Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330727173

Identifikasi Unbalance dan Metode Balancing pada Rotor Tunggal dengan


Menggunakan Digital Signal Analyzer (DSA)

Conference Paper · September 2018

CITATION READS

1 1,996

2 authors, including:

Dedi Suryadi
Universitas Bengkulu
34 PUBLICATIONS   66 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Renewable Energy View project

Application of large ceramic structures to steel manufacturing machinery View project

All content following this page was uploaded by Dedi Suryadi on 30 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

Identifikasi Unbalance dan Metode Balancing pada


Rotor Tunggal dengan Menggunakan
Digital Signal Analyzer (DSA)
Dedi Suryadi, Meizar Vetrano
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman Kandang Limun - Bengkulu
dedi_suryadi@unib.ac.id

Abstrak—Kerusakan sistem pada sistem mekanik antara lain Sistem yang mengalami kerusakan antara lain dapat
diakibatkan oleh ketidakseimbangan (unbalance) pada poros disebabkan oleh kegagalan suatu komponen yang salah
putar. Unbalance didefinisikan sebagai ketidakseimbangan satunya diakibatkan oleh ketidakseimbangan (unbalance)
distribusi dari massa terhadap centerline sebuah rotor. pada poros putar. Unbalance juga dapat didefinisikan sebagai
Ketidakseimbangan (unbalance) ini akan menyebabkan ketidakseimbangan distribusi dari massa terhadap centerline
bantalan-bantalan poros menerima gaya sentrifugal tambahan sebuah rotor. Ketidakseimbangan (unbalance) ini akan
yang disebabkan beban unbalance. Untuk mengatasi kondisi ini menyebabkan bantalan- bantalan poros menerima gaya
perlu dilakukan prosedur perawatan untuk menghilangkan sentrifugal tambahan yang disebabkan beban unbalance.
unbalance pada mesin. Pada penelitian ini melakukan pengujian
Kondisi tersebut akan mengakibatkan getaran berlebihan
pada alat uji jenis rotor tunggal dengan menggunkan digital
signal analyzer (DSA) dan sensor getaran accelerometer. Hasil
yang akan menimbulkan kebisingan, dan selanjutnya akan
pengujian berupa respon getaran akibat massa unbalance dan menurunkan efisiensi mesin serta mengganggu kerja mesin
juga proses penyeimbangannya (balancing). Proses balancing tersebut.
dilakukan dengan menggunakan metode tiga massa coba. Hasil Balancing merupakan prosedur perawatan untuk
dari pengujian ini menunjukkan bahwa kondisi unbalance akan menghilangkan unbalance pada mesin dengan poros putar.
memunculkan satu puncak frekuensi yang disebut dengan Berdasarkan beban unbalance yang harus diatasi, metode
frekuensi aktif. Selain itu, proses balancing yang dilakukan balancing dapat meliputi static balancing dan dynamic
menghasilkan penurunan magnitude pada respon getaran.
balancing. Static balancing merupakan prosedur menambah
Kata Kunci—unbalance; respon getaran; predictive atau mengurangi massa pada jarak radial tertentu untuk
maintenance; tiga massa coba menyeimbangkan gaya unbalance. Sedangkan dynamic
balancing merupakan prosedur menambah atau mengurangi
massa pada jarak radial tertentu untuk menyeimbangkan
I. PENDAHULUAN momen unbalance.
Mesin-mesin rotasi seperti mesin-mesin perkakas,
Analisis getaran merupakan suatu metode yang penting
turbomachinery untuk industri dan mesin turbin gas pesawat
yang dapat digunakan untuk mengurangi atau mengeliminasi
terbang, pada umumnya terdiri dari poros yang berputar
permasalahan mesin yang berulang. Dari analisis getaran
dengan putaran tertentu. Agar dapat bekerja secara optimal
maka akan didapat hasil berupa respon getaran yang dapat
maka mesin tersebut perlu dipelihara dan dirawat
menjadi acuan terhadap kerusakan dari suatu sistem,
(maintenance). Salah satu bentuk perawatan yang dapat
sehingga dapat dilakukan tindak pencegahan.
dilakukan yaitu predictive maintenance dengan menganalisis
respon getaran yang timbul dari suatu sistem [1].
II. METODOLOGI PENELITIAN
Melalui predictive maintenance, pengoperasian dan
kondisi mekanik dari peralatan dapat ditentukan dari analisis A. Set Up Pengujian
getaran. Keuntungan dari analisis getaran ini adalah dapat
mengidentifikasi permasalahan yang ada sebelum menjadi Alat uji getaran ini terdiri dari motor listrik sebagai
kerusakan yang serius dan menyebabkan sistem tidak penggerak rotor yang dihubungkan oleh kopling sebagai
beroperasi. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan transmisi. Rotor dipasang pada bagian tengah poros yang
pengecekan getaran pada mesin secara berkala. Pengecekan ditumpu oleh dua bantalan. Seluruh komponen tersebut
getaran yang berkala dapat mendeteksi kerusakan seperti dipasang pada base plat atau sebagai rangka yang memiliki
cacat bearing, kelonggaran mekanik dan kerusakan gear. kekakuan tinggi untuk menghindari lendutan yang dapat
Analisis getaran juga dapat mendeteksi misalignment dan menggangu getaran sistem yang direkam oleh DSA saat
unbalance sebelum sistem mengalami kerusakan yang parah dilakukan pengujian. Desain alat uji getaran tersebut dapat
[2]. dilihat pada Gbr. 1.

