Anda di halaman 1dari 52

STANDAR SPLN D3.

020-1: 2019
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0194.P/DIR/2019

PERANGKAT HUBUNG BAGI


TEGANGAN MENENGAH
Bagian 1:
Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160

i
STANDAR SPLN D3.020-1: 2019
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0194.P/DIR/2019

PERANGKAT HUBUNG BAGI


TEGANGAN MENENGAH
Bagian 1:
Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PERANGKAT HUBUNG BAGI
TEGANGAN MENENGAH
Bagian 1:
Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi

ER
UA
Disusun oleh :

Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi


dengan Keputusan
General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Insitute)
No. 008.K/GM-PUSLITBANG/2019

Kelompok Kerja Standardisasi


Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah
dengan Keputusan
General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Insitute)
No. 0299.K/GM-PUSLITBANG/2019

Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
h
PLN
PT PLN (PERSERO)

PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO}

NOiTOR:0194 .P/DlR/2019

TENTANG

SPLN D3.020-1:2019
PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN MENENGAH
BAGIAN ,I - BERINSULASI UDARA PADA GARDU DISTRIBUSI

DTREKS| PT PLN (PERSERO)

Menimbang a bahwa dalam rangka memenuhi keselamatan kerja, kemudahan


dalam perencanaan, dan pengorganisasian sistem dan peralatan
tenaga listrik, perlu menerbitkan SPLN D3.020-1 : 2019
Perangkat Hubung bagi Tegangan Menengah Bagian 1-
Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi;
b bahwa setelah dilakukan pembahasan dan diperoleh persetujuan
Direksi, Draf Standar Final (DSF) SPLN D3.020-1: 2019 yang
disusun oleh Kelompok Standardisasi Bidang Distribusi telah
memenuhi syarat untuk disahkan menladi SPLN D3.020-1: 2019i
c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Peraturan Direksi PT
PLN (Persero) tentang SPLN D3.020-1:2019 Perangkat Hubung
bagi Tegangan Menengah Bagian 1-Berinsulasi Udara pada
Gardu Distribusi.

Mengingat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha


Milik Negara;
2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikanl
4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadt
Perusahaan Perseroan (Persero);
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara;
o Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 20141
7 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha
Jasa Penunjang Tenaga Listrik;
8 Anggaran Dasar PT PLN (Persero) beserta perubahannya;

1 dari 3

Paraf v
*

PLN
9. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-272lMBUl1212014 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-211/MBU/10/2015 tentang
Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
11. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-138/MBU/07/2017 tentang
Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan, Pengalihan
Tugas, dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-109/MBU/05/2019 tentang
Pemberhentian, Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-
anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-169/MBU/08/2019 tentang
Pemberhentian Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
14. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.ruDtRy2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0297.P/DlR:/201 6;
15. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0051. P/D|R/20'18
tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero)
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 01 01.P/DlRl/201 9;;
16. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 033.t(DlR/2005
tentang Penetapan PT PLN (Persero) Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistrikan sebagai Penanggung Jawab
Kegiatan Standardisasi dj Lingkungan PT PLN (Persero).

MEM UTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG SPLN


D3020-1: 2019 PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN
MENENGAH BAGIAN 1 _ BERINSULASI UDARA PADA GARDU
DISTRIBUSI,

PERTAIVIA Mengesahkan SPLN D3.020-1: 2019 Perangkat Hubung bagi


Tegangan Menengah Bagian 1- Berinsulasi Udara pada Gardu
Distribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

2 dari 3

Paraf v
*

PLN
KEDUA Memberlakukan SPLN D3.020-1: 2019 Perangkat Hubung bagi
Tegangan Menengah Bagian 1- Berinsulasi Udara pada Gardu
Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
diberlakukan di lingkungan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan
PT PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Anak Perusahaan.

KETIGA Dengan ditetapkan Peraturan ini, maka ketentuan-ketentuan lain yang


bertentangan dengan Peraturan ini, dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku selak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Noverober 2019
REKTUR UTAM A,

r)lR

INTEN CAHYANI

3 dari 3

Par
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Insitute)
No. 008.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. Ir. Rudy Setyobudi, M.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Sriyono, S.T., M.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. I Ketut Gede Agus Sutopo : Sebagai Anggota
4. Ir. Muhammad Rusli, M.M., M.T. : Sebagai Anggota
5. Ir. Indradi Setiawan, M.M. : Sebagai Anggota
6. Haryo Lukito, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
7. Ir. A. Y. Harimurti Nugraha, M.Eng. : Sebagai Anggota
8. Ir. Nyoman S Astawa, M.B.A. : Sebagai Anggota
9. Iman Faskayana, S.T., M.M. : Sebagai Anggota
10. Firdaus Solihin, S.T. : Sebagai Anggota
11. Alam Awaluddin, S.T. : Sebagai Anggota
12. Ignatius Rendroyoko, S.T., M.Sc. : Sebagai Anggota
13. Andreas Heru Sumaryanto, S.T. : Sebagai Anggota
14. Rahmat Heru Basuki, S.T. : Sebagai Anggota
Susunan Kelompok Kerja Standardisasi
Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah
Keputusan Kepala PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan (Research Insitute)
No. 0731.K/PUSLITBANG/2014

1. Ir. Christiana Samekta : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Satyagraha Abdul Kadir, S.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. Hendie Prastyono : Sebagai Anggota
4. Ignatius Rendroyoko, S.T., M.Eng.Sc : Sebagai Anggota
5. A. Sugeng Sugarjito, S.T. : Sebagai Anggota
6. Ir. Rahmat Heru Basuki : Sebagai Anggota
7. Hendi Wahyono, S.T. : Sebagai Anggota
8. A. Parlindungan Siregar : Sebagai Anggota

Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan


(Research Insitute)
No. 0299.K/GM-PUSLITBANG/2019

1. Sriyono, S.T., M.T. : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Angga Kusumadinata, S.T. : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Bramantyo Anggun P, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
4. Haryo Lukito, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
5. Rahmat Heru Basuki, S.T. : Sebagai Anggota
6. Puput Tri Wijayanto, S.T. : Sebagai Anggota
7. Revi Aldrian, S.T., M.T. : Sebagai Anggota
8. Andika Sanjaya : Sebagai Anggota
9. Supriyatna : Sebagai Anggota
10. Tintus Setyadi, S.T. : Sebagai Anggota
SPLN D3.020-1: 2019

Daftar Isi

Daftar Isi .......................................................................................................................................i


