Anda di halaman 1dari 22

BUKU III

TATA CARA PENGADAAN GAS

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran Tata Cara


Pengadaan Gas, peserta diharapkan
mengerti dan paham tentang ketentuan –
ketentuan pengadaan gas sesuai PTK
029/PTK/VII/2009, Kepdir No.
062.K/DIR/2013, Kepdir No.318.K/DIR/2014
dan Kepdir 596.K/DIR/2013 serta mampu
menghitung estimasi harga gas pipa
berdasarkan keekonomian lapangan gas.

DURASI : 6 JP

Simple Inspiring Performing Phenomenal 1


DAFTAR ISI

1. Pedoman Pengadaan Gas di PLN ……............................................... 5

2. Proses Negosiasi Harga Gas KKKS/PSC di Indonesia ...................... 10

3. Perhitungan Keekonomian Gas Sebagai Bahan Negosiasi ................ 12

4. Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PLN . 18

5. Studi Kasus ......................................................................................... 21

Simple Inspiring Performing Phenomenal 2


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Proses pengadaan berdasarkan Pedoman BPMIGAS No.


29/PTK/VII/2009 ................................................................................................. 5

Gambar 3.2 Alur pengadaan gas sesuai Kepdir 0318.K/DIR/2014 .................... 7

Gambar 3.3 Alur negosiasi kesepakatan harga gas KKKS/PSC ....................... 11

Gambar 3.4 Alur perhitungan PSC di Indonesia menurut Benny Lubiantara,


2012 ................................................................................................................... 12

Simple Inspiring Performing Phenomenal 3


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keanggotaan Komite Direktur di Lingkungan PLN ............................. 21

Simple Inspiring Performing Phenomenal 4


TATA CARA PENGADAAN BAHAN BAKAR GAS

1. Pedoman Pengadaan Gas Di PLN

Proses pelaksanaan pengadaan gas di PLN mengacu pada beberapa peraturan,


diantaranya adalah Pedoman BPMIGAS No. 029/PTK/VII/2009, Kepdir No.
0620.K/DIR/2013 dan Kepdir No. 0318.K/DIR/2014. Point penting dari ketiga
peraturan pengadaan tersebut, PLN diperbolehkan untuk melakukan pengadaan
bahan bakar gas secara langsung kepada KKKS atau PSC yang memiliki Seller
Appointment Letter (SAL) dari Instansi Pemerintah yang berwenang atau melalui
trader gas yang ditunjuk sebagai pembeli gas bagian negara.

PENJUAL GAS

SKKMIGAS
BAGIAN
NEGARA
PLN
(KKKS)

DENGAN PERSETUJUAN SKK MIGAS

PENJUAL GAS
BAGIAN
SKKMIGAS NEGARA PLN
(KKKS)

PLN

TRADER

DENGAN PERSETUJUAN SKK MIGAS TRADER

Gambar 3.1 Proses pengadaan gas berdasarkan pedoman BPMIGAS No.


029/PTK/VII/2009

Gambar 3.1 di atas memperlihatkan alur dari proses pengadaan bahan bakar gas
berdasarkan pedoman BPMIGAS No. 029/PTK/VII/2009. Pada prinsipnya PLN
dapat secara langsung mengadakan gas kepada KKKS/PSC yang memiliki SAL

Simple Inspiring Performing Phenomenal 5


dari SKK Migas atau melalui trader yang telah memiliki surat penunjukan sebagai
pembeli gas bagian negara. Pada proses pembelian gas secara langsung
kepada KKKS/PSC, diawali dengan penunjukan KKKS/PSC sebagai penjual gas
bagian negara oleh SKK Migas untuk alokasi sektor kelistrikan. Selanjutnya
KKKS/PSC menawarkan gas tersebut kepada PLN dan apabila PLN
membutuhkan gas tersebut maka dilanjutkan dengan proses negosiasi. Proses
negosiasi antara KKKS/PSC dan PLN meliputi terms – terms dan klausul –
klausul atas draf GSA disamping negosiasi harga gas berdasarkan keekonomian
yang disepakati. Apabila kesepakatan antara PLN dan KKKS/PSC telah tercapai,
proses selanjutnya KKKS/PSC akan melakukan permintaan persetujuan atas
kesepakatan tersebut kepada SKK Migas. Jika SKK Migas menyetujui
kesepakatan antara KKKS/PSC dan PLN terutama harga gas, selanjutnya SKK
Migas akan memintakan penetapan harga gas tersebut kepada Menteri ESDM.
Atas persetujuan dari SKK Migas tersebut maka draf GSA antara PLN dan
KKKS/PSC dapat segera ditindak lanjuti atau ditanda tangani.