262
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

kemudian diteruskan oleh tranduser accelerometer yang


selanjutnya diterima DSA. DSA kemudian menguraikan
komponen-komponen respon getaran yang direkam sehingga
dihasilkan gelombang getaran dalam domain waktu dan
frekuensi. Dari penguraian komponen-komponen getaran
tersebut DSA memberikan informasi sinyal getaran yang
terjadi pada sistem uji. Informasi sinyal getaran tersebut
ditampilkan pada komputer yang terintegrasi langsung
terhadap DSA. Adapun secara visual, set-up pengujian
diilustrasikan seperti pada Gbr. 3.

Gbr.1. Desain alat uji unbalance rotor tunggal

Keterangan:
1. Motor Listrik
2. Kopling
3. Bantalan (Bearing)
4. Rotor
5. Base plat (rangka)
Gbr. 2. menunjukkan dimensi rotor yang digunakan untuk
pengujian. Dari gambar terlihat bahwa diameter dari rotor yaitu
120 mm dengan lebar 32 mm dan diameter lubang poros
sebesar 20,9 mm.
Gbr. 3. Set-up alat uji balancing

B. Prosedur Pengujian
Adapun prosedur pengujian alat uji getaran ini terdiri
dari 2 tahap yaitu untuk pengujian mendapatkan respon
getaran akibat pemasangan unbalance dan pengujian proses
penyeimbangan (balancing).
Pengujian dengan Pemasangan Massa Unbalance
Adapun prosedur pengujian respon getaran akibat
pemasangan massa unbalance yaitu:
1. Komponen alat uji getaran dirakit seperti pada Gbr.
1. dan dipasang massa unbalance pada rotor.
Gbr. 2. Rotor 2. Motor listrik disambungkan pada slide regulator
dan slide regulator dihubungkan pada sumber listrik
Prinsip kerja dari sistem alat uji getaran yaitu 220 volt.
pergerakan alat uji getaran yang disebabkan oleh gaya 3. Menghubungkan DSA ke komputer kemudian
eksitasi tak seimbang akibat gerak rotasi dari rotor. Rotor memasang tranduser accelerometer pada casing
tersebut digerakkan oleh motor listrik yang dikontrol oleh bantalan dengan arah vertikal.
slide regulator agar keluaran daya yang diterima oleh motor
dapat disesuaikan sehingga besaran putaran yang diinginkan 4. Melakukan setup channel pada DSA seperti ditunjukan
dapat dicapai. Gaya tak seimbang yang dialami oleh rotor pada Gbr. 4.
diakibatkan oleh perlakuan kondisi rotor yang unbalance.
Gerakan unbalance dari rotor inilah yang memberikan
getaran pada bantalan yang menumpu rotor sehingga turut
memberikan getaran pada tranduser accelerometer yang
dipasang pada bantalan yang besarnya sebanding dengan
besar getaran yang terjadi pada bantalan.
Tranduser accelerometer dipasang pada bantalan karena
pada bantalan merupakan elemen yang berperan sebagai
penumpu sistem dimana semua getaran yang terjadi disalurkan
terhadap bantalan. Respon getaran diterima oleh bantalan

263
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

8. Diperoleh besar frekuensi dan magnitude getaran


dari windows yang ditampilkan pada monitor
komputer yang telah terintegrasi langsung dengan
DSA pada putaran yang ditentukan dalam domain
waktu dan domain frekuensi.
9. Kemudian dilanjutkan dengan, memasang massa
coba pada posisi A seperti ditunjukkan pada, seperti
ditunjukkan pada Gbr. 5. Massa coba yang
digunakan berupa magnet seberat 17.9 gram.
Kemudian putar rotor dengan kecepatan putar yang
sama dan ukur amplitudo getarnya.