Daftar Gambar ............................................................................................................................. ii
Daftar Tabel ................................................................................................................................. ii
Prakata ....................................................................................................................................... iii
1 Ruang Lingkup...................................................................................................................... 1
2 Tujuan ................................................................................................................................... 1
3 Acuan Normatif ..................................................................................................................... 1
4 Istilah dan Definisi................................................................................................................. 2
4.1 Kubikel ......................................................................................................................... 2
4.2 Perangkat Hubung Bagi (PHB) ................................................................................... 2
4.3 Sirkit utama ................................................................................................................. 3
4.4 Sirkit bantu .................................................................................................................. 3
4.5 Gardu distribusi ........................................................................................................... 3
4.6 Arus normal pengenal ................................................................................................. 3
5 Kondisi Pelayanan ................................................................................................................ 3
6 Karakteristik .......................................................................................................................... 3
7 Konstruksi ............................................................................................................................. 5
7.1 Jenis Kubikel ............................................................................................................... 5
7.2 Persyaratan Konstruksi ............................................................................................... 6
7.3 Jarak udara ................................................................................................................. 6
7.4 Selungkup ................................................................................................................... 6
7.5 Kompartemen utama................................................................................................. 10
7.6 Kompartemen busbar................................................................................................ 11
7.7 Penutup akhir ............................................................................................................ 13
7.8 Kompartemen tegangan rendah ............................................................................... 14
7.9 Pintu .......................................................................................................................... 14
7.10 Pembumian ............................................................................................................... 15
7.11 Mekanisme pengoperasian ....................................................................................... 16
7.12 Diagram mimik .......................................................................................................... 16
7.13 Instalasi sirkit bantu ................................................................................................... 16
8 Komponen........................................................................................................................... 17
8.1 Pencegah kondensasi ............................................................................................... 17
8.2 Indikator tegangan .................................................................................................... 18
8.3 Pemutus tenaga (circuit breaker – CB) .................................................................... 18
8.4 Sakelar beban (load break switch – LBS) ................................................................ 19
8.5 Sakelar beban dengan pengaman lebur (switch-fuse combination) ........................ 19
8.6 Pengaman lebur (fuse).............................................................................................. 20
8.7 Pemisah (disconnecting switch – DS) ...................................................................... 20
8.8 Sakelar pembumian (earthing switch – ES) ............................................................. 21
8.9 Transformator arus.................................................................................................... 21
8.10 Transformator tegangan ........................................................................................... 21
8.11 Komponen lainnya .................................................................................................... 22
8.12 Fasilitas SCADA ........................................................................................................ 24
9 Penandaan.......................................................................................................................... 24
9.1 Pelat nama ................................................................................................................ 24

i
SPLN D3.020-1: 2017

9.2 Diagram skematik rangkaian kontrol ........................................................................ 25


10 Persyaratan keamanan ...................................................................................................... 25
10.1 Akses ke kompartemen ............................................................................................ 25
10.2 Silih kunci .................................................................................................................. 26
11 Pemeriksaan dan pengujian ............................................................................................... 26
11.1 Pengujian jenis .......................................................................................................... 26
11.2 Pengujian rutin .......................................................................................................... 29
11.3 Pengujian serah terima ............................................................................................. 29
11.4 Pengujian pengawasan ............................................................................................. 30
Lampiran A Informasi untuk Pemesanan PHB-TM ................................................................ 34
Lampiran B Pengujian Ketahanan Selungkup ........................................................................ 35

Daftar Gambar

Gambar 1. Jenis-jenis kubikel .................................................................................................... 5


Gambar 2. Dimensi rangka utama kubikel ................................................................................ 8
Gambar 3. Lubang kopel............................................................................................................ 8
Gambar 4. Simbol bahaya tegangan ......................................................................................... 9
Gambar 5. Lubang jalur kabel TM pada pelat penutup bawah ............................................... 11
Gambar 6. Susunan busbar ..................................................................................................... 12
Gambar 7. Busbar dan konstruksi sambungan ....................................................................... 13
Gambar 8. Field detector pada terminal busbar ...................................................................... 13
Gambar 9. Kompartemen tegangan rendah ............................................................................ 14
Gambar 10. Ukuran dan penempatan terminal pembumian ................................................... 15
Gambar 11. Dimensi pengaman lebur ..................................................................................... 20

Daftar Tabel

Tabel 1. Nilai-nilai pengenal...................................................................................................... 4


Tabel 2. Batas kenaikan suhu................................................................................................... 4
Tabel 3. Daftar persyaratan peralatan .................................................................................... 17
Tabel 4. Karakteristik TDL....................................................................................................... 23
Tabel 5. Data informasi pada pelat nama ............................................................................... 25
Tabel 6. Sistem silih kunci....................................................................................................... 26
Tabel 7. Daftar mata uji ........................................................................................................... 31

ii
SPLN D3.020-1: 2019

Prakata

Standar SPLN D3.020-1: 2019 merupakan revisi dan sebagai pengganti dari SPLN D3.020-1:
2015. Revisi ini mencakup ukuran tinggi kubikel, bahan, dan komponen.

Dengan revisi standar ini diharapkan akan memudahkan pengguna untuk mengganti ataupun
menambah kubikel yang ada di gardu distribusi.

Penyeragaman dalam SPLN D3.020-1: 2019 ini meliputi: ukuran kubikel, transformator arus,
transformator tegangan, pengaman lebur, tinggi terminal busbar antar kubikel, dan posisi
tengah komponen switsing.

Dengan terbitnya SPLN D3.020-1: 2019, maka SPLN D3.020-1: 2015 dinyatakan tidak berlaku
lagi.

iii
SPLN D3.020-1: 2019

Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah


Bagian 1: Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi

1 Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan spesifikasi perangkat hubung bagi tegangan menengah 24 kV


berinsulasi udara untuk penggunaan pada gardu distribusi.

Perangkat hubung bagi tegangan menengah untuk kebutuhan khusus yang tidak ditetapkan
dalam standar ini, pengadaan dan penggunaannya dapat diatur oleh unit pengguna (misal
panel untuk automatic change over).

Untuk selanjutnya perangkat hubung bagi tegangan menengah disebut “PHB TM”.

2 Tujuan

Sebagai ketentuan persyaratan teknis pada pengadaan PHB TM bagi unit-unit operasional
PLN serta ketentuan desain, pembuatan dan pengujian bagi pabrikan, laboratorium uji, dan
institusi sertifikasi produk.

