Anda di halaman 1dari 29

BUKU II

MANAJEMEN KONTRAK GAS

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ”Manajemen


Kontrak Gas”, peserta diharapkan mampu
menjelaskan tentang ketentuan – ketentuan
dalam GSA, GTA, GDP, MSA, SPA,
Perjanjian Swap Gas, Perjanjian Kompresi
dan Regasifikasi serta dapat
mengimplementasikan Perjanjian –
Perjanjian tersebut di Unit masing –
masing secara benar.

DURASI : 7 JP

Simple Inspiring Performing Phenomenal 1


DAFTAR ISI

1. Implementasi Serah Terima Gas Sesuai GSA .................................... 4

2. Implementasi Serah Terima Gas Sesuai GTA .................................... 13

3. Implementasi Serah Terima Gas Pada Jasa Pendukung


(Penyimpanan, Regasifikasi dan Kompresi / Dekompresi) ................. 18

4. Studi Kasus ......................................................................................... 24

Simple Inspiring Performing Phenomenal 2


DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Contoh formulir nomiasi sesuai GSA antara penjual gas dan PLN
............................................................................................................................ 6

Gambar 5.2 Contoh formulir konfirmasi sesuai GSA antara penjual gas dan
PLN .................................................................................................................... 7

Gambar 5.3 Blok diagram proses pembelian gas dari penjual gas sampai
dengan pembangkit listrik PLN .......................................................................... 10

Gambar 5.4 Contoh Berita Acara perhitungan penyerahan gas dan TOP ....... 12

Gambar 5.5 Blok diagram proses perhitungan jasa pengangkutan gas ........... 16

Gambar 5.6 Skema penyaluran LNG milik PLN ............................................... 21

Gambar 5.7 Pemanfaatan CNG Plant untuk memenuhi kebutuhan pembangkit


listrik peaker ....................................................................................................... 22

Simple Inspiring Performing Phenomenal 3


MANAJEMEN KONTRAK GAS

Kondisi Umum Kontrak Gas PLN

Point penting dari manajemen kontrak gas adalah memastikan pasokan gas ke
pembangkit PLN dengan biaya murah dapat terus terjaga sesuai kebutuhan PLN
(sustainable and flexible). Pasokan gas ke pembangkit PLN diharapkan
mendekati kondisi ideal yang memenuhi kriteria sustainable and flexible, yaitu
kondisi yang memiliki ciri – ciri sumber pasokan gas yang cukup, merupakan
dedicated gas untuk PLN, bukan merupakan gas alokasi untuk export dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai demand PLN. Sedangkan kriteria flexible adalah
dapat mengikuti kebutuhan PLN dan dapat mengikuti langgam beban PLN serta
memiliki transportasi yang mudah.

Namun dalam kenyataannya, kondisi pasokan gas saat ini tidak memiliki ciri – ciri
yang menggambarkan kondisi sustainable and flexible. Kondisi gas pipa saat ini
memiliki ciri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai langgam beban PLN
dan tidak terintegrasi pada infratruktur pipa gas sehingga seringkali terjadi
kondisi over suplly pada daerah tertentu dan limit supply pada daerah lainnya.
Terkait dengan sustainability, kondisi gas pipa saat ini memiliki ciri – ciri
kandungan gas yang terbatas, bukan merupakan dedicated gas untuk PLN,
bersaing dengan alokasi export, seringkali mengalami decline sebelum
waktunya, memiliki periode yang pendek dan berdasar pada kondisi reasonable
endevour atau best effort serta tidak adanya pinalty apabila terjadi kegagalan
pasokan oleh penjual gas.

Dengan kondisi tersebut, PLN harus dapat mencari cara lain agar
keberlangsungan pasokan gas ke pembangkit PLN dapat memenuhi kriteria
sustainable and flexible seperti disebutkan di atas. Melalui beberapa inovasi dan
pemanfaatan teknologi, lack atas kelemahan gas pipa tersebut dapat diatasi,
diantaranya dengan penggunaan teknologi CNG dan LNG. Dukungan lain dari
unit operasional adalah agar dapat mengimplementasikan secara benar atas
GSA, GTA, GDP atau perjanjian – perjanjian lain yang telah disepakati dalam
upaya pemenuhan kebutuhan gas pembangkit PLN

Simple Inspiring Performing Phenomenal 4


Gas Sale Agreement

Gas Sale Agreement biasa disingkat GSA merupakan perjanjian jual beli gas
antara PLN dengan penyedia gas pipa baik langsung kepada PSC/KKKS atau
trader yang memenuhi kriteria pengadaan barang dan jasa. Secara umum, PLN
terlebih dahulu mengajukan permintaan gas kepada Pemerintah baik melalui
SKK Migas ataupun langsung ke Ditjen Migas. Biasanya atas permintaan PLN
tersebut, Pemerintah secara langsung mengalokasikan gas kepada PLN sebagai
pembeli atas gas bagian negara. Berdasarkan Pedoman BPMIGAS No.
029/PTK/VII/2009, urutan kriteria prioritas pemanfaatan gas adalah sebagai
berikut :

a. Untuk lifting minyak atau operasi hulu lainnya.

b. Untuk pupuk

c. Untuk kelistrikan

d. Untuk industri lainnya

Atas dasar itu, biasanya PLN selalu mendapatkan prioritas tawaran dari
Pemerintah untuk menjadi pembeli gas bagian negara pada suatu lapangan gas
tertentu. Apabila gas tersebut diperlukan oleh PLN maka selanjutnya SKK Migas
akan mengeluarkan SAL atau Sales Appointment Letter kepada KKKS/PSC
sebagai Penjual untuk menjual gas bagian negara kepada PLN (sektor
kelistrikan). Dengan dasar SAL tersebut dan mengacu pada peraturan
pengadaan khusus PLN maka PLN dapat melakukan proses penunjukan
langsung terhadap KKKS/PSC tersebut dengan persyaratan dan tahapan sesuai
Keputusan Direksi No. 0318.K/DIR/2014.

Disamping pembelian gas secara langsung kepada KKKS/PSC, pembelian gas


juga dapat dilakukan kepada trader dengan persyaratan dan tahapan mengacu
pada Keputusan Direksi No. 0318.K/DIR/2014 tersebut. Pembelian gas kepada
trader biasanya dilakukan apabila PLN memerlukan tambahan fasilitas lain dalam
memanfaatkan gas dimaksud dan disisi lain trader tersebut memiliki fasilitas yang
diperlukan untuk pemanfaatan gas dimaksud.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 5


Pemasok gas Pembeli

Sumur gas

Gas engine PLN

Trader Memiliki
Fasilitas

Gambar 2.1 Alur pembelian gas secara langsung kepada KKKS/PSC atau trader

Gambar 2.1 di atas memperlihatkan pembelian gas yang biasa dilakukan oleh
PLN secara langsung dan melalui trader yang biasanya memiliki fasilitas tertentu
untuk memanfaatkan gas yang telah teralokasi. Adapun fasilitas yang biasanya
dimiliki trader dapat berupa pipa gas, fasilitas transportasi, fasilitas storage,
compression ataupun decompression dan regasification facility. Namun proses
pengadaan gas tersebut tetap mengacu kepada peraturan yang berlaku di PLN.

