935 4345 2 PB
935 4345 2 PB
ABSTRAK
Pembimbing Kemasyarakatan yang merupakan jabatan fungsional berperan pada seluruh tahapan
proses hukum. Pola pembinaan yang dilakukan pada warga binaan pemasyarakatan ditentukan
dari hasil penelitian pembimbing kemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum
normatif untuk menjelaskan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan
dengan pelaksanaan tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam merevitalisasi Pemasyarakatan.
Hasil penelitian menunjukkan struktur organisasi Balai Pemasyarakatan belum ada kotak Jabatan
Fungsional Pemasyarakatan. Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan membutuhkan
perhatian khusus seperti pembinaan pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan, kedudukan
dalam struktur organisasi, kompetensi, dan objektivitas pemberian tugas dalam mendukung
revitalisasi pemasyarakatan. Begitu pentingnya pelaksanaan tugas Pembimbing Kemasyarakatan
harus didukung dengan kejelasan kedudukannya di Balai Pemasyarakatan dengan melengkapi
struktur jabatan fungsional Pembimbing Kemasyarakatan serta menyederhanakan struktur
organisasi, serta perlu segera membangun Balai Pemasyarakatan di kabupaten/kota.
kata kunci: pembimbing kemasyarakatan; pelaksanaan tugas; revitalisasi.
ABSTRACT
Correctional Adviser, which is a functional position, plays a role at all stages of the legal process.
The pattern of coaching conducted on correctional fostered residents is determined from the results
of research community counselors. This study uses a normative legal approach to explain various
applicable laws and regulations relating to the Implementation of Community Guidance duties in
revitalizing Correctional Facilities. The results showed the organizational structure of the Penitentiary
did not yet have a Correctional Functional Position box. The Functional Position of Community
Guidance requires special attention such as the fostering of functional functions of Community
Guidance, position in the organizational structure, competence, and objectivity of assignment in
support of penal revitalization. Once the importance of carrying out the duties of the Community
Guidance must be supported by clarity of his position in the Penitentiary by completing the functional
structure of the Community Guidance and simplifying the organizational structure, and the need to
immediately establish a Penitentiary in the district /city.
Keyword: correctional adviser; implementation task; revitalization.
141
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
142
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
143
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
baik itu untuk Dewasa dan Anak. Begitu juga pemasyarakatan sebagai bentuk perlakuan
untuk Pembimbing Kemasyarakatan Muda terhadap tahanan, narapidana, dan klien serta
melakukan Litmas untuk tingkat 3 dan 4, dan perlindungan atas hak kepemilikan terhadap
Pembimbing Kemasyarakatan Madya untuk barang bukti. Revitalisasi meliputi pelayanan
melakukan Litmas tingkat 1 dan 2. Sementara, tahanan, pembinaan narapidana, pembinaan
untuk Pembimbing Kemasyarakatan Utama, klien, dan pengelolaan barang rampasan dan
tugas dan fungsinya melakukan evaluasi benda sitaan.
terhadap Hasil Litmas. Pembenahan dan optimalisasi
Dalam pelaksanaan tugas di BAPAS, serta penguatan penyelenggaraan
Pembimbing Pemasyarakatan ditempatkan di Pemasyarakatan merupakan keniscayaan.
seksi Bimbingan Klien Dewasa dan di seksi Pengembangan dan peningkatan
Bimbingan Klien Anak, sehinggga dapat kompetensi petugas pemasyarakatan,
menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemasyarakatan pada
Pembimbing Kemasyarakatan. Akibatnya Unit Pelaksana Teknis perlu diperhatikan.
Pembimbing Kemasyarakatan melaksanakan Optimalisasi pelaksanaan tugas Pembimbing
tugas sesuai dengan penempatan Kemasyarakatan yang menjadi ujung
berdasarkan Surat Keputusan Kepala BAPAS. tombak proses penelitian pemasyarakatan
Penyelenggaraan Penelitian Kemasyarakatan harus dilakukan. Hal ini dikarenakan pola
di BAPAS yang dilakukan Pembimbing pembinaan yang dilaksanakan pada warga
Kemasyarakatan harus mengacu pada Perka binaan pemasyarakatan ditentukan dari hasil
BKN ini agar kesinambungan Pembimbing penelitian pembimbing kemasyarakatan.
Kemasyarakatan dapat terpelihara Pembimbing Kemasyarakatan juga memiliki
karena penilaian kinerja didasarkan pada peran besar dalam menjembatani transisi
Perka BKN ini, sehingga secara struktur warga binaan ketika kembali ke masyarakat
organisasi Jabatan Fungsional Pembimbing setelah selesai menjalani kewajiban di
Kemasyarakatan juga harus diperhatikan. lembaga pemasyarakatan.
