Anda di halaman 1dari 45

Nusdianto Triakoso

triakoso.wordpress.com

Penyakit Non
Infeksius
Pada Ternak
Pengabdian Pada Masyarakat BEM
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asidosis Rumen
• Grain overload, rumen engorgement,
lactic acidosis, acid indigestion, toxic
indigestion atau suddent death syndrome.
• Kausa : pemberian sumber karbohidrat
rendah serat (konsentrat) dalam jumlah
besar.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


↑ KH yang mudah difermentasi

↑ laju pertumbuhan (semua bakteri)


↓ pH < 5

↑ VFA’s

↓ pH
↓ laju pertumbuhan ↓ S. bovis
(sebagian bakteri) ASIDOSIS ↑ Lactobacillus
RUMEN ↑ laju pertumbuhan S. bovis
↑ asam laktat

↓ pH

Stasis fermentasi

Absorbsi D/L asam laktat

Asidosis Metabolik

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asidosis rumen
• Gejala klinis
• Ada tiga macam gejala : akut berat, subakut dan kronis.
• Pada serangan akut gejala akan muncul 12-36 jam setelah
mengkonsumsi makanan.
• Gejalanya : tremor, lethargi, depresi, anoreksia dan ataksia. Hewan
juga menunjukkan dehidrasi, daerah mata cekung.
• Gejala umum : distensi abdomen dan stasis rumen (rumen tidak
berkontraksi). Suhu tubuh dapat meningkat cepat kemudian turun
drastis. Denyut jantung meningkat dan cepat, hewan tampak
bernafas dangkal dan cepat. Kadang hewan mengalami kebutaan.
• Dalam 24 jam hewan akan mengalami diare yang berbau kecut
(masam) dan berlendir, berbuih berwarna coklat kekuningan atau
keabuan. Hewan kemudian ambruk, koma dan mati.
• Subakut gejala mirip dengan akut berat hanya lebih ringan.
• Kronis akan disertai laminitis, pincang, abses liver, rumenitis kronis.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asidosis rumen
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan 1gram/kg BB magnesium oksida atau
magnesium hidroksida atau natrium bikarbonat peroral.
• Terapi suportif yang bisa diberikan adalah pemberian
thiamine, kalsium dan anti radang.
• Hewan sebaiknya diajak exercise (bergerak/berjalan)
agar isi perut segera bergerak di dalam saluran
pencernaan.
• Hindari pemberian pakan tinggi karbohidrat rendah serat
dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Indigesti sederhana
• Indigesti adalah penyakit pada saluran
pencernaan. Penyakit ini sering terjadi
pada sapi terutama yang dikandangkan.
• Penyebab utama biasanya adalah pakan
yang terlalu tinggi kandungan seratnya.
• Faktor risiko : perubahan pakan
mendadak, kualitas pakan buruk,
pemberian antibiotika jangka panjang atau
kekurangan minum.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Indigesti sederhana
• Gejala klinis
• Sapi tampak enggan makan bahkan tidak mau makan
sama sekali. Namun adakalanya sapi makan terus. Hal
ini karena tidak ada makanan yang masuk ke dalam
ususnya dan diabsorbsi sehingga tubuh merasa lapar.
• Palpasi atau tinjuan pada daerah flank (rumen) akan
membekas seperti kita menekan tanah liat (sarat
rumen).
• Tanda-tanda vital normal, namun tidak ditemukan
kontraksi rumen. Feses normal atau mengeras,
seringkali jumlahnya menurun bahkan tidak ada masa
feses di dalam saluran pencernaan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Indigesti sederhana
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pemberian rumenotorik akan membantu
meningkatkan kontraksi rumen.
• Berikan pakan yang baik, rumput segar dan air.
Pemberian viramin B akan membantu proses
pencernaan mikrobial dan pergerakan rumen.
• Bila mungkin berikan isi rumen hewan lain untuk
membantu memperbaiki fermentasi mikroba di
dalam rumen.
• Pencegahan dilakukan dengan menghindari
pemberian pakan yang terlalu tinggi serat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Milk fever
• Penyakit ini umumnya terjadi pada sapi perah.
Kalsium esensial untuk hematologi, kontraksi
otot, metabolisme tulang
• Kausa : kadar kalsium darah di bawah normal
(<7 mg/dl).
• Faktor risiko : produksi susu tinggi, tua,
manajemen pakan masa kering.
• Pada domba umumnya terjadi pada akhir
kebutingan, sedang pada kambing terjadi
sebelum partus sebagaimana pada domba atau
pasca partus terutama pada kambing perah
yang berproduksi tinggi.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Milk fever
• Gejala klinis
• Stadium awal (stadium eksitasi) hewan tampak kaku, tidak
bergerak. Anoreksia. Gejala ini umumnya tidak begitu tampak
karena berlangsung sangat singkat.
• Stadium dua (stadium sternal) hewan tidak mampu berdiri namun
masih rebah sternal. Depresi, anoreksia, cuping hidung kering, suhu
subnormal, ekstrimitas dingin.
• Stadium tiga (stadium terminal) hewan rebah lateral, lethargi,
takikardia (120/menit), pulsus tidak terdeteksi, bloat. Kesadaran
mulai hilang, tidak responsif terhadap rangsangan, koma.
• Gejala pada domba biasanya ambruk, paralisis. Namun kadang
juga ditemukan tremor dan tetani. Rebah sternal sebagaimana
terjadi pada sapi jarang ditemui pada domba. Gejala pada kambing
mirip seperti pada domba.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Milk fever
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Kurangi bloat yang terjadi. Sapi sebaiknya diposisikan rebah
sternal.
• Berikan preparat kalsium seperti kalsium glukonat 23% 500 ml
intravena. Pemberian kalsium sebaiknya secara perlahan dan
periksa denyut jantung secara teratur. Bila terapi berhasil, maka
sapi biasanya akan eruktasi, urinasi, defekasi dan berusaha bangun
atau berdiri. Biasanya dalam 30 menit setelah terapi hewan akan
berdiri. Bila perlu pemberian kalsium diulangi dalam12 jam.
• Pada domba atau kambing dapat diberikan kalsium buroglukonat
23% sebanyak 50-500 ml.
• Pencegahan dengan memberikan diet rendah kalsium saat masa
kering setidaknya seminggu sebelum partus.
• Pemberian vitamin D3 menjelang partus. Pemberian kalsium yang
cukup saat laktasi.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Downer Cow Syndrome
• Sindroma ambruk pada sapi umumnya
Downer Cow Syndrome (DCS) merupakan
lanjutan dari milk fever. Bila dalam 24 jam
meski diterapi kalsium, sapi tidak juga bisa
berdiri dapat dikatagorikan menderita
DCS.
• Namun dapat juga DCS tidak berkaitan
dengan kejadian milik fever.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Downer Cow Syndrome
• Gejala klinis
• Hewan tidak menunjukkan gejala sakit, namun
tidak bisa berdiri. Kadang tampak seperti
merangkak atau terduduk (dog sitting position)
karena tidak mampu berdiri.
• Komplikasi terjadi bila terjadi trauma saat
berusaha berdiri, terutama pada panggul.
Hewan juga mengalami dekubitus, fraktur,
kerusakan otot dan lain-lain.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