Dalam GSA banyak istilah dan klausul – klausul kontrak yang memerlukan
pemahaman karena memiliki istilah tersendiri dan berbeda dengan istilah – istilah
kontrak pada umumnya walaupun secara isi memiliki kesamaan arti. Beberapa
istilah dan maksud dari istilah – istilah dalam GSA adalah :

JPMB

Jumlah Penyerahan Minimum Bulanan biasa disingkat JPMB merupakan jumlah


pembelian minimum gas dalam setiap bulan dimana pembeli diwajibkan untuk
membayar, baik gas tersebut telah diambil atau belum, dan yang jumlahnya
harus untuk setiap bulan setara dengan 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah
JKH selama 1 (satu) bulan.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 6


Apabila dalam GSA disepakati penggunaan JPMB maka memiliki arti bahwa
level take or pay yang dikenakan kepada PLN adalah periode setiap bulanan.
Adapun besarnya jumlah JPMB adalah kesepakatan antara pihak penjual gas
dengan PLN, biasanya dituangkan dalam persentase terhadap nilai total JKH
atau JKB. Apabila dalam setiap bulan PLN telah menyepakati JPMB sebesar
90% dari JKB (1.000 BBTU) maka dapat diartikan bahwa level take or pay
bulanan pembelian gas adalah pada volume sebesar 900 BBTU. Jika dalam
realisasinya PLN gagal mengambil seluruh gas tersebut dalam bulan tertentu
karena kesalahan atau kelalaian PLN maka PLN tetap diwajibkan untuk
membayar gas dalam bulan tersebut sebesar 900 BBTU. Adapun sejumlah gas
selisih dari level take or pay tersebut dengan realisasi penyerapan gas akan
dituangkan dalam Berita Acara gas make up.

JPMT

Jumlah Penyerahan Minimum Tahunan atau biasa disingkat JPMT memiliki


pengertian yang sama dengan JPMB hanya saja periode yang disepakati dalam
kurun waktu tahunan bukan bulanan. Dalam JPMB, rekonsiliasi dilakukan dalam
periode setiap bulan maka dalam JPMT dilakukan dengan periode waktu
tahunan. Adapun pengertian lain terkait take or pay dan gas make up adalah
sama dalam sistem JPMB hanya periode waktunya dilakukan dalam waktu
tahunan.

Pengurang JPMT/JPMB :

Pengurang JPMB atau JPMT memiliki pengertian keadaan kegagalan penjual


dalam mengalirkan gas ke PLN sehingga akan dijadikan sebagai pengurang level
JPMB atau JPMT. JPMB atau JPMT yang telah dilakukan pengurangan karena
kegagalan penjual gas biasa disebut JPMB terkoreksi atau JPMT terkoreksi
dalam GSA biasa dikenal juga sebagai adjusted annual contract quantity (AACQ)
atau adjusted monthly contract quantity (AMCQ). Adapun kriteria kegagalan
penjual gas yang dapat dijadikan pengurang, biasanya adalah :

a. Kegagalan penjual untuk menyerahkan Gas

b. Gas off specification

Simple Inspiring Performing Phenomenal 7


c. Keadaan kahar

d. Masa pemeliharaan yang tertuang dalam GSA

Hal – hal yang perlu menjadi perhatian terkait dengan klausul take or pay
termasuk penentuan JPMB dan JPMT diantaranya adalah :

a. Flexibilitas penyerapan (swing yang diinginkan) tetapi perlu untuk


memperhatikan kondisi sumur gas karena apabila sumur gas dapat
mengakomodir swing yang besar sesuai permintaan PLN, biasanya
akan merubah skema harga gas karena take or pay level yang
disepakati merupakan pertimbangan keekonomian gas.

b. Perlu diselaraskan dengan kontrak transportasi gas

c. Untuk gas yang sifatnya as it is / as is (tanpa ada pengolahan dan


jaminan volume) maka tidak ada penetapan take or pay

d. Gas yang sifatnya interruptible juga tidak dikenakan take or pay


level.

Gas Make Up

Gas make up merupakan sejumlah gas yang telah dibayar oleh PLN namun
belum diambil atau dipergunakan PLN. Biasanya gas make up muncul apabila
PLN menyerap gas dibawah level take or pay baik yang bulanan atau tahunan.
Selisih volume gas antara take or pay dengan realisasi penyerapan gas PLN
inilah yang disebut sebagai gas make up. Sebelum Berita Acara JPMB atau
JMPT ditanda tangani oleh PLN dan penjual gas maka belum dapat dikatakan
adanya volume gas make up meskipun secara kenyataan PLN menyerap gas
dibawah take or pay level.

Dalam GSA biasanya telah disepakati cara – cara pengambilan gas make up
milik PLN. Untuk kontrak tahunan (JPMT) maka pengambilan gas make up
biasanya dilakukan setelah JPMT tahun berjalan terpenuhi. Demikian pula untuk
JPMB, gas make up dapat diambil setelah JPMB bulan berjalan telah terpenuhi.
Harga gas yang harus dibayarkan untuk mengambil gas make up adalah selisih

Simple Inspiring Performing Phenomenal 8


antara harga gas tahun berjalan dengan harga gas sewaktu gas make up terjadi.
Hal ini dikarenakan gas make up tersebut sebenarnya telah dibayar PLN pada
saat PLN menyerap gas dibawah level take or pay. Namun dikarenakan
pengambilan gas dilakukan pada tahun dengan harga gas yang berbeda maka
PLN diwajibkan membayar selisih dari harga gas tersebut (umumnya kenaikan
harga karena eskalasi tahunan).

Hal penting lain terkait dengan gas make up adalah masa waktu pengambilan
gas make up. Beberapa GSA menyepakati pengambilan gas make up dapat
dilakukan sampai dengan waktu berakhirnya GSA namun terdapat beberapa
GSA yang menyepakati pengambilan gas make up sampai dengan maksimal 24
bulan sejak gas make up terjadi. Apabila masa pengambilan gas make up
terlewati maka penjual gas tidak berkewajiban lagi untuk menyediakan gas make
up sehingga gas yang telah terbayar tersebut dianggap hilang.

JPH atau DCQ

Jumlah Penyerahan Harian (JPH) atau Daily Contract Quantity (DCQ) adalah
jumlah gas yang disepakati antara PLN dan penjual gas dalam jumlah tertentu
dalam satuan BBTUD yang diserahkan penjual gas kepada PLN dalam setiap
hari.