3 Acuan Normatif

Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada
dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.

a. IEC 62271-1, 2017, High-voltage switchgear and controlgear – Part 1: Common


specifications;
b. IEC 62271-200, 2011, High-voltage switchgear and controlgear – Part 200: AC metal-
enclosed switchgear and controlgear for rated voltages above 1 kV and up to and
including 52 kV;
c. IEC 62271-100, 2008, High Voltage Switchgear and controlgear – Part 100:
Alternating-current circuit-breakers;
d. IEC 62271-102, 2018, High-voltage switchgear and controlgear – Part 102: Alternating
current disconnectors and earthing switches;
e. IEC 62271-103, 2011, High-voltage switchgear and controlgear – Part 103: Switches
for rated voltages above 1 kV up to and including 52 kV;
f. IEC 62271-105, 2012, High-voltage switchgear and controlgear – Part 105: Alternating
current switch-fuse combinations;
g. IEC 62271-206, 2011, High-voltage switchgear and controlgear – Part 206: Voltage
presence indicating systems for rated voltages above 1 kV and up to and including 52
kV;
h. IEC 60529, 2013, Degrees of protection provided by enclosures (IP Code);

1
SPLN D3.020-1: 2019

i. IEC 62262, 2002, Degrees of protection provided by enclosures for electrical


equipment against external mechanical impacts (IK code);
j. IEC 60071-2, 1996, Insulation co-ordination – Part 2: Application guide;
k. IEC 60282-1, 2014, High-voltage fuses – Part 1: Current-limiting fuses;
l. DIN 43625, High-voltage fuses; Rated voltages 3.6 to 36 kV; Fuse-links;
m. DIN 42600-8, Instrument transformers for 50 Hz, Um 0,72 kV to 52 kV – Part 8: Current
Transformers (support-type-insulators) Um 12 kV and Um 24 kV, Narrow design, main
dimensions, indoor type;
n. DIN 42-600-9, Instrument transformers for 50 Hz, Um 0,72 kV to 52 kV – Part 9: Voltage
Transformer Um12 and 24 kV; Narrow design, main dimensions, indoor type;
o. ASTM A1046/A1046M, Standard Specification for Steel Sheet, Zinc-Aluminum-
Magnesium Alloy, Coated by The Hot-dip Process;
p. JIS Z 2371 – 1994, Methods of neutral salt spray testing;
q. ISO 2409 : 1992, Paints and varnishes, Cross-cut test;
r. SPLN 43-5-5: 1995, Kabel tanah inti tunggal berisolasi XLPE dan berselubung PE/PVC
berpenghantar konsentris dengan atau tanpa perisai, tegangan pengenal 3,6/6 (7,2)
kV s.d 12/20(24) kV;
s. SPLN 43-5-6: 1995, Kabel tanah inti tiga berisolasi XLPE dan berselubung PE/PVC
berpenghantar konsentris dengan atau tanpa perisai, tegangan pengenal 3,6/6 (7,2)
kV s.d 12/20(24) kV;
t. SPLN D3.014-1: 2009, Transformator Instrumen Sistem Distribusi, Bagian 1 :
Transformator Arus;
u. SPLN D3.014-2: 2010, Transformator Instrumen Sistem Distribusi, Bagian 2 :
Transformator Tegangan Induktif.

4 Istilah dan Definisi

Istilah dan definisi mengikuti IEC 62271-200 dengan tambahan berikut:

4.1 Kubikel

Rakitan dari satu atau lebih gawai switsing (switching device) yang diselungkupi lemari
pelat logam, termasuk di dalamnya sirkit kontrol, sirkit bantu, instrumen ukur, dan sirkit
proteksi.

4.2 Perangkat Hubung Bagi (PHB)

Gabungan dari beberapa kubikel yang dikopel membentuk satu sirkit hubung-bagi tenaga
listrik.

2
SPLN D3.020-1: 2019

4.3 Sirkit utama

Konduktor bertegangan pengenal yang menyalurkan arus normal pengenal.

4.4 Sirkit bantu

Sirkit yang dimaksudkan untuk fungsi kontrol, proteksi, pengukuran, sinyal, pengaturan dan
sejenisnya.

4.5 Gardu distribusi

Gardu listrik yang berfungsi mendistribusikan energi listrik. Gardu distribusi yang dimaksud
berupa gardu hubung pada jaringan distribusi atau gardu pelanggan yang memerlukan
perangkat hubung bagi tegangan menengah.

4.6 Arus normal pengenal

Nilai rms arus yang dapat dialirkan secara kontinu oleh kubikel pada kondisi pelayanan
yang ditetapkan pada standar ini, dengan kenaikan suhu tidak melebihi batas yang
ditetapkan.

Arus normal pengenal menggunakan R10 series, yang dispesifikasikan pada IEC 60059,
terdiri dari angka 1 - 1,25 - 1,6 - 2 - 2,5 - 3,15 – 4 – 5 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10n.

5 Kondisi Pelayanan

Kondisi pelayanan yang ditetapkan pada SPLN ini adalah kondisi pelayanan normal:

a. Pasangan dalam;
b. Suhu udara sekitar tidak melebihi 40 ºC dan suhu rata-ratanya sepanjang 24 jam tidak
melebihi 35 ºC;
c. Kelembaban-relatif rata-rata diukur selama 24 jam tidak melebihi 95 % dan kelembaban
relatif rata-rata diukur selama satu bulan tidak melebihi 90 %;
d. Ketinggian tempat pemasangan tidak melebihi 1000 meter dari permukaan laut.

Untuk penggunaan PHB TM pada kondisi yang berbeda dengan kondisi pelayanan normal
tersebut di atas maka ketentuan mengikuti IEC 62271-1 butir 2.2.

6 Karakteristik

Nilai-nilai pengenal kubikel tercantum pada Tabel 1.

3
SPLN D3.020-1: 2019

Tabel 1. Nilai-nilai pengenal

No
Jenis pengenal Nilai pengenal
.
1. Tegangan (Ur) 24 kV
2. Frekuensi (fr) 50 Hz
3. Arus normal (Ir) Lihat butir 7.1
4. Tingkat insulasi
- Tegangan ketahanan impuls petir 1,2/50 µs (Up) 125 kV
- Tegangan ketahanan frekuensi daya (Ud) 50 kV
5. Ketahanan hubung-singkat
- Arus ketahanan waktu singkat (Ik) 16 kA 1)
- Arus ketahanan gangguan fase-bumi (Ike) 16 kA 1)
- Arus ketahanan puncak (Ip, Ipe) 2,5 Ik
- Durasi hubung singkat (tk, tke) ≥1s
6. Batas kenaikan suhu Lihat Tabel 2
7. Indeks pengaman
- Selungkup IP 30 dan IK 07
- Partisi IP 20

CATATAN:
1) Nilai yang lebih besar dari 16 kA dapat dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan;

Tabel 2. Batas kenaikan suhu

Nilai maksimum
1) Bahan logam
No. Bagian yang diuji Suhu Kenaikan
pelapis
[oC] suhu [K]

1. Kontak Perak, Nikel 105 65


2. Koneksi busbar 2) Perak, Nikel 115 75
Timah 105 65
Tanpa Pelapis 90 50
Perak, Nikel,
3. Terminal untuk kabel eksternal 90 50
Timah
Bagian selungkup yang
4.
diakses:
- tersentuh saat operasi - 70 30
- tidak tersentuh saat operasi - 80 40
5. Pelat penutup bawah 3) - 80 40

4
SPLN D3.020-1: 2019

CATATAN:
1) Pengujian dilakukan dengan memberikan arus normal pengenal. Arus pengenal dari
pelebur terpasang berdasarkan rekomendasi dari pabrikan pelebur.
2) Bila koneksi mempunyai pelapis berbeda, persyaratan nilai maksimum mengikuti nilai
terbesar.
3) Hanya untuk kubikel dengan kompartemen utama yang terhubung dengan kabel TM
eksternal.

7 Konstruksi

7.1 Jenis Kubikel

Jenis-jenis kubikel tercantum pada Gambar 1.

Kubikel LBS Kubikel TP Kubikel VT Kubikel CB

Gambar 1. Jenis-jenis kubikel

a) Kubikel LBS (kubikel sakelar beban)


Sakelar utama: sakelar beban (load break switch).
Arus normal pengenal: 630 A.
Arus pemasukan (making current) dan arus pemutusan (breaking current):
 Arus pemasukan hubung-singkat (short-circuit making current, Ima): 40 kA (pada
sakelar pembumian LBS);

b) Kubikel TP (kubikel proteksi transformator)


Sakelar utama: kombinasi LBS dan pengaman lebur (switch-fuse combination).
Arus normal pengenal: 50 A (untuk pemakaian transformator dengan daya s.d. 1000
kVA).

5
SPLN D3.020-1: 2019

Arus pemutusan:
 Kapasitas pemutusan hubung-singkat (Isc): 16 kA;

c) Kubikel VT (kubikel transformator tegangan)


Sakelar: pemisah (disconnecting switch).
Arus normal pengenal: 4 A.

d) Kubikel CB (kubikel pemutus tenaga)


Sakelar utama: pemutus tenaga (circuit breaker).
Arus normal pengenal: 630 A.
Arus pemasukan dan pemutusan:
 Arus pemutusan hubung-singkat (short-circuit breaking current; Isc): 16 kA;
 Arus pemasukan hubung-singkat (short-circuit making current): 40 kA.

7.2 Persyaratan Konstruksi

Persyaratan konstruksi mengikuti IEC 62271-200 butir 5. Pernyataan di bawah ini


merupakan ketentuan tambahan yang bersifat khusus atau bersifat penegasan dari
ketentuan pada IEC tersebut.

PHB TM harus didesain sedemikian sehingga operasi-operasi berikut dapat dilakukan


dengan aman:

a. Pelayanan normal, pemeriksaan, pemeliharaan dan penggantian komponen;


b. Pemeriksaan kondisi bertegangan atau tidak bertegangan dari sirkit utama, termasuk
pemeriksaan urutan fase;
c. Pembumian, pemeriksaan arah dan lokasi gangguan, uji tegangan kabel-daya dan
peralatan terpasang, serta pembuangan muatan elektrostatik.

7.3 Jarak udara

Jarak udara (air clearance) fase-fase dan fase-bumi dari konduktor pada sirkit utama
minimal 220 mm. Apabila jarak udara kurang dari 220 mm, konduktor harus dilapisi dengan
insulasi dari jenis yang dapat memadamkan nyala api.

7.4 Selungkup

Selungkup dibentuk oleh rangka utama dan pelat penutup. Pelat penutup menutupi bagian
terbuka dari rangka utama, membentuk lemari tertutup.

Pada bagian dalam selungkup dipasang sakelar beban atau pemisah yang merupakan
pembatas dari dua kompartemen di dalam selungkup, yaitu kompartemen busbar dan
kompartemen utama. Kompartemen busbar berada pada bagian atas sakelar
beban/pemisah, sedangkan kompartemen utama pada bagian bawah.

6
SPLN D3.020-1: 2019

Posisi penempatan sakelar beban/pemisah harus diperhitungkan agar dapat memenuhi


ketentuan tinggi terminal untuk pemasangan kabel TM (Butir 7.5.1) dan tinggi terminal
busbar pada kompartemen busbar (Butir 7.6.1).

Selungkup harus didesain untuk mampu menahan berat total kubikel beserta komponen
peralatan di dalamnya. Metode uji pada Lampiran B.

Dinding kiri dan kanan selungkup harus bebas dari permukaan menonjol yang ditimbulkan
oleh baut pemasang agar kubikel dapat dikopel dengan rapat.

Sebelum dan setelah dikopel dalam sirkit PHB TM, selungkup setiap kubikel harus
memenuhi persyaratan indeks pengaman yang dispesifikasikan pada Tabel 1.

7.4.1 Rangka utama

Rangka utama terbuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminum yang memenuhi persyaratan
Coated sheet steel (ASTM A792 atau ISO 9364) atau Hot Dip Zinc coated steelsheet (JIS
G 330 2 / JIS G 332 1) dan mempunyai sertifikat Salt Spray Test 240 jam sesuai ISO 9227
atau ASTM B117. Tebal pelat minimal 2,0 mm.

Dimensi rangka utama adalah seperti pada Gambar 2. Dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Tinggi : 1900 mm;


b. Lebar : 500 mm;
Lebar (kubikel CB) : 750 mm s.d. 1000 mm;
c. Kedalaman : 480 mm (diukur dari titik pusat fase S hingga bagian belakang).

Gambar 2. (a) Dimensi rangka utama kubikel dengan lebar 500 mm

7
SPLN D3.020-1: 2019

Gambar 2. (b) Dimensi rangka utama kubikel CB

CATATAN:
Dimensi hanya berlaku untuk rangka utama, tidak termasuk exhaust channeling, pintu, dan
kompartemen tegangan rendah.

Bagian samping kanan dan kiri rangka utama harus dilengkapi dengan masing-masing 6
lubang untuk mengkopel kubikel (Gambar 3).

Gambar 3. Lubang kopel

8
SPLN D3.020-1: 2019

7.4.2 Pelat penutup

Bahan pelat penutup adalah Rangka utama terbuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminum
yang memenuhi persyaratan Coated sheet steel (ASTM A792 atau ISO 9364) atau Hot Dip
Zinc coated steelsheet (JIS G 330 2 / JIS G 332 1) dan mempunyai sertifikat Salt Spray
Test 240 jam sesuai ISO 9227 atau ASTM B117.

Pelat penutup bawah kubikel LBS, TP, CB mengikuti ketentuan Butir 7.4.2.5.

Pelat penutup harus menutup seluruh bagian PHBTM jika disusun dari kubikel yang
berbeda dimensi.

7.4.2.1 Pelat penutup belakang

Pelat penutup belakang kompartemen utama dan kompartemen busbar untuk semua jenis
kubikel harus terpasang dengan baut atau terpasang permanen (dapat dibuka dengan
menggunakan alat tanpa merusak).

Tebal pelat minimal 1 mm dan tebal pelat evakuasi (jika ada) minimal 0,5 mm.

Pelat penutup belakang dapat ditambahkan ventilasi dengan persyaratan indeks pengaman
harus tetap terpenuhi.

7.4.2.2 Pelat penutup atas

Pelat penutup atas merupakan akses ke kompartemen busbar. Pemasangan pelat penutup
tersebut harus menggunakan baut dengan mur tetap (fixed nut).

Tebal pelat minimal 1,5 mm.

Pelat penutup atas harus dilengkapi simbol bahaya tegangan (Gambar 4).

Gambar 4. Simbol bahaya tegangan

7.4.2.3 Pelat penutup samping kompartemen utama

Dinding samping kompartemen utama merupakan salah satu akses untuk penanganan
komponen di dalam kompartemen, sehingga pelat penutup samping kiri dan kanan setiap
kubikel harus dapat dilepas menggunakan alat tanpa merusak.
9
SPLN D3.020-1: 2019

Setelah terpasang menjadi sirkit PHB TM, ketentuan penutupan dinding samping diatur
pada Butir 7.7.

Tebal pelat minimal 2,0 mm.

Tebal pelat antar kubikel minimal 1,5 mm.

7.4.2.4 Pelat penutup samping kompartemen busbar

Pelat penutup samping kompartemen busbar hanya dipasang pada kubikel yang berada
paling kiri dan paling kanan dari sirkit PHB TM.

Pelat penutup samping terpasang tetap dan hanya dapat dibuka dengan peralatan khusus
menggunakan alat tanpa merusak.

Setelah terpasang menjadi sirkit PHB TM, ketentuan dinding samping mengikuti Butir 7.7.

Tebal pelat minimal 2,0 mm.

7.4.2.5 Pelat penutup bawah

Pelat penutup bawah tertutup memenuhi indeks pengaman kubikel.

Untuk kubikel VT, pelat penutup bawah terpasang tetap (fixed).

Untuk kubikel LBS, TP, dan CB mengikuti Butir 7.5.2.

Tebal pelat minimal 2,0 mm.

7.5 Kompartemen utama

Kompartemen utama merupakan ruang untuk penempatan sebagian besar dari komponen
sirkit utama.

Penempatan komponen adalah sedemikian sehingga memenuhi ketentuan-ketentuan yang


terkait dengan jarak udara seperti tersebut pada Butir 7.3.

Ketentuan komponen tercantum pada Butir 8.

Komponen yang saat kubikel operasi perlu dikeluarkan untuk maksud penggantian,
pemeliharaan, dll, harus ditempatkan dan dipasang sedemikian sehingga dapat dengan
mudah ditarik keluar setelah koneksi pemasangnya (baut, dll) dilepas.

10
SPLN D3.020-1: 2019

7.5.1 Terminal kabel TM

Tinggi terminal dari dasar kubikel untuk penempatan sepatu kabel (cable lug) dari kabel TM
adalah:

a. Kubikel LBS: minimal 750 mm;


b. Kubikel TP, CB: minimal 500 mm. Terukur dari bagian pelat penutup bawah atau
kotak kabel bagi yang menggunakan.

Terminal harus dapat menampung konduktor kabel sampai dengan 300 mm 2. Untuk kubikel
LBS, kabel yang digunakan adalah inti tiga sedangkan kubikel TP dan CB harus
menggunakan kabel inti tunggal.

7.5.2 Pelat penutup bawah untuk kubikel dengan jalur kabel TM

Pelat penutup bawah kubikel LBS, TP dan CB harus dilengkapi dengan lubang jalur kabel
TM dan klem kabel (Gambar 5). Diameter dan jumlah lubang jalur kabel pada pelat penutup
bawah harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran kabel tersebut pada Butir 7.5.1.

Kubikel LBS Kubikel CB dan TP

Gambar 5. Lubang jalur kabel TM pada pelat penutup bawah

Pelat penutup bawah harus mempertimbangkan:

a. Pengaruh induksi elektromagnetik dari arus beban;


b. Kemudahan untuk dipasang dan dilepas dalam keadaan kabel terpasang (sistem
modular);
c. Indeks pengaman yang disyaratkan pada Tabel 1

Klem kabel harus terbuat dari bahan non magnetik.

7.6 Kompartemen busbar

7.6.1 Susunan busbar

Sistem busbar PHB TM dipasang pada terminal atas dari sakelar beban/pemisah setiap
kubikel (Gambar 6).

11
SPLN D3.020-1: 2019

Gambar 6. Susunan busbar

Tinggi terminal busbar adalah 1600 mm dari dasar kubikel. Busbar fase tengah (fase S)
menjadi acuan penyambungan.

Untuk kubikel dengan lebar rangka utama 500 mm, posisi sakelar beban sesuai dengan
potongan A-A (Gambar 6).

Untuk kubikel CB, posisi sakelar beban dan post insulator sesuai dengan potongan B-B
(Gambar 6), dengan catatan posisi sakelar beban dapat ditempatkan di sisi kanan ataupun
sisi kiri kubikel.

7.6.2 Persyaratan busbar

Busbar harus dibuat dari tembaga dengan bentuk bulat, flat-rounded, atau flat-rectangular
seperti pada Gambar 7, dan dilapisi insulasi dengan tipe yang dapat memadamkan sendiri
nyala api.

Kubikel harus dilengkapi busbar dengan panjang 500 mm.

12
SPLN D3.020-1: 2019

Gambar 7. Busbar dan konstruksi sambungan

Setiap sambungan busbar harus ditutup dengan bushing field deflector seperti pada
Gambar 8.

Gambar 8. Field detector pada terminal busbar

Lubang pada busbar harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempermudah


penyambungan ke kubikel lainnya.

7.7 Penutup akhir

Kubikel yang terpasang paling kiri dan paling kanan dari sirkit PHB TM terpasang, harus
dilengkapi dengan penutup akhir (end cover).

Penutup akhir dipasang menutupi pelat penutup samping kompartemen busbar dan
penutup samping kompartemen utama.

Penutup akhir terbuat dari pelat baja dan dicat dengan sistem powder coating dengan
ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.

Pemasangan penutup akhir menggunakan baut dengan fixed-nut (cage nut, nutsert, dll)
ukuran M6 yang terpasang pada rangka.

Penutup akhir harus dilengkapi simbol bahaya tegangan (Gambar 4).

Tebal pelat minimal 2,0 mm.

13
SPLN D3.020-1: 2019

7.8 Kompartemen tegangan rendah

Kompartemen tegangan rendah berfungsi untuk menempatkan energi meter, relai, blok
terminal, peralatan kontrol, peralatan bantu SCADA, modul earth fault indicator, dan lain
sebagainya.

Kompartemen tegangan rendah dibuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminium dan pintu
dicat dengan sistem powder coating dengan ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan
harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.

Bentuk dan ukuran kompartemen seperti Gambar 9.

Kompartemen tegangan rendah harus dilengkapi kunci.

Tebal pelat minimal 1,5 mm.

Gambar 9. Kompartemen tegangan rendah

7.9 Pintu

Pintu kubikel dibuat dari pelat baja yang dicat dengan sistem powder coating dengan
ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.

Pengoperasian pintu kubikel harus memenuhi persyaratan keamanan pada Butir 10.

Tebal pelat minimal 2,0 mm.

14
SPLN D3.020-1: 2019

7.10 Pembumian

7.10.1 Terminal pembumian

Setiap kubikel harus dilengkapi terminal pembumian untuk menghubungkan sirkit


pembumian kubikel ke pembumian gardu distribusi dan dengan terminal pembumian
kubikel di sebelahnya.

Terminal pembumian harus dibuat dari tembaga dan dilengkapi mur-baut serta simbol
pembumian.

Ukuran dan penempatan terminal pembumian adalah seperti Gambar 10.

Gambar 10. Ukuran dan penempatan terminal pembumian

Terminal pembumian harus mampu dilalui arus gangguan fase-bumi yang dispesifikasikan
pada Tabel 1.

7.10.2 Pembumian bagian-bagian selungkup

Selungkup dan bagian-bagiannya (rangka utama, penutup akhir, pintu, partisi, atau struktur
terpisah lainnya) harus terhubung dengan baik ke terminal pembumian.

Interkoneksi dari setiap bagian selungkup tersebut harus didesain sedemikian sehingga bila
dilalui arus searah 30 A, tegangan jatuh antara bagian selungkup tersebut dengan terminal
pembumian harus tidak melebihi 3 V.

15
SPLN D3.020-1: 2019

7.10.3 Sirkit pembumian

Kubikel harus dilengkapi dengan konduktor pembumian dengan ukuran yang sesuai untuk
arus gangguan hubung singkat fase-bumi yang dispesifikasikan pada Tabel 1.

Konduktor pembumian terbuat dari busbar tembaga.

7.11 Mekanisme pengoperasian

Tuas operasi (control levers) ditempatkan di bagian depan kubikel. Arah putar tuas harus
sedemikian sehingga tidak mengenai dinding atau pintu yang terbuka dari kubikel di
sebelahnya.

Gaya untuk pengoperasian harus tidak melebihi 250 N.

Mekanisme pengoperasian harus dapat digunakan untuk operasi manual maupun


motorized tanpa modifikasi yang besar.

7.12 Diagram mimik

Semua kubikel harus dilengkapi diagram mimik yang tidak mudah lepas dan terhapus.

Posisi semua sakelar dan arah putarnya harus ditampilkan pada diagram mimik.

Indikator posisi sakelar (Closed, Open, Pembumian) harus terbuat dari bahan plastik atau
logam (tidak boleh stiker). Indikator posisi yang ditampilkan harus jelas sesuai dengan
posisinya.

Khusus kubikel TP, dilengkapi flag indicator untuk menunjukan kondisi apabila fuse putus.

7.13 Instalasi sirkit bantu

Sakelar dan sirkit bantu harus mampu dilalui arus dari perangkat yang dikontrolnya secara
kontinu.

Instalasi sirkit bantu minimal menggunakan kabel NYAF 1,5 mm2.

Ukuran kabel terminal sekunder transformator arus disesuaikan dengan burden


transformator arus terpasang, dengan ukuran 4 mm2.

Setiap ujung kabel harus diidentifikasi dengan angka dan atau huruf.

Setiap koneksi kabel ke terminal harus dilengkapi dengan sepatu kabel yang sesuai, untuk
kWh meter mengikuti ketentuan SPLN terkait.

16
SPLN D3.020-1: 2019

8 Komponen

Ketentuan mengenai komponen yang digunakan pada setiap kubikel tercantum pada Tabel
3 dan persyaratannya tercantum pada Butir 8.1 s.d 8.11.

Setiap komponen sirkit utama yang terpasang dalam satu kubikel harus disesuaikan
dengan ketahanan arus hubung-singkat kubikel, kecuali terkait dengan transformator arus
rasio rendah (Lihat CATATAN pada Butir 8.9).

Tabel 3. Daftar persyaratan peralatan

Persyaratan untuk jenis kubikel


No. Jenis komponen
LBS TP VT CB

1. Pencegah kondensasi Butir 8.1 Butir 8.1 Butir 8.1 Butir 8.1

2. Indikator tegangan Butir 8.2 Butir 8.2 Butir 8.2 Butir 8.2

3. Pemutus tenaga - - - Butir 8.3

4. Sakelar beban Butir 8.4 Butir 8.5 - -

5. Pengaman lebur - Butir 8.6 Butir 8.6 -

6. Pemisah - - Butir 8.7 Butir 8.7

7. Sakelar pembumian Butir 8.8 Butir 8.8 Butir 8.8 Butir 8.8

8. Transformator arus - - - Butir 8.9

9. Transformator tegangan - - Butir 8.10 ** -

10. Lengkapan

a. Relai pengaman - - - Butir 8.11.1

b. TPS - - - Butir 8.11.2

c. Energi meter * - - - Butir 8.11.3

d. ZCT * Butir 8.11.4 - - Butir 8.11.4

e. Earth fault indicator * Butir 8.11.5 - - -

CATATAN:
*) Dalam hal dibutuhkan
**) Untuk kebutuhan catu daya, kubikel catu daya dapat dirangkai dengan mengganti
transformator tegangan dengan transformator catu daya.

8.1 Pencegah kondensasi

Setiap kubikel harus dilengkapi dengan pencegah kondensasi yang terdiri dari thermostat
dan pemanas.

17
SPLN D3.020-1: 2019

Karakteristik pemanas:

 Catu daya: 230 Vac;


 Daya pengenal: 100 W.

Pabrikan harus dapat merekomendasikan setelan thermostat pada lokasi pemasangan


PHB.

CATATAN:
Bila sistem pencegahan dengan thermostat dan pemanas tidak cukup efektif mencegah timbulnya
kondensasi pada lingkungan terpasangnya PHB TM, dapat digunakan humidstat dengan pemanas
atau kipas atau keduanya.
Sirkit pemanas harus dilengkapi dengan MCB.

8.2 Indikator tegangan

Setiap kubikel harus dilengkapi dengan VPIS (voltage presence indicating systems) yang
menginformasikan status tegangan dari kabel TM yang terhubung dengan kubikel.

Indikator tegangan terdiri dari capacitive voltage divider dan tiga buah lampu indikator.

Indikator tegangan harus memiliki sertifikat atau laporan uji jenis IEC 62271-206.

Indikator tegangan harus mempunyai terminal untuk menguji urutan fase.

Perangkat indikator tegangan harus tahan terhadap pengaruh pengujian-pengujian


dielektrik yang diterapkan pada kubikel.

8.3 Pemutus tenaga (circuit breaker – CB)

Jenis pemutus tenaga adalah pasangan tetap (fixed type) dengan media pemutusan SF6
atau vacuum.