penyakit non infeksius - triakoso 2010
Downer Cow Syndrome
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Terapi penyebab utama penyakit bila mungkin.
Pemberian tambahan sumber fosfat dapat membantu.
Berikan alas yang empuk agar tidak terjadi dekubitus
atau trauma pada bagian tubuh yang lain.
• Pemberian analgesik (aspirin, phenylbutazone, flunixin
meglumin) dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
pada otot.
• Pencegahan dapat dilakukan dengan menempatkan
pada kandang yang nyaman dan alas yang tebal untuk
mencegah trauma saat melahirkan, usahakan cukup
umur dan besarnya induk saat melahirkan serta cegah
terjadinya milk fever.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Grass tetany
• Lactation tetany, hipomagnesia
• Magnesium esensial dalam metabolisme tulang, syaraf
dan muskulus.
• Penyebab : kadar mg darah di bawah normal
(<1,5mg/dl). Output dan input magnesium tidak
seimbang. Kadar kalium rumen meningkat akibat
defisiensi natrium (garam).
• Absorbsi mg menurun bila intake kalium meningkat.
• Predisposisi : produksi susu tinggi, stress lingkungan,
kadar kadar mg hijauan kurang (muda), perubahan
pakan kering ke hijauan muda.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Grass tetany
• Gejala klinis
• Akut. Bersifat fatal, kematian mendadak tanpa
gejala terutama pada sapi yg dikandang.Mulut
dan hidung berbuih. Lantai kandang akibat
merejan sebelum mati.
• Hewan menunjukkan gejala syaraf, jalan kaku,
gallop, melenguh keras sebelum rebah dan tidak
bisa bangkit lagi. Tidak respon terhadap
rangsangan (sinar, suara, sentuhan), kejang,
tetany, menendang. Nistagmus.
• Subakut. Gejala lebih ringan, tidak mampu
mengerakkan kaki 3-4 hari
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Grass tetany
• Pengobatan, pengendalian, pencegahan
• Injeksi 1,6-2,7 g mg boroglukonas, garam klorid
atau hipofosfit. Kombinasikan dg kalsium.
• 0,04 ml/menit/kg 25% larutan mg (0,025 g/ml)
• Oral magnesium untuk pencegahan.
• Pencegahan : sapi berisiko (pakan hay atau
hijauan muda stress lingkungan, produksi
tinggi). Daerah intensif pemupukan (PK).

