001-2: 2014
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0212.K/DIR/2015
PERALATAN
LABORATORIUM KIMIA PEMBANGKIT
Bagian 2:
Peralatan Laboratorium Minyak
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN K3.001-2: 2014
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0212.K/DIR/2015
PERALATAN
LABORATORIUM KIMIA PEMBANGKIT
Bagian 2:
Peralatan Laboratorium Minyak
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PERALATAN
LABORATORIUM KIMIA PEMBANGKIT
Bagian 2:
Peralatan Laboratorium Minyak
Disusun oleh:
Diterbitkan oleh :
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M- 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Susunan Kelompok Bidang Pembangkit Standardisasi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 0448.K/DIR/2014
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
ii
SPLN K3.001-2: 2014
Prakata
iii
SPLN K3.001-2: 2014
1 Ruang Lingkup
Standar ini dimaksudkan untuk menetapkan peralatan yang dipakai pada laboratorium
minyak untuk pengujian pelumas dan bahan bakar minyak (HSD dan MFO) dalam rangka
menunjang operasional dan pemeliharaan pembangkit agar tetap efisien (daya guna) dan
handal.
Standar ini mencakup metode analisis, spesifikasi peralatan dan interpretasinya.
2 Tujuan
Memberikan pedoman baku sebagai acuan yang lebih terarah pada bidang perencanaan,
operasional dan pemeliharaan di pembangkit termal di lingkungan PT PLN (Persero).
3 Acuan Normatif
Kecuali ditetapkan secara khusus pada standar ini, ketentuan mengikuti standar dan
referensi berikut. Dalam hal terjadi perubahan, maka ketentuan mengikuti edisi terakhir.
a. ASTM D4057-95, Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and
Petroleum Products;
b. ASTM D4378 – 08, Standard Practice for In-Service Monitoring of Mineral Turbine
Oils for Steam and Gas Turbine;
c. ASTM D4057-12, Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and
Petroleum Products;
d. ASTM D92 ,Test Method for Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup Tester;
e. ASTM D7111, Standard Test Method for Determination of Trace Elements in Middle
Distillate Fuels by Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry;
f. ASTM D3427, Standard Test Method for Air Release Properties of Petroleum Oils;
g. ASTM D445, Test Method for Kinematic Viscosity of Transparent and Opaque
Liquids;
h. ASTM D664, Test Method for Acid Number of Petroleum Products by Potentiometric
Titration;
i. ASTM D1500, Test Method for ASTM Color of Petroleum Products (ASTM Color
Scale);
j. ASTM F311, Practice for Processing Aerospace Liquid Samples for Particulate
Contamination Analysis Using Membrane Filters;
k. ASTM F312, Test Methods for Microscopical Sizing and Counting Particles from
Aerospace Fluids on Membrane Filters;
l. ASTM D2272, Test Method for Oxidation Stability of Steam Turbine Oils by Rotating
Pressure Vessel;
m. ASTM D892, Test Method for Foaming Characteristics of Lubricating Oils;
n. ASTM D130, Test Method for Corrosiveness to Copper from Petroleum Products by
Copper Strip Test;
1
SPLN K3.001-2: 2014
o. ASTM D1401, Test Method for Water Separability of Petroleum Oils and Synthetic
Fluids;
p. ASTM D2270, Standard Practice for Calculating Viscosity Index from Kinematic
Viscosity at 40 °C and 100 °C;
q. ASTM D974-14e2, Standard Test Method for Acid and Base Number by Color-
Indicator Titration;
r. ASTM D4739, Standard Test Method for Base Number Determination by
Potentiometric Hydrochloric Acid Titration;
s. ASTM D7647-10, Standard Test Method for Automatic Particle Counting of
Lubricating and Hydraulic Fluids Using Dilution Techniques to Eliminate the
Contribution of Water and Interfering Soft Particles by Light Extinction;
t. ASTM D92, Standard Test Method for Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup
Tester;
u. ASTM D120, Standard Specification for Rubber Insulating Gloves;
v. ASTM D121, Standard Terminology of Coal and Coke;
w. ASTM D3427-15, Standard Test Method for Air Release Properties of Hydrocarbon
Based Oils;
x. ASTM D892-13e1, Standard Test Method for Foaming Characteristics of Lubricating
Oils;
y. ASTM D665-14e1, Standard Test Method for Rust-Preventing Characteristics of
Inhibited Mineral Oil in the Presence of Water;
z. ASTM D1298-99 (2005), Standard Test Method for Density, Relative Density
(Specific Gravity), or API Gravity of Crude Petroleum and Liquid Petroleum Products
by Hydrometer Method;
aa. ASTM D2711-10, Standard Test Method for Demulsibility Characteristics of
Lubricating Oils;
bb. ASTM D6304-07, Standard Test Method for Determination of Water in Petroleum
Products, Lubricating Oils, and Additives by Coulometric Karl Fischer Titration;
cc. ASTM D665, Rust-Preventing Characteristics of inhibited Mineral Oil in the Presence
of Water;
dd. ASTM D6224, Standard Practice for In-Service Monitoring of Lubricating Oil for
Auxiliary Power Plant Equipment;
ee. ASTM D5185, Standard Test Method for Determination of Additive Elements, Wear
Metals, and Contaminants in Used Lubricating Oils and Determination of Selected
Elements in Base Oils by Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry
(ICP-AES);
ff. ASTM D2880, Standard Specification for Gas Turbine Fuel Oils;
gg. ASTM D975, Standard Specification for Diesel Fuel Oils;
hh. ASTM D396, Standard Specification for Fuel Oils;
ii. ISO 4406, Hydraulic Fluid Power–Fluids–Method for Coding Level of Contamination
by Solid Particles;
jj. ASTM D7155, Evaluating Compatibility Of Mixture Of Turbine Lubricating Oils;
kk. ASTM D7843, Standard Test Method for Measurement of Lubricant Generated
Insoluble Color Bodies in In-Service Turbine Oils using Membrane Patch Colorimetry;
ll. ASTM D6971, Standard Test Method for Measurement of Hindered Phenolic and
Aromatic Amine Antioxidant Content in Non-zinc Turbine Oils by Linear Sweep
Voltammetry;
mm. ASTM D808-16, Standard Test Method for Chlorine in New and Used Petroleum
Products (High Pressure Decomposition Device Method);
2
SPLN K3.001-2: 2014
nn. ASTM D893-14, Standard Test Method for Insolubles in Used Lubricating Oils.
