Anda di halaman 1dari 22

JURNAL ILMIAH KEBIJAKAN HUKUM

Volume 14, Nomor 1, Maret 2020: 141-162


Jurnal Nasional Akreditasi SINTA 2 Surat Keputusan Kemenristekdikti: No: 34/E/KPT/2018
p-ISSN : 1978-2292 (print)
e-ISSN : 2579-7425 (onlin e)

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN


DALAM REVITALISASI PEMASYARAKATAN
(Optimization of the implementation Task of Correctional Adviser in A
Correctional Revitalization)

Dwi Elyana Susanti


Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan
Kementerian Hukum dan HAM R.I, Jakarta
elsus33@gmail.com

Tulisan Diterima: 14-01-2020; Direvisi: 22-01-2020; Disetujui Diterbitkan: 09-03-2020


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2020.V14.141-162

ABSTRAK
Pembimbing Kemasyarakatan yang merupakan jabatan fungsional berperan pada seluruh tahapan
proses hukum. Pola pembinaan yang dilakukan pada warga binaan pemasyarakatan ditentukan
dari hasil penelitian pembimbing kemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum
normatif untuk menjelaskan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan
dengan pelaksanaan tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam merevitalisasi Pemasyarakatan.
Hasil penelitian menunjukkan struktur organisasi Balai Pemasyarakatan belum ada kotak Jabatan
Fungsional Pemasyarakatan. Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan membutuhkan
perhatian khusus seperti pembinaan pejabat fungsional Pembimbing Kemasyarakatan, kedudukan
dalam struktur organisasi, kompetensi, dan objektivitas pemberian tugas dalam mendukung
revitalisasi pemasyarakatan. Begitu pentingnya pelaksanaan tugas Pembimbing Kemasyarakatan
harus didukung dengan kejelasan kedudukannya di Balai Pemasyarakatan dengan melengkapi
struktur jabatan fungsional Pembimbing Kemasyarakatan serta menyederhanakan struktur
organisasi, serta perlu segera membangun Balai Pemasyarakatan di kabupaten/kota.
kata kunci: pembimbing kemasyarakatan; pelaksanaan tugas; revitalisasi.

ABSTRACT
Correctional Adviser, which is a functional position, plays a role at all stages of the legal process.
The pattern of coaching conducted on correctional fostered residents is determined from the results
of research community counselors. This study uses a normative legal approach to explain various
applicable laws and regulations relating to the Implementation of Community Guidance duties in
revitalizing Correctional Facilities. The results showed the organizational structure of the Penitentiary
did not yet have a Correctional Functional Position box. The Functional Position of Community
Guidance requires special attention such as the fostering of functional functions of Community
Guidance, position in the organizational structure, competence, and objectivity of assignment in
support of penal revitalization. Once the importance of carrying out the duties of the Community
Guidance must be supported by clarity of his position in the Penitentiary by completing the functional
structure of the Community Guidance and simplifying the organizational structure, and the need to
immediately establish a Penitentiary in the district /city.
Keyword: correctional adviser; implementation task; revitalization.

141
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

PENDAHULUAN mengatur petugas khusus yang kehadirannya


sangat penting dalam acara peradilan
Latar Belakang
pidana anak di Indonesia yaitu Petugas
Sistem Peradilan pidana dalam kerangka
Pembimbingan Kemasyarakatan. Salah
sistem merupakan rangkaian kegiatan yang
satu yang menjadi tugas dari Pembimbingan
dilakukan dalam rangka menegakkan hukum
Kemasyarakatan ini adalah melakukan
pidana dan menjaga ketertiban sosial. Sistem
Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) yang
Peradilan pidana dilaksanakan mulai dari
mana hasil dari Penelitian Kemasyarakatan ini
kerja polisi dalam melakukan penyidikan
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
peristiwa pidana, penuntutan oleh Jaksa
dan diperhatikan oleh penyidik, penuntut
Penuntut Umum, Pemeriksaan perkara di
umum, dan hakim dalam memeriksa perkara
pengadilan, dan pelaksanaan hukuman di
anak. Pentingnya penelitian kemasyarakatan
Lapas, Rutan, dan Cabang Rutan. Seluruh
dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan
rangkaian kegiatan tersebut saling dukung
dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 12
mendukung secara sinergis sehingga tujuan
tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
dari bekerjanya sistem peradilan pidana
Kemudian Undang-Undang Nomor
tersebut dapat dicapai.1
11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Salah satu kegiatan dalam rangkaian
Pidana Anak yang sekaligus mencabut
kegiatansistemperadilan pidana dilaksanakan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997,
oleh Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang
memasukkan diversi sebagai salah satu
merupakan bagian dari kegiatan sub sistem
bentuk penyelesaian perkara anak yang
pemasyarakatan atau sub-sub sistem
juga melibatkan peran serta BAPAS di dalam
peradilan pidana. Keberadaan BAPAS tentu
proses diversi tersebut selain Kepolisian,
saja akan mempengaruhi keberhasilan
Kejaksaan, dan Kehakiman.3 Diversi adalah
kegiatan sistem peradilan pidana secara suatu pengalihan penyelesaian perkara anak
keseluruhan. BAPAS merupakan bagian dari proses peradilan pidana ke proses di
dari sistem tata peradilan yang mempunyai
luar peradilan pidana.4 Ide dasar diversi atau
tugas melaksanakan pembimbingan pengalihan ini adalah untuk menghindari efek
dan mendampingi anak nakal dalam
negatif pemeriksaan konvensional peradilan
proses Peradilan Anak. Sistem Peradilan pidana anak terhadap anak, baik efek negatif
Pidana Anak adalah keseluruhan proses proses peradilan maupun efek negatif
penyelesaian perkara anak yang berhadapan stigma (cap jahat) proses peradilan, maka
dengan hukum, mulai tahap penyelidikan pemeriksaan secara konvensional dialihkan,
sampai dengan tahap pembimbingan setelah dan kepada anak tersebut dikenakan
menjalani pidana.2 program-program diversi tersebut.5
Dalam penanganan terhadap anak, Pada waktu anak bersentuhan dengan
peran BAPAS sendiri mulai terlihat jelas sejak
dunia peradilan maka hal tersebut akan
berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 Tentang Pengadilan Pidana Anak yang
3 Edy Ikhsan, Diversi dan Keadilan Restoratif
Kesiapan Aparat Penegak Hukum dan
1 Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Masyarakat, Medan : Pustaka Indonesia, 2014,
Pidana Indonesia (Melihat Kepada Kejahatan hlm. 58.
Dan Penegakan Hukum Dalam Batas-Batas 4 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 11
Toleransi), Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
1993, hlm.1. Anak.
2 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 5 Marjoko, Penerapan Diversi Dalam Penanganan
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak Berkonflik Hukum, Medan : Pusaka
Indonesia, 2014, hlm. 24.

142
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

menjadi pengalaman pahit dan bayang- kemandirian warga binaan Pemasyarakatan


bayang gelap kehidupan anak yang tidak atau membangun manusia mandiri.
mudah dilupakan karena pada dasarnya anak Saat ini Pembimbing Kemasyarakatan
belum siap secara mental.6 Pelaksanaan telah masuk ke dalam rumpun Jabatan
diversi dilatarbelakangi keinginan meng- Fungsional. Kedudukan Pembimbing
hindarkan efek negatif terhadap jiwa dan Kemasyarakatan sebagai Aparatur
perkembangan anak oleh keterlibatannya Sipil Negara (ASN) merupakan pejabat
dengan sistem peradilan pidana. Pelaksanaan fungsional diatur menurut Peraturan Menteri
diversi oleh aparat penegak hukum didasari Pemberdayaan Aparatur Negara dan
oleh kewenangan aparat penegak hukum Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016
yang disebut discretion atau dalam bahasa Tentang Jabatan Fungsional Pembimbing
Indonesia disebut diskresi.7 Kemasyarakatan. Pejabat Pembimbing
Sistem pemasyarakatan yang Kemasyarakatan merupakan Pegawai yang
merupakan sub sistem peradilan pidana diberikan tugas, tanggung jawab, wewenang
bertujuan menyiapkan warga binaan dan hak untuk melakukan kegiatan di bidang
pemasyarakatan agar dapat berintegrasi bimbingan kemasyarakatan.
dan berperan kembali dalam keluarga dan Pembimbing Kemasyarakatan yang
lingkungan masyarakat luas secara sehat ada di seluruh Indonesia baik yang ada
dan bertanggung jawab. Peran Pembimbing di BAPAS, Kantor Wilayah Kementerian
Kemasyarakatan sangat penting dan strategis Hukum dan HAM, dan Direktorat Jenderal
dalam memberikan pembimbingan terhadap Pemasyarakatan dalam kurun waktu tiga
klien Pemasyarakatan dan mendampingi anak tahun terakhir (2015-2017) berjumlah 1.022
nakal dalam proses Peradilan Anak, sehingga orang.8 Pembimbing Kemasyarakatan
perlu terus ditingkatkan kinerja Pembimbing sebagai Jabatan Fungsional harus mendapat
Kemasyarakatan dalam mewujudkan fungsi perhatian khusus. Untuk itu perlu ditingkatkan
sistem pemasyarakatan. profesionalisme dan kompetensi. Selain itu,
Dalam proses penegakan hukum, kedudukan jabatan fungsional Pembimbing
Pembimbing Kemasyarakatan berperan Kemasyarakatan dalam struktur organisasi
pada seluruh tahapan proses hukum, mulai terutama di BAPAS perlu dipertegas,
dari tahap pra-adjudikasi, adjudikasi dan sehingga Pembimbing Kemasyarakatan
post adjudikasi. Dengan meningkatnya dapat melaksanakan tugas dengan baik.
pemahaman tentang profil, tugas dan peran Berdasarkan Keputusan Kepala BKN
Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
para calon Pembimbing Kemasyarakatan Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional
dapat menumbuhkan sikap profesionalisme Pembimbing Kemasyarakatan disebutkan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bahwa Pelaksanaan tugas Pembimbing
sebagai Pembimbing Kemasyarakatan. Kemasyarakatan dilakukan berdasarkan
Pelaksanaan sistem Pemasyarakatan tingkat kesulitan Penelitian Kemasyarakatan
mempunyai tujuan akhir yaitu terciptanya tersebut. Sebagai contoh, Pembimbing
Kemasyarakatan Pertama hanya dapat
melakukan Litmas untuk tingkat 5 dan 6,
6 Koesno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif
Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh
Anak, Malang : UMM Prees, 2014, hlm. 28-29. 8 Trisapto Agung Nugroho, “Analisa Kebutuhan
7 Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Pembimbing Kemasyarakatan Balai
Restoratif Justice dalam Hukum Pidana, Medan: Pemasyarakatan (BAPAS) Bandung,” Jurnal
USU Press, 2010, hlm. 2. Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 1 (2019): 69.