Gbr. 4. Pemasangan tranduser


5. Kemudian alat ukur tachometer dikenakan pada
sensor gerak yang terdapat pada rotor.
6. Slide regulator diputar perlahan hingga rotor berputar
stabil sesuai besaran putaran yang diinginkan.
Besaran putaran dapat dilihat pada LCD
tachometer.
7. Melakukan perekaman pada DSA saat respon
getaran telah muncul pada monitor computer.
8. Langkah 5, 6 dan 7 diulang dengan memvariasikan
putaran dari putaran terendah yaitu 200 rpm hingga
2500 rpm dengan kelipatan 50 rpm. Gbr. 5. Massa coba pada posisi A

9. Diperolehlah besar frekuensi dan magnitud getaran 10. Pindahkan massa coba tersebut ke posisi B dengan
dari windows yang ditampilkan pada monitor 0
komputer yang telah terintegrasi langsung dengan sudut 120 dari posisi A pada jarak radial yang
DSA pada setiap putaran dalam domain waktu dan sama, Gbr. 6. menunjukkan posisi massa coba pada
domain frekuensi. posisi B. Setelah itu putar rotor dengan kecepatan
putar yang sama dan ukur amplitudo getarnya.
Pengujian Proses Penyeimbangan (Balancing)
Adapun prosedur pengujian respon getaran proses
penyeimbangan (balancing) yaitu [3]:
1. Komponen alat uji getaran dirakit seperti pada
Gbr. 1. kemudian dipasang massa unbalance pada
rotor.
2. Motor listrik disambungkan pada slide regulator
dan slide regulator dihubungkan pada sumber listrik
220 volt.
3. Menghubungkan DSA ke komputer kemudian
memasang tranduser accelerometer pada casing
bantalan dengan arah vertikal.
Gbr. 6. Massa coba pada posisi B
4. Melakukan setup channel pada DSA seperti
ditunjukan pada Gbr. 4. 11. Selanjutnya, pindahkan massa coba tersebut ke posisi
5. Kemudian alat ukur tachometer dikenakan pada C dengan sudut 120O dari posisi B pada jarak radial
sensor gerak yang terdapat pada rotor. yang sama, seperti ditunjuk pada Gbr. 7. Kemudian
putar rotor dan ukur amplitudonya.
6. Slide regulator diputar perlahan hingga rotor berputar
stabil sesuai besaran putaran yang ditentukan yaitu
pada putaran 1500 rpm.
7. Melakukan perekaman pada DSA saat respon
getaran telah muncul pada monitor komputer.

264
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

Gbr. 7. Massa coba pada posisi C Gbr. 9. Spectral Map Rotor Unbalance

12. Setelah didapat posisi massa penyeimbang dan berat


massa penyeimbang maka dilanjutkan dengan
pengujian dengan menggunakan massa penyeimbang, Secara keseluruhan, masing-masing kurva menunjukkan
seperrti ditunjukkan pada Gbr. 8. Dari posisi ini maka munculnya satu frekuensi akibat massa unbalance. Nilai
akan didapat besar respon getaran dalam domain waktu frekuensi yang muncul dan magnitude pada sistem
dan frekuensi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kecepatan
rotasi. Frekuensi yang muncul akibat massa unbalance ini
dikenal dengan istilah frekuensi aktif [4].

B. Pengujian Balancing
Pengujian balancing dengan massa coba menggunakan
1 sampel respon getaran yang terjadi akibat massa
unbalance. Pada pengujian ini sampel yang diambil yaitu
respon getaran pada kecepatan 1500 rpm. Pada kecepatan 1500
rpm didapat nilai frekuensi yaitu 24.905 Hz dengan
magnitude sebesar 0.0166 g dan amplitude (Ro) sebesar
0.150 g.
Pengujian balancing dengan tiga massa coba ini
dilakukan tiga kali pengujian dengan massa coba yang
Gbr. 8. Posisi massa penyeimbang dipasang pada rotor. Massa coba dipasang pada tiga posisi
berbeda dan diputar pada kecepatan 1500 rpm. Ketiga
o
III. HASIL DAN PEMBAHASAN posisi massa coba berjarak 120 antar titik dapat dilihat pada
Gbr. 10. Jarak pemasangan massa coba sama dengan jarak
Penelitian ini dilaksanakan dua tahap pengujian yaitu pemasangan massa unbalance yaitu 47 mm dari titik pusat
pengujian dengan memasang massa unbalance untuk referensi.
mendapatkan respon getaran akibat massa unbalance dan
pengujian balancing untuk menyeimbangkan rotor akibat
massa unbalance dengan metode tiga massa coba.