Proses pengadaan melalui trader, dilakukan dengan alur yang sama dengan
pengadaan gas secara langsung kepada KKKS/PSC. Hanya saja pengadaan gas
ini dilakukan antara PLN dengan trader gas yang memiliki penunjukan sebagai
pembeli gas bagian negara untuk alokasi sektor kelistrikan. Tentunya harga gas
bagian negara antara KKKS/PSC dengan trader wajib mendapatkan persetujuan
dari Menteri ESDM. Adapun trader disini biasanya memberikan service tertentu
kepada PLN dalam hal pemanfaatan gas tersebut, diantaranya karena
kepemilikan fasilitas infrastruktur seperti pipa gas, CNG Plant atau fasilitas
lainnya. PLN biasanya memberikan service cost kepada trader gas tersebut atas
service yang diberikan berdasarkan kesepakatan PLN dan trader.

Pengadaan gas dengan alur seperti tersebut di atas sejalan dengan Kepdir No.
0620.K/DIR/2013 dimana terkait pengadaan gas termasuk dalam kategori
pengadaan khusus. Kepdir 0620.K/DIR/2013 secara jelas menyebutkan hal
tersebut, yaitu “PLN mengatur beberapa jenis pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan secara khusus, terutama karena sudah ada regulasi/peraturan dari
Pemerintah atau pihak lain yang mengikat PLN dan mengatur pengadaannya
secara tersendiri atau khusus. Pada prinsipnya pengadaan khusus ini merupakan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 6


strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh pihak lain tersebut untuk kemudahan operasional pengadaan”

“Prosedur pengadaan khusus ini berlaku untuk barang dan jasa yang diatur
dalam :

Regulasi dari Pemerintah, seperti regulasi terkait pembelian tenaga listrik dan
pengadaan energi primer

Pengadaan yang bersumber dari dana APBN/APBD, yang harus menggunakan


regulasi pengadaan Pemerintah

Pengadaan yang bersumber dari dana loan/export credit, yang diharuskan


memakai aturan pengadaan pemberi loan tersebut”

Pada tahun 2014, melalui Kepdir No. 0318.K/DIR/2014, PLN secara jelas
mengatur pengadaan khusus mengenai pengadaan bahan bakar gas. Adapun
alur pengadaan gas secara khusus tersebut seperti ditunjukan pada gambar 3.2
berikut.

Tahapan Perencanaan
Kebutuhan Gas Bumi Tahapan Pelaksanaan Pengadaan
LNG atau CNG

Penyedia Gas Bumi/LNG/CNG diundang atau mengajukan proposal


Perencanaan kebutuhan
penawaran kepada Divisi/Bidang/Panitia Pengadaan /Pejabat
Gas Bumi, LNG atau CNG Pelaksana Pengadaan
mengacu pada RKAP atau
kebutuhan mendesak :
1.Spesifikasi Teknis
2.Jumlah atau Volume Setuju? Selesai

3.Terms and Conditions


4.Anggaran / Biaya
Penandatanganan GSA (sebelum GSA
MOU
ditanda tangani, PLN wajib memastikan
Jual beli gas
Catatan : bahwa penyedia gas bumi, LNG atau
CNG telah mempunyai SAL
Harga gas harus disetujui (Seller Apointment Letter) dari Instansi
Instansi Pemerintah yang Negosiasi syarat Pemerintah yang berwenang (SKK Migas
berwenang (Men ESDM). Jika Keyterms bahan atau Ditjen Migas) sesuai peruntukannya
belum ada persetujuan, harga HoA atau Draft GSA
menggunakan hasil negosiasi
dan akan dilakukan
rekonsiliasi setelah harga gas
disetujui Instansi Pemerintah Penyusunan HoA
yang berwenang. atau Draft GSA

Gambar 3.2 Alur pengadaan gas sesuai Kepdir 0318.K/DIR/2014

Simple Inspiring Performing Phenomenal 7


Gambar 3.2 di atas memperlihatkan alur proses pengadaan bahan bakar gas
berdasarkan Kepdir No. 0318.K/DIR/2014. Pengadaan gas diawali dengan
proses perencanaan pengadaan yang berisi tentang permintaan gas yang
meliputi spesifikasi teknis, jumlah atau volume gas yang diperlukan, terms and
condition dan anggaran atau biaya. Perlu dipastikan bahwa pos anggaran
sehubungan dengan pengadaan gas tersebut telah diakomodir dalam
perencanaan PLN (RKAP).