4.1 Akurasi
Tingkat kesesuaian dari suatu nilai pengukuran atau perhitungan terhadap standar yang
telah diakui atau nilai yang telah ditetapkan.
4.2 Analisis
Suatu kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat
dalam cuplikan.
4.4 Laboratorium
Prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengevaluasi satu atau lebih kualitas,
karakteristik, atau sifat dari material, produk, sistem atau pelayanan yang mendapatkan
hasil uji.
4.6 Presisi
Perbedaan dua hasil uji dari sampel yang sama, yang dikerjakan oleh penguji yang sama,
dengan alat yang sama, pada kondisi kerja yang sama dan dalam waktu yang
berdekatan.
3
SPLN K3.001-2: 2014
4.8 Reproduksibilitas
Perbedaan dua hasil uji dari percontoh yang sama, yang dikerjakan oleh dua orang
penguji dari laboratorium yang berbeda dengan metode uji.
4.9 Sampel
Sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar,
merupakan bagian dari populasi yang diteliti.
4.10 Spesifikasi
Suatu pernyataan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu material, desain,
produk atau pelayanan.
5.1 Ketentuan parameter uji pada pelumas baru dan pelumas pakai
Kualitas pelumas baru dan pemantauan pelumas pakai merupakan salah satu faktor
penentu untuk meningkatkan keandalan peralatan pembangkit listrik dan sistem peralatan
bantu (auxiliary) serta meminimalkan tingginya biaya pemeliharaan. Untuk itu diperlukan
ketepatan terhadap parameter yang diuji baik untuk pelumas baru maupun pelumas
pakai. Ketentuan parameter uji pelumas baru dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan untuk
pelumas pakai dapat dilihat pada Tabel 2.
4
SPLN K3.001-2: 2014
3 Viscosity Index - - O R R - - -
4 Acid Number R R R R R R R R
6 Colour (Appearance) R R R R R R R R
7 Water Content O O R O R O R O
11 Foaming Test - - - - - - - - -
12 Rust Test - - - - R - - - -
13 Flash Point - - O - - - - - -
14 Elemental Analysis O O O O - - O O O
15 Water Separability - O - O - - - - -
16 Density - - - - - - - O -
17 Electrical Resistivity - - - - - - - R -
Keterangan:
R : Rekomendasi utama
O : Opsional
- : Tidak direkomendasikan
5
SPLN K3.001-2: 2014
6
SPLN K3.001-2: 2014
Appearance,
Color
Regular Analysis
Viscosity Total Acid Water Content Particle
Number Count
(TAN)
As Required
Foaming Air Water Analysis
Release Separability
7
SPLN K3.001-2: 2014
v = Cxt
Keterangan:
v = kinematic viscosity, cSt (mm2/detik);
C = konstanta viscometer, cSt/detik (mm2/detik);
T = waktu alir dalam detik.
Viscosity Index merupakan pengukuran dari variasi kinematic viscosity karena perubahan
temperatur pelumas antara 40 oC dan 100 oC. Semakin tinggi nilai viscosity index
mengindikasikan semakin kecil pengaruh perubahan temperatur terhadap kinematic
viscosity. Perhitungan viscosity index mengacu pada ASTM D2270 “Standard Practice for
Calculating Viscosity Index from Kinematic Viscosity at 40 °C and 100 °C”.
Acid number menunjukkan jumlah senyawa basa yang dinyatakan dengan miligram
kalium hidroksida per gram sampel (mgKOH/g) yang dibutuhkan untuk titrasi senyawa
8
SPLN K3.001-2: 2014
asam pada sampel. Kenaikan nilai acid number merupakan indikasi minyak telah
teroksidasi.
Pengujian acid number mengacu pada ASTM D664 “Test Method for Acid Number of
Petroleum Products by Potentiometric Titration”. Untuk pengujian nilai acid number
dengan color-indicator titration mengacu pada ASTM D974 “Standard Test Method for
Acid and Base Number by Color-Indicator Titration”.
( − ) 56,1
=
Keterangan:
AN = acid number;
A = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi sampel;
B = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi blanko;
M = molaritas larutan KOH;
W = massa sampel, gram;
Pengujian Total Base Number menunjukkan jumlah asam yang dinyatakan dengan
miligram kalium hidroksida per gram sampel (mgKOH/g) yang dibutuhkan untuk titrasi
sampel. Pengujian Total Base Number mengacu pada ASTM D4739 “Standard Test
Method for Base Number Determination by Potentiometric Hydrochloric Acid Titration”.
Untuk pengujian nilai base number dengan color-indicator titration mengacu pada ASTM
D974 ”Standard Test Method for Acid and Base Number by Color-Indicator Titration”.
( ) ,
TBN =
Keterangan :
E = Larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel;
M = molaritas larutan HCl;
F = KOH yang diperlukan untuk titrasi acid number blank;
M = molaritas larutan KOH;
W = massa sampel;
Pengujian colour mengacu pada ASTM D1500 “Test Method for ASTM Color of Petroleum
Products (ASTM Color Scale)” yaitu untuk mengetahui perubahan karakteristik pada
pelumas akibat adanya oksidasi yang ditunjukkan oleh perubahan warna pada pelumas
tersebut.
Dengan menggunakan sumber cahaya standar, sampel pelumas ditempatkan
dalam wadah uji kemudian dibandingkan dengan piringan kaca standar warna
dengan skala 0,5 – 8,0. Bila warna sampel terletak antara dua skala warna standar, maka
yang dilaporkan skala warna yang lebih tinggi.
9
SPLN K3.001-2: 2014
Kandungan air pada pelumas dapat menyebabkan emulsi dan korosi. Pengujian
kandungan air mengacu pada ASTM D6304-07 “Standard Test Method for Determination
of Water in Petroleum Products, Lubricating Oils, and Additives by Coulometric Karl
Fischer Titration”.
Metode pengujian ini mencakup penentuan kandungan air dengan rentang 10 sampai
25000 mg/kg yang terkandung pada sampel pelumas menggunakan instrumen.
Pengujian particle count digunakan untuk menentukan jumlah dan distribusi ukuran
partikel pada pelumas baru dan pelumas pakai.
Pengujian particle count mengacu pada ASTM D7647 “Standard Test Method for
Automatic Particle Counting and Particle Shape Classification of Oils Using a
DirectImaging Integrated Tester” sedangkan hasil uji particle count mengacu pada ISO
4406 “Hydraulic Fluid Power–Fluids–Method for Coding Level of Contamination by Solid
Particles”.
Metode ini mencakup sifat pembuihan (foaming) minyak pelumas pada temperatur
tertentu. Pengujian foaming test mengacu pada ASTM D892 “Test Method for Foaming
Characteristics of Lubricating Oils”. Metode uji ini mencakup pengujian foaming tendency
dan foaming stability pada temperatur 24oC dan 93.5oC. Pelumasan yang tidak memadai,
kavitasi, dan kehilangan pelumas karena overflow yang disebabkan buih akan memicu
kegagalan mekanis. Pengujian ini digunakan untuk mengevaluasi pelumas pada kondisi
operasi.
Pengujian terdiri dari 3 Tahap:
Tahap I : Sebagian sampel, dipertahankan pada water bath temperatur 24 ° C ± 0,5
dihembus dengan udara dengan laju yang konstan (94 ± 5 mL / menit) selama
5 menit, foaming yang terbentuk dibiarkan selama 10 menit, ukur volume
foam dalam satuan mL.
Tahap II : Sebagian sampel, dipertahankan pada water bath temperatur 93.5 ° C ± 0,5,
dianalisa dengan laju udara dan hembusan dan durasi mengendap sesuai
dengan tahap I.
10
SPLN K3.001-2: 2014
Tahap III : sampel pada tahap II dilakukan pengujian untuk tahap III. Pada temperatur
kamar biarkan temperatur tabung turun hingga 43.5 oC, sebelum tabung
dimasukkan kedalam water bath pada temperatur 24 °C ± 0,5. Selanjutnya
dianalisa dengan laju udara dan hembusan dan durasi mengendap sesuai
dengan tahap I.
Titik nyala adalah temperatur terendah pada tekanan atmosfer dimana minyak akan
mengakibatkan penyalaan api sesaat ketika api melintas diatas permukaan minyak
tersebut. Titik nyala berguna untuk keselamatan kerja sehubungan dengan penanganan
minyak pelumas. Pengujian titik nyala juga digunakan untuk menentukan tingkat
degradasi pelumas, yang diakibatkan pelumas terkontaminasi oleh pelarut dengan titik
didih rendah (low boiling point). Pengujian titik nyala mengacu pada ASTM D92 “Test
Method for Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup Tester”.
Analisa logam pada minyak pelumas baru bertujuan untuk mengetahui jenis aditif
sedangkan pada minyak pelumas pakai untuk mengetahui bagian peralatan yang telah
mengalami keausan.
Pengujian elemental analysis menggunakan ASTM D5185 “Standard Test Method for
Determination of Additive Elements, Wear Metals, and Contaminants in Used Lubricating
Oils and Determination of Selected Elements in Base Oils by Inductively Coupled Plasma
Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES)”.
Metode ini mencakup kemampuan minyak memisahkan diri dengan air. Minyak pelumas
yang mudah beremulsi dengan air dapat menyebabkan kerusakan bantalan dan bagian
bagian lain yang dilumasi.
Pengujian water separability mengacu pada ASTM D1401 ”Test Method for Water
Separability of Petroleum Oils and Synthetic Fluids”, metode uji ini sesuai untuk
pengukuran kemampuan pelumas memisahkan dari air yang dikembangkan secara
khusus untuk minyak pelumas steam turbin dengan viskositas dari 28,8 - 90 mm2/s pada
40 °C, sedangkan untuk viskositas yang lebih tinggi direkomendasikan menggunakan
metoda ASTM D2711-10 “Standard Test Method for Demulsibility Characteristics of
Lubricating Oils”.
11
SPLN K3.001-2: 2014
5.2.14 Density
Metode pengujian ini mencakup waktu yang dibutuhkan oleh pelumas untuk melepaskan
udara yang terperangkap di dalamnya berdasarkan pada ASTM D3427 ”Standard Test
Method For Air Release Properties Of Petroleum Oils”.
5.2.16 Chlorine
Metode pengujian ini untuk menentukan kandungan chlorine di dalam minyak pelumas
yang digunakan untuk memprediksi kinerja dan penanganannya. Metode ini mengacu
pada ASTM D808 “Standard Test Method for Chlorine in New and Used Petroleum
Products (Bomb Method)”.
5.2.17 Insoluble
Pengujian ini mencakup penentuan pentane dan insolubles toluene dalam minyak
pelumas yang telah terpakai. Insolubles digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari
pelumas yang digunakan atau dalam menentukan penyebab kegagalan peralatan.
Pengujian insoluble terbagi menjadi 2 metode, yaitu:
1. Penentuan Pentane Insoluble, digunakan untuk mengetahui kandungan material
insoluble yang berasal pelumas dan atau dari degradasi zat aditif.
2. Penentuan Toluene Insoluble, digunakan untuk mengetahui kandungan material
insoluble yang berasal dari:
a. kontaminasi dari luar;
b. karbon dari bahan bakar atau material yang mengandung karbon tinggi dari bahan
bakar, pelumas maupun zat aditif;
c. Logam ausan dari mesin;
d. Material produk korosi.
Metode pengujian ini mengacu pada ASTM D893 “Standard Test Method for Insolubles in
Used Lubricating Oils”.
12
SPLN K3.001-2: 2014
5.2.18 Varnish
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pembentukan deposit insoluble yang
dihasilkan oleh pelumas. Metode yang digunakan adalah dengan mengekstrak
kontaminan larut dari sampel pelumas ke patch membran, yang selanjutnya warna patch
membrane yang terbentuk akan dianalisis dengan spektrofotometer. Pengujian ini hanya
dapat dilakukan terhadap pelumas yang tidak menggunakan pewarna. Acuan yang
digunakan pada pengujian varnish adalah ASTM D7843 “Standard Test Method for
Measurement of Lubricant Generated Insoluble Color Bodies in In-Service Turbine Oils
using Membrane Patch Colorimetry”.
5.2.19 Ruler
Pengujian ini mencakup penentuan kandungan zat antioksidan phenol dan aromatic
amine secara voltametri pada pelumas baru maupun pelumas pakai dengan konsentrasi
dari 0,0075 % massa dengan cara mengukur jumlah arus pada tegangan tertentu pada
voltagram yang dihasilkan. Pada pelumas baru pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat perlindungan pelumas tersebut terhadap oksidasi, sedangkan untuk minyak
pelumas pakai dilakukan untuk mengetahui kandungan phenol dan aromatic amine yang
tersisa sehingga dapat diperkirakan sisa umur pakai pelumas tersebut. Pengujian ini
mengacu pada ASTM D6971 “Standard Test Method for Measurement of Hindered
Phenolic and Aromatic Amine Antioxidant Content in Non-zinc Turbine Oils by Linear
Sweep Voltammetry”.
13
SPLN K3.001-2: 2014
14
SPLN K3.001-2: 2014
15
SPLN K3.001-2: 2014
16
SPLN K3.001-2: 2014
17
SPLN K3.001-2: 2014
18
SPLN K3.001-2: 2014
Pengujian pelumas pakai diperlukan untuk memastikan kualitas pelumas tetap memenuhi batasan sehingga dapat menjalankan fungsi
pelumasan serta mengetahui indikasi permasalahan pada bagian peralatan yang dilumasi sehingga dapat digunakan sebagai panduan
pemeliharaan. Batasan dan interpretasi pelumas turbin uap & gas terdapat pada Tabel 4, batasan dan interpretasi pelumas pakai peralatan
auxiliary terdapat pada Tabel 5 dan 6 sedangkan untuk interpretasi sumber unsur anorganik pada pelumas terdapat pada Tabel 7.
Tabel 4. Batasan dan interpretasi pelumas pakai turbin uap dan gas
Steam(S)
Parameter Uji Batasan atau Gas (G) Jam Operasi pelumas Interpretasi Tindakan
Turbin
S Lebih dari 20.000 jam Ini menunjukkan
penurunan diatas normal.
Kemungkinan
Investigasi penyebabnya.
penyebabnya adalah:
Tingkatnya frekwensi
pengujian
Angka Asam (kenaikan (1) sistem yang sangat
0.1-0.2 mg KOH/g Bandingkan dengan data
dibandingkan pelumas baru) G Lebih dari 3000 jam parah/berat
RPVOT. Konsultasikan
(2 ) habisnya antioksidant
dengan supplier pelumas
(3) kesalahan
kemungkinan reinhibition.
menggunakan pelumas
(4) tercemar
19
SPLN K3.001-2: 2014
Steam(S)
Parameter Uji Batasan atau Gas (G) Jam Operasi pelumas Interpretasi Tindakan
Turbin
Carilah tanda-tanda
peningkatan sedimen
pada filter dan centrifuge
Periksa RPVOT,
voltammetry, dan FTIR.
Pelumas pada atau
Jika antioxidant kurang
Setiap saat selama mendekati akhir masa
Angka Asam (kenaikan dari 25% dari aslinya,
0.3-0.4 mg KOH/g S, G pelumas digunakan/ pakai. Kesalahan
dibandingkan pelumas baru) review statusnya dengan
dipakai menggunakan pelumas
pemasok pelumas dan
atau tercemar
pertimbangan
penggantian pelumas.
Tingkatkan frekuensi uji
jika dibiarkan dalam
sistem
Kurang dari Cari penyebab,
RPVOT/Voltammetry/FTIR setengah nilai S Lebih dari 20.000 jam Di atas degradasi normal tingkatkan frekuensi
pada pelumas asli pengecekan
Kurang dari Cari penyebab,
RPVOT/Voltammetry/FTIR setengah nilai G Lebih dari 3000 jam Di atas degradasi normal tingkatkan frekwensi
pada pelumas asli pengecekan
Bersama dengan angka
Pengambilan sampel
asam tinggi
Kurang dari 25% dan tes ulang. Jika
RPVOT/Voltammetry/FTIR S, G Setiap saat menunjukkan pelumas
dari aslinya sama, pertimbangkan
pada atau mendekati
untuk ganti pelumas.
akhir masa servis
Selidiki dan atasi
penyebabnya. Bersihkan
sistem dengan tepat
menggunakan metode
Pelumas terkontaminasi.
Kadar air Lebih dari 0.1% S Setiap saat sentrifugasi,
Potensi kebocoran air
coalescence, atau
dehidrasi vakum.
Jika masih tidak
memuaskan
20
SPLN K3.001-2: 2014
Steam(S)
Parameter Uji Batasan atau Gas (G) Jam Operasi pelumas Interpretasi Tindakan
Turbin
pertimbangkan untuk
penggantian pelumas
atau konsultasi dengan
supplier pelumas
Sumber partikulat yang Cari dan hilangkan
Melebihi batas
mungkin: (1) make up sumber partikulat.
yang diterima
pelumas, (2) debu atau Bersihkan sistem
Cleanliness (tergantung pada S, G Setiap saat
abu yang memasuki pelumas dengan filtrasi
kebutuhan turbin
sistem, (3) Wear pada atau centrifusi atau
dan user)
sistem keduanya
Selidikilah penyebabnya
(1) Sistem basah dan lakukan perubahan
maupun kotor, atau maintenance dan
keduanya. (2) Sistem ini operasi yang diperlukan.
Rust test Light fail S Lebih dari 20.000 jam tidak dipelihara dengan Check rust test.
baik (misalnya, drainase Konsultasikan dengan
air terabaikan, centrifuge pemasok pelumas terkait
tidak beroperasi) reinhibition jika hasil tes
tidak berubah.
Lebih dari 20.000 jam Penurunan aditif yang Konsultasikan dengan
Rust test Light fail S, G selama pelumas normal dalam wet pemasok pelumas terkait
dipakai system reinhibition
Selidikilah penyebabnya
Pelumas mengandung dan cara pemulihannya.
Samar-
Apperance S,G Setiap saat air atau solid/padatan, Filter atau centrifuge
samar/tidak jelas
keduanya pelumas, atau
keduanya.
Tidak biasa dan Ini merupakan indikasi
Tentukan penyebabnya
Color cepat semakin S, G Setiap saat dari: (1)kontaminasi atau
dan perbaiki
gelap (2)degradasi berlebihan
(1) pelumas Tentukan penyebabnya.
5% dari original terkontaminasi, Jika periksa parameter
Viscisity S, G Setiap saat
viscosity (2)minyak rusak parah, kualitas lainnya.
atau (3) vikositas Pertimbangan
21
SPLN K3.001-2: 2014
Steam(S)
Parameter Uji Batasan atau Gas (G) Jam Operasi pelumas Interpretasi Tindakan
Turbin
pelumas yang penggantian pelumas
ditambahkan lebih tinggi
atau lebih rendah
o
Turun 30 F atau Tentukan penyebabnya.
lebih Periksa parameter
Kemungkinan
Flash point dibandingkan S, G Setiap saat kuatlitas lainnya.
kontaminasi
dengan pelumas Pertimbangan
baru penggantian pelumas.
Perbaiki penyebabnya.
Mungkin kontaminasi
Periksa dengan
penurunan antifoam.
Melebihi batas produsen pelumas
Pada turbin baru
berikut: terkait reinhibition.
Foam test D892, Sequence I S, G Setiap saat preventives karat sisa
kecenderungan- Catatan masalah
diserap oleh minyak
450 stabilitas-10 pembangkit seringkali
dapat menyebabkan
berasal dari system
masalah
mekanikal.
22
SPLN K3.001-2: 2014
23
SPLN K3.001-2: 2014
Tabel 6. Interpretasi data hasil pengetesan oli yang terpakai beserta rekomendasinya
24
SPLN K3.001-2: 2014
25
SPLN K3.001-2: 2014
26
SPLN K3.001-2: 2014
Menggunakan
No Elemen/ Simbol aditif Kontaminan Sumber Utama Sumber sekunder
logam
Pistons, Journal Bearing,
Kotoran, kandungan tembaga
Blowers, Turbo Change Vans,
1 Aluminium/ AI x x pada casing bearing elemen
Trusts, Toque Conveter, Pump
berputar, housing dan casing
vanes
2 Antymoni/ Sb x x x Journal bearing Grease aditif lecet
3 Barium/ Ba x Aditif Grease
4 Boron/ B x x Aditif, treatment air pendingin Tidak banyak
5 Cadmium/ Cd x Journal bearing Pelapis
6 Calsium/ CA x x Aditif Air, grease
Kandungan besi pada elemen
7 Chromium/ Cr x Tekanan rings, silinder chrome yang berputar, lubang pada baja
keras
Bearing, Casing, Bushing, thrusts,
8 Copper/ Cu x x valve, oli pendingin, casing Adiktif pada pelumas
baring, pompa
Cylinders, shafts, gears, elemen
berputar bearing, housings,
9 Iron/ Fe x x casing, untuk oli EHC dapat Karat atau produk korosi
disebabkan oleh komposisi
filter+F55
Journal bearing, bearing utama,
10 Lead/ Pb x x Cat, solder, seals
pelapis & pompa
Aditif, untuk oli EHC dapat
11 Magnesium/ Mg x Air laut
bersumber dari filter
12 Manganese/ Mn x Shaft, valves, Blowers Tidak banyak
27
SPLN K3.001-2: 2014
Menggunakan
No Elemen/ Simbol aditif Kontaminan Sumber Utama Sumber sekunder
logam
13 Molybdeum/ Mo x x Aditive Cincin bertekanan
Kandungan besi pada poros baja
14 Nickel/ Ni x keras, bearing komponen Tidak banyak
berputar
Aditif, untuk oli EHC merupakan
15 Phoshorus/ P x x Permukaan gigi pada gear
sumber utama
16 Potassium/ K x Aditif pendingin Tidak banyak
Pasir, kotoran, debu, aditi anti
17 Silicon/ Si x x x busa, untuk di EHC kemungkinan Bahan paduan dengan besi
bersumber dari filter
18 Silver/ Ag x Writs pins (EMD) dan penbilasan solder
Ditemukan pada minyak baru,
19 Sodium/ Na x x aditif pendingin, untuk oli EHC Air laut & Grease
kemungkinan bersumber dari filter
Bantalan jurnal, Tembaga pada
20 Tin/ Sn (timah) x bearing dengan elemen berputar, solder
pembilasan
21 Titanium/ Ti x Blade Turbin Cat
22 Vanadium/ V x Blade Turbin valves
Baja galvanis, pelapisan dan
23 Zinc/ Zn x x Additive
grease
28
SPLN K3.001-2: 2014
Kegiatan pengujian BBM perlu dilaksanakan secara periodik untuk mengetahui spesifikasi
yang dibutuhkan oleh mesin dan terkait syarat penerimaan pembelian.
Terdapat 2 (dua) kategori dalam pengujian BBM yaitu:
1. Pengujian karakteristik BBM meliputi pengujian sifat kimia, sifat fisika dan kandungan
aditifnya.
2. Pengujian kandungan kontaminan pada pelumas meliputi pengujian kontaminan yang
dapat menurunkan fungsi dari BBM.
Ketentuan parameter yang diuji tercantum pada Tabel 8, sedangkan untuk ketentuan
batasan spesifikasi BBM jenis HSD tercantum pada Tabel 9 dan batasan spesifikasi BBM
jenis MFO tercantum pada tabel 10.
HSD
No Parameter Uji Diesel Gas MFO
Engine Turbine
1 Berat Jenis R R R
2 Viskositas R R R
3 Kandungan Sulfur R R R
4 Titik Nyala R R R
5 Titik Tuang O R R
29
SPLN K3.001-2: 2014
HSD
No Parameter Uji Diesel Gas MFO
Engine Turbine
6 Residu Karbon R R R
7 Kandungan Air R R R
8 Kandungan FAME R R -
9 Korosi Tembaga R O O
10 Kandungan Abu R R R
11 Kandungan sedimen O R R
12 Bilangan Asam O O -
13 Warna O R -
14 Nilai Kalori R R R
15 Trace Metal O R O
16 Ultimate Analysis O O O
Untuk batasan setiap parameter pengujian bahan bakar minyak disesuaikan dengan
kebutuhan jenis mesin dan batasan dari pemerintah. Berikut keputusan Direktur Jendral
Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) untuk spesifikasi bahan bakar minyak jenis solar 51.
Tabel 9. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis solar 51 berdasarkan keputusan dirjen Migas
No. 3675K/24/DJM/2006
Tabel 10. Spesifikasi bahan bakar minyak jenis mfo berdasarkan keputusan dirjen Migas
No. 14496K/14/DJM/2008
30
SPLN K3.001-2: 2014
Penggunaan minyak solar pada gas turbine perlu ada pembatasan kandungan trace
metal (vanadium, sodium + potassium, calcium dan lead) untuk menghindari terjadinya
hot blade corrosion temperature. Batasan kandungan trace metal untuk gas turbin
tercantum pada Tabel 11 dibawah ini.
Sodium +
Vanadium (V) Calcium (Ca) Lead (Pb)
Potassium (Na +K)
0,5 mg/kg 0,5 mg/kg 0,5 mg/kg 0,5 mg/kg
Pengujian bahan bakar minyak sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas dan
pengaruhnya terhadap performa unit pembangkit. Bahan bakar minyak dapat memberikan
kinerja unit yang memuaskan apabila dapat menghasilkan pembakaran sempurna dalam
ruang bakar. Penggunaan bahan bakar minyak harus aman, tidak membahayakan
manusia, tidak merusak mesin, efisien dalam penggunaannya serta tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Pengujian meliputi sifat kimia, sifat fisika dan kandungan trace
metal. Berikut peralatan untuk pengujian bahan bakar minyak:
6.2.1 Density
Lihat butir 5.2.1. Untuk pengujian viscosity redwood mengacu ke ASTM D88 Standard
Test Method For Saybolt Viscosity
Titik nyala adalah temperatur terendah pada tekanan atmosfer dimana minyak akan
mengakibatkan penyalaan api sesaat ketika api melintas diatas permukaan minyak
tersebut. Titik nyala berguna untuk keselamatan kerja sehubungan dengan penanganan
bahan bakar minyak. Penentuan Titik Nyala dilakukan dengan menggunakan standar
ASTM D93 Standard Test Methods for Flash Point by Pensky-Martens Closed Cup
Tester. Titik Nyala ini tidak memiliki pengaruh yang besar pada persyaratan
pemakaiannya untuk mesin diesel.
31
SPLN K3.001-2: 2014
Pengujian residu karbon meliputi penentuan jumlah residu karbon atau karbon yang
tertinggal setelah penguapan dan pirolisis bahan minyak bumi dalam kondisi tertentu.
Pengujian dimaksudkan untuk memberikan beberapa indikasi kecendrungan terbentuknya
deposit karbon. Metode pengujian ini berlaku untuk produk-produk minyak bumi yang
terdekomposisi dalam proses distilasi pada tekanan atmosfer dan diuji untuk nilai residu
karbon 0,10- 30 % (% berat). Untuk sampel dengan residual karbon di bawah 0, 10%
berat (m/m) harus disuling untuk menghilangkan 90 % (% volume) dan 10 % hasil
bawahnya dijadikan sampel analisa residual karbon. Pengujian ini mengacu pada ASTM
D4530 Standard Test Method for Determination of Carbon Residue (Micro Method).
Pengujian kadar air pada bahan bakar minyak dengan kadar maksimum 25%. Peralatan
uji terdiri dari sebuah bejana dari kaca atau logam, pemanas, refluk kondensor, dan
penampung air berskala. Bejana, penampung air, dan kondensor dapat dihubungkan
dengan cara tertentu sehingga tidak bocor. Konektor yang baik adalah ground joints atau
O-rings. Pengujian ini mengacu pada ASTM D 95 Standard Test Method for Water in
Petroleum Products and Bituminous Materials by Distillation.
Fatty Acids Methyl Esters (FAME) merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak
rantai panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Pengujian kandungan FAME pada
Diesel Fuel Oil sesuai dengan ASTM D7371 menggunakan Mid Infrared Spectroscopy
(FTIR-ATR-PLS Method). Metode tes ini mencakup penentuan kandungan fatty acid
methyl esters (FAME) bio diesel pada diesel fuel oil pada range konsentrasi 1 sampai
20 % volume.
Metode pengujian ini mencakup penentuan korosif tembaga oleh bahan bakar minyak.
Pengujian dilakukan dengan merendam lempengan tembaga dalam volume tertentu dari
sampel yang diuji dan dipanaskan dalam kondisi temperatur dan waktu yang khusus
sesuai kelas bahan yang sedang diuji. Setelah pemanasan, lempengan tembaga
dikeluarkan dari vessel kemudian dicuci, warna noda pada lempengan tembaga
digunakan untuk menentukan tingkat korosi dengan cara dibandingkan dengan warna
korosi pembanding standar.