Revitalisasi Pemasyarakatan yang Pelaksanaan Tugas Pembimbing
dilakukan saat ini antara lain: pelayanan Kemasyarakatan harus didukung dengan
tahanan, pembinaan narapidana, pembinaan kejelasan kedudukan Pembimbing
klien berkaitan langsung dengan pelaksanaan Kemasyarakatan di BAPAS, sehingga tidak
tugas Pembimbing Kemasyarakatan. Untuk ada keraguan Pembimbing Kemasyarakatan
itu peningkatan kualitas dan kuantitas sumber dalam pelayanan kepada masyarakat dalam
daya manusia harus dapat dioptimalkan agar mendukung revitalisasi pemasyarakatan.
dapat melakukan pendampingan, penelitian Berdasarkan uraian yang telah dibahas
kemasyarakatan dengan baik sesuai dengan dalam latar belakang maka akan diuraikan
tujuan revitalisasi pemasyarakatan. Pelaksanaan Tugas Pembimbing
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Kemasyarakatan menuju revitalisasi
Manusia telah menerbitkan Peraturan pemasyarakatan.
Menteri Hukum dan HAM Nomor Rumusan Masalah
35 Tahun 2018 Tentang Revitalisasi
1. Bagaimana Pengaturan Penelitian
Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Untuk Kemasyarakatan?
itu Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
2. Bagaimana Pelaksanaan Tugas
segera melakukan revitalisasi. Revitalisasi
Pembimbing Kemasyarakatan menuju
penyelenggaraan pemasyarakatan adalah revitalisasi pemasyarakatan?
upaya mengoptimalkan penyelenggaraan
144
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
145
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p-IS S N : 1 97 8- 22 92 e-IS S N : 2 57 9 - 74 25
apabila didasarkan oleh adanya penelitian jenis data dan informasi tersebut akan
kemasyarakatan yang dalam hal ini diperankan diperoleh secara lengkap dan objektif dari
oleh Pembimbing Kemasyarakatan yang hasil penelitian.
berada di Balai Pemasyarakatan. Penggolongan atau klasifikas dalam
Peran Pembimbing Kemasyarakatan sistem pemasyarakatan selain untuk
yang sangat penting dalam pelaksanaan Narapidana berlaku juga untuk Tahanan,
sistem pemasyarakatan menuntut Klien Pemasyarakatan dan juga Anak yang
peningkatan kualitas dari pelaksananya, berkonflik dengan hukum baik yang sedang
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, menjalankan proses Diversi, penempatan
secara khusus tugas dan fungsi Pembimbing di Lembaga Penempatan Anak Sementara
Kemasyarakatan terdiri dari Penelitian (LPAS) atau yang sedang menjalani masa
Kemasyarakatan, Pendampingan, pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus
Pembimbingan dan Pengawasan. Penelitian Anak (LPKA).
kemasyarakatan merupakan acuan formal Dalam menjalankan fungsi perawatan,
bagi aktivitas pendampingan, pembimbingan, pembinaan, pembimbingan dan pengawasan,
dan pengawasan termasuk juga dalam upaya BAPAS memiliki peran yang sangat strategis
pembinaan dan pelayanan bagi tahanan. karena dalam menjalankan fungsi tersebut
Sehingga penting untuk kita lebih memahami banyak sekali kompetensi dasar yang
tentang hakekat penelitian kemasyarakatan harus dikuasai oleh Petugas Pembimbing
dan mengapa penelitian kemasyarakatan Kemasyarakatan seperti kompetensi untuk
sangat penting dalam pelaksanaan sistem melakukan pembimbingan, pendampingan,
pemasyarakatan. pengawasan dan Penelitian Kemasyarakatan
Pentingnya penelitian kemasyarakatan itu sendiri sebagai bentuk cek and balance
untuk dapat dipahami lebih baik dalam dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
pelaksanaan sistem pemasyarakatan Penelitian kemasyarakatan sejatinya menjadi
dilandasi oleh norma dan peraturan yang titik awal bagi perlakuan terhadap pelanggar
menjadi dasar hukumnya yaitu Undang- hukum dalam fungsi pembimbingan,
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang pendampingan dan pengawasan, karena
Pemasyarakatan. Dalam Undang-Undang dari hasil penelitian kemasyarakatan itulah
nomor 12 Tahun 1995 Tentang Sistem terdapat informasi dan data penting yang dapat
Pemasyarakatan dijelaskan bahwa dalam digunakan sebagai rekomendasi perlakuan
proses penggolongan atau pengklasifikasian terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan.
