DURASI : 6 JP
PENJUAL GAS
SKKMIGAS
BAGIAN
NEGARA
PLN
(KKKS)
PENJUAL GAS
BAGIAN
SKKMIGAS NEGARA PLN
(KKKS)
PLN
TRADER
Gambar 3.1 di atas memperlihatkan alur dari proses pengadaan bahan bakar gas
berdasarkan pedoman BPMIGAS No. 029/PTK/VII/2009. Pada prinsipnya PLN
dapat secara langsung mengadakan gas kepada KKKS/PSC yang memiliki SAL
Proses pengadaan melalui trader, dilakukan dengan alur yang sama dengan
pengadaan gas secara langsung kepada KKKS/PSC. Hanya saja pengadaan gas
ini dilakukan antara PLN dengan trader gas yang memiliki penunjukan sebagai
pembeli gas bagian negara untuk alokasi sektor kelistrikan. Tentunya harga gas
bagian negara antara KKKS/PSC dengan trader wajib mendapatkan persetujuan
dari Menteri ESDM. Adapun trader disini biasanya memberikan service tertentu
kepada PLN dalam hal pemanfaatan gas tersebut, diantaranya karena
kepemilikan fasilitas infrastruktur seperti pipa gas, CNG Plant atau fasilitas
lainnya. PLN biasanya memberikan service cost kepada trader gas tersebut atas
service yang diberikan berdasarkan kesepakatan PLN dan trader.
Pengadaan gas dengan alur seperti tersebut di atas sejalan dengan Kepdir No.
0620.K/DIR/2013 dimana terkait pengadaan gas termasuk dalam kategori
pengadaan khusus. Kepdir 0620.K/DIR/2013 secara jelas menyebutkan hal
tersebut, yaitu “PLN mengatur beberapa jenis pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan secara khusus, terutama karena sudah ada regulasi/peraturan dari
Pemerintah atau pihak lain yang mengikat PLN dan mengatur pengadaannya
secara tersendiri atau khusus. Pada prinsipnya pengadaan khusus ini merupakan
“Prosedur pengadaan khusus ini berlaku untuk barang dan jasa yang diatur
dalam :
Regulasi dari Pemerintah, seperti regulasi terkait pembelian tenaga listrik dan
pengadaan energi primer
Pada tahun 2014, melalui Kepdir No. 0318.K/DIR/2014, PLN secara jelas
mengatur pengadaan khusus mengenai pengadaan bahan bakar gas. Adapun
alur pengadaan gas secara khusus tersebut seperti ditunjukan pada gambar 3.2
berikut.
Tahapan Perencanaan
Kebutuhan Gas Bumi Tahapan Pelaksanaan Pengadaan
LNG atau CNG
b. Lokasi pembangkit yang jauh dari titik serah gas KKKS atau pola operasi
pembangkit PLN yang mengakibatkan pemanfaatan gas memerlukan
infrastruktur gas lain.
b. Kebutuhan volume gas, adanya kepastian kebutuhan volume gas dari unit
pembangkit termasuk langgam penyerapan untuk menghindari
ketidaksesuaian antara permintaan dan kebutuhan serta mengurangi
potensi terkena take or pay.
d. Waktu, yaitu untuk jangka waktu berapa lama gas dibutuhkan termasuk
perkiraan kejelasan terkait Tanggal Dimulai (COD) untuk menghindari
potensi terkena take or pay
d. Adanya review dari Satuan Hukum Korporat atas draft GSA sebelum GSA
ditanda tangani.
Dalam proses pengadaan gas, pembahasan harga gas merupakan salah satu
term yang sangat penting dan relatif memerlukan waktu dalam proses
negosiasinya. Walaupun harga gas bagian negara dari KKKS/PSC diharuskan
mendapatkan persetujuan atau penetapan dari Menteri ESDM, namun dalam
pelaksanaannya pembahasan harga gas ini merupakan hal yang sangat penting
dan vital mengingat flow dari proses negosiasi dan persetujuan harga gas yang
relatif rumit. Umumnya penentuan harga gas oleh Menteri ESDM diawali dengan
proses negosiasi Bussiness to Bussiness antara PLN dengan KKKS/PSC
sebelum dievaluasi SKK Migas untuk kemudian diusulkan penetapannya kepada
Menteri ESDM. Penetapan harga gas oleh Menteri ESDM dikeluarkan setelah
Kementerian ESDM melakukan evaluasi usulan harga gas dari SKK Migas
tersebut. Adapun alur proses kesepakatan harga gas bagain negara seperti
ditunjukan pada gambar 3.3.
Tdk
Renegosiasi untuk selanjutnya dimintakan Setuju Tdk
persetujuan kembali oleh KKKS Setuju
Ditjen Migas
Men ESDM
Gambar 3.3 di atas memperlihatkan flow atau alur dari proses negosiasi harga
gas bagian negara milik KKKS/PSC. Harga gas hasil negosiasi Bussiness to
Bussiness antara KKKS/PSC dengan PLN diusulkan KKKS/PSC kepada SKK
Migas untuk mendapatkan persetujuan. Negosiasi harga gas antara PLN dan
KKKS/PSC menggunakan model keekonomian yang disepakati kedua belah
pihak, biasanya model keekonomian yang digunakan adalah model keekonomian
lapangan gas yang seluruh biaya dan indikator keekonomiannya telah disetujui
SKK Migas. Hal ini dilakukan PLN mengingat PLN kurang memiliki kompetensi
dalam memastikan kebenaran data keekonomian yang disampaikan KKKS/PSC
terkait biaya – biaya yang timbul selama proses pengembangan lapangan gas.
Disamping itu indikator keekonomian yang digunakan merupakan keekonomian
lapangan berdasarkan kontrak KKKS/PSC antara kontraktor gas dengan
Pemerintah/SKK Migas seperti besaran IRR dan government take. Persetujuan
kesepakatan harga gas di internal PLN sendiri ditentukan oleh Pejabat yang
berwenang sesuai batas kewenangan seperti yang telah diatur dalam Kepdir No.
596.K/DIR/2013.
Hal yang sama akan dilakukan Kementerian ESDM dalam proses penetapan
harga gas sesuai usulan dari SKK Migas. Dengan pertimbangan tertentu
Kementerian ESDM dapat menolak usulan harga gas dari SKK Migas dan
mengembalikan kembali usulan harga gas tersebut ke SKK Migas atau apabila
Kementerian ESDM sepakat dengan usulan harga gas dari SKK Migas maka
Kementerian ESDM dapat segera menerbitkan penetapan harga gas dimaksud.
Namun dengan segala kewenangan dan pertimbangannya, Kementerian ESDM
juga dapat menetapkan besaran harga gas yang tidak sesuai dengan usulan
SKK Migas.
Gambar 3.4 Alur perhitungan PSC di Indonesia menurut Benny Lubiantara, 2012
Selanjutnya jika ada kewajiban DMO (domestic market obligation), hal ini akan
mengurangi besarnya nilai contractor share termasuk pengurangan dari tax atau
pajak yang harus dibayar kontraktor. Disisi lain pengurangan terhadap kewajiban
kontraktor ini akan menjadi pemasukan tambahan bagi sisi Pemerintah. Hasil
akhir dari pembagian tersebut biasa disebuat government take dan contractor
take.
15. Net Present Value (NPV) merupakan besarnya nilai uang yang
didapatkan yang dipresentasikan pada saat ini dari proyeksi cash flow
yang didapat.
Maka (dalam satuan juta $), besarnya gross revenue adalah volume
produksi dikali harga gas sama dengan 10 $. Selanjutnya sebelum
memotong FTP, perlu dihitung bagian kontraktor dan Pemerintah sebelum
pajak sesuai kesepakatan bagi hasil. Bagian kontraktor sebelum pajak
adalah 15% / (1-pajak 44%) sama dengan 26,7857% sehingga bagian
Pemerintah adalah sebesar 100% dikurangi 26,7857%, yaitu sebesar
73,2143%. Besar FTP adalah 20% dari 10 sama dengan 2. Dengan
demikian maka FTP bagian kontraktor sebesar 26,7857% dikalikan dengan
2 sama dengan 0,536 dan bagian Pemerintah sebesar 73,2143% dikalikan
dengan 2 adalah 1,464.
Dengan demikian maka total contractor take sama dengan 1,51 dikurangi
dengan 0,66 yaitu 0,85 dan government take adalah FTP bagian
Pemerintah ditambah ETS bagian Pemerintah ditambah net DMO dan
ditambah pembayaran pajak. Total government take adalah 1,464 ditambah
4,027 ditambah 0,502 dan ditambah 0,66 sama dengan 6,65.
2. Diluar RKAP
c. Sesuai RKAP
c. Sesuai RKAP
d. Sesuai RKAP
Pengambilan keputusan oleh Pejabat satu tingkat dibawah Direktur (Unit Induk) :
a. Tindakan operasional yang memiliki dampak kinerja pada Unit Induk yang
bersangkutan
d. Sesuai RKAP
Jika unit pembangkit anda memerlukan bahan bakar gas dengan kebutuhan
pada tahun kesatu sebesar 8.747 BBTU, tahun kedua 12.075 BBTU dan tahun
ketiga 1.411 BBTU. Kemudian anda diminta untuk mengadakan gas tersebut
dengan penawaran gas dari KKKS/PSC. Keekonomian lapangan gas KKKS/PSC
tersebut memiliki indikator keekonomian sebagai berikut :