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asetonemia
• Disebut juga ketosis klinis, yang umumnya
terjadi pada sapi perah. Ketosis terjadi
akibat ketidakseimbangan kebutuhan
karbohidrat atau sumber energi.
• Ada dua macam ketosis yaitu ketosis
primer dan sekunder. Ketosis sekunder
biasanya berkaitan dengan terjadinya
penyakit lain yang diderita hewan, karena
hewan biasanya tidak mau makan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asetonemia
• Gejala klinis
• Pada ketosis primer umumnya hewan
menunjukkan penurunan nafsu makan dan
produksi susu secara bertahap.
• Sapi akan kehilangan berat badan dan depresi.
Sapi lebih memilih hijauan untuk dimakan.
Feses umumnya kering dan keras.
• Umumnya nafas berbau keton. Hewan akan
pulih dengan sendirinya bila memperoleh pakan
baik yang cukup.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Asetonemia
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan dextrose 50% sebanyak 500 ml
intravena. Berikan kortikosteroid
(dexamethasone 10 mg IM) untuk memberikan
efek glukoneogenesis atau anabolik steroid
(Trenbolone asetat 60-120 mg). Bila perlu
ditambahkan vitamin B12 dan Cobalt atau Asam
nikotinat pada pakan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Pregnancy Toxemia
• Penyakit ini sering terjadi pada domba, meski
dapat ditemukan juga pada ruminansia besar
lain. Pada ruminansia kecil terutama domba
umumnya terjadi pada akhir kebuntingan,
menjelang partus. Faktor risikonya adalah
kebuntingan lanjut, kegemukan dan beranak
banyak (lebih dari satu). Kejadian ini biasanya
berkaitan dengan perubahan pakan mendadak
atau cuaca yang buruk dan bisa terjadi pada
satu hewan atau dalam sekelompok hewan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Pregnancy toxemia
• Gejala klinis
• Gejala utama yang terlihat adalah gejala syaraf
seperti tremor, kejang, kebutaan, depresi,
inkoordinasi atau ataksia. Hewan mungkin
membenturkan kepala, berputar-putar atau
seperti merumput. Gejala lain yang mungkin
ditemukan adalah konstipasi dan nafas berbau
keton. Distokia mungkin juga terjadi pada saat
melahirkan. Pada akhirnya domba akan ambruk,
koma dan mati dalam 4-7 hari. Kematian terjadi
karena toksemia akibat kematian dan
dekomposisi fetus.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Pregnancy toxemia
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Berikan preparat sumber energi seperti dextrose secara
intravena atau propylene glycol secara peroral.
Kortikosteroid dapat diberikan untuk memberikan efek
glukoneogenesis. Hewan yang tertangani segera
diberikan pakan yang baik dan mudah cerna atau
palatable. Bila perlu, lakukan operasi sectio caesar
dengan segera untuk menyelamatkan induk dan anak
domba.
• Hindari kegemukan dan berikan pakan yang cukup pada
induk domba pada kebuntingan akhir. Hindari perubahan
pemberian pakan. Bila perlu sediakan pakan suplemen
seperti molases blok.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Fatty Cow Syndrome
• Pada sapi perah penyakit ini sering terjadi pada
pasca partus dan umumnya merupakan kaitan
dengan penyakit peripartus lain seperti metritis,
milk fever, ketosis, retensi plasenta. Sedangkan
pada sapi potong lebih sering terjadi pada akhir
kebuntingan. Faktor risikonya adalah sapi-sapi
kegemukan. Penyebab munculnya Fatty Cow
Syndrome adalah ketidakseimbangan
metabolsime karbohidrat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Fatty Cow Syndrome
• Gejala
• Umumnya terjadi pada peternakan yang
intensif perah atau penggemukan. Sapi
yang menderita umumnya sapi yang
gemuk atau sangat gemuk. Hewan
tampak depresi dan anoreksia. Sering
juga diikuti ketosis sekunder yang berat.
Gejala pada sapi potong mirip dengan
pregnancy toxemia pada domba.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Fatty Cow Syndrome
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Lakukan pengobatan terhadap penyakit yang
menyebabkannya (milk fever, retensi plasenta,
metritis, dan lain-lain). Berikan pakan yang baik
dan mudah dicerna. Obat lain dapat diberikan
protamine-zinc insulin 200 IU IM tiap hari atau
niacin 6-12 gram/hewan/hari peroral 1-2 minggu
sebelum partus dan 90-100 hari pasca partus.
Pemberian kortikosteroid biasanya tidak
disarankan.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Retensi plasenta
• Disebut juga retensi sekundinae. Plasenta secara
normal akan lepas dari induk paling lama 1-12 jam
pasca melahirkan. Pengeluaran plasenta lebih dari
waktu tersebut adalah tidak normal. Pada sapi, retensi
plasenta bisa terjadi 4-8 hari atau lebih bila tidak ada
pertolongan.
• Penyebab : ada gangguan pelepasan dari karunkula
induk. Hal ini bisa disebabkan oleh keradangan atau
infeksi seperti pada kasus brucellosis, trichomniasis,
vibriosis atau infeksi bakterial lain yang menyebabkan
plasentitis atau radang plasenta. Faktor lain seperti
kelahiran prematur, kekurangan mineral atau vitamin.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