warga binaan dan tahanan diperlukan Pentingnya Penelitian Kemasyarakatan
penelitian untuk mengetahui umur, jenis untuk dipamahi secara cermat dan holistik
kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis dilandasi aturan perundungan-undangan
kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan yang mengamanatkan kepada seluruh aparat
kebutuhan atau perkembangan pembinaan. penegak hukum untuk dapat menjadikan
Hal ini seperti yang termuat dalam pasal laporan Penelitian Kemasyarakatan sebagai
12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun bahan pertimbangan dalam mengambil
1995: “Dalam rangka pembinaan terhadap keputusan. Oleh karena itu, sinergitas proses
Narapidana di Lapas dilakukan atas dasar perlakuan terhadap pelanggar hukum diantara
a. Umur, b. Jenis Kelamin, c. Lama pidana aparat penegak hukum dengan Pembimbing
yang djatuhkan. Jenis kejahatan; dan e. Kemasyarakatan sangat penting, hal ini
Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan amanat dari Undang-undang
atau perkembangan pembinaan”). Seluruh 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
146
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
147
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
Pada tahap pos ajudikasi peran banyak mengandung informasi dan data
Pembimbing Kemasyarakatan sangat penting dari pelanggar hukum yang sangat
penting dalam proses membuat penelitian dibutuhkan untuk pembinaan, pembimbingan
kemasyarakatan, karena dokumen penelitian termasuk untuk keperluan lainnya.
kemasyarakatanyangdibuatolehPembimbing Dalam melaksanakan program
Kemasyarakatan dibutuhkan oleh Lembaga pembimbingann terhadap narapidana
Pemasyarakatan (Lapas) untuk menentukan dan klien pemasyarakatan Pembimbing
rencana program pembinaan yang termasuk Kemasyarakatan wajib mengadakan
di dalamnya untuk menentukan program perencanaan pelaksanaan dan pengendalian
asimilasi dan program reintegrasi sosial bagi atas kegiatan program pembimbingan setelah
Warga Binaan Pemasyarakatan. Dasar melakukan Penelitian Kemasyarakatan
hukum yang menjelaskan tentang hal ini hal ini sebagai bagian dari pengelolaan
dapat di baca pada pasal 65 huruf “c” yang kasus atau managemen kasus. Dalam
berbunyi Pembimbing Kemasyarakatan Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 1999
bertugas ”menentukan program perawatan pasal 33 dijelaskan bahwa “Pembimbing
Anak di LPAS dan pembinaan Anak di LPKA Klien dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap
bersama dengan petugas pemasyarakatan pembimbingan, yaitu: tahap awal, tahap
lainnya”. lannjutan dan tahap akhir, penyelenggaraan
3. Peraturan Pemerintah No 31 Tahun pembimbingan dari satu tahap ke tahap
1999 Tentang Pembinaan dan lainnya ditetapkan melalui sidang Tim
Pembimbingan Narapidana dan Klien Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan
Pemasyarakatan. data dari Pembimbing Kemasyarakatan”.
Program pembinaan dan pembimbingann Berdasarkan pasal tersebut data penelitian
untuk Narapidana dan klien pemasyarakatan kemasyarakatan yang dibuat oleh
meliputi kegiatan pembinaan dan Pembimbing Kemasyarakatan merupakan
pembimbingan kepribadian dan kemandirian, data penting yang menentukan pentahapan
Pembinaan dan pembimbingan kepribadian pembimbingan klien pemasyarakatan.
dan kemandirian didalamnya mencakup; Pembinaan dan pembimbingan terhadap
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, narapidana dan klien pemasyarakatan yang
kesadaran berbangsa dan bernegara, akan dibina di luar Lapas dilakukan oleh
intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan Pembimbing Kemasyarakatan dengan dasar
jasmani dan rohani, kesadaran hukum, hasil penelitian kemasyarakatan termasuk
reintegrasi sehat dengan masyarakat, untuk keperluan penyidik, penuntut umum
keterampilan kerja, dan latihan kerja serta dan hakim dalam kepentingan pemeriksaan
produksi. dan hal ini sesuai dengan pasal 38 ayat 1
Penelitian kemasyarakatan menurut dan 2 “(1) Penelitian Kemasyarakatan yang
Peratura Pemerintah nomor 31 tahun 1999 dilakukan terhadap Narapidana, Anak pidana
Tentang pembinaan dan pembimbingan dalam dan Anak Negara yang akan dibina di luar
pasal 1 ayat 3 “Penelitian Kemasyarakatan Lapas dilaksanakan oleh BAPAS”. dan “(2)
yang selanjutnya disebut Litmas adalah Penelitian Kemasyarakatan terhadap anak
kegiatan penelitian untuk mengetahui selaku tersangka pelaku tindak pidana,
latarbelakang kehidupan warga Binaan dilaksanakan untuk memberikan bantuan
Pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh kepada penyidik, penuntut umum, dan hakim
BAPAS”. Dari pengertian tersebut menunjukan guna kepentingan pemeriksaan dalam proses
bahwa Litmas merupakan dokumen yang persidangan pengadilan anak”.