143
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

baik itu untuk Dewasa dan Anak. Begitu juga pemasyarakatan sebagai bentuk perlakuan
untuk Pembimbing Kemasyarakatan Muda terhadap tahanan, narapidana, dan klien serta
melakukan Litmas untuk tingkat 3 dan 4, dan perlindungan atas hak kepemilikan terhadap
Pembimbing Kemasyarakatan Madya untuk barang bukti. Revitalisasi meliputi pelayanan
melakukan Litmas tingkat 1 dan 2. Sementara, tahanan, pembinaan narapidana, pembinaan
untuk Pembimbing Kemasyarakatan Utama, klien, dan pengelolaan barang rampasan dan
tugas dan fungsinya melakukan evaluasi benda sitaan.
terhadap Hasil Litmas. Pembenahan dan optimalisasi
Dalam pelaksanaan tugas di BAPAS, serta penguatan penyelenggaraan
Pembimbing Pemasyarakatan ditempatkan di Pemasyarakatan merupakan keniscayaan.
seksi Bimbingan Klien Dewasa dan di seksi Pengembangan dan peningkatan
Bimbingan Klien Anak, sehinggga dapat kompetensi petugas pemasyarakatan,
menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemasyarakatan pada
Pembimbing Kemasyarakatan. Akibatnya Unit Pelaksana Teknis perlu diperhatikan.
Pembimbing Kemasyarakatan melaksanakan Optimalisasi pelaksanaan tugas Pembimbing
tugas sesuai dengan penempatan Kemasyarakatan yang menjadi ujung
berdasarkan Surat Keputusan Kepala BAPAS. tombak proses penelitian pemasyarakatan
Penyelenggaraan Penelitian Kemasyarakatan harus dilakukan. Hal ini dikarenakan pola
di BAPAS yang dilakukan Pembimbing pembinaan yang dilaksanakan pada warga
Kemasyarakatan harus mengacu pada Perka binaan pemasyarakatan ditentukan dari hasil
BKN ini agar kesinambungan Pembimbing penelitian pembimbing kemasyarakatan.
Kemasyarakatan dapat terpelihara Pembimbing Kemasyarakatan juga memiliki
karena penilaian kinerja didasarkan pada peran besar dalam menjembatani transisi
Perka BKN ini, sehingga secara struktur warga binaan ketika kembali ke masyarakat
organisasi Jabatan Fungsional Pembimbing setelah selesai menjalani kewajiban di
Kemasyarakatan juga harus diperhatikan. lembaga pemasyarakatan.
Revitalisasi Pemasyarakatan yang Pelaksanaan Tugas Pembimbing
dilakukan saat ini antara lain: pelayanan Kemasyarakatan harus didukung dengan
tahanan, pembinaan narapidana, pembinaan kejelasan kedudukan Pembimbing
klien berkaitan langsung dengan pelaksanaan Kemasyarakatan di BAPAS, sehingga tidak
tugas Pembimbing Kemasyarakatan. Untuk ada keraguan Pembimbing Kemasyarakatan
itu peningkatan kualitas dan kuantitas sumber dalam pelayanan kepada masyarakat dalam
daya manusia harus dapat dioptimalkan agar mendukung revitalisasi pemasyarakatan.
dapat melakukan pendampingan, penelitian Berdasarkan uraian yang telah dibahas
kemasyarakatan dengan baik sesuai dengan dalam latar belakang maka akan diuraikan
tujuan revitalisasi pemasyarakatan. Pelaksanaan Tugas Pembimbing
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Kemasyarakatan menuju revitalisasi
Manusia telah menerbitkan Peraturan pemasyarakatan.
Menteri Hukum dan HAM Nomor Rumusan Masalah
35 Tahun 2018 Tentang Revitalisasi
1. Bagaimana Pengaturan Penelitian
Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Untuk Kemasyarakatan?
itu Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
2. Bagaimana Pelaksanaan Tugas
segera melakukan revitalisasi. Revitalisasi
Pembimbing Kemasyarakatan menuju
penyelenggaraan pemasyarakatan adalah revitalisasi pemasyarakatan?
upaya mengoptimalkan penyelenggaraan

144
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

Tujuan Tahanan. Penelitian ini bersifat deskriptif


1. Untuk menganalisis Pengaturan analitis, untuk memberikan gambaran secara
Penelitian Kemasyarakatan. rinci dan sistematis, faktual dan menyeluruh
2. Untuk menganalisis Pelaksanaan Tugas mengenai segala sesuatu yang diteliti, dan
Pembimbing Kemasyarakatan menuju menganalisis dengan mengelompokkan,
revitalisasi pemasyarakatan. menghubungkan dan memberi makna.10
Sumber data yang digunakan dalam penelitian
Metode Penelitian
ini sumber data sekunder yang diperoleh dari
Berdasarkan permasalahan dan latar suatu sumber yang sudah dikumpulkan oleh
belakang yang diteliti, maka penelitian ini pihak lain.11 Menurut Arikunto, sumber data
akan lebih menitikberatkan pada penelitian dalam Penelitian adalah subjek dari mana
hukum normatif.9 Penelitian ini dilakukan data dapat diperoleh.12 Penelitian ini
dengan pendekatan kualitatif yang dalam menggunakan analisis kualitatif yaitu seluruh
pengumpulan data dilakukan melalui data yang berhasil dikumpulkan kemudian
pengumpulan data sekunder yang diperoleh diinventarisir dan diklasifikasikan, kemudian
melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip selanjutnya dianalisis.
yang memiliki korelasi dengan Pelaksanaan
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan, PEMBAHASAN
baik melalui dokumen tertulis maupun
Pengaturan Penelitian Kemasyarakatan
elektronik dari lembaga/institusi. Dengan
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
menggunakan pendekatan metode ini
1995 Tentang Sistem Pemasyarakatan
dimaksudkan dapat menjelaskan berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku Kegiatanpenelitiankemasyarakatanyang
berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas dan dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan
Pembinaan Pembimbing Kemasyarakatan tidak terlepas dari Sistem Pemasyarakatan.
serta mengaitkannya dengan Struktur Sistem pemasyarakatan sebagai sistem
koreksional/perlakuan bertujuan untuk
Balai Pemasyarakatan. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reintegrasi sosial guna mempersiapkan para
: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 pelanggar hukum untuk dapat pulih hidup,
Tentang Sistem Pemasyarakatan, Undang- kehidupan dan penghidupannya sehingga
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang dapat menjadi insan yang dapat hidup normal,
Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan tertib hukum, bertangung jawab dan diterima
oleh masyarakat. Dalam menjalankan
Pemerintah No 31 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Narapidana fungsinya sistem pemasyarakatan terdiri dari
dan Klien Pemasyarakatan, dan Kepmenkeh fungsi perawatan, fungsi pembinaan, fungsi
RI NOMOR: M.02-PK.04.10 TAHUN 1990 bimbingan serta fungsi pengelolaan benda
Tentang Pola Pembinaan Narapidana/ sitaan dan barang rampasan negara. Fungsi-
fungsi yang diemban oleh pemasyarakatan
tersebut dapat berjalan dengan baik
9 Penelitian normatif adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka. Pemikiran normatif 10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
didasarkan pada penelitian yang mencakup Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, cetakan
(1) asas-asas hukum, (2) sistematik hukum, (3) Ke II, (Jakarta: Rajawali, 1998), hlm.145.
taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal, (4) 11 Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum
perbandingan hukum, (5) sejarah hukum. Lebih (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1982),
jauh tentang ini lihat Soerjono Soekanto dan hlm.52.
Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu 12 Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu
Tinjauan Singkat, edisi 1, cet.v, (Jakarta: PT Raja Pendekatan Praktik Ed Revisi. Jakarta: Rineka
Grafindo Persada, 2001), hlm.13-14. Cipta, 2010, hlm.172.

145
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p-IS S N : 1 97 8- 22 92 e-IS S N : 2 57 9 - 74 25

apabila didasarkan oleh adanya penelitian jenis data dan informasi tersebut akan
kemasyarakatan yang dalam hal ini diperankan diperoleh secara lengkap dan objektif dari
oleh Pembimbing Kemasyarakatan yang hasil penelitian.
berada di Balai Pemasyarakatan. Penggolongan atau klasifikas dalam
Peran Pembimbing Kemasyarakatan sistem pemasyarakatan selain untuk
yang sangat penting dalam pelaksanaan Narapidana berlaku juga untuk Tahanan,
sistem pemasyarakatan menuntut Klien Pemasyarakatan dan juga Anak yang
peningkatan kualitas dari pelaksananya, berkonflik dengan hukum baik yang sedang
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, menjalankan proses Diversi, penempatan
secara khusus tugas dan fungsi Pembimbing di Lembaga Penempatan Anak Sementara
Kemasyarakatan terdiri dari Penelitian (LPAS) atau yang sedang menjalani masa
Kemasyarakatan, Pendampingan, pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus
Pembimbingan dan Pengawasan. Penelitian Anak (LPKA).
kemasyarakatan merupakan acuan formal Dalam menjalankan fungsi perawatan,
bagi aktivitas pendampingan, pembimbingan, pembinaan, pembimbingan dan pengawasan,
dan pengawasan termasuk juga dalam upaya BAPAS memiliki peran yang sangat strategis
pembinaan dan pelayanan bagi tahanan. karena dalam menjalankan fungsi tersebut
Sehingga penting untuk kita lebih memahami banyak sekali kompetensi dasar yang
tentang hakekat penelitian kemasyarakatan harus dikuasai oleh Petugas Pembimbing
dan mengapa penelitian kemasyarakatan Kemasyarakatan seperti kompetensi untuk
sangat penting dalam pelaksanaan sistem melakukan pembimbingan, pendampingan,
pemasyarakatan. pengawasan dan Penelitian Kemasyarakatan
Pentingnya penelitian kemasyarakatan itu sendiri sebagai bentuk cek and balance
untuk dapat dipahami lebih baik dalam dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
pelaksanaan sistem pemasyarakatan Penelitian kemasyarakatan sejatinya menjadi
dilandasi oleh norma dan peraturan yang titik awal bagi perlakuan terhadap pelanggar
menjadi dasar hukumnya yaitu Undang- hukum dalam fungsi pembimbingan,
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang pendampingan dan pengawasan, karena
Pemasyarakatan. Dalam Undang-Undang dari hasil penelitian kemasyarakatan itulah
nomor 12 Tahun 1995 Tentang Sistem terdapat informasi dan data penting yang dapat
Pemasyarakatan dijelaskan bahwa dalam digunakan sebagai rekomendasi perlakuan
proses penggolongan atau pengklasifikasian terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan.
warga binaan dan tahanan diperlukan Pentingnya Penelitian Kemasyarakatan
penelitian untuk mengetahui umur, jenis untuk dipamahi secara cermat dan holistik
kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis dilandasi aturan perundungan-undangan
kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan yang mengamanatkan kepada seluruh aparat
kebutuhan atau perkembangan pembinaan. penegak hukum untuk dapat menjadikan
Hal ini seperti yang termuat dalam pasal laporan Penelitian Kemasyarakatan sebagai
12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun bahan pertimbangan dalam mengambil
1995: “Dalam rangka pembinaan terhadap keputusan. Oleh karena itu, sinergitas proses
Narapidana di Lapas dilakukan atas dasar perlakuan terhadap pelanggar hukum diantara
a. Umur, b. Jenis Kelamin, c. Lama pidana aparat penegak hukum dengan Pembimbing
yang djatuhkan. Jenis kejahatan; dan e. Kemasyarakatan sangat penting, hal ini
Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan amanat dari Undang-undang
atau perkembangan pembinaan”). Seluruh 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

146
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun dilakukan oleh Penyidik atas rekomendasi


2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Pembimbing Kemasyarakatan dapat
Anak berbentuk:
Semenjak diberlakukannya Undang- a. Pengambilan kerugian dalam hal ada
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem korban.
Peradilan Pidana Anak peran Pembimbing b. Rehabilitasi medis dan psikososial.
Kemasyarakatan dalam upaya penanganan c. Penyerahan kembali kepada orang tua/
anak yang berkonfik dengan hukum semakin wali.
penting dan menjadi penentu aspek legalitas d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau
dari suatu putusan dan perlakuan terhadap pelatihan di lembaga pendidikan atau
anak yang berkonflik dengan hukum. Hal ini LPKS paling lama 3 (tiga) bulan.
diperkuat oleh norma yang menjelaskan e. Pelayanan masyarakat paling lama 3
bahwa peran pembimbing Kemasyarakatan (tiga) bulan”.
sudah mulai dilakukan sejak proses pra-
Peran Pembimbing Kemasyarakatan
ajudikasi yaitu sebagaimana yang tertuang
dalam tahap pra-ajudikasi khususnya dalam
dalam pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor
membuat penelitian kemasyarakatan untuk
11 Tahun 2012. Penyidik, Penuntut Umum
kepentingan upaya diversi dan persidangan
dan Hakim dalam melakukan Diversi harus
anak telah menjadikan Pembimbing
mempertimbangkan:
Kemasyarakatan menjadi Aparat Penegak
a. Katagori tindak pidana. Hukum yang sangat menentukan keberhasilan
b. Umur Anak. penanganan anak yang berhadapan dengan
c. Hasil penelitian kemasyarakatan dari hukum pada tahap pra-ajudikasi.
BAPAS. Pada tahap ajudikasi penelitian
d. Dukungan lingkungan keluarga dan kemasyarakatan pun yang dibuat oleh
masyarakat. Pembimbing Kemasyarakatan menjadi dasar
Berdasarkan peraturan tersebut yang penting bagi hakim dalam memutus
semakin menguatkan bahwa pada tahap perkara anak, hal ini sesuai dengan pasal 60
praajudkasi peran PK sudah sangat ayat (3) “Hakim Wajib mempertimbangkan
menentukan dalam upaya diversi pada tahap laporan penelitian kemasyarakatan dari
penyidikan. Selanjutnya dalam pasal 27 ayat Pembimbing Kemasyarakatan sebelum
(1) dijelaskan bahwa “Dalam melakukan menjatuhkan putusan perkara” dan pada
penyidikan terhadap perkara Anak, Penyidik ayat (4) “dalam hal laporan penelitian
wajib meminta pertimbangan atau saran dari kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pada ayat (3) tidak dipertimbangkan dalam
pidana dilaporkan atau diadukan”. putusan hakim, putusan batal demi hukum”.
Dengan dasar ini secara tidak Berdasarkan pasal tersebut menunjukan
langsung menjelaskan bahwa Pembimbing bahwa penelitian kemasyarakatan yang
Kemasyarakatan mempunyai peran dalam dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan
menentukan dasar perlakuan bagi anak memiliki dampak hukum yang sangat besar
yang berhadapan dengan hukum yang pengaruhnya untuk memastikan proses
sedang ditangani oleh Penyidik dengan putusan hakim benar, batal demi hukum
dasar hasil Penelitiaan Kemasyarakatannya. apabila penelitian kemasyarakatan tidak
Sebagaimana norma yang tertuang dalam menjadi hal yang dipertimbangkan dalam
Pasal 10 ayat (2) “Kesepakatan Diversi proses hakim memutus perkara anak.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

147
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

Pada tahap pos ajudikasi peran banyak mengandung informasi dan data
Pembimbing Kemasyarakatan sangat penting dari pelanggar hukum yang sangat
penting dalam proses membuat penelitian dibutuhkan untuk pembinaan, pembimbingan
kemasyarakatan, karena dokumen penelitian termasuk untuk keperluan lainnya.
kemasyarakatanyangdibuatolehPembimbing Dalam melaksanakan program
Kemasyarakatan dibutuhkan oleh Lembaga pembimbingann terhadap narapidana
Pemasyarakatan (Lapas) untuk menentukan dan klien pemasyarakatan Pembimbing
rencana program pembinaan yang termasuk Kemasyarakatan wajib mengadakan
di dalamnya untuk menentukan program perencanaan pelaksanaan dan pengendalian
asimilasi dan program reintegrasi sosial bagi atas kegiatan program pembimbingan setelah
Warga Binaan Pemasyarakatan. Dasar melakukan Penelitian Kemasyarakatan
hukum yang menjelaskan tentang hal ini hal ini sebagai bagian dari pengelolaan
dapat di baca pada pasal 65 huruf “c” yang kasus atau managemen kasus. Dalam
berbunyi Pembimbing Kemasyarakatan Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 1999
bertugas ”menentukan program perawatan pasal 33 dijelaskan bahwa “Pembimbing
Anak di LPAS dan pembinaan Anak di LPKA Klien dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap
bersama dengan petugas pemasyarakatan pembimbingan, yaitu: tahap awal, tahap
lainnya”. lannjutan dan tahap akhir, penyelenggaraan
3. Peraturan Pemerintah No 31 Tahun pembimbingan dari satu tahap ke tahap
1999 Tentang Pembinaan dan lainnya ditetapkan melalui sidang Tim
Pembimbingan Narapidana dan Klien Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan
Pemasyarakatan. data dari Pembimbing Kemasyarakatan”.
Program pembinaan dan pembimbingann Berdasarkan pasal tersebut data penelitian
untuk Narapidana dan klien pemasyarakatan kemasyarakatan yang dibuat oleh
meliputi kegiatan pembinaan dan Pembimbing Kemasyarakatan merupakan
pembimbingan kepribadian dan kemandirian, data penting yang menentukan pentahapan
Pembinaan dan pembimbingan kepribadian pembimbingan klien pemasyarakatan.
dan kemandirian didalamnya mencakup; Pembinaan dan pembimbingan terhadap
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, narapidana dan klien pemasyarakatan yang
kesadaran berbangsa dan bernegara, akan dibina di luar Lapas dilakukan oleh
intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan Pembimbing Kemasyarakatan dengan dasar
jasmani dan rohani, kesadaran hukum, hasil penelitian kemasyarakatan termasuk
reintegrasi sehat dengan masyarakat, untuk keperluan penyidik, penuntut umum
keterampilan kerja, dan latihan kerja serta dan hakim dalam kepentingan pemeriksaan
produksi. dan hal ini sesuai dengan pasal 38 ayat 1
Penelitian kemasyarakatan menurut dan 2 “(1) Penelitian Kemasyarakatan yang
Peratura Pemerintah nomor 31 tahun 1999 dilakukan terhadap Narapidana, Anak pidana
Tentang pembinaan dan pembimbingan dalam dan Anak Negara yang akan dibina di luar
pasal 1 ayat 3 “Penelitian Kemasyarakatan Lapas dilaksanakan oleh BAPAS”. dan “(2)
yang selanjutnya disebut Litmas adalah Penelitian Kemasyarakatan terhadap anak
kegiatan penelitian untuk mengetahui selaku tersangka pelaku tindak pidana,
latarbelakang kehidupan warga Binaan dilaksanakan untuk memberikan bantuan
Pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh kepada penyidik, penuntut umum, dan hakim
BAPAS”. Dari pengertian tersebut menunjukan guna kepentingan pemeriksaan dalam proses
bahwa Litmas merupakan dokumen yang persidangan pengadilan anak”.