Karakteristik dasar:

 Tegangan pengenal: 24 kV;


 Arus pengenal:  630 A;
 Tingkat insulasi: 50/125 kV;
 Arus pemutusan hubung singkat: ≥ 16 kA;
 Arus pemasukan hubung singkat: ≥ 40 kA;
 Arus ketahanan waktu singkat: ≥ 16 kA;
 Durasi hubung-singkat: ≥ 1s;
 Tegangan suplai untuk buka tutup dan sirkit bantu: 48 Vdc;
 Urutan operasi: O – 0,3s – CO – t – CO; dimana t ≤ 3 menit;
 Kelas mekanikal: M2;
 Kecepatan pemutusan: ≤ 60 ms.

18
SPLN D3.020-1: 2019

Mekanisme pengoperasian: manual dan motorized (local - remote).

Pemutus tenaga harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 62271-100 dari
laboratorium independen.

8.4 Sakelar beban (load break switch – LBS)

Sakelar beban menggunakan interrupter dengan media pemutusan SF6 atau jenis vacuum
interrupter (VI).

Sakelar beban harus mempunyai 3 posisi: ES Closed, LBS Open, LBS Closed.

Mekanisme pengoperasian harus dapat digunakan secara manual maupun motorize tanpa
modifikasi yang besar.

Karakteristik dasar:
 Tegangan pengenal: 24 kV;
 Arus pengenal: 630 A;
 Tingkat insulasi: 50/125 kV;
 Arus ketahanan waktu singkat: ≥ 16 kA;
 Durasi hubung-singkat: ≥ 1s;
 Arus pemasukan hubung singkat: ≥ 40 kA;
 Kelas mekanikal: M2;
 Gaya untuk pengoperasian ≤ 250 N;
 Tegangan suplai untuk motor penggerak: 48 Vdc.

Sakelar beban harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 62271-103 dari
laboratorium independen.

8.5 Sakelar beban dengan pengaman lebur (switch-fuse combination)

Sakelar beban menggunakan interrupter dengan media pemutusan SF6 atau jenis vacuum
interrupter (VI).

Sakelar beban harus mempunyai 3 posisi: ES Closed, LBS Open, LBS Closed.

Karakteristik dasar:
 Tegangan pengenal: 24 kV;
 Arus pengenal: ≥ 200 A;
 Tingkat insulasi: 50/125 kV;
 Arus ketahanan waktu singkat: ≥ 16 kA;
 Durasi hubung-singkat: ≥ 1s;
 Arus pemasukan hubung singkat: ≥ 40 kA;
 Arus transfer (Itransfer) dan arus take-over (Ito) ≥ 200 A.

19
SPLN D3.020-1: 2019

Mekanisme pengoperasian: manual.

Sakelar beban harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-103 sedangkan fungsi
kombinasinya (switch-fuse combination) memenuhi IEC 62271-105 dari laboratorium
independen.

Karakteristik pengaman lebur pada Butir 8.6.

8.6 Pengaman lebur (fuse)

Dimensi pengaman lebur mengikuti DIN 43625 (Gambar 11).

Karakteristik dasar:

 Tegangan pengenal: 24 kV;


 Arus pengenal: disesuaikan dengan kapasitas transformator;

Arus pemutusan pengenal (I1):  31,5 kA.

Pengaman lebur harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 60282-1 dari
laboratorium independen.

Gambar 11. Dimensi pengaman lebur

8.7 Pemisah (disconnecting switch – DS)

Pemisah harus mempunyai 3 posisi: ES Closed, DS Open, DS Closed.

Karakteristik dasar:

 Tegangan pengenal: 24 kV;


 Arus pengenal: 630 A;
 Tingkat insulasi: 50/125 kV;
 Arus ketahanan waktu singkat:  16 kA;
 Durasi hubung-singkat:  1s;

20
SPLN D3.020-1: 2019

 Arus pemasukan hubung singkat:  40 kA;


 Kelas mekanikal: M1.

Pemisah harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-102 atau IEC 62271-103 dari
laboratorium independen.

8.8 Sakelar pembumian (earthing switch – ES)

Karakteristik dasar:

 Tegangan pengenal: 24 kV;


 Tingkat insulasi: 50/125 kV;
 Arus ketahanan waktu singkat:
- Kubikel TP:  1,5 kA;
- Kubikel CB:  16 kA.
 Durasi hubung-singkat:  1s.

Sakelar pembumian harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-102 dari
laboratorium independen.

8.9 Transformator arus

Transformator arus harus memiliki sertifikat uji jenis SPLN D3.014-1: 2009.

Karakteristik dasar:

 Rasio dan kelas akurasi mengikuti ketentuan SPLN D3.014-1: 2009 pada Tabel 4,
Tabel 5, dan Tabel 6;
 Arus waktu-singkat termal (Ith):  16 kA;
 Durasi hubung-singkat:  1 s;
 Burden pengenal: minimal 10 VA.

CATATAN:
Transformator arus rasio rendah (arus primer < 50 A) dapat menggunakan Ith yang lebih kecil dengan
tetap mempertimbangkan potensi aktual arus gangguan. Dengan penggunaan ini, nilai arus
ketahanan waktu singkat (Ik) pada pelat nama (Butir 9.1) perlu ditambahkan informasi nilai aktual
hubung singkat sesuai CT terpasang.

8.10 Transformator tegangan

Dimensi transformator tegangan (VT) harus memenuhi DIN 42600-9.

Transformator tegangan harus memiliki sertifikat uji jenis SPLN D3.014-2: 2010.

21
SPLN D3.020-1: 2019

Karakteristik dasar:

 Tegangan primer: 20/√3 kV;


 Tegangan sekunder: 100/√3 V;
 Kelas akurasi: 0,5;
 Burden pengenal: minimal 25 VA;
 Faktor tegangan: 1,2 Ur kontinu; 1,9 Ur 8h.

CATATAN:
Untuk sistem pentanahan tahanan tinggi, transformator tegangan harus memiliki terminal tegangan
residual.

8.11 Komponen lainnya

Komponen lainnya merupakan komponen yang tidak terkait langsung dengan desain
kubikel.

8.11.1 Relai pengaman

Kubikel CB harus dilengkapi dengan relai pengaman dan test block yang terpasang pada
bagian muka panel.

Karakteristik dasar relai pengaman:

 Dapat membaca arus sekunder transformator arus 5 A;


 Tegangan suplai 48 Vdc;
 Memiliki port komunikasi untuk pemeliharaan/setting proteksi menggunakan PC.

Relai pengaman harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 60255 dari
laboratorium independen.

Khusus untuk sistem pembumian 500 ohm, relay harus mampu mendeteksi
DGF/Directional ground fault (I0, kV0, dan sudut).

8.11.1.1 Fungsi pembatasan arus

Fungsi pembatasan arus harus memenuhi karakteristik TDL sesuai Tabel 4 dan dibuktikan
dengan laporan pengujian dari laboratorium PLN.