148
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
149
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
150
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
151
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
sehingga usaha perlindungan yang dilakukan mekanisme sistem peradilan pidana anak
tidak berakibat negatif. Perlindungan anak yang bersifat represif karena sistem tersebut
dilaksanakan rasional, bertanggung jawab, dianggap gagal memperbaiki tingkah laku
dan bermanfaat yang mencerminkan suatu dan mengurangi tingkat kriminalitas yang
usaha yang efektif dan efesien. Usaha dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenakan
perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan peningkatan kesadaran bahwa anak
matinya inisiatif, kreativitas, dan hal-hal lain bukanlah miniatur orang dewasa. Secara
yang menyebabkan ketergantungan kepada kejiwaan masa anak-anak adalah periode
orang lain dan berperilaku tak terkendali, yang rentan yang membuat anak menjadi
sehingga anak tidak memiliki kemampuan belum mandiri, belum memiliki kesadaran
dan kemauan menggunakan hak-haknya dan penuh serta kepribadian belum stabil atau
melaksanakan kewajiban-kewajibannya.16 belum terbentuk secara utuh. Keadaan
Anak merupakan amanah dan anugerah psikologi anak masih labil, tidak independen,
dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dan gampang terpengaruh. Kondisi demikian,
dirinya melekat harkat dan martabat perbuatan yang dilakukan oleh anak tidak
sebagai manusia yang seutuhnya. Setiap sepenuhnya dapat dipertanggung jawabkan
anak mempunyai harkat dan martabat yang oleh anak sendiri, karena anak bukan pelaku
patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang murni, melainkan juga dapat dipandang
terlahir harus mendapatkan hak-haknya sebagai korban.
tanpa anak tersebut meminta. Hukum pidana Anak seharusnya tidak dihadapkan pada
menjadi legitimasi untuk mengurangi dan sistem peradilan jika ada cara yang lebih tidak
membatasi penikmatan hak asasi seseorang, menekan untuk menangani perbuatan yang
tak terkecuali anak yang berkonflik dengan melawan hukum, maka dari itu dalam rangka
hukum. Anak yang berkonflik dengan hukum memberikan pemenuhan hak terhadap anak
memang menjadi objek dari keberadaan yang berkonflik dengan hukum pemerintah
hukum pidana, akan tetapi terdapat sejumlah telah berupaya memberikan perlindungan
hak dan kebebasan yang tidak boleh dikurangi hukum terhadap anak-anak Indonesia.
dalam kondisi apapun. Sejumlah hak ini Menerbitkan berbagai peraturan perundang-
dikenal dengan hak-hak yang bersifat absolut undangan yang merumuskan perlindungan
yang tidak boleh dikurangi pemenuhannya terhadap anak-anak yang berhadapan
oleh negara walaupun dalam keadaan dengan hukum, salah satu implementasinya
darurat sekalipun. Hak-hak tersebut adalah adalah dengan lahirnya.
hak atas hidup, hak bebas dari penyiksaan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
hak bebas dari pemidanaan yang berlaku Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
surut, dan hak sebagai subjek hukum (Pasal selanjutnya disebut UU SPPA. Kehadiran
4 Ayat (2) Konvensi Internasional Hak-Hak UU SPPA sekaligus memberlakukan
Sipil dan Politik).17 proses pemeriksaan khusus bagi anak
Dunia hukum mengalami perubahan yang melakukan tindak pidana yang
cara pandang dalam penanganan anak yang penanganannya melibatkan beberapa
melakukan perbuatan melawan hukum. Lembaga Negara yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Banyak negara yang mulai meninggalkan Pengadilan, Kementerian Hukum dan HAM,
serta Kementerian Sosial secara terpadu
16 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap dengan mengedepankan kepentingan yang
Anak: dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2014, hlm. terbaik bagi anak-anak.
40-41.