penyakit non infeksius - triakoso 2010
Retensi plasenta
• Gejala klinis
• Gejala yang paling jelas adalah tampak adanya plasenta
yang masih menggantung yang keluar dari alat kelamin.
Kadang plasenta menggantung sampai lantai kandang,
bahkan dapat terinjak sapi yang lain. Kadang plasenta
tidak begitu panjang sehingga hanya tampak bila sapi
rebah, namun plasenta masuk ke dalam saluran kelamin
bila hewan berdiri. Kadang disertai bau busuk, akibat
pembusukan pada plasenta.
• Kesehatan secara umum terganggu, depresi, produksi
susu turun, respirasi cepat dan suhu tubuh meningkat.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Retensi plasenta
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pertolongan terutama ditujukan untuk mengeluarkan
plasenta dari alat kelamin, bila perlu dilakukan secara
manual.
• Oksitosin 100 IU untuk ruminansia besar atau 30-50 IU
untuk ruminasia kecil akan membantu kontraksi uterus,
sehingga dapat menyebabkan keluarnya plasenta.
• Selanjutnya dilakukan pencucian uterus menggunakan
larutan desinfektan, rivanol 1% atau antiseptik lain.
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau metritis berikan
antibiotika. Penicillin 1 juta IU dikombinasi dengan
streptomisin 1 gram dalam 40 ml larutan dimasukkan
dalam uterus. Bisa juga menggunakan bolus
klortetrasiklin 500 mg (Aeromycin) intrauteri.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan urea
• Seringkali urea digunakan sebagai bahan untuk
amoniasi jerami. Sumber nitrogen non protein.
• Penyebab : urea yang diberikan terlalu banyak sehingga
sapi mengalami keracunan atau sapi seringkali minum
atau makan pupuk urea yang tidak disimpan dengan
baik oleh peternak.
• Urea tersebut di dalam rumen akan dimanfaatkan oleh
mikroba dan menghasilkan amonia. Di dalam tubuh
amonia adalah zat beracun dan menyebabkan kondisi
yang dikenal sebagai encephalopati hepatis dimana
hewan menunjukkan gejala syaraf atau kejang-kejang
karena gangguan sistem syaraf pusat akibat adanya
akumulasi amonia di dalam tubuh.
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan urea
• Gejala klinis
• Hewan hipersalivasi dan berbuih, gigi
menggeretak karena adanya rasa sakit dan
tampak telinga dan wajahnya menegang.
Adanya nyeri abdomen disertai bloat.
• Selain itu hewan menunjukkan peningkatan
frekuensi respirasi dan berat. Hewan lebih
sering urinasi.
• Selanjutnya hewan kejang dan ambruk.
Seringkali hewan ditemui mati di dekat sumber
urea tersebut.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan urea
• Pengobatan, penanggulangan dan pencegahan
• Bila diketahui hewan menderita keracunan urea harus segera
diterapi, meskipun hasilnya tidak cukup memuaskan. Gunakan
sonde lambung untuk mengurangi bloat yang terjadi, sekaligus
untuk memberikan air dingin.
• Sapi dewasa : 45 liter diikuti beberapa liter asam asetat 6% atau
cuka. Pengenceran tersebut akan menurunkan suhu di dalam
rumen dan meningkatkan asiditas rumen sehingga mampu
mengurangi produksi amonia. Bila perlu ulangi dalam 24 jam.
• Berikan urea secara bertahap dalam jumlah yang sedikit (0,1
gram/kg BB) atau 35-40 gram untuk sapi 400 kg.
• Simpan dengan baik urea yang biasanya digunakan sebagai pupuk
agar tidak mudah dimakan sapi atau ruminansia kecil.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan lantana
• Lantana camara atau kembang telekan adalah tanaman
yang selalu hijau dan bertahan saat musim kemarau,
sementara tanaman lain mengering. Menarik hewan
untuk memakannya.
• Komponen-komponen beracun tanaman ini yaitu
Lantadene A (LA), Lantadene B (LB), Lantadene C (LC)
dan Lantadene D (LD). Di antara komponen tersebut LA
dan LB yang paling toksik.
• Pada daerah kering, keracunan Lantana sering
dilaporkan bahkan menjadi wabah. Di Indonesia bahkan
pernah dilaporkan terjadi wabah keracunan Lantana
pada sapi Bali di Kalawi, Donggala tahun 1980.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan lantana
• Gejala klinis
• Gejala awal adalah hewan akan mengalami gejala yang
disebut fotosensitisasi dermatitis. Hewan akan
mengalami kemerahan (eritema) pada kulit terutama
yang terkena sinar matahari. Kulit yang terkena
umumnya yang berambut tipis atau tidak berambut,
termasuk juga di sekitar mocong. Bila berlanjut maka
kulit tersebut akan nekrosis dan mengelupas.
• Gejala yang lain hewan akan menunjukkan perubahan
warna urine. Urine biasanya berwarna merah bahkan
coklat tua. Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan
penyakit Baliziekte.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