Tahapan pengadaan gas dilakukan Divisi / Bidang / Panitia Pengadaan / Pejabat


Pengadaan dengan mengundang calon penyedia gas bumi / CNG / LNG atau
calon penyedia gas bumi / CNG / LNG mengajukan proposal penawaran. Apabila
gas yang ditawarkan calon penyedia gas diperlukan PLN maka selanjutnya
dibuat Memorandum of Understanding (MOU) jual beli gas antara PLN dan calon
penyedia gas. Tahapan berikutnya adalah negosiasi antara PLN dan calon
penyedia gas atas persyaratan dan keyterms termasuk di dalamnya pembahasan
harga gas sebelum dituangkan dalam GSA. Sebelum dilakukan penandatangan
GSA, wajib dipastikan bahwa calon penyedia gas telah memiliki SAL dari instansi
Pemerintah yang berwenang atau persyaratan lainnya telah terpenuhi.

Berkenaan dengan pembelian gas melalui trader, biasanya dilakukan PLN


apabila trader tersebut memiiki infrastruktur pendukung pemanfaatan gas
dimaksud. Adapun yang dimaksud dengan trader gas adalah penjual gas yang
bukan merupakan KKKS/PSC. Gas bumi dibeli trader dari KKKS/PSC yang
selanjutnya dijual kembali ke PLN dengan margin tertentu. Pembelian gas ke
trader biasanya dilakukan apabila tidak ada lagi KKKS/PSC yang sanggup
menjual gasnya ke PLN dikarenakan kondisi tertentu, diantaranya adalah :

a. Secara komitmen, seluruh gas KKKS/PSC sudah terjual sehingga tidak


ada lagi gas yang dapat dialokasikan ke PLN.

b. Lokasi pembangkit yang jauh dari titik serah gas KKKS atau pola operasi
pembangkit PLN yang mengakibatkan pemanfaatan gas memerlukan
infrastruktur gas lain.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 8


Untuk menghindari kesalahan administrasi dan untuk memastikan kebutuhan
bahan bakar gas yang akan dibeli, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengadaan gas diantaranya adalah :

Proses Pra Pengadaan meliputi :

a. Pos anggaran (RKAP), memastikan bahwa anggaran rencana pengadaan


gas sudah masuk dalam RKAP

b. Kebutuhan volume gas, adanya kepastian kebutuhan volume gas dari unit
pembangkit termasuk langgam penyerapan untuk menghindari
ketidaksesuaian antara permintaan dan kebutuhan serta mengurangi
potensi terkena take or pay.

c. Spesifikasi teknis, untuk menghindari ketidaksesuaian spesifikasi gas


yang dibutuhkan unit pembangkit dan untuk mengurangi potensi dispute
serta untuk mengurangi potensi terkenai take or pay apabila terjadi
ketidaksesuaian spesifikasi gas.

d. Waktu, yaitu untuk jangka waktu berapa lama gas dibutuhkan termasuk
perkiraan kejelasan terkait Tanggal Dimulai (COD) untuk menghindari
potensi terkena take or pay

Proses Pengadaan meliputi :

a. Untuk calon penyedia gas :

1. KKKS/PSC, maka perlu dilakukan pengecekan atas alokasi gas


dari Menteri ESDM/Ditjen Migas yang akan dijual ke PLN,
pengecekan Seller Apointment Letter dari SKK Migas terutama
terkait volume dan peruntukannya.

2. Trader, maka perlu justifikasi atas pembelian gas melalui trader


terkait fasilitas infrastruktur gas yang dimiliki dalam rangka
membantu penyediaan gas untuk PLN (jika justifikasi tidak kuat
disarankan untuk dilelang). Untuk BUMN ataupun BUMD yang
ditunjuk sebagai pembeli gas bagian negara dari KKKS/PSC maka

Simple Inspiring Performing Phenomenal 9


perlu dilakukan pengecekan Surat Penunjukannya dari Ditjen
Migas / SKK Migas. Untuk calon penyedia gas adalah penyedia
gas sisi hilir maka perlu dicek juga ijin sebagai penyedia gas sisi
hilir dari Ditjen Migas.

b. Kesesuaian keyterms GSA saat pembahasaan dengan kebutuhan PLN.


Untuk pembahasan operasional agar melibatkan unit operasional PLN
calon pengguna gas, melibatkan fungsi Keuangan saat pembahasan tata
cara pembayaran dan jaminan pembayaran serta perlunya
pendampingan dari Satuan Hukum Korporat atau konsultan hukum yang
ditunjuk.

c. Adanya persetujuan dari Pejabat sesuai kewenangannya berdasarkan


Kepdir No. 596.K/DIR/2013 sebelum draft GSA disepakati.

d. Adanya review dari Satuan Hukum Korporat atas draft GSA sebelum GSA
ditanda tangani.