17 Ibid, hlm. 204-205
152
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
Sistem peradilan pidana yang diatur sekali, akan tetapi berusaha memakai
dalam UU SPPA, telah memberikan unsur pemaksaan seminimal mungkin untuk
perlindungan terhadap anak yang melakukan membuat orang mentaati hukum. Diversi
tindak pidana dalam proses peradilan sebagai usaha mengajak masyarakat
pidananya, meskipun proses peradilan untuk taat dan menegakkan hukum negara,
pidana yang harus dilalui jalurnya sama pelaksanaannya tetap mempertimbangkan
yaitu Polisi, Jaksa, Peradilan, dan Lembaga rasa keadilan sebagai prioritas utama
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), namun disamping pemberian kesempatan
yang berbeda adalah terlihat pada perlakuan kepada pelaku untuk menempuh jalur non
yang diberikan pada umumnya oleh aparat pidana seperti ganti rugi, kerja sosial atau
dalam setiap jenjang sistem peradilan pengawasan orang tuanya. Diversi dilakukan
pidana, misalnya adanya polisi khusus yang dengan alasan untuk memberikan suatu
khusus menangani perkara anak dan polisi kesempatan kepada pelangar hukum agar
khusus yang dimaksud disini adalah Penyidik menjadi orang yang baik kembali melalui
Polri yang terpilih dan memiliki dedikasi dan jalur non formal (luar pengadilan) dengan
memahami masalah anak. Penyidik Polri melibatkan sumber daya masyarakat. Diversi
yang dapat ditetapkan sebagai Penyidik Anak berupaya memberikan keadilan kepada
harus memenuhi syarat-syarat yang sudah kasus anak yang telah terlanjur melakukan
ditentukan (Pasal 26 Ayat (2) UU SPPA), tindak pidana.20
demikian juga yang berlaku pada Jaksa Sebagaimana diketahui bahwa setiap
Khusus Anak, Hakim Anak dan Lembaga anak yang berhadapan dengan hukum
Pemasyarakatan Khusus Anak.18 berhak untuk mendapatkan perlindungan
Dicantumkannya konsep diversi sebagai baik fisik, mental, spiritual maupun sosial
bentuk penanganan terhadap anak yang sesuai dengan prinsip-prinsip Konvensi Hak-
bermasalah dengan hukum merupakan Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan
bentuk pembaharuan dalam sistem peradilan Anak yang meliputi:
anak di Indonesia. Konsep diversi didasarkan a. Non Diskriminasi.
pada kenyataan bahwa proses peradilan b. Kepentingan yang terbaik untuk anak.
pidana lebih banyak menimbulkan bahaya c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup
daripada kebaikan. dan perkembangan.
Alasan dasarnya yaitu pengadilan akan d. Penghargaan terhadap anak.
memberikan stigmatisasi terhadap anak
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,
atas tindakan yang dilakukan, seperti anak
baik anak yang berhadapan dengan
dianggap jahat, sehingga lebih baik untuk
hukum, BAPAS melalui Pembimbing
menghindarkannya ke luar sistem peradilan
Kemasyarakatan mempunyai kekuatan
pidana. Pertimbangan dilakukannya diversi
untuk menentukan keputusan yang terbaik
merupakan filosofi sistem peradilan pidana
bagi anak, melaui rekomendasi dalam
anak untuk melindungi dan merehabilitasi
Penelitian Kemasyarakatan maupun dalam
anak pelaku tindak pidana.19
pembimbingan.
Diversi tidak bertujuan untuk
Pembimbingan Kemasyarakatan
mengabaikan hukum dan keadilan sama
sebelum menjadi jabatan fungsional
merupakan jabatan teknis yang disandang
18 Ibid, hlm. 211-212. oleh petugas pemasyarakatan di BAPAS
19 Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Restoratif
Justice dalam Hukum Pidana, Medan : USU
Press, 2010, hlm. 11. 20 Ibid, hlm. 14-15.
153
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
154
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
dapat memilih mana tindakan yang baik dan agar mampu melakukan pembinaan moral
mana tindakan yang tidak baik bagi dirinya dan mental para narapidana. Setidaknya
maupun bagi orang lain. untuk memberikan pemahaman kepada
Pelanggaran pidana oleh anak lebih narapidana agar tidak mengulang perbuatan
merupakan kegagalan proses sosialisasi pidananya lagi.
dan lemahnya pengendalian sosial terhadap Lapas harus mampu membuat seseorang
anak. Oleh karena itu keputusan hakim dalam ‘menerima keadaan’ secara mental bahwa
perkara anak harus mempertimbangkan dirinya adalah seorang narapidana. Walaupun
keadaan anak yang sesungguhnya atau narapidana datang dengan serangkaian
realitas sosial anak tersebut, bukan hanya proses pidana yang mereka lewati tanpa
melihat aspek pidananya saja. Dikaitkan melibatkan personel lapas, namun lapas
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun harus mampu melaksanakan tugas dan
2002 Tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal fungsi pembinaan melalui para petugas
16 dirumuskan bahwa setiap anak berhak pemasyarakatan. Petugas lapas harus dapat
memperoleh perlindungan anatara lain memahami kondisi mental atau moril para
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi narapidana pasca vonis hakim pengadilan.