penyakit non infeksius - triakoso 2010
penyakit non infeksius - triakoso 2010
Keracunan lantana
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Drenching dengan 2,5 kg karbon aktif dalam 20 liter
untuk sapi atau 500 gram dalam 4 liter untuk kambing
atau domba. Karbon aktif ini bertindak sebagai antidote
keracunan. Dosis yang kedua mungkin diperlukan dalam
24 jam setelah terapi pertama bila kesembuhan masih
belum tampak nyata.
• Bentonite dapat digunakan sebagai pengganti karbon
aktif, namun tidak cukup efektif sebagaimana karbon
aktif. Bila perlu lakukan terapi cairan. Antibiotika dan
sunscreen mungkin diperlukan untuk mengatasi
keruskan kulit.
• Bilamana tidak kunjung membaik ada kemungkinan
telah terjadi kerusakan renal.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan nitrit-nitrat
• Keracunan nitrat atau nitrit mirip dengan keracunan urea.
• Nitrat (NO3)sebetulnya bukan merupakan bahan toksik. Namun di
dalam tubuh, nitrat dicerna dan berubah menjadi nitrit (NO 2) oleh
mikroba rumen. Kemudian nitrit yang beredar di dalam darah akan
mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin.
• Hemoglobin yang juga berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan menjadi berkurang.
• Pada monogastrik nitrat akan dikonversi menjadi nitrit di dalam
usus, sehingga kecil kemungkinan untuk diabsorbsi dan
menimbulkan masalah.
• Sumber penularan biasanya dari tanaman (Astragalus) atau air
sumur yang dalam sehingga terjadi akumulasi nitrat terutama bila di
sekitarnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk nitrogen
yang berlebihan.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan nitrit-nitrat
• Gejala klinis
• Hewan akan menunjukkan gejala setelah 6 jam
memakan atau menelan bahan tersebut. Hewan
menunjukkan gejala anoksia berat (kekurangan oksigen)
seperti lemah, depresi, sianosis dan takikardia atau
denyut jantung meningkat. Hewan akan mati bila 60-
75% hemoglobin dioksidasi menjadi methemoglobin.
Biasanya ini berlangsung dalam 24 jam pasca hewan
memakan bahan tersebut.
• Sedangkan bila serangan bersifat kronis umumnya
terjadi abortus dan meningkatkan kebutuhan vitamin A
atau hewan menunjukkan gejala hipovitaminosis A.

penyakit non infeksius - triakoso 2010


Keracunan nitrit-nitrat
• Pengobatan, pengendalian dan pencegahan
• Pada penderita dapat diberikan Methylene blue
1% yang dapat mereduksi methemoglobin
menjadi hemoglobin.
• Terapi tunggal 1-2 mg/kgBB intravena
memberikan hasil yang baik pada monogastrik.
• Sedangkan pada ruminansia butuh dosis hingga
lebih dari 20 mg/kgBB dan bila perlu diulangi
tiap 8 jam bila mengkonsumsi nitrat dalam
jumlah besar.

penyakit non infeksius - triakoso 2010

Anda mungkin juga menyukai