2. Proses Negosiasi Harga Gas KKKS/PSC Indonesia

Dalam proses pengadaan gas, pembahasan harga gas merupakan salah satu
term yang sangat penting dan relatif memerlukan waktu dalam proses
negosiasinya. Walaupun harga gas bagian negara dari KKKS/PSC diharuskan
mendapatkan persetujuan atau penetapan dari Menteri ESDM, namun dalam
pelaksanaannya pembahasan harga gas ini merupakan hal yang sangat penting
dan vital mengingat flow dari proses negosiasi dan persetujuan harga gas yang
relatif rumit. Umumnya penentuan harga gas oleh Menteri ESDM diawali dengan
proses negosiasi Bussiness to Bussiness antara PLN dengan KKKS/PSC
sebelum dievaluasi SKK Migas untuk kemudian diusulkan penetapannya kepada
Menteri ESDM. Penetapan harga gas oleh Menteri ESDM dikeluarkan setelah
Kementerian ESDM melakukan evaluasi usulan harga gas dari SKK Migas
tersebut. Adapun alur proses kesepakatan harga gas bagain negara seperti
ditunjukan pada gambar 3.3.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 10


PLN KKKS SKK Migas

Negosiasi harga secara B to B antara KKKS meminta Setuju


PLN dan KKKS berdasarkan model persetujuan
keekonomian yang disepakati. Biasanya atas hasil
menggunakan keekonomian lapangan negosiasi
yang telah disetujui oleh SKK Migas dengan PLN

Tdk
Renegosiasi untuk selanjutnya dimintakan Setuju Tdk
persetujuan kembali oleh KKKS Setuju
Ditjen Migas
Men ESDM

Penetapan harga gas keputusan Menteri Setuju


ESDM. (boleh tidak sesuai dengan usulan
SKK Migas hasil negosiasi PLN & KKKS

Gambar 3.3 Alur negosiasi kesepakatan harga gas KKKS/PSC

Gambar 3.3 di atas memperlihatkan flow atau alur dari proses negosiasi harga
gas bagian negara milik KKKS/PSC. Harga gas hasil negosiasi Bussiness to
Bussiness antara KKKS/PSC dengan PLN diusulkan KKKS/PSC kepada SKK
Migas untuk mendapatkan persetujuan. Negosiasi harga gas antara PLN dan
KKKS/PSC menggunakan model keekonomian yang disepakati kedua belah
pihak, biasanya model keekonomian yang digunakan adalah model keekonomian
lapangan gas yang seluruh biaya dan indikator keekonomiannya telah disetujui
SKK Migas. Hal ini dilakukan PLN mengingat PLN kurang memiliki kompetensi
dalam memastikan kebenaran data keekonomian yang disampaikan KKKS/PSC
terkait biaya – biaya yang timbul selama proses pengembangan lapangan gas.
Disamping itu indikator keekonomian yang digunakan merupakan keekonomian
lapangan berdasarkan kontrak KKKS/PSC antara kontraktor gas dengan
Pemerintah/SKK Migas seperti besaran IRR dan government take. Persetujuan
kesepakatan harga gas di internal PLN sendiri ditentukan oleh Pejabat yang
berwenang sesuai batas kewenangan seperti yang telah diatur dalam Kepdir No.
596.K/DIR/2013.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 11


Atas permintaan persetujuan harga gas hasil negosiasi antara KKKS/PSC
dengan PLN, selanjutnya SKK Migas akan mengevaluasi hasil kesepakatan
harga gas tersebut. Apabila SKK Migas tidak menyetujui harga gas hasil
kesepakatan antara KKKS/PSC dengan PLN tersebut maka SKK Migas akan
meminta KKKS/PSC untuk dapat melakukan negosiasi kembali dengan PLN
untuk dapat memperbaiki harga gas yang telah disepakati. Namun apabila SKK
Migas menyetujui kesepakatan harga gas antara KKKS/PSC dan PLN,
selanjutnya SKK Migas akan meminta persetujuan atau penepatan harga gas
tersebut kepada Menteri ESDM dengan dilengkapi beberapa justifikasi.

Hal yang sama akan dilakukan Kementerian ESDM dalam proses penetapan
harga gas sesuai usulan dari SKK Migas. Dengan pertimbangan tertentu
Kementerian ESDM dapat menolak usulan harga gas dari SKK Migas dan
mengembalikan kembali usulan harga gas tersebut ke SKK Migas atau apabila
Kementerian ESDM sepakat dengan usulan harga gas dari SKK Migas maka
Kementerian ESDM dapat segera menerbitkan penetapan harga gas dimaksud.
Namun dengan segala kewenangan dan pertimbangannya, Kementerian ESDM
juga dapat menetapkan besaran harga gas yang tidak sesuai dengan usulan
SKK Migas.