148
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

4. Kepmenkeh RI Nomor : M.02-PK.04.10 oleh Pembimbing Kemasyarakatan harus


Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan lebih baik baik sebagai dasar perlakuan
Narapidana/Tahanan. perlakuan yang efektif untuk warga binaan
Asas yang dianut sistem Pemasyarakatan pemasyarakatan, sehingga dalam pola
dewasa ini menempatkan tahanan, pembinaan dijelaskan bahwa dalam
Narapidana, dan klien pemasyarakatan menentukan program pembinaan wajib
sebagai subjek dan dipandang sebagai diteliti latar belakang kehidupannya untuk
pribadi dan warganegara biasa serta dihadapi kepentingan pembinaannya.
bukan dengan latar belakang pembalasan Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat
tetapi dengan pembinaan dan bimbingan. oleh Pembimbing Kemasyarakatan diperlukan
Perbedaan kedua sistem tersebut, memberi oleh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
implikasi pada perbedaan dalam cara-cara dan juga lembaga lain yang membutuhkan.
pembinaan dan bimbingan yang dilakukan, Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
disebabkan perbedaan tujuan yang ingin Kehakiman Republik Indonesia nomor:
dicapai. M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola
Dengan asas tersebut mendorong Pembinaan Narapidana dan Tahanan yang
pemasyarakatan untuk mencari program menyatakan bahwa Balai Pemasyarakatan
pembinaan yang tepat bagi warga binaan menerima permintaan pembuatan laporan
pemasyarakatan, program yang tepat penelitian kemasyarakatan dari:
tersebut harus didasarkan kepada penilaian a. Pengadilan Negeri.
yang objektif terhadap warga binaan Laporan penelitian kemasyarakatan
pemasyarakatan, dasar mendapatkan ini dibuat atas permintaan hakim yang
penilaian yang objektif tersebut dalam sistem akan dipergunakan sebagai bahan
pemasyarakatan dilakukan melalui proses pertimbangan untuk memutus perkara
penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh dalam sidang di Pengadilan Negeri.
Pembimbing Kemasyarakatan. b. Lembaga Pemasyarakatan.
Secara umum program pembinaan dan Laporan penelitian kemasyarakatan ini
pembimbingan warga binaan pemasyarakatan dibuat atas permintaan Kepala Lapas
dilakukan melalui pendekatan pembinaan yang akan dipergunakan sebagai
kepribadian (agama, pendidikan, mental dan bahan penentuan program pembinaan
sebagainya) serta program kemadirian yang narapidana, anak didik dan anak sipil
meyakini warga binaan pemasyarakatan dalam Lembaga Pemasyarakatan.
memiliki potensi produktif untuk meningkatkan c. Rumah Tahanan Negara.
kapasitas dirinya sebagai modal untuk Laporan penelitian kemasyarakatan
penghidupannya dan oleh karena itu mereka ini dibuat atas permintaan Kepala
dididik (dilatih) juga untuk menguasai Rumah Tahanan Negara yang akan
ketrampilan tertentu guna dapat hidup mandiri dipergunakan sebagai bahan pemberian
perawatan tahanan.
dan berguna bagi masyarakat. Kondisi ini
akan mendorong keberhasilan warga binaan d. Balai Bispa lain.
pemasyarakatan mengintegrasikan dirinya di Laporan penelitian kemasyarakatan ini
dalam masyarakat. dibuat atas permintaan Kepala Balai
Bispa daerah yang dipergunakan sebagai
Disadari bahwa untuk melaksanakan
bahan penentuan program bimbingan
pembinaan dan bimbingan melalui berbagai
oleh Balai Bispa yang bersangkutan.
bentuk dan usaha, tentunya menuntut
Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat

149
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

e. Instansi lain. selanjutnya disebut Inspektorat Reklasering


Laporan penelitian kemasyarakatan ini dan Pendidikan Paksa yang mana tugasnya:
dibuat atas permintaan Departemen Menangani Lembaga-Lembaga Anak yang
Sosial, Departemen Tenaga Kerja, disebut Rumah Pendidikan Anak (RPN) dan
Departemen Perindustrian dan lain-lain Menangani Lepas Bersyarat, Pidana
yang akan dipergunakan sebagai bahan Bersyarat dan Pembinaan Lanjutan serta
pemberian pelayanan sesuai keperluan Anak yang dijatuhi hukuman oleh Hakim
dari instansi tersebut”. kembali ke Orang Tua. Masa penjajahan
Penelitian Kemasyarakatan yang Jepang badan ini tetap ada dan tidak
dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan dihapuskan hanya saja tugasnya saja yang
dalam pola pembinaan narapidana dan dikurangi, pada masa itu tugas pelaksanaan
tahanan sangat diperlukan juga pada saat Lepas Bersyarat sudah tidak ada lagi.
keikutsertaan Pembimbing Kemasyarakatan Pada Masa Kemerdekaan Indonesia
dalam Persidangan seperti; Sistem Kepenjaraan berubah dengan Sistem
a. Pembimbing Kemasyarakatan Pemasyarakatan (27 April 1964) dengan
mempunyai tugas mengikuti sidang yang Keputusan Presedium Kabinet Ampera
diselenggarakan oleh Pengadilan Negeri No.75/U/Kep/II/66, Struktur Organisasi
maupun Tim Pengamat Pemasyarakatan. berubah menjadi Direktorat Jenderal
b. Dalam sidang di Pengadilan Negeri, Pemasyarakatan dengan dua direktoratnya
Pembimbing Kemasyarakatan bertugas membina klien di dalam Lapas dan
memberikan penjelasan tentang laporan
membina klien di luar Lapas yang mencakup
penelitian kemasyarakatan yang
Pembinaan Anak di dalam pemasyarakatan
dibuatnya.
yang disebut Direktorat Bimbingan
c. Dalam sidang Tim Pengamat
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak
Pemasyarakatan di Lapas Pembimbing
(Bispa). BerdasarkanSuratKeputusan Menteri
Kemasyarakatan memberikan
Kehakiman RI No.M.02.PR.07.03 Tahun 1997
penjelasan tentang laporan penelitian
kemasyarakatan yang dibuatnya Tentang Organisasi dan Tata Kerja Bispa
serta memberikan pertimbangan- maka Balai Bispa diganti dengan BAPAS dan
pertimbangan dalam menentukan di klasifikasikan menjadi dua yaitu BAPAS
program bimbingan narapidana. Klas I dan BAPAS Klas II berdasarkan lokasi,
beban kerja dan wilayah kerja. Berdasarkan
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Sebagai
Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan
Satuan Kerja Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan No.E.PK.04.10-23 tanggal 9 Maret, dapat
diangkat Pembimbing Kemasyarakatan yang
1. Kedudukan Hukum BAPAS Dalam
berasal dari Lapas/Rutan/Cabang Rutan
Sistem Peradilan Pidana
pada daerah yang tidak dapat dijangkau yang
BAPAS telah ada sejak masa penjajahan
berfungsi melaksanakan tugas BAPAS.13
Belanda. BAPAS pada masa penjajahan
Kedudukan hukum dari BAPAS dalam
Belanda di Indonesia dikenal dengan
peraturan perundangan Indonesia saat ini
Jawatan Reklasering pada tahun 1927 yang
dapat ditemukan dalam Undang-Undang
terletak di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Timur. Pada tahun 1930-1935 berdasarkan
DalamPasal1angka4dirumuskanbahwaBalai
Surat Keputusan No.11 yang mana
Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa
dihapuskan, sedangkan tugas-tugasnya 13 Saiful Azhar, Peran Bapas Dalam Penanganan
Anak Berhadapan Dengan Hukum, Medan :
dilimpahkan kepada Kepenjaraan yang Pusaka Indonesia, 2014, hlm. 24.

150
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut 2. Peran BAPAS Dalam Perlindungan


BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan Anak
bimbingan Klien Pemasyarakatan. Adapun Pentingnya suatu usaha dan upaya
Klien Pemasyarakatan dirumuskan sebagai terhadap perlindungan anak memang sudah
seseorang yang berada dalam bimbingan lama disadari. Berbagai cara dilakukan untuk
BAPAS (Pasal 1 angka 9). dapat mewujudkan usaha perlindungan
BAPAS memiliki beberapa pengertian tersebut, termasuk dengan hadirnya BAPAS
dari beberapa peraturan yang saling dalam ruang lingkup anak sebagai salah
berkaitan. Undang-Undang No. 12 Tahun satu bentuk perlindungan yang diberikan
1995 tentang Pemasyarakatan, menyebutkan oleh negara atau pemerintah kepada anak,
BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan karena BAPAS sendiri merupakan salah satu
bimbingan klien pemasyarakatan.14 instrumen pemerintah.
Sementara Undang-Undang No. 11 Tahun Perlindungan kepada anak harus
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana dilakukan oleh setiap orang atau masyarakat
Anak, menyebutkan BAPAS adalah unit termasuk juga negara sebagai organisasi
pelaksanaan teknis pemasyarakatan tertinggi dari masyarakat dan pemerintah
yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai alat untuk menjalankan negara
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, tersebut. Perlindungan yang dilakukan oleh
pengawasan, dan pendampingan.15 negara atau pemerintah terhadap anak
Nama BAPAS sebelumnya adalah dengan memberikan dukungan sarana
Balai Bimbingan Pemasyarakatan dan dan prasarana (negara sebagai fasilitator)
Pengentasan Anak (Bispa) yang berdasarkan sedangkan perlindungan yang dilakukan
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.01. oleh masyarakat terhadap anak dengan
PR.07.03 Tahun 1997 namanya diubah cara berperan serta dalam penyelenggaraan
menjadi BAPAS untuk disesuaikan dengan perlindungan anak tersebut.
Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Kedudukan anak sebagai generasi muda
Pemasyarakatan. yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa,
Rumusan pasal-pasal tersebut di atas calon-calon pemimpin bangsa di masa
tentu saja belum memberikan kejelasan peran mendatang dan sebagai sumber harapan
dari BAPAS. Penjabaran dari peran BAPAS bagi generasi terdahulu, perlu mendapat
tersebut dapat disimak pada Peraturan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh
Pemerintah No.31 Tahun 1999 Tentang dan berkembang dengan wajar baik secara
Pembinaan dan Pembimbingan Warga rohani, jasmani dan sosial. Perlindungan
Binaan Pemasyarakatan. Menurut Pasal anak merupakan perwujudan adanya
1 angka 6 Petugas Pemasyarakatan yang keadilan dalam suatu masyarakat, dengan
melaksanakan tugas pembimbingan klien demikian perlindungan anak diusahakan
pemasyarakatan disebut sebagai pembimbing dalam berbagai bidang kehidupan bernegara
Kemasyarakatan. Dengan demikian didalam dan bermasyarakat.
tugasnya melakukan pembimnbingan Kegiatan perlindungan anak membawa
terhadap klien pemasyarakatan. akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan
hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
Kegiatan perlindungan anak yang diberikan
14 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 12 Tahun tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan
2012 tentang Pemasyarakatan. memperhatikan dampaknya terhadap
15 Pasal 1 angka 24 Undang-Undang No. 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana. lingkungan maupun diri anak itu sendiri,

151
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

sehingga usaha perlindungan yang dilakukan mekanisme sistem peradilan pidana anak
tidak berakibat negatif. Perlindungan anak yang bersifat represif karena sistem tersebut
dilaksanakan rasional, bertanggung jawab, dianggap gagal memperbaiki tingkah laku
dan bermanfaat yang mencerminkan suatu dan mengurangi tingkat kriminalitas yang
usaha yang efektif dan efesien. Usaha dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenakan
perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan peningkatan kesadaran bahwa anak
matinya inisiatif, kreativitas, dan hal-hal lain bukanlah miniatur orang dewasa. Secara
yang menyebabkan ketergantungan kepada kejiwaan masa anak-anak adalah periode
orang lain dan berperilaku tak terkendali, yang rentan yang membuat anak menjadi
sehingga anak tidak memiliki kemampuan belum mandiri, belum memiliki kesadaran
dan kemauan menggunakan hak-haknya dan penuh serta kepribadian belum stabil atau
melaksanakan kewajiban-kewajibannya.16 belum terbentuk secara utuh. Keadaan
Anak merupakan amanah dan anugerah psikologi anak masih labil, tidak independen,
dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dan gampang terpengaruh. Kondisi demikian,
dirinya melekat harkat dan martabat perbuatan yang dilakukan oleh anak tidak
sebagai manusia yang seutuhnya. Setiap sepenuhnya dapat dipertanggung jawabkan
anak mempunyai harkat dan martabat yang oleh anak sendiri, karena anak bukan pelaku
patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang murni, melainkan juga dapat dipandang
terlahir harus mendapatkan hak-haknya sebagai korban.
tanpa anak tersebut meminta. Hukum pidana Anak seharusnya tidak dihadapkan pada
menjadi legitimasi untuk mengurangi dan sistem peradilan jika ada cara yang lebih tidak
membatasi penikmatan hak asasi seseorang, menekan untuk menangani perbuatan yang
tak terkecuali anak yang berkonflik dengan melawan hukum, maka dari itu dalam rangka
hukum. Anak yang berkonflik dengan hukum memberikan pemenuhan hak terhadap anak
memang menjadi objek dari keberadaan yang berkonflik dengan hukum pemerintah
hukum pidana, akan tetapi terdapat sejumlah telah berupaya memberikan perlindungan
hak dan kebebasan yang tidak boleh dikurangi hukum terhadap anak-anak Indonesia.
dalam kondisi apapun. Sejumlah hak ini Menerbitkan berbagai peraturan perundang-
dikenal dengan hak-hak yang bersifat absolut undangan yang merumuskan perlindungan
yang tidak boleh dikurangi pemenuhannya terhadap anak-anak yang berhadapan
oleh negara walaupun dalam keadaan dengan hukum, salah satu implementasinya
darurat sekalipun. Hak-hak tersebut adalah adalah dengan lahirnya.
hak atas hidup, hak bebas dari penyiksaan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
hak bebas dari pemidanaan yang berlaku Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
surut, dan hak sebagai subjek hukum (Pasal selanjutnya disebut UU SPPA. Kehadiran
4 Ayat (2) Konvensi Internasional Hak-Hak UU SPPA sekaligus memberlakukan
Sipil dan Politik).17 proses pemeriksaan khusus bagi anak
Dunia hukum mengalami perubahan yang melakukan tindak pidana yang
cara pandang dalam penanganan anak yang penanganannya melibatkan beberapa
melakukan perbuatan melawan hukum. Lembaga Negara yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Banyak negara yang mulai meninggalkan Pengadilan, Kementerian Hukum dan HAM,
serta Kementerian Sosial secara terpadu
16 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap dengan mengedepankan kepentingan yang
Anak: dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2014, hlm. terbaik bagi anak-anak.
40-41.
17 Ibid, hlm. 204-205

152
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

Sistem peradilan pidana yang diatur sekali, akan tetapi berusaha memakai
dalam UU SPPA, telah memberikan unsur pemaksaan seminimal mungkin untuk
perlindungan terhadap anak yang melakukan membuat orang mentaati hukum. Diversi
tindak pidana dalam proses peradilan sebagai usaha mengajak masyarakat
pidananya, meskipun proses peradilan untuk taat dan menegakkan hukum negara,
pidana yang harus dilalui jalurnya sama pelaksanaannya tetap mempertimbangkan
yaitu Polisi, Jaksa, Peradilan, dan Lembaga rasa keadilan sebagai prioritas utama
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), namun disamping pemberian kesempatan
yang berbeda adalah terlihat pada perlakuan kepada pelaku untuk menempuh jalur non
yang diberikan pada umumnya oleh aparat pidana seperti ganti rugi, kerja sosial atau
dalam setiap jenjang sistem peradilan pengawasan orang tuanya. Diversi dilakukan
pidana, misalnya adanya polisi khusus yang dengan alasan untuk memberikan suatu
khusus menangani perkara anak dan polisi kesempatan kepada pelangar hukum agar
khusus yang dimaksud disini adalah Penyidik menjadi orang yang baik kembali melalui
Polri yang terpilih dan memiliki dedikasi dan jalur non formal (luar pengadilan) dengan
memahami masalah anak. Penyidik Polri melibatkan sumber daya masyarakat. Diversi
yang dapat ditetapkan sebagai Penyidik Anak berupaya memberikan keadilan kepada
harus memenuhi syarat-syarat yang sudah kasus anak yang telah terlanjur melakukan
ditentukan (Pasal 26 Ayat (2) UU SPPA), tindak pidana.20
demikian juga yang berlaku pada Jaksa Sebagaimana diketahui bahwa setiap
Khusus Anak, Hakim Anak dan Lembaga anak yang berhadapan dengan hukum
Pemasyarakatan Khusus Anak.18 berhak untuk mendapatkan perlindungan
Dicantumkannya konsep diversi sebagai baik fisik, mental, spiritual maupun sosial
bentuk penanganan terhadap anak yang sesuai dengan prinsip-prinsip Konvensi Hak-
bermasalah dengan hukum merupakan Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan
bentuk pembaharuan dalam sistem peradilan Anak yang meliputi:
anak di Indonesia. Konsep diversi didasarkan a. Non Diskriminasi.
pada kenyataan bahwa proses peradilan b. Kepentingan yang terbaik untuk anak.
pidana lebih banyak menimbulkan bahaya c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup
daripada kebaikan. dan perkembangan.
Alasan dasarnya yaitu pengadilan akan d. Penghargaan terhadap anak.
memberikan stigmatisasi terhadap anak
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,
atas tindakan yang dilakukan, seperti anak
baik anak yang berhadapan dengan
dianggap jahat, sehingga lebih baik untuk
hukum, BAPAS melalui Pembimbing
menghindarkannya ke luar sistem peradilan
Kemasyarakatan mempunyai kekuatan
pidana. Pertimbangan dilakukannya diversi
untuk menentukan keputusan yang terbaik
merupakan filosofi sistem peradilan pidana
bagi anak, melaui rekomendasi dalam
anak untuk melindungi dan merehabilitasi
Penelitian Kemasyarakatan maupun dalam
anak pelaku tindak pidana.19
pembimbingan.
Diversi tidak bertujuan untuk
Pembimbingan Kemasyarakatan
mengabaikan hukum dan keadilan sama
sebelum menjadi jabatan fungsional
merupakan jabatan teknis yang disandang
18 Ibid, hlm. 211-212. oleh petugas pemasyarakatan di BAPAS
19 Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Restoratif
Justice dalam Hukum Pidana, Medan : USU
Press, 2010, hlm. 11. 20 Ibid, hlm. 14-15.

153
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

dengan tugas pokok melaksanakan kan laporan hasil penelitian kemasyarakatan


bimbingan dan penelitian terhadap warga mengenai anak yang akan disidangkan
binaan pemasyarakatan (WBP) sesuai Pasal sebelum sidang dibuka. Pada Pasal 60 (3)
8 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang RI No. mewajibkan kepada hakim dalam putusannya
12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. untuk mempertimbangkan laporan
Peran BAPAS yang dilakukan oleh penelitian kemasyarakatan dari pembimbing
Pembimbing Kemasyarakatan juga dapat kemasyarakatan sudah harus dimulai
ditemukan pada Undang-Undang Nomor 11 semenjak proses penyidikan. Dalam Pasal 27
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana (1) penyidik wajib meminta pertimbangan dan
Anak Pasal 65 yang menyatakan bahwa saran pembimbingan kemasyarakatan.
Pembimbing Kemasyarakatan bertugas: 3. Pertimbangan dan Saran Pembimbing
a. Membuat laporan penelitian Kemasyarakatan
kemasyarakatan untuk kepentingan Hasil utama dari pelaksanaan tugas
Diversi, melakukan pendampingan, Pembimbing Kemasyarakatan dalam perkara
pembimbingan, dan pengawasan anak nakal adalah laporan hasil penelitian
terhadap Anak selama proses Diversi kemasyarakatan (Pasal 57 ayat 2 Undang-
dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk Undang Nomor 11 Tahun 2012) yang berisi:
melaporkannya kepada pengadilan
a. Data pribadi Anak, keluarga, pendidikan,
apabila Diversi tidak dilaksanakan.
dan kehidupan sosial.
b. Membuat laporan penelitian
b. Latar belakang dilakukannya tindak
kemasyarakatan untuk kepentingan
pidana.
penyidikan, penuntutan, dan
persidangan dalam perkara Anak, baik di c. Keadaan korban dalam hal ada korban
dalam maupun di luar sidang, termasuk dalam tindak pidana terhadap tubuh atau
di dalam LPAS dan LPKA. nyawa.
c. Menentukan program perawatan d. Hal lain yang dianggap perlu.
Anak di LPAS dan pembinaan Anak e. Berita acara Diversi.
di LPKA bersama dengan petugas f. Kesimpulan dan rekomendasi dari
pemasyarakatan lainnya. Pembimbing Kemasyarakatan.
d. Melakukan pendampingan, Manfaat dari laporan hasil penelitian
pembimbingan, dan pengawasan kemasyarakatan tersebut sebagai salah
terhadap Anak yang berdasarkan satu bahan pertimbangan hakim dalam
putusan pengadilan dijatuhi pidana atau memutuskan perkara anak. Dalam Pasal
dikenai tindakan.
60 ayat 3 hakim wajib mempertimbangkan
e. Melakukan pendampingan, laporan penelitain kemasyarakatan tersebut
pembimbingan, dan pengawasan
karena dalam menentukan sanksi yang akan
terhadap anak yang memperoleh
dijatuhkan kepada anak nakal, hakim
asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
mempunyai pilihan antara lain menjatuhkan
menjelang bebas, dan cuti bersyarat.
sanksi pidana (Pasal 71) atau mengambil
Pada Pasal 55, 56 dan 58 Undang-
tindakan (Pasal 82). Secara teoritis pilihan-
Undang Nomor 11 Tahun 2012
pilihan sanksi yang dapat dijatuhakan kepada
terdapat rumusan tentang Pembimbing
anak adalah untuk mengambil keputusan
Kemasyarakatan bahkan kewajibannya untuk
yang terbaik untuk anak. Anak yang berkonflik
hadir dalam sidang anak. Pada Pasal 57 (1) dengan hukum secara sosiologis tidak dapat
diatur kewajiban hakim untuk memerintahkan dinyatakan salah sendiri karena ia belum
Pembimbing Kemasyarakatan menyampai- menyadari akibat dari tindakannya dan belum

154
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

dapat memilih mana tindakan yang baik dan agar mampu melakukan pembinaan moral
mana tindakan yang tidak baik bagi dirinya dan mental para narapidana. Setidaknya
maupun bagi orang lain. untuk memberikan pemahaman kepada
Pelanggaran pidana oleh anak lebih narapidana agar tidak mengulang perbuatan
merupakan kegagalan proses sosialisasi pidananya lagi.
dan lemahnya pengendalian sosial terhadap Lapas harus mampu membuat seseorang
anak. Oleh karena itu keputusan hakim dalam ‘menerima keadaan’ secara mental bahwa
perkara anak harus mempertimbangkan dirinya adalah seorang narapidana. Walaupun
keadaan anak yang sesungguhnya atau narapidana datang dengan serangkaian
realitas sosial anak tersebut, bukan hanya proses pidana yang mereka lewati tanpa
melihat aspek pidananya saja. Dikaitkan melibatkan personel lapas, namun lapas
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun harus mampu melaksanakan tugas dan
2002 Tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal fungsi pembinaan melalui para petugas
16 dirumuskan bahwa setiap anak berhak pemasyarakatan. Petugas lapas harus dapat
memperoleh perlindungan anatara lain memahami kondisi mental atau moril para
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi narapidana pasca vonis hakim pengadilan.
dan penangkapan, penahanan atau Saat seseorang narapidana pertama kali
penjatuhan pidana hanya dapat dilakukan menginjakkan kakinya di lapas, maka petugas
sebagai upaya terakhir. sudah harus dapat membuat pemindaian
Seyogyanya anak yang berkonflik tentang kondisi narapidana secara psikologis,
dengan hukum tidak dijatuhi pidana, apabila dalam kebutuhannya untuk memberikan
anak dijatuhi pidana maka hak-hak lain dari model pembinaan yang tepat bagi mereka.
anak yang dijamin oleh undang-undang dan Dalam agenda revitalisasi pemasyarakatan,
pertumbuhan anak akan dapat terganggu. klasifikasi dilakukan dari super maximum
Selain itu diketahui pula bahwa tempat hingga minimum security. Namun diharapkan
pendidikan atau pembinaan anak yang terbaik sebelum diterapkan klasifikasi tentang ‘tingkat
adalah keluarganya. Apabila keluarganya bahaya’ pada perilaku narapidana, dilakukan
tidak mampu mendidik anak, maka banyak juga klasifikasi berdasarkan hal-hal mendasar
alternatif pengganti keluarga yang dapat seperti: umur, latar belakang sosial, kondisi
diberi tugas untuk pembimbingan anak yang mental/kejiwaan, dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai dengan sistem sosial Indonesia yaitu dilakukan agar dapat melakukan pembinaan
kerabat keluarga besarnya. berdasarkan klasifikasi tersebut. Sehingga
narapidana lansia tidak harus melakukan
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan Dalam kegiatan yang sama seperti mereka yang
Revitalisasi Pemasyarakatan belia. Demikian halnya mereka yang jiwanya
labil dalam masa tumbuh kembang remaja,
Lembaga pemasyarakatan berfungsi
materi rohani tidak disampaikan dengan cara
sebagai tempat eksekusi pidana penjara atau
yang sama seperti penyampaian kepada
kurungan berdasarkan putusan hakim. Hal ini
mereka yang sudah lebih berpengalaman
tidaksertamertadiartikansebagaiperpindahan
dengan masalah duniawi.
tempat menginap para narapidana, melainkan
Lembaga Pemasyarakatan mengemban Pemasyarakatan akan mempercepat
tugas untuk menyadarkan para narapidana berbenah menjadi yang lebih baik. Kondisi
agar bisa kembali pemasyarakat. Lembaga lapas yang penuh sesak tidak bisa diselesaikan
pemasyarakatan seharusnya diisi oleh para hanya dengan pasrah dan menyalahkan
punggawa yang berkompeten seutuhnya, kondisi ekonomi dan sosial yang menjadi

155
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

salah satu penyebab peningkatan kejahatan. melaksanakan pembinaan sesuai dengan


Lembaga pemasyarakatan harus punya amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun
langkah futurologis dan antisipatif, untuk 1995. Dalam merevitalisasi pemasyarakatan
mewujudkan tugas mulianya, mengembalikan salah satunya dengan meningkatkan
hakikat manusia menjadi sadar dan taat kinerja Pembimbing Kemasyarakatan yang
hukum, dengan mengembangkan kompetensi bersentuhan langsung dengan warga binaan
internal lembaga pemasyarakatan, menuju pemasyarakatan. Optimalisasi Pelaksanaan
lembaga pemasyarakatan yang bersih dan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan
bertanggung jawab. mutlak harus dilakukan, baik secara struktur
Revitalisasi Pemasyarakatan maupun secara substansi. Pembimbing
memberikan pembekalan kepada Petugas Kemasyarakatan sebagai Aparatur Sipil
Pemasyarakatan agar dapat memberikan Negara (ASN) merupakan pejabat fungsional
pembekalan mental kepada narapidana. telah diatur menurut Peraturan Menteri
Petugas pemasyarakatan seharusnya Pemberdayaan Aparatur Negara dan
bukan sekedar pegawai kantoran yang Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016
mengurusi administratif saja. Petugas tentang Jabatan Fungsional Pembimbing
Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki Kemasyarakatan.
kompetensi sesuai tugas dan fungsinya. Instansi pembina Jabatan Fungsional
Seperti Petugas di Penjaga Pintu Utama Pembimbing Kemasyarakatan adalah
(P2U), Petugas Keamanan Lapas, Petugas Kementerian Hukum dan HAM c.q. Direktorat
Registrasi, Petugas Pembinaan, dan petugas Jenderal Pemasyarakatan. Dalam Pembinaan
lainnya yang ada di Lapas. Harus dilakukan terhadap Pembimbing Kemasyarakatan harus
pembekalan dalam penanganan warga diperhatikan tingkat kemampuan Pejabat
binaan yang ada di dalam Lapas. Selain itu Pembimbing Kemasyarakatan, karena
juga memiliki moral dan mental yang baik, kemampuan Pembimbing Kemasyarakatan
sehingga dapat melakukan pembinaan moral sangat mempengaruhi pembinaan penghuni
dan mental yang baik pula kepada para lapas dan rutan serta pendampingan terhadap
narapidana. anak yang berhadapan dengan hukum.
Selain Petugas Pemasyarakatan Untuk itu Instansi Pembina Pembimbing
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan, Kemasyarakatan harus memperhatikan
Satuan Kerja Pemasyarakatan memiliki pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Pembimbing Pemasyarakatan yang dapat Kemasyarakatan.
mendukung revitalisasi Pemasyarakatan. Saat ini Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing kemasyarakatan menjadi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki
ujung tombak terhadap proses penelitian 3 (tiga) kedudukan, yaitu21:
pemasyarakatan di BAPAS karena pola 1. Aparat Penegak Hukum
pembinaan yang dilakukan pada warga Pembimbing Kemasyarakatan sebagai
binaan pemasyarakatan ditentukan dari hasil aparat penegak hukum mempunyai
penelitian pembimbing kemasyarakatan. tugas dan fungsi untuk ikut serta dalam
Pembimbing kemasyarakatan juga memiliki setiap proses tahapan peradilan pidana
peran besar dalam menjembatani transisi anak. Kedudukannya sejajar dengan
warga binaan ketika kembali ke masyarakat
setelah selesai menjalani kewajiban di 21 Insan Firdaus, “Peranan Pembimbing
Kemasyarakatan Dalam Upaya Penanganan
lembaga pemasyarakatan. Overcrowded Pada Lembaga Pemasyarakatan,”
Tentunya tidak mudah untuk Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 3 (2019):
349.

156
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

aparat penegak hukum lainnya seperi dilakukan antara lain meliputi: melakukan
Polisi, Jaksa dan Hakim. kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk
2. Petugas Pemasyarakatan penanganan anak yang belum berumur 12
Sebagai petugas pemasyarakatan, tahun dan melakukan kegiatan penelitian
Pembimbing Kemasyarakatan mem- kemasyarakatan untuk tersangka dewasa
punyai peran penting dalam mencapai untuk tindak pidana. Untuk tingkat Jabatan
tujuan sistem pemasyarakatan, Pembimbingan Kemasyarakatan yaitu tingkat
yaitu membimbing warga binaan Jabatan Pertama sampai Madya dalam
pemasyarakatan agar dapat berintegrasi melakukan fungsinya dapat melakukan
dan diterima kembali oleh lingkungan penelitian kemasyarakatan untuk anak
masyarakat. maupun dewasa.23
3. Pejabat Fungsional Penelitian
Penyelenggaraan
Sebagai pejabat fungsional, Pembimbing Kemasyarakatan di BAPAS yang dilakukan
Pemasyarakatan harus memiliki Pembimbing Kemasyarakatan bardasarkan
keahlian dan keterampilan khusus untuk Keputusan Kepala BKN dari tingkat kesulitan
melakukan tugas dan fungsi bimbingan
Penelitian Kemasyarakatan tersebut. Seperti
kemasyarakatan. Oleh karena itu,
Pembimbing Kemasyarakatan Pertama hanya
untuk menduduki jabatan fungsional
pembimbing kemasyarakatan harus dapat melakukan Litmas untuk tingkat 5 dan
memiliki kompetensi dan memenuhi 6, baik itu untuk dewasa dan anak. Begitu
syarat-syarat yang ditentukan. juga untuk Pembimbing Kemasyarakatan
Muda melakukan Litmas untuk tingkat 3
Di dalam Perka BKN Nomor 5 Tahun
dan 4, dan Pembimbing Kemasyarakatan
2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Madya untuk melakukan Litmas tingkat
Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
1 dan 2. Sementara, untuk Pembimbing
Kemasyarakatan secara detail telah diatur
Kemasyarakatan Utama tugas dan fungsinya
tentang unsur kegiatan tugas yang dilakukan
untuk melakukan evaluasi terhadap Hasil
oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Adapun
Litmas.
unsur kegiatan tugas jabatan Pembimbing
Kemasyarakatan yang dapat dinilai angka Tugas dan fungsi Pembimbing
kreditnya, terdiri atas unsur utama dan unsur Kemasyarakatan tentunya berkaitan dengan
penunjang. Unsur utama kegiatan tugas dan fungsi BAPAS. Jika dilihat struktur
Pembimbing Kemasyarakatan terdiri atas organisasi BAPAS terdiri-dari Kepala BAPAS,
pendidikan, bimbingan kemasyarakatan, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan
dan pengembangan profesi.22 Kemudian Klien Dewasa dan Seksi Bimbingan Klien
jika dilihat secara detail di dalam unsur Anak. BAPAS yang sebelumnya bernama
Bimbingan Kemasyarakatan meliputi Bispa memiliki struktur organisasi yang sama.
penelitian kemasyarakatan, pendampingan, Sebelum Pembimbing Kemasyarakatan
pembimbingan, pengawasan; dan sidang tim masuk ke dalam rumpun jabatan fungsional,
pengamat pemasyarakatan. jelas pembagian kerja di BAPAS sesuai
dengan Seksi yang ada yaitu Seksi Bimbingan
Dalam melakukan pembimbingan
Klien Dewasa dan Seksi Bimbingan Klien
kemasyarakatan uraian tugas jabatan
Anak. Dimana Pembimbingan dilakukan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan yang

22 Republik Indonesia, Perka BKN Nomor 5 23 Republik Indonesia, Perka BKN Nomor 5
Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing
Kemasyarakatan, hlm.6. Kemasyarakatan, hlm. 7-17.

157
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

Pegawai yang berada di masing-masing Kepmen ini BAPAS memiliki 2 kategori, yaitu
seksi. Misalnya Pegawai yang ada pada BAPAS Kelas I dan BAPAS Kelas II. BAPAS
Seksi Bimbingan Klien Dewasa melakukan Kelas I berkedudukan di Ibukota Provinsi,
pembimbingan untuk Klien Dewasa, dan sementara BAPAS Kelas II berkedudukan
pegawai yang ada pada Seksi Bimbingan di Ibukota Kabupaten/Kota Madya. BAPAS
Klien Anak melakukan pembimbingan untuk Kelas I dengan eselonering 3 sedangkan
Klien Anak. BAPAS Kelas II eselonering 4. Kedudukan
Namun, saat ini dengan adanya Jabatan BAPAS dimaksudkan untuk mendekatkan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan pelayanan Pembimbingan Kemasyarakatan
perlu diperjelas kedudukan Jabatan di pelosok tanah air.
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan Undang-Undang Republik Indonesia
pada Struktur Organisasi di BAPAS. Saat ini Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
penempatan Pembimbing Kemasyarakatan Peradilan PidanaAnak pada Pasal 105 ayat (1)
di BAPAS secara struktur masih ditempatkan huruf d disebutkan bahwa dalam waktu paling
pada Seksi Bimbingan Klien Dewasa dan lama 5 (lima) tahun setelah diberlakukannya
Seksi Bimbingan Klien Anak. Sehinggga undang-undang ini: kementerian yang
pembagian kerja ataupun pelaksanaan tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
Pembimbing Kemasyarakatan berdasarkan dibidang hukum wajib membangun BAPAS
Klien yang ada. Pembimbing Kemasyarakatan di kabupaten/kota. Kemudian dijelaskan pula
yang berada pada koordinasi Seksi bahwa Ketentuan mengenai pembentukan
Bimbingan Klien Dewasa hanya melakukan kantor BAPAS sebagaimana dimaksud pada
pembimbingan bagi Klien dewasa sedangkan ayat (1) huruf d dikecualikan dalam hal letak
Pembimbing Kemasyarakatan yang di bawah provinsi dan kabupaten/kota berdekatan.
koordinasi Seksi Bimbingan Klien Anak Jika kementerian yang menyelenggara-
melakukan pembimbingan bagi Klien Anak. kan urusan pemerintahan di bidang hukum
Sehingga secara beban kerja Pembimbing tidak memiliki lahan untuk membangun kantor
Kemasyarakatan yang memiliki tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
pangkat dan golongan yang lebih tinggi belum d, pemerintah daerah setempat menyiapkan
tentu mendapatkan beban kerja yang sesuai lahan yang dibutuhkan. Namun, hingga saat
dengan jenjang jabatannya. ini sudah lebih dari 5 tahun setelah berlakunya
Selain itu, penempatan Pembimbing Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kemasyarakatan di bawah koordinasi 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Seksi Bimbingan Klien Dewasa atau Seksi Pidana Anak, namun perintah undang-undang
Bimbingan Klien Anak masih berdasarkan ini untuk membangun BAPAS di kabupaten/
Surat Keputusan Kepala BAPAS. Sehingga kota belum terealisasi, sehingga pelayanan
terdapat Pembimbing Kemasyarakatan yang BAPAS yang dilakukan Pembimbing
mendapat Pembimbingan yang banyak Kemasyarakatan belum maksimal menyentuh
ada Pembimbing Kemasyarakatan yang masyarakat pelosok.
sedikit mendapat pembimbingan yang Berdasarkan Kepmenkeh RI Nomor:
sedikit. Struktur Kepmenkeh RI Nomor : M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Tentang
M.02-PR.07.03 Tahun 1987 dan perbaikan Organisasi dan Tata Kerja Bimbingan
Kepmenkeh RI Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak
1997 belum mengakomodir garis tugas untuk pada Pasal 28 disebutkan jumlah Balai
Pembimbing Kemasyarakatan sehingga perlu BISPA di lingkungan Departemen Kehakiman
penegasan garis tugas pada struktur. Pada (Sekarang Kementerian Hukum dan HAM)