dan penangkapan, penahanan atau Saat seseorang narapidana pertama kali
penjatuhan pidana hanya dapat dilakukan menginjakkan kakinya di lapas, maka petugas
sebagai upaya terakhir. sudah harus dapat membuat pemindaian
Seyogyanya anak yang berkonflik tentang kondisi narapidana secara psikologis,
dengan hukum tidak dijatuhi pidana, apabila dalam kebutuhannya untuk memberikan
anak dijatuhi pidana maka hak-hak lain dari model pembinaan yang tepat bagi mereka.
anak yang dijamin oleh undang-undang dan Dalam agenda revitalisasi pemasyarakatan,
pertumbuhan anak akan dapat terganggu. klasifikasi dilakukan dari super maximum
Selain itu diketahui pula bahwa tempat hingga minimum security. Namun diharapkan
pendidikan atau pembinaan anak yang terbaik sebelum diterapkan klasifikasi tentang ‘tingkat
adalah keluarganya. Apabila keluarganya bahaya’ pada perilaku narapidana, dilakukan
tidak mampu mendidik anak, maka banyak juga klasifikasi berdasarkan hal-hal mendasar
alternatif pengganti keluarga yang dapat seperti: umur, latar belakang sosial, kondisi
diberi tugas untuk pembimbingan anak yang mental/kejiwaan, dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai dengan sistem sosial Indonesia yaitu dilakukan agar dapat melakukan pembinaan
kerabat keluarga besarnya. berdasarkan klasifikasi tersebut. Sehingga
narapidana lansia tidak harus melakukan
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan Dalam kegiatan yang sama seperti mereka yang
Revitalisasi Pemasyarakatan belia. Demikian halnya mereka yang jiwanya
labil dalam masa tumbuh kembang remaja,
Lembaga pemasyarakatan berfungsi
materi rohani tidak disampaikan dengan cara
sebagai tempat eksekusi pidana penjara atau
yang sama seperti penyampaian kepada
kurungan berdasarkan putusan hakim. Hal ini
mereka yang sudah lebih berpengalaman
tidaksertamertadiartikansebagaiperpindahan
dengan masalah duniawi.
tempat menginap para narapidana, melainkan
Lembaga Pemasyarakatan mengemban Pemasyarakatan akan mempercepat
tugas untuk menyadarkan para narapidana berbenah menjadi yang lebih baik. Kondisi
agar bisa kembali pemasyarakat. Lembaga lapas yang penuh sesak tidak bisa diselesaikan
pemasyarakatan seharusnya diisi oleh para hanya dengan pasrah dan menyalahkan
punggawa yang berkompeten seutuhnya, kondisi ekonomi dan sosial yang menjadi
155
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
156
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
aparat penegak hukum lainnya seperi dilakukan antara lain meliputi: melakukan
Polisi, Jaksa dan Hakim. kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk
2. Petugas Pemasyarakatan penanganan anak yang belum berumur 12
Sebagai petugas pemasyarakatan, tahun dan melakukan kegiatan penelitian
Pembimbing Kemasyarakatan mem- kemasyarakatan untuk tersangka dewasa
punyai peran penting dalam mencapai untuk tindak pidana. Untuk tingkat Jabatan
tujuan sistem pemasyarakatan, Pembimbingan Kemasyarakatan yaitu tingkat
yaitu membimbing warga binaan Jabatan Pertama sampai Madya dalam
pemasyarakatan agar dapat berintegrasi melakukan fungsinya dapat melakukan
dan diterima kembali oleh lingkungan penelitian kemasyarakatan untuk anak
masyarakat. maupun dewasa.23
3. Pejabat Fungsional Penelitian
Penyelenggaraan
Sebagai pejabat fungsional, Pembimbing Kemasyarakatan di BAPAS yang dilakukan
Pemasyarakatan harus memiliki Pembimbing Kemasyarakatan bardasarkan
keahlian dan keterampilan khusus untuk Keputusan Kepala BKN dari tingkat kesulitan
melakukan tugas dan fungsi bimbingan
Penelitian Kemasyarakatan tersebut. Seperti
kemasyarakatan. Oleh karena itu,
Pembimbing Kemasyarakatan Pertama hanya
untuk menduduki jabatan fungsional
pembimbing kemasyarakatan harus dapat melakukan Litmas untuk tingkat 5 dan
memiliki kompetensi dan memenuhi 6, baik itu untuk dewasa dan anak. Begitu
syarat-syarat yang ditentukan. juga untuk Pembimbing Kemasyarakatan
Muda melakukan Litmas untuk tingkat 3
Di dalam Perka BKN Nomor 5 Tahun
dan 4, dan Pembimbing Kemasyarakatan
2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Madya untuk melakukan Litmas tingkat
Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
1 dan 2. Sementara, untuk Pembimbing
Kemasyarakatan secara detail telah diatur
Kemasyarakatan Utama tugas dan fungsinya
tentang unsur kegiatan tugas yang dilakukan
untuk melakukan evaluasi terhadap Hasil
oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Adapun
Litmas.