3. Perhitungan Keekonomian Gas Sebagai Bahan Negosiasi

Perhitungan keekonomian gas biasanya dilakukan dengan menggunakan model


keekonomian lapangan gas sesuai kontrak yang disepakati antara
Pemerintah/SKK Migas dengan KKKS/PSC. Hal ini dilakukan mengingat
banyaknya indikator keekonomian yang digunakan dalam kesepakatan sesuai
kontrak antara Pemerintah/SKK Migas dengan KKKS/PSC yang wajib dipenuhi
oleh kedua belah pihak.

Dua indikator keekonomian yang menjadi patokan utama dalam menentukan


harga gas adalah besanya nilai contractor take bagi KKKS/PSC dan besarnya
nilai government take bagi Pemerintah. Untuk lebih memperjelas model
keekonomian yang biasa digunakan dalam menentukan harga gas seperti

Simple Inspiring Performing Phenomenal 12


diperlihatkan pada gambar 3.4 berikut yang menjelaskan alur perhitungan PSC di
Indonesia.

Gambar 3.4 Alur perhitungan PSC di Indonesia menurut Benny Lubiantara, 2012

Gambar 3.4 diatas memperlihatkan proses perhitungan secara keekonomian


PSC di Indonesia. Perhitungan keekonomian ini dimulai dengan menghitung
besarnya total pendapatan (gross revenue) yang didapat dari perkiraan harga
gas per satuan MMBTU dikalikan dengan besarnya proyeksi volume yang akan
diproduksi. Selanjutnya dari revenue/pendapatan tersebut, secara langsung akan
diambil terlebih dahulu (biasanya sebesar 20% dari total revenue/pendapatan)
untuk dibagikan kepada Pemerintah dan KKKS/PSC sesuai kesepakatan bagi
hasil yang disepakati, proses ini disebut FTP.

Setelah pemotongan FTP, proses selanjutnya adalah mengganti biaya


expenditure yang telah dikeluarkan oleh KKKS/PSC yang merupakan biaya
investasi dan biaya operasi selama proses pra produksi dan produksi gas masih

Simple Inspiring Performing Phenomenal 13


berlangsung. Penggantian ini dilakukan dengan mengurangkan total revenue
yang didapat setelah dikurangi besarnya FTP, penggantian biaya ini biasa
dikenal sebagai cost recovery. Revenue setelah digunakan untuk mengganti
besarnya expenditure (cost recovery) merupakan profit yang dapat dishare
kepada Pemerintah dan KKKS/PSC sesuai kesepakatan bagi hasil antara
Pemerintah/SKK Migas dengan KKKS/PSC. Proses ini biasa disebut equity to be
split. Pembagian profit berdasarkan kesepakatan bagi hasil pada sisi Pemerintah
dan sisi kontraktor biasa disebut sebagai government share dan contractor
share.

Selanjutnya jika ada kewajiban DMO (domestic market obligation), hal ini akan
mengurangi besarnya nilai contractor share termasuk pengurangan dari tax atau
pajak yang harus dibayar kontraktor. Disisi lain pengurangan terhadap kewajiban
kontraktor ini akan menjadi pemasukan tambahan bagi sisi Pemerintah. Hasil
akhir dari pembagian tersebut biasa disebuat government take dan contractor
take.

Beberapa istilah dalam keekonomian Migas memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Kesepakatan bagi hasil adalah kesepakatan antara Pemerintah


dengan kontraktor gas (PSC/KKKS) dalam hal pembagian hasil
eksplorasi suatu lapangan MIgas yang dituangkan dalam
Perjanjian/Kontrak Kerja Sama/Production Sharing Contract.

2. Gross revenue (pendapatan bruto) merupakan perkiraan pendapatan


dari pemanfaatan lapangan Migas (perkiraan harga minyak/gas
dikalikan dengan volume produksi).

3. First tranche petroleum (FTP) adalah pengambilan hak oleh


Pemerintah dan kontraktor Migas, biasanya sebesar 20% dari
produksi sebelum dikurangi pengembalian atau pemulihan biaya
operasional (cost recovery).

4. Cost recovery merupakan biaya operasional termasuk nilai capital


yang dapat dikembalikan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 14


5. Equity to be split atau biasa disebut juga profit split atau profit share
merupakan pembagian profit antara Pemerintah dan Kontraktopr
Migas (besarnya presentase sesuai kontrak yang disepakati). Profit
yang di share adalah revenue setelah dikurangi FTP dan cost
recovery.

6. DMO atau domestic market obligation merupakan kewajiban


kontraktor Migas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sesuai
yang diatur dalam kontrak antara Pemerintah dengan kontraktor
Migas. Misalnya setelah 60 bulan produksi dikenakan DMO.

7. Taxable income adalah penghasilan kena pajak merupakan nilai


penghasilan dari kontraktor Migas yang terkena pajak, yaitu bagian
FTP kontraktor ditambah bagian ETS kontraktor dan dikurangi Net
DMO (jika ada).

8. Taxable payment merupakan besarnya nilai pajak yang wajib


dibayarkan kontraktor Migas (44% dari taxable income).

9. Expenditure merupakan besarnya nilai seluruh biaya yang


dikeluarkan kontraktor Migas sehubungan dengan explorasi baik
biaya capital ataupun operasi

10. Depreciation of capital cost merupakan besarnya penyusutan


biasanya dalam kurun waktu 10 tahun dan faktor depresiasi sebesar
25% dari nilai seluruh biaya yang dikeluarkan kontraktor Migas
sehubungan dengan explorasi baik biaya capital ataupun operasi.

11. Perhitungan depresiasi :

Depresiasi (tahun n1) = faktor depresiasi x investasi kapital

Depresiasi (tahun n2) = faktor depresiasi x (investasi kapital – tahun


ke n1)

Simple Inspiring Performing Phenomenal 15


Depresiasi (tahun n10) = investasi kapital – total depresiasi tahun n1-9

12. Government Take (GT) biasanya dalam satuan persen digunakan


sebagai parameter pendapatan sisi Pemerintah. Dinyatakan sebagai
perbandingan antara total pendapatan government (FTP bagian
Pemerintah ditambah ETS bagian Pemerintah ditambah DMO Net
dan pajak) dibanding dengan total revenue dikurangi dengan cost
recovered.

13. Government share of gross revenue (GSGR) merupakan


perbandingan antara total pendapatan government dibanding dengan
total revenue.

14. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal


berdasarkan cash flow yang didapat.

15. Net Present Value (NPV) merupakan besarnya nilai uang yang
didapatkan yang dipresentasikan pada saat ini dari proyeksi cash flow
yang didapat.

Dari indikator keekonomian di atas, sisi Pemerintah akan sangat memperhatikan


indikasi governement take atau government share of gross revenue. Sedangkan
dari sisi KKKS/PSC akan sangat memperhatikan indikator keekonomian IRR dan
NPV.

Berikut adalah contoh perhitungan keekonomian sesuai alur perhitungan PSC


pada gambar 3.4.

Jika diasumsikan sebagai berikut :

1. Kesepakatan bagi hasil antara Pemerintah dengan KKKS/PSC adalah


85% : 15%

2. First tranche petroleum (FTP) sebesar 20%

3. Pajak sebesar 44%

4. Volume produksi gas pada tahun ke X sebesar 1.000.000 MMBTU

Simple Inspiring Performing Phenomenal 16


5. Harga gas sebesar 10 $/MMBTU

6. Biaya operasi sebesar 2.500.000 $

7. Untuk perhitungan DMO, diasumsikan tahun ke X merupakan tahun


setelah 60 bulan produksi sehingga tahun ke X terkena kewajiban
DMO. DMO diserahkan dengan harga diskon sebesar 25% dari harga
gas.

Maka (dalam satuan juta $), besarnya gross revenue adalah volume
produksi dikali harga gas sama dengan 10 $. Selanjutnya sebelum
memotong FTP, perlu dihitung bagian kontraktor dan Pemerintah sebelum
pajak sesuai kesepakatan bagi hasil. Bagian kontraktor sebelum pajak
adalah 15% / (1-pajak 44%) sama dengan 26,7857% sehingga bagian
Pemerintah adalah sebesar 100% dikurangi 26,7857%, yaitu sebesar
73,2143%. Besar FTP adalah 20% dari 10 sama dengan 2. Dengan
demikian maka FTP bagian kontraktor sebesar 26,7857% dikalikan dengan
2 sama dengan 0,536 dan bagian Pemerintah sebesar 73,2143% dikalikan
dengan 2 adalah 1,464.

Selanjutnya besarnya cost recovery adalah sebesar 2,5 (biaya operasi)


maka besar equity to be split menjadi sebesar gross revenue dikurangi FTP
dikurangi recoverable cost sama dengan 10 dikurangi 2, dikurangi lagi
dengan 2,5, yaitu 5,5. Dari ETS sebesar 5,5, bagian kontraktor sebesar
26,7857% dikalikan 5,5 sama dengan 1,473 dan bagian Pemerintah
73,2143% dikalikan 5,5 sama dengan 4,027.