JPMH atau MDQ

Jumlah Penyerahan Maksimum Harian (JPMH) atau Maximum Daily Quantity


(MDQ) merupakan jumlah penyerahan gas maksimal yang dapat dipenuhi
penjual gas kepada PLN dalam setiap hari. Biasanya disepakati antara PLN dan
penjual gas dalam bentuk persentase dari JPH (umumnya 110% dari JPH).

Gas ekses

Umumnya gas ekses merupakan gas yang diserahkan penjual gas atas
permintaan PLN dengan besaran volume diatas JPMH. Namun terdapat pula
dalam GSA PLN lainnya yang menyepakati bahwa gas ekses adalah gas dengan
volume pengambilan antara JPH sampai dengan JPMH. Biasanya gas ekses ini
memiliki harga gas yang berbeda dengan harga gas pada volume harian sesuai

Simple Inspiring Performing Phenomenal 9


JPH atau JPMH. Umumnya harga gas ekses dengan rentang antara 110% -
115% dari harga gas. Namun untuk harga gas ekses PGN memiliki nilai sebesar
250% dari harga gas dengan justifikasi agar para pembeli gas tertib dalam
melakukan pengambilan gas sesuai nominasi yang telah direncanakan dan
menghindari kerumitan operasi atau kerusakan pipa – pipa gas milik PGN
apabila pengambilan gas oleh para pembeli gas PGN tidak sesuai dengan
nominasi yang disampaikan.

Shortfall

Merupakan kegagalan penjual dalam mengalirkan sejumlah gas kepada PLN


untuk memenuhi nominasi PLN di titik serah yang disepakati karena kegagalan
penjual gas. Besarnya shortfall biasanya dihitung dari selisih antara nominasi
yang diberikan PLN dengan realisasi penyerahan gas yang dapat disampaikan
penjual gas.

SBLC

Merupakan jaminan pembayaran yang wajib diberikan PLN kepada penjual gas
sebagai jaminan atas gas yang telah diberikan penjual gas. Nilai SBLC biasanya
setara dengan nilai untuk melindungi total nilai gas dalam periode tertentu.
Misalnya SBLC 70 (tujuh puluh) hari memiliki arti PLN harus menyediakan
jaminan pembayaran senilai dengan harga gas dengan volume sebesar 70 (tujuh
puluh) hari penyaluran. Adapun justifikasi 70 (tujuh puluh) hari jaminan
pembayaran karena selang waktu selama 30 (tiga puluh) hari untuk penyaluran
gas, 10 (sepuluh) hari sebagai waktu penagihan gas, 20 (dua puluh) hari untuk
waktu PLN melakukan pembayaran dan 10 (sepuluh) hari adalah rentang waktu
yang dimiliki penjual gas sampai dengan pemutusan gas apabila PLN tidak
melakukan pembayaran.

Kondisi saat ini, posisi PLN tidak bersedia untuk menerbitkan SBLC dengan
alasan bahwa PLN merupakan BUMN dengan 100% dimiliki Pemerintah/Negara
dan selama ini tidak pernah mengalami kegagalan pembayaran gas. SBLC akan
diterbitkan PLN apabla PLN mengalami default pembayaran atau apabila saham
PLN tidak lagi 100% dimiliki Pemerintah/Negara.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 10


Tanggal Dimulai

Merupakan tanggal yang disepakati oleh penjual gas dan PLN sebagai tanggal
dimulainya penyerahan/penerimaan gas setelah masa uji coba yang dituangkan
dalam dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh penjual gas dan PLN.

Periode Comissioning

Merupakan semua kegiatan pengujian terhadap fasilitas gas milik penjual


dan/atau milik pembeli untuk membuktikan bahwa peralatan tersebut berfungsi
dengan baik dan akan dilaksanakan setelah GSA ditandatangani, dalam jangka
waktu maksimal 30 (tiga puluh) hari sebelum Tanggal Dimulai. Lama waktu
comissioning merupakan kesepakatan antara penjual gas dan PLN sesuai
kebutuhan comissioning peralatan masing – masing. Selama periode masa
comissioning yang dipergunakan PLN biasanya tetap akan dilakukan
pembayaran sesuai harga gas yang disepakati namun klausul – klausul lain GSA
belum berlaku.

Condition Precedent

Merupakan syarat-syarat pendahuluan yang harus dipenuhi sebelum GSA dapat


dinyatakan efektif walaupun GSA tersebut telah ditandatangani.

Masa Pemeliharaan

Masa pemeliharaan yang umumnya selama 15 hari dalam setiap tahun untuk
penjual gas dan PLN merupakan masa waktu yang disepakati PLN dan penjual
gas untuk dilakukan pemeliharaan peralatan masing – masing.

Gas Off Specification

Merupakan gas yang diserahkan penjual gas kepada PLN namun kualitas gas
tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi gas yang disepakati antara penjual gas
dan PLN seperti tertuang dalam GSA. Klaim gas off specification ini wajib
dilengkapi dengan hasil uji dari peralatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 11


Gas Transportation Agreement (font Arial 13)

Gas Transportation Agreement biasa disingkat GTA merupakan perjanjian


pengangkutan gas antara PLN dengan pemilik pipa gas dengan tujuan untuk
membawa gas milik PLN dari titik terima sampai dengan titik serah. Terkait
dengan pengangkutan gas merupakan bagian dari fungsi hilir maka segala
sesuatu yang berkaitan dengan GTA seyogyanya didiskusikan dengan BPH
MIGAS.

Pemasok gas Pemilik pipa gas Pengguna pipa gas


“transporter” “shipper”

Titik Titik
Terima Serah

Sumur gas Pipa gas Gas engine PLN

Gambar 2.2 Alur pengangkutan gas milik PLN dari titik terima sampai dengan titik
serah

Gambar 2.2 di atas memperlihatkan alur pengangkutan gas milik PLN dari titik
terima sampai dengan titik serah. Proses pengangkutan gas pipa tersebut
merupakan bagian dari fungsi GTA yang disepakati antara PLN dengan pemilik
pipa gas. Gas milik PLN diserahkan kepada pemilik pipa gas untuk selanjutnya
ditransportasikan melalui pipa gas sampai dengan titik serah. Tujuan dari proses
ini adalah untuk memanfaatkan pipa gas milik pihak lain guna menyalurkan gas
milik PLN yang berlokasi jauh dari lokasi pembangkit listrik PLN sehingga gas
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pembangkit listrik PLN.

Seperti halnya dalam GSA, terdapat beberapa istilah dalam klausul – klausul
perjanjian pengangkutan gas yang memerlukan pemahaman karena memiliki
istilah tersendiri dan berbeda dengan istilah – istilah dalam kontrak pada

Simple Inspiring Performing Phenomenal 12


umumnya. Beberapa istilah dan maksud dari istilah – istilah dalam GTA
diantaranya adalah :

JPH atau DCQ

Jumlah Penyerahan Harian (JPH) atau Daily Contract Quantity (DCQ) memiliki
pengertian yang sama dengan istilah JPH/DCQ dalam GSA hanya saja satuan
yang digunakan adalah satuan volume (MSCFD).

JKT atau ACQ

Jumlah Kontrak Tahunan (JKT) atau Annual Contract Quantity (ACQ)


merupakan perkiraan jumlah gas bumi yang akan diserahkan oleh PLN selaku
shipper kepada transporter untuk disalurkan dengan menggunakan sistem pipa
gas milik transporter dalam periode waktu 1 (satu) tahun di titik terima.

Tarif / Toll Fee

Tarif dinyatakan dalam US$/MSCF (million standard cubic feet). Toll fee tersebut
biasanya ditetapkan oleh BPH MIGAS berdasarkan keputusan Kepala BPH
MIGAS. Adapun standard cubic feet atau SCF merupakan jumlah gas bumi
dalam kondisi kering pada suhu 60oF dan tekanan sebesar 14,73 PSIA yang
menempati ruang 1 (satu) cubic feet.

JPMH atau MDQ

Jumlah Pengangkutan Maksimum Harian (JPMH) atau Maximum Daily Quantity


(MDQ) merupakan kapasitas maksimum penyerahan dan penyaluran gas bumi
setiap hari yang disediakan oleh transporter untuk penyaluran gas bumi milik
shipper melalui pipa gas. Besaran volume JPMH biasanya 110% (negotiable)
dari JPH (termasuk untuk penyaluran make up transport).

Gas Ekses

Merupakan gas bumi yang diterima transporter dari shipper untuk diangkut dari
titik terima ke titik serah, dengan volume diatas JPMH yang bukan merupakan
make up transport. Biasanya besarnya tarif toll fee untuk penyaluran gas ekses

Simple Inspiring Performing Phenomenal 13


adalah 110-115% dari tarif toll fee (negotiable). Tarif ini biasa juga dikenal
dengan istilah overrun charge.

SOP

Ship or pay adalah jumlah minimum pembayaran atas jasa penyaluran gas bumi
yang harus dibayarkan oleh shipper kepada transporter yang berlaku sejak
tanggal dimulai.

Make Up Transport

Merupakan jasa pengangkutan gas bumi pada pipa gas yang sudah dibayarkan
shipper namun belum dimanfaatkan oleh shipper yang timbul karena
pemanfaatan pipa gas dibawah ship or pay level. Cara – cara pengambilan ship
or pay biasanya identik dengan cara – cara pengambilan gas make up dalam
GSA.

Tanggal Dimulai

Merupakan suatu tanggal yang disepakati antara transporter dan shipper pada
saat gas bumi mulai dialirkan oleh shipper dan diterima oleh transporter di titik
terima.

Titik Terima

Merupakan titik transaksi dimana tanggung jawab atas penyaluran beralih dari
shipper ke transporter. Titik terima ini juga dipergunakan sebagai custody
transfer volume pengangkutan gas antara shipper dan transporter.

Titik Serah

Merupakan titik dimana gas bumi diserahkan kembali oleh transporter kepada
shipper dan tanggung jawab atas penyaluran gas bumi tersebut beralih kembali
dari transporter kepada shipper.

Seperti halnya dalam GSA, kondisi ideal pengangkutan gas melalui GTA sangat
diharapkan PLN mengingat kondisi saat ini model penyaluran gas melalui pipa

Simple Inspiring Performing Phenomenal 14


gas kurang ideal. Adapun kondisi ideal pipa transmisi gas untuk menyalurkan gas
memiliki ciri sebagai berikut :

a. Penerapan sistem open access atas pipa gas guna flexibilitas penyaluran

b. Penetapan tarif toll fee oleh BPH MIGAS pada seluruh ruas pipa gas

c. Penyaluran gas bersifat firm bukan interruptible

d. Pipa transmisi dan distribusi terintegrasi antar satu dengan lainnya

e. Terdapat terminal gas sebagai hub sehingga gas dapat masuk ke dalam
sistem pipa dengan flexibilitas arah aliran melalui mekanisme swap.

f. Regulator dan shipper memiliki access untuk mengetahui kapasitas


terpakai pipa gas

g. Terhubungnya sumber gas dengan pusat pembangkit

Gas Delivery Procedure

Gas Delivery Procedure atau biasa disingkat GDP merupakan dokumen prosedur
penyerahan gas dari penjual gas/KKKS/PSC kepada PLN. Prosedur ini
merupakan penjabaran secara operasi dari GSA yang telah disepakati antara
penjual gas dengan PLN. Sebelum diimplementasikan prosedur ini harus terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari Pejabat Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Seluruh pihak yang terlibat dalam proses jual beli gas wajib menandatangani
GDP termasuk SKK Migas dan Ditjen Migas.

GDP mencakup prosedur – prosedur teknis yang akan dilakukan dalam proses
penyerahan dan penerimaan gas, diantaranya ketentuan penyerahan,
pemeriksaan dan kalibrasi alat – alat ukur yang akan digunakan, ketentuan –
ketentuan apabila alat ukur tidak berfungsi, perhitungan penyerahan energi
apabila alat ukur terjadi penyimpangan dan pelaporan. Termasuk dalam prosedur
ini adalah kejelasan tentang peta lapangan gas/sumber gas, diagram alat ukur,
spesifikasi alat ukur, berita acara pengujian alat ukur, laporan analisa gas, berita
acara pencatatan dan berita acara – berita acara lainnya.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 15


GDP merupakan bagian dari GSA sehingga kesepakatan yang tertuang wajib
untuk dilaksanakan oleh penjual gas maupun PLN. Peran serta unit operasional
PLN sangat diharapkan untuk dapat melaksanakan prosedur penyerahan gas
sesuai dengan GDP yang telah disepakati penjual gas dan PLN serta disetujui
SKK Migas dan Ditjen Migas. Apabila terdapat kesepakatan dalam GDP yang
bertentangan dengan kesepakatan yang tertuang dalam GSA maka kesepakatan
yang dipakai adalah yang tertuang dalam GSA.

Sebagai turunan dari GSA dan GDP, untuk hal – hal operasional yang belum
tertuang dalam GSA maupun GDP maka perlu dituangkan dalam SOP (Standard
Operating Procedure) yang dibuat dan disepakati oleh perwakilan penjual gas
dan unit operasional sebagai wakil dari PLN. Selanjutnya SOP tersebut wajib
untuk dilaksanakan oleh penjual gas dan PLN untuk hal – hal operasional yang
belum tertuang dalam GSA atau GDP.

Master Sale Agreement dan Sales Purchase Agreement

Master Sale Agreement (MSA) & Sales Purchase Agreement (SPA) merupakan
perjanjian pembelian gas yang biasanya digunakan untuk transaksi jual beli LNG,
dimana PLN membeli langsung dari penyedia LNG. Perbedaan mendasar antara
MSA dan SPA adalah sebagai berikut :

a. MSA digunakan untuk perjanjian jual beli LNG berbasis spot, sedangkan
SPA merupakan perjanjian pembelian LNG dengan sejumlah kargo LNG
(volume tertentu) untuk suatu periode tertentu.

b. MSA hanya berisikan klausul - klausul mendasar di dalam perjanjian


sedangkan SPA berisikan seluruh klausul – klausul perjanjian yang lebih
lengkap termasuk mencakup jadual pengiriman kargo LNG, volume,
harga, allowed lay time dan klausul – klausul lainnya.

c. Untuk menjalankan MSA masih dibutuhkan CN atau Confirmation Notice


yang berisikan poin-poin komersial antara lain harga, terminal tujuan,
volume pengiriman termasuk jadual discharging kargo dan term - term
komersial lainnya.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 16


d. Masa berlaku MSA biasanya tidak dibatasi karena secara prinsip
merupakan kontrak payung awal tanpa ada ikatan volume secara pasti
karena kepastian berjalannya MSA setelah diterbitkannya CN, sedangkan
SPA memiliki masa berlaku serta volume yang pasti.

Seperti halnya dalam GSA ataupun GTA, terdapat beberapa istilah dalam klausul
– klausul MSA dan SPA yang memerlukan pemahaman karena memiliki istilah
berbeda dengan istilah – istilah dalam kontrak pada umumnya. Beberapa istilah
dan maksud dari istilah – istilah dalam MSA maupun SPA diantaranya adalah :

ADP

Annual Delivery Programme atau ADP merupakan rencana awal penjadualan


kargo LNG yang dibuat oleh PLN bersama-sama dengan penyedia LNG pada 3
(tiga) bulan sebelum kontrak berjalan. Dalam kenyataannya ADP ini dibuat
dengan melibatkan pemilik fasilitas regasifikasi yang akan digunakan. Adapun
jadual ADP kargo LNG tersebut berisi tentang perkiraan tanggal dari ETD
(keberangkatan LNG Carrier dari LNG Plant), ETA (kedatangan LNG Carrier ke
fasilitas regasifikasi) dan rencana discharging kargo LNG pada fasilitas
regasifikasi.

ACQ

Annual Contract Quantity atau ACQ adaah nominasi tahunan yang tertera di
dalam SPA atau perjanjian jual beli LNG.

AACQ

Adjusted Annual Contract Quantity atau biasa disingkat AACQ merupakan


nominasi tahunan setelah disesuaikan. Adapun yang dimaksud dengan
disesuaikan artinya adalah telah dilakukan pengurangan atas beberapa kondisi –
kondisi yang mengakibatkan adanya DQT atau kondisi lainnya.

DQT

Simple Inspiring Performing Phenomenal 17


Downward Quantity Tolerance adalah keleluasaan yang diberikan pihak penjual
LNG kepada PLN untuk menurunkan kargo di dalam ACQ melalui pemberitahuan
6 (enam) bulan sebelumnya.

UQT

Upward Quantity Tolerance atau UOT adalah keleluasan yang diberikan penjual
LNG kepada PLN untuk dapat menambah jumlah kargo di dalam ACQ melalui
pemberitahuan 6 (enam) bulan sebelumnya .

Fail to Deliver

Merupakan kondisi dimana penyedia LNG tidak dapat mengirimkan kargo LNG
sesuai dengan tanggal yang disepakati (diluar Kahar), Dalam hal ini penyedia
LNG dikenai penalty yang merupakan persentase dari nilai kargo. Hal ini
merupakan usaha PLN untuk mencari substitute fuel yang terdata dengan baik /
RDI (Reasonable Documented Incremental).

Fail to Receive

Merupakan kondisi dimana PLN atau terminal penerimaan LNG yang disewa
oleh PLN tidak dapat menerima LNG dari kapal penyedia LNG (diluar keadaan
kahar) padahal LNG Carrier telah tiba di lokasi sesuai jadual yang telah
disepakati. Apabila hal ini terjadi, maka beberapa kondisi / alternatif harus
dilakukan, yaitu :

a. Akan dilakukan penjadualan kembali atas rencana ETD, ETA dan


discharging kargo LNG dan apabila hanya telat beberapa jam atau kurang
dari 5 hari maka PLN diwajibkan membayar demurrage (sewa kapal)
tambahan penyedia LNG.

b. Apabila tidak dapat dijadualkan kembali atas rencana ETD, ETA dan
discharging kargo LNG maka PLN diharuskan membayar besaran take or
pay dari kargo LNG tersebut sesuai yang telah disepakati dalam SPA
untuk selanjutnya LNG tersebut dianggap sebagai make up cargo.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 18


c. Apabila prosedur make up cargo pada butir b di atas tidak dapat
dilakukan maka dapat dilakukan dengan mekanisme net proceeds, yaitu
penyedia LNG akan mencarikan pembeli LNG lain tetapi seluruh biaya
akibat transportasi, marketing dan biaya lainnya menjadi tanggung jawab
PLN.

Arrival Period

Adalah periode kedatangan kapal LNG ke terminal penerimaan LNG. Untuk


terminal LNG di Indonesia biasanya memiliki interval selama 2 (dua) hari sebagai
contoh : 15 – 16 Maret 2015. Apabila kapal LNG datang sebelum atau sesudah
window allowed lay time, maka jika kedatangan kapal LNG adalah pada hari
sebelumnya, NOR akan diterbitkan pada pukul 06.00 keesokan harinya.
Sedangkan apabila kedatangan kapal LNG terjadi pada hari setelahnya maka
terminal operator discretion proses unloading.

Allowed Lay Time

Merupakan waktu yang dimiliki oleh terminal operator untuk membongkar kargo
LNG yang dimuat LNG carrier dari awal terbit NOR sampai dengan disconnecting
all lines dari terminal dan kapal LNG Carrier. Apabila allowed lay time terlampaui,
maka sebagai kompensasinya PLN akan dikenai demurrage rate yang jumlahnya
bervariasi dari US$ 40.000 – US$ 70.000/day pro rate hourly basis.

NOR

Merupakan pernyataan dari LNG Carrier yang menyatakan bahwa kapal tersebut
telah siap untuk melakukan unloading kargo LNG.

Swap Gas Agreement

Swap gas agreement adalah perjanjian pertukaran gas antara 2 (dua) penjual
gas dan 2 (dua) pembeli gas akibat kendala infrastruktur yang menyebabkan gas
tidak dapat dikirim dan diterima oleh penjual gas atau pembeli sebagaimana
mestinya/seharusnya. Perjanjian ini biasanya dilakukan untuk dapat
merealisasikan pengaliran gas yang secara fisik tidak dapat dialirkan sesuai GSA

Simple Inspiring Performing Phenomenal 19


yang disepakati akibat kendala infrastruktur gas. Swap gas ini dilakukan dengan
melakukan pertukaran gas dari penjual gas A yang secara GSA seharusnya
dialirkan ke pembeli gas A tetapi dialirkan ke pembeli gas B, demikian pula
sebaliknya gas dari penjual gas B dialirkan ke pembeli gas A yang seharusnya
gas tersebut untuk pembeli gas B.

Jika terdapat 2 (dua) GSA yang disepakati antara penjual gas A dan pembeli gas
A serta penjual gas B dengan pembeli gas B tetapi secara fisik gas A tersebut
tidak dapat dikirim dan diterima oleh penjual gas A dan pembeli gas A. Disisi lain
secara fisik, gas B juga tidak memungkinkan untuk dikirim dan diterima oleh
penjual gas B dan pembeli gas B. Namun secara fisik, gas A dimungkinkan untuk
dikirim oleh penjual gas A dan diterima oleh pembeli gas B serta gas B juga
dapat dikirim oleh penjual gas B dan diterima oleh pembeli gas A maka kondisi
tersebut dapat dilakukan pertukaran gas antara penjual gas A dan pembeli gas B
serta penjual gas B dengan pembeli gas A yang secara perjanjian dan istilah
migas biasa disebut sebagai swap gas agreement.

Beberapa contoh swap gas agreement yang telah dilakukan PLN diantaranya
adalah swap gas antara gas dari KKKS/PSC Premier Oil dengan gas Conoco
Phillips, swap gas antara gas pipa PGN dengan gas hasil regasifikasi LNG FSRU
Jawa Barat, swap gas antara gas Medco E&P Indonesia blok S&CS dengan gas
Medco E&P Lematang blok Lematang dan swap gas antara gas dari JOB PTJM
dengan gas Conoco Phillips. Keempat swap gas tersebut seperti ditunjukan
dalam gambar 2.3, 2.4, 2.5 dan 2.6.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 20


Seraya + 40
- 40 Premier Oil
Tuas Natuna Blok A

GSPL SembGas

+ 40
ORF
Singapore
SembGas
ORF Power ORF
Gas WNTS
TGI Meter
Indonesia BATAM Station
- 40

ConocoPhillips
Corridor Block
+ 40

PLN Jawa Barat

Gambar 2.3 Swap gas antara gas dari Premier Natuna Blok A dengan gas
Conoco Phillips

Gambar 2.3 di atas memperlihatkan skema pertukaran gas antara gas dari
Premier Oil dengan gas dari Conoco Phillips. Kondisi awalnya bahwa Conoco
Philips memiliki GSA dengan pembeli gas di Singapore yaitu GSPL. Demikian
juga Premier Oil memiliki GSA dengan pembeli gas di Singapore yaitu SembGas.
Permasalahan muncul dengan tidak terealisasinya GSA antara Premier Oil
dengan PLN Batam sebesar 40 BBTUD akibat tidak selesainya pembangunan
pipa dari WNTS ke pulau Pemping karena permasalahan liability. Dikarenakan
syarat export gas oleh Premier Oil adalah terpenuhinya terlebih dahulu kewajiban
pengaliran gas ke dalam negeri sebesar 40 BBTUD maka Pemerintah melalui
Menteri ESDM memutuskan untuk memberikan alokasi gas dari Premier Oil
sebesar 40 BBTUD kepada PGN, BGD dan PLN dengan volume masing –
masing sebesar 25 BBTUD, 10 BBTUD dan 5 BBTUD.

Untuk dapat mengalirkan gas tersebut kepada 3 (tiga) pembeli gas yaitu PGN,
BGD dan PLN maka dilakukan swap gas dengan pihak Singapore dimana
pengaliran gas dari Conoco Phillips ke Singapore dikurangi volumenya sebesar
40 BBTUD dan sebagai gantinya Premier Oil akan menambahkan pengaliran gas

Simple Inspiring Performing Phenomenal 21


ke Singapore sebesar 40 BBTUD. Selanjutnya Conoco Phillips mengalirkan gas
sebesar 40 BBTUD kepada PGN, BGD dan PLN melalui pipa SSWJ milik PGN.

Gambar 2.4 Swap gas antara gas pipa dari PGN dengan gas hasil regasifikasi
LNG FSRU Jawa Barat

Gambar 2.4 di atas memperlihatkan skema pertukaran gas antara gas pipa dari
PGN dengan gas dari hasil regasifikasi LNG FSRU Jawa Barat. Kondisi awal
bahwa PLN memiliki GSA dengan PGN untuk pembangkit Muara Tawar melalui
pipa SSWJ sedangkan disisi lain disamping mengalirkan gas hasil regasifikasi
LNG ke PLN, NR juga memasok gas kepada pelanggan PGN Area Jakarta
sebesar 10 BBTUD. Sedangkan disisi lain, disamping memasok gas ke
pembangkit Muara Tawar, melalui pipa SSWJ, PGN juga memasok gas untuk
pelanggan PGN di Area Jakarta sebesar 70 BBTUD.

Dengan semangat untuk memenuhi kebutuhan gas di pembangkit Muara Tawar


maka PLN, NR dan PGN melakukan mekanisme swap gas yaitu dengan
menambah volume gas pipa PGN sebesar 70 BBTUD untuk Muara Tawar
sehingga pasokan gas ke pelanggan PGN di Area Jakarta melalui pipa SSWJ
mengalami kekurangan pasokan gas sebesar 70 BBTUD. Untuk mencukupi
pasokan gas ke pelanggan PGN Area Jakarta tersebut, selanjutnya NR
meningkatkan atau menambahkan pasokan gas ke pelanggan PGN Area Jakarta
dari sebelumnya 10 BBTUD menjadi 80 BBTUD.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 22


42 BBTUD

Pipa Pertagas 14”


Rambutan Simpang Y Keramasan

17 BBTUD 14,5 KM,8” 25 BBTUD


15 KM,14” Inderalaya
17 BBTUD
Blok S&CS
Gunung
Mepogen
Megang
Borang

17 KM,10” 42 BBTUD

Pusri
Blok
Lematang Pagar Dewa
Receiving
Station
42 KM,12”

SSWJ
Muara Tawar

Gambar 2.5 Swap gas antara gas Medco S&CS dengan gas Medco Lematang

Gambar 2.5 di atas memperlihatkan skema pertukaran gas antara gas pipa
Medco S&CS dengan gas dari Medco Lematang. Kondisi awal bahwa PLN
memiliki GSA dengan Medco Lematang untuk memasok gas ke pembangkit di
Sumatera Selatan (Indralaya, Borang dan Keramasan) dengan volume sebesar
42 BBTUD. Di sisi lain Meppogen (IPP) memiliki GSA dengan Medco S&CS
dengan volume sebesar 17 BBTUD untuk memasok kebutuhan pembangkit
Meppogen. Dengan kondisi tersebut, pipa gas antara Gunung Megang dan
Rambutan akan terjadi double flow antara gas dari Medco Lematang ke
pembangkit PLN (Indralaya, Keramasan dan Borang) dan gas dari Medco S&CS
ke arah Meppogen. Dikarenakan tidak dimungkinkan untuk melakukan
pengaliran gas dengan kondisi double flow pada pipa gas tersebut maka agar
pengaliran gas tetap dapat dilakukan Medco baik ke PLN maupun ke Meppogen,
perlu disepakati mekanisme pertukaran gas atau swap gas agreement antara
Medco S&CS, Medco Lematang, PLN dan Meppogen.

Gas dari Medco S&CS sebesar 17 BBTUD yang seharusnya mengalir ke


Meppogen digunakan untuk memasok gas ke pembangkit PLN di Sumatera
Selatan (Indralaya, Borang dan Keramasan). Sebaliknya sebagian gas dari

Simple Inspiring Performing Phenomenal 23


Medco Lematang (17 BBTUD) dialirkan ke Meppogen untuk menggantikan gas
dari Medco S&CS dan sisanya sebesar 25 BBTUD tetap digunakan untuk
memasok pembangkit di Sumatera Selatan.

Chevron
PLN Duri

PLN Rengat

PLN Payo Selincah Gas Sumur


Jambi Merang

Gas Sumur
Conoco Phillips

PLN Muara Tawar

Gambar 2.6 Swap gas antara gas JOB PTJM dengan gas dari Conoco Phillips

Gambar 2.6 di atas memperlihatkan skema pertukaran gas antara gas pipa dari
JOB PTJM dengan gas dari Conoco Phillips. Kondisi awal bahwa PLN memiliki
GSA dengan JOB PTJM sebesar 65 BBTUD yang akan digunakan untuk
memasok gas ke pembangkit Duri sebesar 35 BBTUD, Rengat sebesar 5
BBTUD, Payo Selincah sampai dengan 25 BBTUD (sesuai kebutuhan) dan
sisanya untuk pembangkit di Muara Tawar. Disisi lain, Conoco Phillips memiliki
GSA dengan Chevron melalui pipa TGI.

Untuk mengalirkan gas JOB PTJM tersebut ke Muara Tawar, diperlukan pipa
tapping dari sumur gas JOB PTJM menuju pipa SSWJ milik PGN dari Sumatera
ke Jawa. Dikarenakan sampai dengan saat ini, pembangunan pipa tapping
tersebut tidak kunjung terselesaikan maka untuk mengalirkan gas JOB PTJM ke
pembangkit Muara Tawar dilakukan dengan mekanisme swap atau pertukaran
gas. Gas Conoco Phillips dialirkan ke pembangkit Muara Tawar sebesar sisa gas

Simple Inspiring Performing Phenomenal 24


JOB PTJM setelah pemakain gas oleh pembangkit Duri, Rengat dan Payo
Selincah serta melihat kondisi kemampuan pipa SSWJ dan selanjutnya JOB
PTJM akan mengalirkan gas ke Chevron sebesar dengan gas yang dikirimkan
Conoco Phillips ke pembangkit Muara Tawar.

Beberapa contoh pertukaran gas yang dilakukan PLN terjadi akibat keterbatasan
infrastruktur gas dan sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan gas
pembangkit listrik PLN. Pertukaran gas seperti yang telah dilakukan PLN tersebut
relatif banyak menemui kendala terutama permasalahan operasional. Namun
secara komersial pertukaran gas tetap mengacu pada GSA masing – masing dan
pertukaran gas diharapkan tidak mengakibatkan perubahan komersial apapun
pada masing – masing pihak yang melakukannya. Beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pertukaran gas diantaranya adalah :

a. Pertukaran gas dilakukan secara fisik, yaitu energi (MMBTU) ditukar


dengan energi (MMBTU)

b. Secara komersial tidak ada yang dirugikan dan masing – masing


mengacu pada GSA masing – masing

c. Perlu pengaturan mendetail apabila terjadi selisih perhitungan pertukaran


gas ataupun terjadi ketidakmampuan pada salah satu pihak

d. Secara operasional terutama proses nominasi dan konfirmasi perlu diatur


lebih mendetail. Biasanya dibentuk komite koordinasi pada sisi operasi
yang beranggotakan masing – masing pihak untuk berkoordinasi selama
proses pertukaran gas berlangsung.

Compression dan Regasification Agreement

Compression dan Regasification Agreement merupakan perjanjian antara PLN


dengan penyedia jasa kompresi / dekompresi pada pembelian CNG dan jasa
regasifikasi untuk pembelian LNG. Termasuk dalam perjanjian ini adalah jasa
penyimpanan atau storage. Pada dasarnya Compression dan Regasification
Agreement merupakan perjanjian dengan prinsip thruput fee atau tolling fee.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 25


Untuk setiap MMBTU gas yang disimpan, diregas atau dikompres dan
didekompresi akan dibayar dengan sejumlah nominal tertentu. Penentuan
besarnya tolling fee tersebut berdasarkan kesepakatan antara penyedia jasa
dengan PLN yang umumnya berdasarkan keekonomian sesuai biaya yang
dikeluarkan penyedia jasa dengan keuntungan tertentu.

Hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian pada proses perjanjian ini
diantaranya adalah :

a. SLA (service level agreement) antara PLN dan penyedia jasa yang akan
disepakati.

b. Availability factor

c. Use or Pay pada level tertentu sehingga apabila penggunaan PLN


dibawah level tersebut maka PLN harus membayar pada level Use or
Pay.

d. Khusus untuk LNG :

Looses BoG dan fuel gas selama proses penyimpanan dan regasifikasi

Apabila kargo LNG milik PLN tidak datang pada waktunya sehingga
fasilitas regasikasi memanas, maka PLN diwajibkan membayar cooling
cost.

PLN dapat dikenakan demurrage dari penyedia LNG apabila performa


terminal melebihi allowed lay time, bahkan take or pay cargo apabila
keterlambatannya dapat mengganggu jadual pengiriman kargo LNG yang
lain.

Proses Penyerahan Gas di Plant Gate

Proses serah terima gas baik gas pipa, CNG maupun LNG selalu berpedoman
pada GSA, GTA, AA, GDP dan SOP yang telah disepakati dan perjanjian
pendukung lainnya (jika ada). Untuk beberapa hal operasional yang tidak
tertuang dalam GSA, GTA, AA, GDP dan SOP atau pada perjanjian pendukung

Simple Inspiring Performing Phenomenal 26


lainnya sehingga berpotensi untuk mengalami dispute.maka penyelesaian akan
hal ini diharapkan dilakukan dengan pertemuan kedua belah pihak. Namun
apabila pertemuan tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan maka
bantuan dari pihak independent seperti SKK Migas, BPH Migas atau instansi
pemerintah lain, independent surveyor atau konsultan dapat dilibatkan atas
kesepakatan kedua belah pihak. Namun untuk kondisi yang benar – benar tidak
dapat diselesaikan melalui mediasi dan bantuan pihak independent maka
penyelesaian permasalahan dapat dilakukan dengan membawa permasalahan
ke arbitrase atau badan yang disepakati dalam kontrak/perjanjian.

Proses serah terima gas pipa relatif tidak terlalu komplek mengingat tidak terlalu
banyak pihak yang terlibat. Namun pada proses serah terima CNG dan LNG
mempunyai keunikan tersendiri, mengingat beberapa hal sebagai berikut :

a. Fasilitas regasifikasi & pelabuhan penerima pada LNG

b. Kapal LNG carrier terkait allow lay time dan isu demurage

c. Penentuan jadual kedatangan kargo LNG (ETD / ETA)

d. Penentuan split antar kargo mengingat harga LNG tergantung nilai REP

e. Pembelian dari beberapa penjual LNG dalam 1 (satu) terminal regasifikasi

Simple Inspiring Performing Phenomenal 27


ADP Re ADP
Pemilik regas Pemilik regas Pelaksanaan
Serah Terima Penagihan
& &
Gas / LNG Invoice
PLN PLN

1. Biasanya pada 1. Biasanya pada


1. Pembuatan
Sep tahun N-1 Des tahun N-1
invoice oleh
2. Prediksi beban & 2. Dilakukan juga LNG pemilik pemilik
nominasi Re ADP LNG PLN fasilitas regas
regas
kebutuhan LNG semesteran & penjual LNG
selama 1 tahun sesuai volume
3. Untuk
(P3B & Unit Kit). 1. Pembacaan 1. Penyaksian bersama dalam Berita
memastikan
Pertimbangan meter gas antara PLN, pemilik Acara
kesiapan sesuai
perencanaan dilakukan secara fasilitas regas &
jadual yang ada 2. Pembayaran
beban dan bersama – sama penjual LNG saat
dan gas & jasa
perencanan (PLN dan pemilik proses discharging
mengakomodir regas oleh PLN
pemeliharaan fasilitas regas) di LNG dari kapal ke
perubahan yang
3. Pemilik fasilitas dilakukan Plant Gate PLN fasilitas regas.
Komunikasi
regas 2. Verifikasi 2. Penandatangan Berita
mensimulasi
4. Output adalah antara PLN,
final jadual, perhitungan Acara volume energi
jadual kargo LNG volume energi LNG yang diloading
pemilik fasilitas
discharging, ETD
(ETD & ETA).
& ETA kapal LNG yang dipakai PLN oleh PLN, pemilik regas dan
Pertimbagan regas, penjual LNG & penjual LNG
nominasi PLN, 3. Penanda
surveyor selalu dilakukan
pemeliharaan tanganan Berita
fasilitas regas Acara 3. Penyaksian bersama sejak loading
dan kesiapan Penyerahan Gas antara meter plant LNG sd
penjual LNG gate & penanda
tanaganan Berita discharging LNG
4. Output adalah Acara jasa ke fasilitas regas
jadual, regasifikasi
discharging, ETD
termasuk selama
& ETA kapal LNG perjalanan LNDC

Gambar 2.7 Prose serah terima gas hasil regasifikasi LNG

Gambar 2.7 memperlihatkan contoh alur serah terima gas hasil regasifikasi LNG
di FSRU dimana terlihat bahwa proses awal adalah dengan penentuan jadual
kargo LNG baik ETD, ETA dan discharge kargo melalui ADP yang disepakati
antara PLN, penjual LNG dan pemilik fasilitas regasifikasi. Proses selanjutnya
adalah re - ADP untuk mengakomodir perubahan jadual yang telah disepakati
dalam ADP. Pelaksanaan serah terima gas dengan penyaksian meter di titik
serah yang selanjutnya dilakukan penanda tangan Berita Acara. Namun untuk
LNG bukan milik pemilik fasilitas regasifikasi maka sebelum penyaksian jumlah
energi yang telah diregas, terlebih dahulu dilakukan penyaksian penerimaan total
LNG yang diloading pada FSRU/regasification facility termasuk penanda tanagan
Berita Acaranya.

Terkait dengan perhitungan split antar kargo LNG, dilakukan dengan


mempertimbangkan stok LNG pada FSRU dan line pack pipa saat dilakukan
discharging kargo berikutnya. Secara prinsip bahwa sejumlah sisa LNG dalam
FSRU maupun yang masih tersimpan dalam pipa gas merupakan sejumlah gas
bagian dari LNG pada kargo sebelumnya. Prinsip perhitungan split antar kargo
LNG seperti ditunjukan dalam gambar 2.8 berikut.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 28


LNGC FSRU

Volume stok di line pack pipa


Volume stok di FSRU sesaat sebelum dilakukan
sesaat sebelum discharge kargo LNG (B)
dilakukan discharge Dilakukan dengan perhitungan
kargo LNG (A) (volume pipa dan pertimbangan
Volume stok pressure serta temperatur gas
berdasarkan snap shot berdasarkan snap shot alat ukur)
alat ukur sesaat sebelum
dilakukan discharge
kargo LNG

Gambar 2.8 Proses split antar kargo pada FSRU

Gambar 2.8 diatas menjelaskan proses pemisahan volume (split antar kargo)
antara kargo sebelum dischage dengan kargo yang sedang di discharge. Sesaat
sebelum dilakukan discharging kargo LNG maka dilakukan pencatatan sisa LNG
dalam FSRU dan dilakukan perhitungan secara matematik sisa gas yang
tersimpan dalam pipa gas. Secara prinsip bahwa sejumlah gas tersebut yaitu
penjumlahan antara sisa LNG di FSRU dan sejumlah gas yang tersimpan dalam
pipa bukan merupakan bagian dari LNG yang sedang di discharge tetapi
merupakan bagian dari LNG kargo sebelumnya. Perhitungan dengan prinsip
tersebut dilakukan juga pada proses discharging kargo LNG berikutnya dan
seterusnya.

Studi Kasus

Simple Inspiring Performing Phenomenal 29

Anda mungkin juga menyukai