unsur kegiatan tugas jabatan Pembimbing
Kemasyarakatan yang dapat dinilai angka Tugas dan fungsi Pembimbing
kreditnya, terdiri atas unsur utama dan unsur Kemasyarakatan tentunya berkaitan dengan
penunjang. Unsur utama kegiatan tugas dan fungsi BAPAS. Jika dilihat struktur
Pembimbing Kemasyarakatan terdiri atas organisasi BAPAS terdiri-dari Kepala BAPAS,
pendidikan, bimbingan kemasyarakatan, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan
dan pengembangan profesi.22 Kemudian Klien Dewasa dan Seksi Bimbingan Klien
jika dilihat secara detail di dalam unsur Anak. BAPAS yang sebelumnya bernama
Bimbingan Kemasyarakatan meliputi Bispa memiliki struktur organisasi yang sama.
penelitian kemasyarakatan, pendampingan, Sebelum Pembimbing Kemasyarakatan
pembimbingan, pengawasan; dan sidang tim masuk ke dalam rumpun jabatan fungsional,
pengamat pemasyarakatan. jelas pembagian kerja di BAPAS sesuai
dengan Seksi yang ada yaitu Seksi Bimbingan
Dalam melakukan pembimbingan
Klien Dewasa dan Seksi Bimbingan Klien
kemasyarakatan uraian tugas jabatan
Anak. Dimana Pembimbingan dilakukan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan yang
22 Republik Indonesia, Perka BKN Nomor 5 23 Republik Indonesia, Perka BKN Nomor 5
Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan, hlm.6. Kemasyarakatan, hlm. 7-17.
157
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
Pegawai yang berada di masing-masing Kepmen ini BAPAS memiliki 2 kategori, yaitu
seksi. Misalnya Pegawai yang ada pada BAPAS Kelas I dan BAPAS Kelas II. BAPAS
Seksi Bimbingan Klien Dewasa melakukan Kelas I berkedudukan di Ibukota Provinsi,
pembimbingan untuk Klien Dewasa, dan sementara BAPAS Kelas II berkedudukan
pegawai yang ada pada Seksi Bimbingan di Ibukota Kabupaten/Kota Madya. BAPAS
Klien Anak melakukan pembimbingan untuk Kelas I dengan eselonering 3 sedangkan
Klien Anak. BAPAS Kelas II eselonering 4. Kedudukan
Namun, saat ini dengan adanya Jabatan BAPAS dimaksudkan untuk mendekatkan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan pelayanan Pembimbingan Kemasyarakatan
perlu diperjelas kedudukan Jabatan di pelosok tanah air.
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Undang-Undang Republik Indonesia
pada Struktur Organisasi di BAPAS. Saat ini Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
penempatan Pembimbing Kemasyarakatan Peradilan PidanaAnak pada Pasal 105 ayat (1)
di BAPAS secara struktur masih ditempatkan huruf d disebutkan bahwa dalam waktu paling
pada Seksi Bimbingan Klien Dewasa dan lama 5 (lima) tahun setelah diberlakukannya
Seksi Bimbingan Klien Anak. Sehinggga undang-undang ini: kementerian yang
pembagian kerja ataupun pelaksanaan tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
Pembimbing Kemasyarakatan berdasarkan dibidang hukum wajib membangun BAPAS
Klien yang ada. Pembimbing Kemasyarakatan di kabupaten/kota. Kemudian dijelaskan pula
yang berada pada koordinasi Seksi bahwa Ketentuan mengenai pembentukan
Bimbingan Klien Dewasa hanya melakukan kantor BAPAS sebagaimana dimaksud pada
pembimbingan bagi Klien dewasa sedangkan ayat (1) huruf d dikecualikan dalam hal letak
Pembimbing Kemasyarakatan yang di bawah provinsi dan kabupaten/kota berdekatan.