Dikarenakan pada tahun ke X terkena kewajiban DMO maka besar volume


DMO adalah 25% dikalikan dengan 26,7857% dikalikan dengan total
produksi sebesar 10 maka sama dengan 0,6696.4 MMBTU. Sedangkan
DMO fee adalah 25% dikalikan volume DMO (0,6696.4 MMBTU), adalah
sebesar 0,167. Net DMO merupakan DMO full price dikurangi dengan DMO
fee, yaitu (volume DMO dikalikan harga gas) dikurangi DMO fee sama
dengan 0.669 dikurangi 0,167 adalah 0,502.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 17


Selanjutnya bagian kontraktor yang terkena pajak adalah FTP bagian
kontraktor ditambah ETS bagian kontraktor dikurangi dengan net DMO,
yaitu 0,536 ditambah 1,473 dan dikurangi 0,502 sama dengan 1,51.
Sehingga dengan besaran pajak sebesar 44% maka besarnya pajak yang
harus dibayar adalah 44% dikalikan dengan 1,51 sama dengan 0,66.

Dengan demikian maka total contractor take sama dengan 1,51 dikurangi
dengan 0,66 yaitu 0,85 dan government take adalah FTP bagian
Pemerintah ditambah ETS bagian Pemerintah ditambah net DMO dan
ditambah pembayaran pajak. Total government take adalah 1,464 ditambah
4,027 ditambah 0,502 dan ditambah 0,66 sama dengan 6,65.

Sehingga secara total produksi 10 dimana dengan pembagian 85%


(Government) dan 15% (Contractor) maka didapat :

0.85  Porsi Kontraktor after tax

6.65  Porsi Government

2.5  Cost Recovery

Pada kenyataannya, kontrak eksplorasi lapangan gas tidak dalam waktu


hanya 1 (satu) tahun tetapi merupakan kontrak jangka panjang sehingga
model keekonomian seperti penjelasan di atas akan dituangkan dalam
model cash flow tahunan dalam jangka waktu sesuai kontrak yang
disepakati. Contoh cash flow perhitungan keekonomian lapangan gas
dengan menggunakan spredsheet (Ms Excel).

4. Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan Di


Lingkungan PLN

Seringkali pegawai PLN merasa bimbang dan bingung sehubungan dengan


permasalahan korporat, siapa yang harus memutuskan permasalahan yang
ada?. Sama dengan hal tersebut, proses pengadaan gas seringkali juga
memerlukan keputusan – keputusan yang segera dan memiliki nilai nominal yang
relatif besar. Kepdir No. 596.K/DIR/2013 telah mengatur batasan kewenangan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 18


pengambilan keputusan dilingkungan PLN. Kepdir tersebut merupakan
perubahan ketiga dari Kepdir No. 304.K/DIR/2009 tentang batasan kewenangan
pengambilan keputusan dilingkungan PT PLN (Persero). Adapun pertimbangan
dari pengaturan batasan kewenangan pengambilan keputusan adalah untuk
memperlancar tindakan operasional dan strategis penyediaan tenaga listrik.

Berdasarkan Kepdir No. 596.K/DIR/2013 tersebut, batasan kewenangan


pengambilan keputusan dibagi kedalam 4 (empat) kategori, yaitu pengambilan
keputusan melalui sidang Direksi, pengambilan keputusan oleh Komite Direktur,
pengambilan keputusan oleh Direktur dan pengambilan keputusan oleh Pejabat
satu tingkat dibawah Direktur. Adapun beberapa kriteria atas batasan
kewenangan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Pengambilan keputusan melalui rapat/sidang direksi :

a. Tindakan – tindakan terkait dengan pelaksanaan wewenang sesuai


ketentuan Anggaran Dasar Perseroan, yaitu :

1. Kewenangan yang memerlukan persetujuan Direksi

2. Kewenangan yang memerlukan persetujuan Komisaris

3. Kewenangan yang memerlukan persetujuan RUPS

b. Tindakan terkait pengadaan Barang dan Jasa sesuai ketentuan yang


berlaku di Perseroan termasuk pemberian ijin prinsip.

c. Tindakan strategis lainnya dengan batasan :

1. Bersifat strategis / signifikan mempengaruhi operasional perusahaan

2. Diluar RKAP

3. Bersifat mendesak dan mempunyai dampak yang signifikan terhadap


perusahaan

4. Menyangkut pegawai dalam jabatan strategis

Simple Inspiring Performing Phenomenal 19


d. Bernilai finansial lebih dari 2% total pendapatan termasuk subsidi atau
lebih dari 4% ekuitas Perseroan seperti dimaksud dalam Surat Meneg
BUMN S-696/MBU/2009

Pengambilan keputusan oleh Komite Direktur :

a. Tindakan operasional dan strategis yang bersifat lintas Direktorat

b. Tindakan terkait pengadaan Barang dan Jasa sesuai ketentuan yang


berlaku di Perseroan termasuk ijin prinsip

c. Sesuai RKAP

d. Bernilai finansial lebih dari Rp. 500.000.000.000,- sampai dengan 2%


dari total pendapatan termasuk subsidi atau 4% dari ekuitas Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Surat Meneg BUMN S-696/MBU/2009

Pengambilan keputusan oleh Direktur :

a. Tindakan operasional yang memiliki dampak kinerja pada Direktorat


terkait

b. Tindakan terkait pengadaan Barang dan Jasa sesuai ketentuan yang


berlaku di Perseroan termasuk ijin prinsip

c. Sesuai RKAP

d. Bernilai finansial lebih diatas kewenangan Pejabat satu tingkat dibawah


Direktur, sampai dengan Rp. 500.000.000.000,-

Pengambilan keputusan oleh Pejabat satu tingkat dibawah Direktur (Kantor


Pusat) :

a. Tindakan operasional yang memiliki dampak kinerja pada Sub Direktorat


atau Satuan bersangkutan

b. Tindakan terkait pengadaan Barang dan Jasa sesuai ketentuan yang


berlaku di Perseroan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 20


c. Mencangkup lingkup tugas Sub Direktorat atau Satuan yang
bersangkutan

d. Sesuai RKAP

e. Bernilai finansial sampai dengan Rp. 150.000.000.000,-

Pengambilan keputusan oleh Pejabat satu tingkat dibawah Direktur (Unit Induk) :

a. Tindakan operasional yang memiliki dampak kinerja pada Unit Induk yang
bersangkutan

b. Tindakan terkait pengadaan Barang dan Jasa sesuai ketentuan yang


berlaku di Perseroan

c. Mencangkup lingkup tugas Unit Induk yang bersangkutan

d. Sesuai RKAP

e. Bernilai finansial sampai dengan :

1. Rp. 100.000.000.000,- untuk Pejabat satu tingkat dibawah Direktur


pada Unit Induk Kelas I

2. Rp. 125.000.000.000,- untuk Pejabat satu tingkat dibawah Direktur


pada Unit Induk Kelas II

3. Rp. 150.000.000.000,- untuk Pejabat satu tingkat dibawah Direktur


pada Unit Induk Kelas III

Adapun keanggotaan dari Komite Direktur berdasarkan Kepdir 596.K/DIR/2013


seperti ditunjukan tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Keanggotaan Komite Direktur di Lingkungan PLN


IPP & Energi Investasi & Niaga SDM
Kerjasama Primer Pendanaan
Kemitraan
-DIR (REN) -DIR (REN) -DIR (REN) -DIR (REN) -DIR (SDM)
-DIR (DAN) -DIR (DAN) -DIR (DAN) -DIR (KEU) -DIR (KEU)
-DIR (KON) -DIR (KEU) -DIR (KON) -DIR (NRK) -DIR (NRK)
-DIR (KEU) -DIR (NRK) -DIR (KEU) -DIR (OP) -DIR (OP)
-DIR (NRK) -DIR (OP) -DIR (NRK) terkait terkait
-DIR (OP) terkait -DIR (OP)
terkait terkait

Simple Inspiring Performing Phenomenal 21


5. Studi Kasus

Jika unit pembangkit anda memerlukan bahan bakar gas dengan kebutuhan
pada tahun kesatu sebesar 8.747 BBTU, tahun kedua 12.075 BBTU dan tahun
ketiga 1.411 BBTU. Kemudian anda diminta untuk mengadakan gas tersebut
dengan penawaran gas dari KKKS/PSC. Keekonomian lapangan gas KKKS/PSC
tersebut memiliki indikator keekonomian sebagai berikut :

1. Biaya capex tahun pertama sebesar US$ 2.942.740,71, tahun


kedua sebesar US$ 2.942.740,72 dan tahun ketiga sebesar US$
5.592.942,86. dengan biaya total capex dan opex pada tahun
pertama sebesar US$ 11.071.837,53, tahun kedua sebesar US$
26.478.257,14 dan tahun ketiga sebesar US$ 8.033.454,53.

2. Indikator lainnya adalah FTP sebesar 20%, depresiasi sebesar


25% atas capex, share kontraktor sebesar 43,113%, pajak
sebesar 44% dan government take sebesar 55%.

Hitung perkiraan harga gas berdasarkan keekonomian tersebut dan siapa


pejabat yang harus memutuskan atas penawaran harga dari KKKS/PSC sesuai
peraturan yang berlaku di PLN?.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 22

Anda mungkin juga menyukai