A. Hasil Pengujian dengan Massa Unbalance


Penelitian ini terdapat 47 variasi kecepatan yang
diberikan pada sistem dengan massa unbalance. Kecepatan
tersebut adalah mulai dari kecepatan 200 rpm sampai
dengan kecepatan 2500 rpm dengan rentang 50 rpm. Pada
masing-masing kecepatan diambil time record selama 10
detik dengan frequency span 100 Hz. Dari penelitian yang
dilakukan diperoleh suatu respon data dalam domain
frekuensi dengan windows (tampilan) dalam bentuk
rectangular. Respon getaran pada kondisi unbalance dapat Gbr. 10. Posisi pemasangan massa coba
dilihat pada Gbr. 9.
Posisi A adalah besar nilai amplitude (Ra) yang didapat
yaitu 0.205 g. Posisi B, didapatkan amplitude (Rb) sebesar

265
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

0.093 g dan pada posisi C, didapatkan besar amplitude (Rc) menunjukkan pengaruh dari massa penyeimbang yang dapat
yaitu 0.173 g. Sebelum dilakukan perhitungan untuk menurunkan respon getaran yang ditunjukan pada penurunan
mendapatkan posisi massa penyeimbang dan berat massa magnitude getaran.
penyeimbang, nilai amplitude diubah terlebih dahulu menjadi
satuan panjang. Maka hasil amplitude yang didapat yaitu: IV. KESIMPULAN
-5
Ro = 0.150 g = 6.009 x 10 m 1. Pengujian yang dilakukan terhadap sistem rotor
menunjukkan bahwa kondisi unbalace akan memunculkan
-5
Ra = 0.205 g = 8.213 x 10 m satu puncak frekensi yang disebut dengan frekuensi aktif.
-5 2. Pada kondisi unbalance frekuensi aktif dan magnitude
Rb = 0.093 g = 3.745 x 10 m
yang muncul pada sistem rotor sebanding dengan
-5 kecepatan rotasi sistem. Artinya, semakin tinggi kecepatan
Rc = 0.173 g = 6.966 x 10 m
yang diberikan maka, frekuensi dan magnitude yang
Kemudian nilai amplitude yang didapat diubah untuk dihasilkan semakin besar.
mendapatkan tiga nilai vektor yaitu :
3. Proses balancing yang dilakukan akan menghasilkan
-5
R1 = Ro + Ra = 14.222 x 10 m penurunan magnitude pada respon getaran.
-5 REFERENSI
R2 = Ro + Rb = 9.754 x 10 m
-5 [1] Scheffer, C, Paresh, Girldhar., 2004. Practical Machinery Vibration
R3 = Ro + Rc = 12.975 x 10 m
Analysis and Predictive Maintenance. Elsevier: Burlington
Dengan menggunakan metode grafis maka akan didapat [2] Suryadi D., Meilianda R., Suryono F, Sistem Pakar untuk
posisi massa penyeimbang yaitu pada koordinat (-13.969,- Mengidentifikasi Kerusakan Mesin Industri Menggunakan Metode
Certainty Factor, 2018, Rotasi Vol. 20 (1), pp.56-62.
12.486). Untuk berat masssa penyeimbang didapat
[3] Budi, Setyo Agus, 2011. Penentuan Besar dan Posisi Massa Koreksi
dengan menggunakan Persamaan (1) [5]. Berat massa pada Penyeimbangan Rotor Menggunakan Lab VIEW. Jurusan F MIPA
penyeimbang yang diperlukan yaitu, UNJ : Jakarta.
[4] Vance, M John, Zeidan, Fouad, 2010. Machinery Vibration and
M p= (1) Rotordynamics. A Wiley-Interscience Publication : New Jersey: Canada.
[5] Vance M, John, 1987. Rotordynamics of Turbomachinery. A Wiley-
Interscience Publication: Texas.
M p = 32,51 kg
Selanjutnya dilakukan pengujian rotor dengan
menambahkan masa penyeimbang. Dari hasil pengujian

266

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai