Anda di halaman 1dari 28

STANDAR SPLN K5.

008: 2019
Lampiran Peraturan Direksi
[]
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0152.P/DIR/2019

MANAJEMEN OUTAGE BOILER


CIRCULATING FLUIDIZED BED (CFB)

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN K5.008: 2019
Lampiran Peraturan Direksi

PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0152.P/DIR/2019

MANAJEMEN OUTAGE BOILER


CIRCULATING FLUIDIZED BED (CFB)

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
MANAJEMEN OUTAGE BOILER
CIRCULATING FLUIDIZED BED (CFB)

Disusun oleh :

Kelompok Bidang Pembangkitan Standardisasi


dengan Keputusan
General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Institute)
No. 0008.K/GM-PUSLITBANG/2019

Kelompok Kerja Standardisasi


Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Boiler PLTU CFB
dengan Keputusan
General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG KETENAGALISTRIKAN
(Research Institute)
No. 0016.K/GM-PUSLITBANG/2019

Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
h
PLN
PT PLN (PERSERO)

PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

NOiIOR: 0152 .P/D|R/2019

TENTANG

SPLN K5.008: 2019


MANAJEMEN OUTAGE BOTLER CTRCULATTNG FLU|D|ZED BED (CFBI

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang a bahwa untuk kepentingan keselamatan kerja, kemudahan dalam


perencanaan dan pengorganisasian sistem dan peralatan
tenaga listrik, dipandang perlu untuk menerbitkan SPLN K5.008:
2019 Manajemen Outage Boile( Circulating Fluidized Bed
(CFB);
b bahwa setelah melalui pembahasan dan diperoleh persetujuan
Direksi, Draft Standar Final (DSF) SPLN K5.008: 2019
Manajemen Outage Boilet Ciculating Fluidized 8ed (CFB),
dipandang telah memenuhr syarat untuk disahkan menjadi
SPLN K5.008: 20191
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Peraturan Direksi PT
PLN (Persero) tentang SPLN K5.008: 2019 Manajemen Oufage
Boilet Circulating Fluidized Bed (CFBI.

,|
Mengingat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara;
2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas,
3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan;
4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara
menjadl Perusahaan Perseroan (Persero);
5 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara;
6 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014;
7 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha
Jasa Penun.iang Tenaga Listrik;
8 Anggaran Dasar PT PLN (Persero);

1 dari 3

.vr-
Paraf b" /fr +
Z
*

PLN
L Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-272IMBU|1212014
tentang Pemberhenlian dan Pengangkatan Anggota-anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Ljstrik
Negara;
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-211/MBU/10/2015
tentang Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
11. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-1 38/MBUI0712017
tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan,
Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara;
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-109/M BU/05/2019
tentang Pemberhentian, Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan
Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara:
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-169/MBU/08/2019
tentang Pemberhentian Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
14. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.ruD|R/2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0297.P/DlR/2016;
'15. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0051.P/D|R/2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero)
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 01 01.P/DlR/201 9;
16. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 033.l(/DtR/2005
tentang Penetapan PT PLN (Persero) Penelitian dan
Pengembangan Ketenagallstrikan sebagai Penanggung Jawab
Kegiatan Standardisasi di Lingkungan PT PLN (Persero).

I\iIEM UTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG SPLN


K5.008: 2019 MANAJEMEN OUTAGE BOTLER C/RCULAIING
FLUtDtZED BED (CFB).

PERTAMA Mengesahkan SPLN K5.008: 20'19 Manajemen Outage Boiter


Ciculating Fluidized 8ed (CFB) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.
2 dari 3

,",",
''' Z/+ Aq
+
PLN
KEDUA SPLN K5.008: 2019 sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
diberlakukan di lingkungan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan
PT PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Anak Perusahaan.

KETIGA Pada saat Peraturan ani mulai berlaku, ketentuan-ketentuan lain yang
bertentangan dengan Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 September 2019
IREKTUR UTAIIA,

N CAHYANI

3 dari 3

Paraf
1,. 2-
Susunan Kelompok Bidang Pembangkitan Standardisasi
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Institute)
No. 0008.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. Sahrijal Purba : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Harry Indrawan, ST, MSc : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Dr. Ir. Zainal Arifin, MBA : Sebagai Anggota
4. Ir. Teguh Widjajanto, MT : Sebagai Anggota
5. Agus Wibawa, ST, MT : Sebagai Anggota
6. Ir. M. Irwansyah Putra : Sebagai Anggota
7. Ir. Moch. Syofan Hadi : Sebagai Anggota
8. Ir. Parlindungan Sihombing : Sebagai Anggota
9. Wismanto Setyadi, ST., MT : Sebagai Anggota
10. Eko Warsito, ST. : Sebagai Anggota
11. Ir. Ferry Syauki : Sebagai Anggota

Susunan Kelompok Kerja Standardisasi


PEDOMAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN BOILER PLTU CFB

Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan


(Research Institute)
No. 0016.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. Davistian Parmana, S.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Ariyana Dwiputra N, S.T., M.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Agus Wibawa, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
4. Desto Wahyu Novianto, S.T. : Sebagai Anggota
5. Eko Janu Irianto, S.T. : Sebagai Anggota
6. Mgs M Tanthowi Tom, S.T. : Sebagai Anggota
7. Andik Santoso, S.T. : Sebagai Anggota
8. Adam Priyo Perdana, S.T. : Sebagai Anggota
9. Ade Hendri Alfino, S.T. : Sebagai Anggota
10. Syaifil Edli, S.T. : Sebagai Anggota
SPLN K5.008: 2019

Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................. i


Prakata ............................................................................................................................. iii
1. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 1
2. Tujuan .......................................................................................................................... 1
3. Acuan Normatif ............................................................................................................. 1
4. Istilah dan Definisi ........................................................................................................ 2
4.1. Available Hours (AH) ......................................................................................... 2
4.2. Capacity Factor (CF).......................................................................................... 2
4.3. Daya Mampu Neto ............................................................................................. 2
4.4. Derating ............................................................................................................. 2
4.5. Equivalent Availability Factor (EAF) ................................................................... 2
4.6. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) ............................................................ 2
4.7. Forced Outage Hours (FOH) .............................................................................. 2
4.8. Installed Capacity (IC) ........................................................................................ 2
4.9. Maintenance Outage (MO) ................................................................................. 2
4.10. Outage ............................................................................................................... 2
4.11. Period Hours (PH).............................................................................................. 3
4.12. Planned Outage (PO) ........................................................................................ 3
4.13. Planned Outage Hours (POH)............................................................................ 3
4.14. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) .................................................. 3
4.15. RO/PO/DO/BA ................................................................................................... 3
4.16. Service Hours (SH) ............................................................................................ 3
5. Definisi dan Pengertian Manajemen Outage................................................................. 3
5.1. Aspek Strategis .................................................................................................. 4
5.2. Aspek Teknis ..................................................................................................... 4
5.3. Aspek Risiko ...................................................................................................... 5
6. Frame Work Manajemen Outage .................................................................................. 5
6.1. Perencanaan Outage ......................................................................................... 8
6.2. Pelaksanaan Outage ......................................................................................... 9
6.3. Pasca Outage .................................................................................................. 10
6.4. Owner Manajemen Outage .............................................................................. 11

i
SPLN K5.008: 2019

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerja Manajemen Outage Boiler Inspection (BI) ................................... 6


Gambar 2. Bagan Kerja Manajemen Outage PLTU ........................................................... 6
Gambar 3. Siklus Overhaul Boiler PLTU CFB.................................................................... 8
Gambar 4. Tahapan Perencanaan Outage ........................................................................ 9
Gambar 5. Tahapan Kegiatan Overhaul ............................................................................ 9
Gambar 6. Tahapan Kegiatan Pasca Overhaul ............................................................... 11

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Durasi dan Interval Waktu Pemeliharaan PLTU CFB ........................................... 8

ii
SPLN K5.008: 2019

Prakata

Dalam rangka mencapai Operational Excellent (andal, efisiensi dan berkualitas) pada
setiap pembangkit di lingkungan PT PLN (Persero), maka perlu ditetapkan standar yang
mendukung dalam rangka meningkatkan kinerja operasi maksimal pada suatu pembangkit.

Manajemen Outage pada PLTU dengan boiler tipe Circulating Fluidized Bed merupakan
strategi optimasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian overhaul pada pembangkit
di lingkungan PT PLN (Persero) untuk meningkatkan kesiapan, keandalan dan efisiensi unit
pembangkitan serta merupakan salah satu sistem dalam Asset Manajement.

Standar SPLN Manajemen Outage Boiler tipe Circulating Fluidized Bed dibutuhkan untuk
menjamin implementasi manajemen outage pada pembangkit di lingkungan PT PLN
(Persero) berjalan dengan baik, seragam dan berkesinambungan. Pada standar ini
menetapkan manajemen outage pada boiler tipe Circulating Fluidized Bed.

iii
SPLN K5.006: 2019

MANAJEMEN OUTAGE BOILER


CIRCULATING FLUIDIZED BED (CFB)

1. Ruang Lingkup
Standar Manajemen Outage Boiler Boiler Circulating Fluidized Bed (CFB) merupakan
strategi optimasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian overhaul di PT PLN
(Persero), Anak Perusahaan dan Afiliasinya untuk meningkatkan ketersediaan, keandalan
dan efisiensi boiler CFB.

2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan SPLN ini adalah sebagai berikut:


a. Sebagai pedoman teknis dalam melaksanakan kegiatan manajemen outage boiler tipe
CFB serta menjamin ketersediaan (availability), keandalan (reliability) dan efisiensi.
b. Sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
yang seragam dan terarah dalam pengusahaan PLTU tipe boiler CFB, baik dalam
perencanaan anggaran maupun dalam perencanaan operasi dan pemeliharaan.

3. Acuan Normatif

Kecuali ditetapkan secara khusus pada standar ini, maka ketentuan lainnya dapat
mengikuti standar berikut ini. Dalam hal terjadi revisi pada standar tersebut maka ketentuan
mengikuti edisi terakhirnya.

1. Undang-Undang No.30 tahun 2009, tentang Ketenagalistrikan;


2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja dan segala peraturan-
peraturan Keselamatan Kerja;
3. API 936 Refractory Installation Quality Control – Inspection and Testing Monolithic
Refactory Linings and Materials;
4. ASME Section VIII Pressure Vessels, 2007
5. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0620.K/DIR/2013. Pedoman Umum
Pengadaan Barang dan Jasa PT PLN (Persero);
6. Keputusan Direksi PT PLN (Persero): Nomor 717.K/DIR/2010. Kebijakan Persediaan
Material di Lingkungan PT PLN (Persero);
7. SPLN 62-1: 1986 Standar Operasi Pusat Listrik Tenaga Uap, Bagian satu: Pola
pengusahaan;
8. SPLN 62-2: 1987 Standar Operasi Pusat Listrik Tenaga Uap, Bagian dua: Faktor –
faktor pengusahaan;
9. SPLN K7.001: 2007, Indikator Kinerja Pembangkit;
10. SPLN K7.002: 2012, Penamaan Komponen Pembangkit Tenaga Listrik;
11. Circulating Fluidized Bed Boiler: Design, Operation and Maintenance, Prabir Basu,
2015;
12. Generation Availability Data System - Data Reporting Instructions (GADS DRI) NERC,
2019.

1
SPLN K5.008: 2019

4. Istilah dan Definisi

4.1. Available Hours (AH)

Jumlah jam unit dalam keadaan operasi maupun tidak beroperasi tapi siap dioperasikan.

4.2. Capacity Factor (CF)

Rasio kWh bruto selama jam pelayanan terhadap kWh bruto yang dapat dibangkitkan bila
dibebani sesuai dengan kapasitas terpasang selama jam periode.

4.3. Daya Mampu Neto

Besarnya daya output bruto pembangkit dikurangi dengan pemakaian sendiri (PS) sesuai
deklarasi dari perusahaan Pembangkit hasil dari performance test terakhir atau sesuai
kontrak yang berlaku (untuk pembangkit non-PLN) yang telah diverifikasi oleh Divisi
Operasi per Regional dan dituangkan dalam Rencana Operasi Tahunan (ROT).

4.4. Derating

Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit dibatasi lebih rendah dari Daya Mampu
Neto-nya. Jika derating kurang dari 2% terhadap Daya Mampu Neto dan kurang dari 30
menit maka dianggap tidak derating.

4.5. Equivalent Availability Factor (EAF)

Ekivalen Availability faktor yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

4.6. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)

Ekivalen Forced Outage Rate yang telah memperhitungkan dampak dari derating
pembangkit.

4.7. Forced Outage Hours (FOH)

Jumlah jam unit tidak dapat dioperasikan karena kerusakan unit yang bersangkutan.

4.8. Installed Capacity (IC)

Kapasitas terpasang unit sesuai dengan yang tertera pada name plate yang terkecil pada
turbin (pada beban dasar) atau generator.

4.9. Maintenance Outage (MO)

Keluarnya pembangkit untuk kebutuhan pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan


korektif, perbaikan atau penggantian part/material atau pekerjaan lainnya pada pembangkit
yang dianggap perlu dilakukan dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO
berikutnya dan telah dijadwalkan dalam Rencana Operasi Mingguan (ROM) berikutnya.

4.10. Outage

Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status Reserve
Shutdown. Kondisi outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status,

2
SPLN K5.006: 2019

misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage berakhir
ketika unit paralel dengan jaringan atau pindah ke status lain.

4.11. Period Hours (PH)

Jumlah jam dalam suatu periode tertentu, misalnya 1 bulan atau biasanya 1 tahun = 8.760
jam.

4.12. Planned Outage (PO)

Keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti


inspeksi, overhaul atau pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam
rencana tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.

4.13. Planned Outage Hours (POH)

Jumlah jam unit tidak beroperasi dan tidak siap operasi untuk keperluan pemeliharaan,
pemeriksaan berkala dan pemeriksaan besar (overhaul), yang umumnya sudah
dijadwalkan.

4.14. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)

Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) berbasis risiko adalah perencanaan jangka
pendek perusahaan (perencanaan satu tahun ke depan) yang telah mempertimbangkan
profil risiko jangka pendek perusahaan beserta alternatif pilihan tindakan penanganan yang
dapat dilakukan, guna memberikan keyakinan bahwa sasaran jangka pendek akan dapat
dicapai.

4.15. RO/PO/DO/BA

RO adalah Repeat Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
Boiler Inspection.

PO adalah Purchase Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk
pelaksanaan Boiler Inspection.

DO adalah Delivery Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
Boiler Inspection.

BA adalah Berita Acara kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
Boiler Inspection.

4.16. Service Hours (SH)

Jumlah jam unit paralel dengan jaringan.

5. Definisi dan Pengertian Manajemen Outage

Yang dimaksud Manajemen Outage boiler CFB adalah proses sinergi dan
berkesinambungan dari kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi dan rencana tindak lanjut program pemeliharaan (Planned Outage)
Boiler CFB yang meliputi :

3
SPLN K5.008: 2019

a. Penentuan lingkup pemeliharaan;


b. Penjadwalan;
c. Penetapan work package;
d. Penetapan kebutuhan sumber daya (SDM, material dan tools);
e. Penetapan kesiapan sarana;
f. Penetapan standar kualitas dan sasaran hasil pekerjaan;
g. Penetapan anggaran dan biaya;
h. Penentuan metode / standar prosedur komunikasi;
i. Pelaksanaan overhaul (OH);
j. Pelaporan hasil overhaul (OH).
Parameter utama dari keberhasilan pelaksanaan suatu overhaul adalah peningkatan
kinerja mesin, penurunan biaya operasi dan efisiensi sumber daya.
Dalam rangka optimalisasi life time asset pembangkit perlu diterapkan kaidah-kaidah
pemeliharaan pembangkit secara tepat dan benar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
menyusun suatu pedoman pelaksanaan pemeliharaan unit pembangkit khususnya
overhaul (OH) sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pemeliharaan yang akhirnya
dapat meningkatkan keandalan, efisiensi dan ketersediaan pembangkit. Pedoman ini
dibuat sehingga pemeliharaan mesin pembangkit dapat dilaksanakan secara sistematis
dan terencana yang akhirnya dapat memenuhi sasaran yang diharapkan.
Dengan sistem pemeliharaan yang dilakukan secara berkesinambungan (siklus overhaul)
maka perlu disusun perencanaan yang sistematis dan tepat waktu sehingga program
pemeliharaan dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
Tiga hal yang melatarbelakangi pelaksanaan Manajemen Outage:
1. Aspek Strategis;
2. Aspek Teknis;
3. Aspek Risiko.

5.1. Aspek Strategis


a. Kegiatan overhaul merupakan penyerap anggaran terbesar dari total anggaran tahunan;
b. Ketersediaan pembangkit sangat berpengaruh terhadap pencapaian Equivalent
Availability Factor (EAF), Equivalent Forced Outage Ratio (EFOR) dan Capacity Factor
(CF).

5.2. Aspek Teknis

Berdasarkan hasil identifikasi pada pelaksanaan overhaul didapat beberapa aspek teknis
yang mempengaruhi peningkatan mutu hasil pekerjaan overhaul.

4
SPLN K5.006: 2019

Aspek–aspek tersebut adalah :


1. Perencanaan dan persiapan overhaul.
Untuk meningkatkan efektifitas tahap perencanaan dan persiapan overhaul, perlu
dilakukan peningkatan kualitas pertemuan pembahasan perencanaan dan persiapan
overhaul, pengaturan sumber daya, antisipasi berkembangnya lingkup pekerjaan
pemeliharaan dan menurunkan terjadinya gangguan pasca overhaul.
2. Pengendalian pelaksanaan overhaul, jaminan dan evaluasi hasil pelaksanaan
overhaul.
Untuk memastikan Quality Control pelaksanaan overhaul, Quality Assurance dan
Evaluasi hasil pelaksanaan overhaul dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Manajemen Inventory
a. Perencanaan spare part dengan memperhitungkan spesifikasi teknis, life time,
waktu proses pengadaan dan delivery time.
b. Perencanaan strategic spare part dengan mekanisme Roll In/Roll Out dalam rangka
optimalisasi durasi outage.
4. Rekomendasi dan evaluasi hasil pelaksanaan pemeliharaan.
Rekomendasi dan laporan hasil pelaksanaan overhaul sebelumnya dipergunakan
sebagai referensi dalam menentukan lingkup overhaul selanjutnya.

5.3. Aspek Risiko


a. Kegagalan periode perencanaan dan persiapan overhaul (pre outage).
Menyusun identifikasi dan mitigasi risiko untuk memastikan kesiapan material,
kesiapan tenaga ahli dan resource lainnya dalam perencanaan dan persiapan
overhaul. Identifikasi dan mitigasi risiko tersebut harus dipastikan diakomodir dalam
RKAP.
b. Kegagalan periode pelaksanaan overhaul (outage execution).
Menyusun identifikasi dan mitigasi risiko untuk mengantipasi kegagalan dalam
pelaksanaan overhaul terkait dengan lingkup pekerjaan, jadwal, SOP dan lainnya.
c. Kegagalan periode pasca overhaul (post outage).
Menyusun identifikasi dan mitigasi risiko untuk mengantisipasi kegagalan hasil
pekerjaan kelengkapan, ketajaman dan keakurasian dalam pelaporan, evaluasi,
rekomendasi dan tindak lanjut hasil overhaul.
d. Kegagalan pengendalian Manajemen Outage.
Menyusun identifikasi dan mitigasi risiko untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan
Manajemen Outage.
e. Kegagalan target performance dan pencapaian kinerja unit pembangkit.
Menyusun identifikasi dan mitigasi risiko untuk menghindari kegagalan overhaul.

6. Frame Work Manajemen Outage

Frame work manajemen outage pembangkit khusus Boiler Inspection (BI) dapat dilihat
pada Gambar 1, sedangkan frame work manajemen outage pembangkit PLTU secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 2. Frame work manajemen outage BI merupakan
bagian dari manajemen outage pembangkit PLTU secara keseluruhan.

5
SPLN K5.008: 2019

PREPARATION BI

Synchron
3 Bln
1 Bln
1 Mng

BI PASCA BI

Laporan, evaluasi,
P1, P2, P3 SHUTDOWN
& rekomendasi
Persiapan, scope,
Sumber daya,
Spare part umum
Gambar 1. Bagan Kerja Manajemen Outage Boiler Inspection (BI)

Gambar 2. Bagan Kerja Manajemen Outage PLTU

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam Manajemen Outage boiler CFB secara dijelaskan
sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 1 dan 2:

1. Menyusun dan menetapkan jadwal kegiatan Manajemen Outage boiler CFB


berdasarkan jadwal pemeliharaan tahunan (Overhaul) Unit Pembangkit. Frame Work
Manajemen outage boiler CFB mengikuti frame work manajemen outage PLTU,

6
SPLN K5.006: 2019

dengan jenis Pemeliharaan meliputi: Simple Inspection (SI), Mean Inspection (ME) dan
Serious Inspection (SE), ditambah dengan Boiler Inspection (BI).
2. Mengadakan kegiatan pertemuan pre-outage untuk persiapan pelaksanaan outage,
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pertemuan perencanaan > 18 bulan sebelum outage (R0)
Menetapkan rencana ruang lingkup dalam hal diperlukan kegiatan pemeliharaan
boiler CFB yang meliputi: redesign, modifikasi atau perubahan spesifikasi yang
memerlukan kajian teknis.
b. Pertemuan perencanaan 18 bulan sebelum outage (R1)
Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form monitoring
RO/PO/DO/BA untuk spare parts strategic / critical, project, rehabilitasi dan jasa
(untuk delivery time 12 s/d 18 bulan). Semua kegiatan pemeliharaan boiler CFB
dengan durasi shut down lebih dari 20 hari, harus termasuk dalam agenda
pembahasan Pertemuan R1.
c. Pertemuan perencanaan 12 bulan sebelum outage (R2)
Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form monitoring
RO/PO/DO/BA untuk spare parts critical, project, rehabilitasi dan jasa (untuk
delivery time 6 s/d 12 bulan). Semua kegiatan pemeliharaan boiler CFB dengan
durasi shut down lebih dari 20 hari, harus termasuk dalam agenda pembahasan
pertemuan R2.
d. Pertemuan perencanaan 6 bulan sebelum outage (R3)
Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form monitoring
RO/PO/DO/BA untuk spare parts leverage / rutin, project, rehabilitasi dan jasa
(untuk delivery time 3 s/d 6 bulan).
e. Pertemuan pelaksanaan 3 bulan sebelum outage (P1)
Menetapkan pengadaan, menerbitkan dan menetapkan form monitoring RO/PO/BA
untuk spare parts spesifik, spare parts umum dan jasa (delivery time 1 s/d 3 bulan).
Selain itu juga dilakukan penetapan detail ruang lingkup overhaul, tim overhaul,
tools dan sarana serta perkiraan kebutuhan tenaga kerja. Semua kegiatan
pemeliharaan boiler CFB dengan durasi shut down ≤ 20 hari (Boiler Inspection),
harus termasuk dalam agenda pembahasan Pertemuan P1.
f. Pertemuan pelaksanaan 1 bulan sebelum outage (P2)
Menetapkan pengadaan, menerbitkan dan menetapkan form monitoring RO/PO/BA
untuk spare parts umum, consumable material dan jasa (delivery time s/d 1 bulan).
Selain itu juga dilakukan penetapan detail ruang lingkup overhaul, tim overhaul,
tools dan sarana.
g. Pertemuan pelaksanaan 1 minggu sebelum outage (P3)
Melakukan review ruang lingkup overhaul, kesiapan tim, tools, sarana, spare parts,
consumable material, jasa serta RO/PO. Pembahasan difokuskan juga pada
mekanisme koordinasi dan komunikasi selama pelaksanaan overhaul.
Durasi dan interval waktu pelaksanaan pemeliharaan PLTU CFB sesuai pada Tabel 1
dan Gambar 3.

7
SPLN K5.008: 2019

Tabel 1. Durasi dan Interval Waktu Pemeliharaan PLTU CFB.

Interval Durasi (hari)


Tipe Outage
(Jam Operasi Unit) Siklus ke-1 Siklus ke-2 dst

BI – Boiler Inspection 4.000 20 20

SI – Simple Inspection 8.000 28 24

ME – Mean Inspection 16.000 42 30

SE – Serious Inspection 32.000 56 45

JENIS OUTAGE

BI BI + SI BI BI + ME BI BI + SI BI BI + SE

0 4.000 8.000 12.000 16.000 20.000 24.000 28.000 32.000


JAM OPERASI
Gambar 3. Siklus Overhaul Boiler PLTU CFB.

Lingkup pemeliharaan yang dilakukan dalam Boiler Inspection (BI) PLTU CFB adalah
meliputi pemeriksaan dan penggantian (jika diperlukan) komponen utama yang berpotensi
menyebabkan terjadinya forced outage dan/atau forced derated pembangkit, yaitu:
a. Boiler Tube;
b. Refractory;
c. Fluidized Nozzle;
d. Valve dan Damper;
e. Rotating Equipment;
f. Electrical dan Instrument;
g. Air Heater.

6.1. Perencanaan Outage

Tahap perencanaan outage dapat dilihat pada Gambar 4. Pola Hubungan lingkup
pekerjaan Inspection dengan Pre Outage :
a. Untuk overhaul tipe Serious Inspection (SE) kegiatan dimulai dari R1;
b. Untuk overhaul tipe Mean Inspection (ME) kegiatan dimulai dari R2;
c. Untuk overhaul tipe Simple Inspection (SI) kegiatan dimulai dari R3;
d. Untuk overhaul tipe Boiler Inspection (BI) kegiatan dimulai dari P1.

8
SPLN K5.006: 2019

Gambar 4. Tahapan Perencanaan Outage

6.2. Pelaksanaan Outage

Pelaksanaan kegiatan Outage dilakukan serta dijelaskan pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Tahapan Kegiatan Overhaul

9
SPLN K5.008: 2019

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam tahapan kegiatan overhaul di atas, dijelaskan
sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan overhaul saat awal shut down unit


Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan/pengambilan material (spare part, material
consumable, tools dan sarana), persiapan pre-test peralatan, penetapan scope
tambahan pekerjaan hasil temuan saat awal shutdown, melakukan isolasi peralatan dan
pengamanan area serta briefing K3.
2. Melakukan kegiatan overhaul saat periode disassembly
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan kelengkapan kerja (instruksi kerja, data
clearance, material, tools, kompetensi dan man hours), menetapkan scope tambahan
tindak lanjut hasil temuan saat disassembly, melakukan koordinasi dengan semua pihak
agar pekerjaan disassembly berjalan dengan baik (tepat waktu, tepat kualitas dan
aman).
3. Melakukan kegiatan overhaul saat periode inspeksi/repair
Kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kondisi peralatan (visual, pengukuran,
kalibrasi, dll), penetapan standar inspeksi (referensi standar/manufacture) dan
penetapan scope tambahan hasil temuan pada saat inspeksi peralatan.
4. Melakukan kegiatan overhaul saat periode assembly
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan kelengkapan kerja (instruksi kerja, data
clearance, material, tools, kompetensi dan man hours), melakukan koordinasi dengan
semua koordinator bidang agar pekerjaan assembly berjalan dengan baik (tepat waktu,
tepat kualitas dan aman).
5. Melakukan pengujian / test peralatan
Kegiatan yang dilakukan meliputi konfirmasi kepastian kesiapan instruksi kerja untuk
pengujian (peralatan, sub-sistem dan sistem), menetapkan standar pengujian dan
melakukan pengujian / test (individual test dan interlock test).
6. Melakukan kegiatan start up dan sinkron
Kegiatan yang dilakukan meliputi penetapan standard SOP / IK untuk start up dan
sinkron serta melakukan koordinasi dengan semua koordinator (bidang overhaul, tim
start up dan tim QC) agar kegiatan start up dan sinkron berjalan sesuai target.
Assessment (Remaining Life Asessment) untuk boiler CFB dilakukan saat First Year
Inspection dan minimal setelah melewati 1 siklus pemeliharaan.

6.3. Pasca Outage

Pelaksanaan kegiatan Pasca Outage dilakukan serta dijelaskan pada Gambar 6 sebagai
berikut:

10
SPLN K5.006: 2019

Gambar 6. Tahapan Kegiatan Pasca Overhaul

6.4. Owner Manajemen Outage

Manajemen harus menetapkan salah satu fungsi dalam organisasi sebagai pengelola
manajemen outage, baik di level organisasi unit induk (atau setara unit induk) dan unit
pelaksana (atau setara unit pelaksana).

11
Pengelola Standardisasi :
PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan
Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id

12
Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) PusatPengelola


PenelitianStandardisasi :
dan Pengembangan Ketenagalistrikan
PT PLN (Persero) Jakarta
Jl. Durentiga, Pusat Penelitian dan021-7973774,
12760, Telp. PengembanganFax.Ketenagalistrikan
021-7991762,
Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id

Anda mungkin juga menyukai