158
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

sebanyak 41 (empat puluh satu) dengan yang terdiri dari 2 teknis dan 1 administrasi
perincian Kelas I 13 (tiga belas) dan Kelas II fasilitatif. Kemudian masing-masing Eselon
28 (delapan belas). Kemudian berdasarkan IV memiliki 3 Eselon V. Sesuai perkembangan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: teknologi dan informasi yaitu berdasarkan
M.01.PR.07.03 Tahun 1997 jumlahnya Instruksi Presiden bahwa Jabatan Eselon
berubah menjadi 44, Kelas I 14 (empat belas) III, IV, dan V ditiadakan maka BAPAS Kelas
dan Kelas II 30 (tiga puluh). Sehingga dalam I sebagai Satuan Kerja dapat segera
mendukung revitalisasi pemasyarakatan beradaptasi untuk melakukan penyesuaian.
yang berkaitan dengan kinerja Jabatan Hal ini perlu dilakukan untuk penyederhanaan
Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan struktur untuk mempercepat pelayanan yang
perlu direalisasikan pembangunan BAPAS di dilakukan kepada masyarakat. Sehingga
kabupaten/kota. pada BAPAS Kelas I hanya terdiri 4 kotak
Lebih jauh Kepmen Kehakiman jabatan struktural (Kepala BAPAS Kelas I,
RI Nomor: M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Subag TU, Seksi Bimbingan Klien Dewasa,
menyebutkan bahwa Balai BISPA Kelas I Seksi Bimbingan Klien Anak) dan 1 kotak
(BAPAS Kelas I) terdiri-dari Kepala Satker Jabatan Fungsional. Seperti terlihat pada
Eselon III dan 3 Jabatan Struktural Eselon IV gambar 1. berikut:

Gambar.1
Struktur Organisasi BAPAS Kelas I

Struktur Organisasi BAPAS Kelas I


Usulan Struktur Organisasi
Berdasarkan Kepmenkeh RI Nomor
BAPAS Kelas I
: M.01.PR.07.03 Tahun 1997

Begitu juga untuk Balai BISPA Klas II BAPAS hanya terdiri 4 kotak jabatan struktural
(BAPAS Kelas II) terdiri-dari Kepala Satker (Kepala BAPAS Kelas II, Urusan TU, Sub
Eselon IV dan 3 Jabatan Struktural Eselon V Seksi Bimbingan Klien Dewasa, Sub Seksi
yang terdiri-atas 2 teknis dan 1 administratif. Bimbingan Klien Anak) dan 1 kotak Jabatan
Kemudian masing-masing Eselon IV memiliki Fungsional. Seperti terlihat pada gambar.2
3 Eselon V. Sesuai perkembangan teknologi berikut:
dan informasi yaitu berdasarkan instruksi
Presiden bahwa Jabatan Eselon III, IV, dan
V ditiadakan maka BAPAS sebagai Satuan
Kerja dapat segera beradaptasi untuk
melakukan penyesuaian. Sehinggga pada

159
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

Gambar.2
Struktur Organisasi BAPAS Kelas II

Struktur Organisasi BAPAS Kelas II


Usulan Struktur Organisasi
Berdasarkan Kepmenkeh RI
BAPAS Kelas II
Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun 1997

Kemudian Perubahan Nomenklatur dalam proses penyelidikan, penyidikan dan


BISPA menjadi BAPAS terdapat pada penuntutan untuk keperluan penanganan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: anak yang berhadapan dengan hukum, baik
M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang untuk kepentingan peradilan maupun untuk
Perubahan Kepmen Kehakiman RI Nomor kepentingan penanganan di luar proses
: M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Tentang peradilan.
Organisasi dan Tata Kerja Bimbingan Penelitian kemasyarakatan merupakan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak. salah satu tugas dari Pembimbing
Pada konsideran menetapkan PERTAMA Kemasyarakatan sangat penting untuk
mengubah nomenklatur Balai Bimbingan menentukan perlakuan terhadap Warga
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Binaan Pemasyarakatan dan Tahanan
(BISPA) yang diatur dalam Kepmen termasuk juga untuk kepentingan aparat
Kehakiman RI Nomor : M.02-PR.07.03 Tahun penegak hukum lainnya seperti penyidik,
1987 diubah sebagaimana tercantum dalam penuntut, dan hakim. Pembimbing
lampiran Keputusan Menteri ini yaitu BAPAS. Kemasyarakatan yang saat ini merupakan
jabatan fungsional berdasarkan Peraturan
PENUTUP Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Kesimpulan Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2016
Pengaturan berkaitan fungsi penelitian tentang Jabatan Fungsional Pembimbing
kemasyarakatan dan tugas pembimbing Kemasyarakatan membutuhkan perhatian
kemasyarakatan telah diatur pada Undang- khusus seperti pembinaan Pejabat Fungsional
Undang Pemasyarakatan dan Undang- Pembimbing Kemasyarakatan, kedudukan
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. dalam struktur organisasi, kompetensi,
Fungsi Penelitian Kemasyarakatan dan objektivitas pemberian tugas dalam
untuk menentukan program pentahapan mendukung revitalisasi pemasyarakatan.
Narapidana dan Klien Pemasyarakatan Kelengkapan BAPAS pada Kementerian
dalam sistem pemasyarakatan. Selain itu Hukum dan HAM di Kabupaten/Kota sangat
Penelitian Kemasyarakatan menjadi dasar mendukung pelaksanaan tugas hingga
pertimbangan bagi hakim dalam memutus sampai kepelosok tanah air.
Perkara Anak dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak dan juga penyidik serta penuntut

160
Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam Revitalisasi Pemasyarakatan
Dwi Elyana Susanti

Saran Maidin Gultom, Perlindungan Hukum


1. Kementerian Hukum dan HAM Terhadap Anak: dalam Sistem Peradilan
seyogianya perlu merevisi Keputusan Pidana Anak di Indonesia, Bandung :
Menteri Kehakiman RI Nomor: M.01. Refika Aditama, 2014.
PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan
Perubahan Kepmen Kehakiman RI Pidana Indonesia (Melihat Kepada
Nomor: M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Kejahatan Dan Penegakan Hukum
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dalam Batas-Batas Toleransi), Fakultas
Bimbingan Kemasyarakatan dan Hukum Unversitas Indonesia, 1993.
Pengentasan Anak dengan melengkapi Marjoko, Penerapan Diversi Dalam
struktur BAPAS Kelas I dan BAPAS Penanganan Anak Berkonflik Hukum,
Kelas II dengan menempatkan jabatan Medan : Pusaka Indonesia, 2014.
fungsional Pembimbing Kemasyarakatan
Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan
pada struktur organisasi BAPAS serta Restoratif Justice dalam Hukum
menyederhanakan struktur organisasi. Pidana, Medan : USU Press, 2010.
2. Perlu melaksanakan perintah Undang- SaifulAzhar, Peran Bapas Dalam Penanganan
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Anak Berhadapan Dengan Hukum,
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Medan : Pusaka Indonesia, 2014.
Pidana Anak untuk membangun
BAPAS di kabupaten/kota dalam waktu Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia
paling lama 5 (lima) tahun setelah
Press, 1982).
diberlakukannya undang-undang ini.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Penulis mengucapkan terima kasih Tinjauan Singkat, edisi 1, cet.v, (Jakarta:
kepada semua pihak yang telah membantu PT Raja Grafindo Persada, 2001).
penulis, khususnya kepada rekan-rekan Jurnal/Artikel/Prosiding/Hasil Penelitian:
Pembimbing Kemasyarakatan di Balai
Insan Firdaus, “Peranan Pembimbing
Pemasyarakatan Kelas 1 Jakarta Selatan
Kemasyarakatan Dalam Upaya
dan kepada Edward James Sinaga dari Penanganan Overcrowded Pada
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Lembaga Pemasyarakatan,” Jurnal
Kebijakan yang telah berkenan meluangkan Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no. 3 (2019).
waktu untuk berdiskusi tentang Pembimbing Trisapto Agung Nugroho, “Analisa Kebutuhan
Kemasyarakatan dan Metode Penulisan Pembimbing Kemasyarakatan Balai
Karya Tulis Ilmiah. Pemasyarakatan (BAPAS) Bandung,”
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 13, no.
DAFTAR PUSTAKA 1 (2019).
Buku:
Peraturan:
Edy Ikhsan, Diversi dan Keadilan Restoratif
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Kesiapan Aparat Penegak Hukum dan
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Masyarakat, Medan: Pustaka Indonesia,
Pidana Anak.
2014.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Koesno Adi, Diversi Sebagai Upaya
12 Tahun 2012 tentang Pemasyarakatan.
Alternatif Penanggulangan Tindak
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Pidana Narkotika Oleh Anak, Malang :
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
UMM Prees, 2014.
Anak.

161
JIKH Vol. 14, No. 1, Maret 2020: 141-162
p- IS S N : 1978- 22 92 e- IS S N : 2579- 74 25

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah


Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan dan Pembimbingan
Narapidana dan Klien Pemasyarakatan.
RepublikIndonesia,PerkaBKNNomor5Tahun
2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan.
Republik Indonesia, Kepmenkeh RI Nomor
: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang
Pola Pembinaan.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor : M.01.PR.07.03
Tahun 1997 Tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor
: M.02-PR.07.03 Tahun 1987 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan
Anak.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor : M.02-PR.07.03
Tahun 1987 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Bimbingan Kemasyarakatan
dan Pengentasan Anak.

162

Anda mungkin juga menyukai