koordinasi Seksi Bimbingan Klien Anak Jika kementerian yang menyelenggara-
melakukan pembimbingan bagi Klien Anak. kan urusan pemerintahan di bidang hukum
Sehingga secara beban kerja Pembimbing tidak memiliki lahan untuk membangun kantor
Kemasyarakatan yang memiliki tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
pangkat dan golongan yang lebih tinggi belum d, pemerintah daerah setempat menyiapkan
tentu mendapatkan beban kerja yang sesuai lahan yang dibutuhkan. Namun, hingga saat
dengan jenjang jabatannya. ini sudah lebih dari 5 tahun setelah berlakunya
Selain itu, penempatan Pembimbing Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kemasyarakatan di bawah koordinasi 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Seksi Bimbingan Klien Dewasa atau Seksi Pidana Anak, namun perintah undang-undang
Bimbingan Klien Anak masih berdasarkan ini untuk membangun BAPAS di kabupaten/
Surat Keputusan Kepala BAPAS. Sehingga kota belum terealisasi, sehingga pelayanan
terdapat Pembimbing Kemasyarakatan yang BAPAS yang dilakukan Pembimbing
mendapat Pembimbingan yang banyak Kemasyarakatan belum maksimal menyentuh
ada Pembimbing Kemasyarakatan yang masyarakat pelosok.
sedikit mendapat pembimbingan yang Berdasarkan Kepmenkeh RI Nomor:
sedikit. Struktur Kepmenkeh RI Nomor : M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Tentang
M.02-PR.07.03 Tahun 1987 dan perbaikan Organisasi dan Tata Kerja Bimbingan
Kepmenkeh RI Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak
1997 belum mengakomodir garis tugas untuk pada Pasal 28 disebutkan jumlah Balai
Pembimbing Kemasyarakatan sehingga perlu BISPA di lingkungan Departemen Kehakiman
penegasan garis tugas pada struktur. Pada (Sekarang Kementerian Hukum dan HAM)
158
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
sebanyak 41 (empat puluh satu) dengan yang terdiri dari 2 teknis dan 1 administrasi
perincian Kelas I 13 (tiga belas) dan Kelas II fasilitatif. Kemudian masing-masing Eselon
28 (delapan belas). Kemudian berdasarkan IV memiliki 3 Eselon V. Sesuai perkembangan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: teknologi dan informasi yaitu berdasarkan
M.01.PR.07.03 Tahun 1997 jumlahnya Instruksi Presiden bahwa Jabatan Eselon
berubah menjadi 44, Kelas I 14 (empat belas) III, IV, dan V ditiadakan maka BAPAS Kelas
dan Kelas II 30 (tiga puluh). Sehingga dalam I sebagai Satuan Kerja dapat segera
mendukung revitalisasi pemasyarakatan beradaptasi untuk melakukan penyesuaian.
yang berkaitan dengan kinerja Jabatan Hal ini perlu dilakukan untuk penyederhanaan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan struktur untuk mempercepat pelayanan yang
perlu direalisasikan pembangunan BAPAS di dilakukan kepada masyarakat. Sehingga
kabupaten/kota. pada BAPAS Kelas I hanya terdiri 4 kotak
Lebih jauh Kepmen Kehakiman jabatan struktural (Kepala BAPAS Kelas I,
RI Nomor: M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Subag TU, Seksi Bimbingan Klien Dewasa,
menyebutkan bahwa Balai BISPA Kelas I Seksi Bimbingan Klien Anak) dan 1 kotak
(BAPAS Kelas I) terdiri-dari Kepala Satker Jabatan Fungsional. Seperti terlihat pada
Eselon III dan 3 Jabatan Struktural Eselon IV gambar 1. berikut:
Gambar.1
Struktur Organisasi BAPAS Kelas I
Begitu juga untuk Balai BISPA Klas II BAPAS hanya terdiri 4 kotak jabatan struktural
(BAPAS Kelas II) terdiri-dari Kepala Satker (Kepala BAPAS Kelas II, Urusan TU, Sub
Eselon IV dan 3 Jabatan Struktural Eselon V Seksi Bimbingan Klien Dewasa, Sub Seksi
yang terdiri-atas 2 teknis dan 1 administratif. Bimbingan Klien Anak) dan 1 kotak Jabatan
Kemudian masing-masing Eselon IV memiliki Fungsional. Seperti terlihat pada gambar.2
3 Eselon V. Sesuai perkembangan teknologi berikut:
dan informasi yaitu berdasarkan instruksi
Presiden bahwa Jabatan Eselon III, IV, dan
V ditiadakan maka BAPAS sebagai Satuan
Kerja dapat segera beradaptasi untuk
melakukan penyesuaian. Sehinggga pada
159
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
Gambar.2
Struktur Organisasi BAPAS Kelas II
160
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti
161
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25
162