Pengujian korosi dengan lempeng tembaga di rancang untuk melihat tingkat korosi akibat
penggunaan bahan bakar minyak. Pengujian korosi tembaga sesuai ASTM D130
Standard Test Method for Corrosiveness to Copper from Petroleum Products by Copper
Strip Test.
32
SPLN K3.001-2: 2014
Pengujian kandungan abu sesuai ASTM D 482 Standard Test Method for Ash from
Petroleum Products. Metode ini meliputi penentuan kadar abu pada range 0.001–0.180
% massa dari bahan bakar minyak.
Sampel dimasukkan kedalam tabung yang sesuai dan kemudian di bakar hingga hanya
tersisa abu dan carbon. Residu carbonat dikurangi untuk menjadi abu dengan pemanasan
pada furnace 775oC, didinginkan dan ditimbang.
Perhitungan masaa abu dalam bentuk persentase dari sampel dengan rumus:
Pengujian sedimen sesuai ASTM D473 Standard Test Method for Sediment in Crude Oils
and Fuel Oils by the Extraction Method. Pengujian ini untuk menentukan sedimen yang
terbentuk pada bahan bakar minyak saat diekstraksi menggunakan toluen.
6.2.11 Colour
Pengujian ini mengacu pada ASTM D1552 Standard Test Method for Sulfur in Petroleum
Products (High-Temperature Method). Pengujian ini untuk menentukan kandungan total
sulfur pada bahan bakar minyak. Metode ini berlaku untuk sample yang memiliki titik didih
diatas 177°C (350°F) dan mengandung tidak kurang dari 0.06 % massa sulfur. Metode ini
merupakan salah satu cara untuk memantau kandungan sulfur dalam bahan bakar
minyak. Jumlah Kandungan sulfur dapat digunakan sebagai cara untuk memprediksi
performa dan penanganan di unit pembangkit.
Pengujian nilai kalori bahan bakar minyak mengacu pada ASTM D240 Standard Test
Method for Heat of Combustion of Liquid Hydrocarbon Fuels by Bomb Calorimeter.
Metode ini untuk menentukan panas pembakaran dari bahan bakar minyak untuk
mengetahui energi yang terdapat pada bahan bakar minyak.
33
SPLN K3.001-2: 2014
Nilai kalori digunakan untuk mempertimbangkan efisiensi termal pada pembangkit. Nilai
energi yang didapat dari hasil pembakaran persatuan massa yang dinyatakan dalam
kKal/kg dalam keadaan pembakaran volume konstan. Metode yang digunakan adalah
metode isoperabol atau adiabatik. Kapasitas panas kalorimeter ditentukan dengan
membakar massa tertentu asam benzoat dengan oksigen. Sejumlah massa sampel yang
sebanding dianalisis dengan dibakar pada kondisi yang sama dalam kalorimeter. Nilai
kalor dihitung dengan mengalikan kenaikan temperaur terkoreksi (disesuaikan dengan
efek panas yang lain) dengan kapasitas panas dan membaginya dengan massa sampel.
Nilai kalor yang didapat merupakan nilai kalor atas (Higher Heating Value, HHV), kKal/kg.
Nilai kalor bawah (Lower Heating Value, LHV) dihitung dengan formula:
LHV = HHV – hv x H (kKal/kg)
Keterangan:
Hv = panas penguapan air, 51,52 kKal/kg;
H = hidrogen, %.
Pengujian trace metal ini untuk menguji parameter vanadium, sodium plus potassium,
calcium dan lead. Pengujian ini bertujuan untuk mencegah terjadi korosi sehingga
meningkatkan performa unit pembangkit terutama di gas turbin.
Pengujian trace metal menggunakan ASTM D3605 Standard Test Method for Trace
Metals in Gas Turbine Fuels by Atomic Absorption and Flame Emission Spectroscopy.
34
SPLN K3.001-2: 2014
35
SPLN K3.001-2: 2014
36
SPLN K3.001-2: 2014
37
SPLN K3.001-2: 2014
38
SPLN K3.001-2: 2014
39
SPLN K3.001-2: 2014
- Jaket.
Kedap air, silinder, logam dengan diameter dalam
45,8 mm.
- Disk dari gabus dengan ketebalan 6 mm.
- Gasket, Paking dapat dibuat dari kulit, karet atau
bahan lain yang cukup elastis untuk melekat ke
tabung uji ( tes jar ), tujuannya adalah untuk
mencegah test jar dapat menyentuh tabung uji.
- Bath. Wadah untuk mendinginkan test jar sampai
temperatur sampel konstan
16 Ultimate Lihat SPLN No. K3.001-1:2013
Analysis
40
SPLN K3.001-2: 2014
7 Kebijakan Laboratorium
Untuk meningkatkan mutu dan mampu telusur hasil uji laboratorium setiap laboratorium
yang menggunakan standar ini harus mempunyai akreditasi SNI ISO/IEC 17025.
41
Pengelola Standardisasi: