didapatkan pada pembedahan ginekologi :


1. Keperluan diagnosis, umumnya ringan antara lain : Biopsi,
kerokan, laparoskopi dan lain-lain.
2. Tindakan untuk mengangkat tumor jinak dan ganas.

22
3. Tindakan dilakukan sebagai akibat persalinan, trauma dan/atau
radang.
4. Pemeriksaan Pra- Bedah

Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk


membuat diagnosis dan untuk menilai kondisi pasien.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang umum dilakukan adalah :


1. Pemeriksaan ginekologis (termasuk anamnesis ginekologi)
Ada beberapa hal penting untuk mendapatkan anmnesis ginekologi
Antara lain : - Riwavat haid
- Hari pertama haid terakhir
- Riwavat obstetri serta komplikasi
- Riwayat perkawinan
2. Pemeriksaan payudara
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan pelvis dan rektum
5. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain
6. Pemeriksaan lain, termasuk :
- Pemeriksaan fisik keseluruhan, terutama mengenai organ vital
- Risiko faktor usia
- Evaluasi paru-paru
5. Persiapan Pasien Pra-bedah di Ruang Rawat Inap

Contoh persiapan kistektomi :


Diberikan Povine-Iodine (Betadine) douche atau supositori vagina
Nitrofurazine (Furacin), dimasukkan di puncak vagina setiap malam,
selama 2 - 3 hari, pra bedah.
Untuk wanita pasca-menopause diberikan supositori estrogen atau
krem vaginal selama 4 - 6 minggu pra-bedah.
Pada malam sebelum operasi pasien diberi makan yang mudah
dicerna, dan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi pasien
dipuasakan.
Obat lain yang diberikan adalah obat tidur / penenang.
Sebelum operasi dilakukan klisma.
Pemberian pre-medikasi diatur oleh ahli anestesi.

6. Persiapan Pra-bedah di Kamar Operasi


Dilakukan pembersihan/pencukuran daerah abdomen dan vulva, kemudian
dipasang kateter.
Bila perlu pasien dibius ringan untuk pemeriksaan pelvis bimanual ulang.
Perineum dan vagina dibersihkan.
Setelah vagina dibersihkan, abdomen dibersihkan juga selama lebih kurang
5 menit, dengan Betadine atau larutan antiseptik yang lain.

Instalasi Terkait Instalasi Obgin, Anestesi

23
24

Anda mungkin juga menyukai