22
SPLN D3.020-1: 2019

Tabel 4. Karakteristik TDL

Arus Waktu trip

1,05 In > 60 menit

1,2 In < 20 menit

1,5 In < 10 menit

4 In Instantaneous

8.11.1.2 Fungsi proteksi

Fungsi minimum: arus lebih 50/51P, arus gangguan fase-bumi 50/51N.

Fungsi dan fitur relai lainnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing unit PLN.

8.11.2 Temporary power supply

Kubikel CB dilengkapi temporary power supply (TPS) sebagai catu daya peralatan relai dan
tripping coil pemutus tenaga.

Karakteristik dasar:

 Input: 100~240 VAC;


 Output: 48 VDC.

8.11.3 Energi meter

Dalam hal dibutuhkan, kubikel CB dapat dilengkapi energi meter dengan ketentuan
memenuhi persyaratan SPLN dan mempunyai izin tipe dari Direktorat Metrologi Republik
Indonesia.

8.11.4 Zero-phase current transformer

Dalam hal dibutuhkan, kubikel CB dapat dilengkapi Zero-phase Current Transformer (ZCT).

Karakteristik dasar:

 Rasio: ≤ 100/5;
 Diameter dalam ZCT: ≥ 150mm;
 Kelas Proteksi: minimal 5P10;
 Burden: ≥ 7,5 VA;

23
SPLN D3.020-1: 2019

8.11.5 Earth fault indicator

Dalam hal dibutuhkan, kubikel LBS keluaran dapat dilengkapi dengan earth fault indicator.

CATATAN:
Apabila sumber tegangan menggunakan baterai, harus dari jenis isi-ulang (rechargeable) dan
dilengkapi dengan perangkat pengisiannya.

8.11.6 Transformator catu daya

Transformator catu daya digunakan pada kubikel catu daya. Transformator catu daya
merupakan perangkat berupa transformator tegangan yang difungsikan menyediakan
sumber tegangan untuk komponen-komponen PHB TM.

Karakteristik dasar:

 Daya pengenal 2000 VA*


 Tegangan input 20.000 Vac
 Tegangan output 230 Vac
 Tipe pasangan dalam
 Tegangan tertinggi (Um) 24 kV
 Tegangan ketahanan frekuensi-daya primer 50 kV
 Tegangan ketahanan impuls petir 1,2/50 µs 125 kV
 Tegangan ketahanan frekuensi-daya sekunder 3 kV
 Kelas insulasi B

CATATAN:
*) Disesuaikan dengan kebutuhan

8.12 Fasilitas SCADA

Relai pengaman pada Butir 8.12.1 dan energi meter pada Butir 8.12.2 harus dapat
terintegrasi ke sistem SCADA.

Kubikel LBS dan CB harus memiliki terminal block untuk status dan kontrol yang dapat
diintegrasikan ke sistem SCADA (SCADA ready).

Ketentuan terkait fasilitas SCADA diatur dalam SPLN terpisah.

9 Penandaan

9.1 Pelat nama

Kubikel dan komponen tersebut pada Butir 8.1 s/d 8.11 harus mempunyai pelat nama
masing-masing. Pelat nama setiap komponen harus tetap terpasang sesuai kondisi aslinya.

24
SPLN D3.020-1: 2019

Pelat nama kubikel terbuat dari logam dan ditempatkan di bagian depan kubikel, sekurang-
kurangnya mencantumkan informasi pada Tabel 5. Penulisan dapat menggunakan
singkatan seperti tertulis pada kolom 2, tulisan dengan cara gravier.

Tabel 5. Data informasi pada pelat nama

Contoh
Jenis informasi Singkatan Catatan
penulisan

1 2 3 4
Jenis kubikel TP Lihat Butir 7
Nama pabrikan
Tipe kubikel Ditetapkan pabrikan
Nomor seri
Tahun pembuatan
SPLN
Standar acuan D3.020-1: Nomor SPLN ini
2019
Tegangan pengenal Ur 24 kV
Frekuensi pengenal fr 50 Hz
Tingkat insulasi Ud / Up 50/125 kV
Arus normal pengenal Ir xx A
Arus ketahanan waktu singkat Ik 16 kA - 1s
Ketahanan hubung singkat panel 5 kA Nilai aktual hubung singkat sesuai
dengan CT terpasang papan nama CT terpasang
Hanya untuk kubikel yang
menggunakan CT dengan rasio <
50/5 A (lihat Butir 10.9)
SF6 dan beratnya SF6 xxx kg
Level pengisian insulasi SF6 Pre xxx kPA

9.2 Diagram skematik rangkaian kontrol

Diagram skematik rangkaian kontrol harus tercetak dan diletakkan di kubikel.

10 Persyaratan keamanan

10.1 Akses ke kompartemen

Akses masuk ke dalam kompartemen utama hanya bisa dilakukan apabila:

25
SPLN D3.020-1: 2019

 Sirkit utama tidak bertegangan;


 Apabila kubikel tersambung ke sirkit kabel di luar, sirkit tersebut harus terhubung ke
pembumian.

Akses ke kompartemen busbar hanya dapat dilakukan dengan pemadaman total.

10.2 Silih kunci

Sistem silih kunci (interlock) kubikel tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Sistem silih kunci

Kubikel Mekanisme Silih Kunci

LBS  Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika LBS pada posisi pembumian.
 LBS dapat dibuka tutup hanya jika pintu depan tertutup.
 Kubikel dilengkapi padlock mekanis untuk mencegah pengoperasian kubikel
ketika PHB TM di sisi yang lebih hilir sedang ada pekerjaan.
TP  Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika LBS pada posisi pembumian,
ES pada posisi tutup.
 LBS dapat dibuka tutup hanya jika pintu depan tertutup.
 ES dapat dibuka tutup hanya jika LBS pada posisi buka.
VT  Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika DS pada posisi pembumian.
 DS dapat dioperasikan hanya jika pintu depan tertutup.

CB  Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika DS pada posisi pembumian,
ES pada posisi tutup, dan sirkit bantu aktif.
 ES dapat ditutup hanya jika CB terbuka.
 CB dapat ditutup hanya jika ES terbuka dan DS tertutup.
 DS dapat dibuka tutup hanya jika CB terbuka.
Sistem silih kunci yang digunakan adalah mekanikal. Bila sistem menggunakan
kunci, anak kunci untuk CB dan DS harus satu buah dan harus tidak dapat
dilepas saat CB pada posisi tutup.

11 Pemeriksaan dan pengujian

11.1 Pengujian jenis

Pengujian jenis adalah pengujian secara lengkap terhadap sampel prototipe dari suatu tipe
kubikel yang disiapkan oleh pabrikan untuk membuktikan apakah desain kubikel tersebut
memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan standar ini.

Uji jenis dilakukan oleh laboratorium PLN.

Mata uji jenis tercantum pada Tabel 7 kolom 4.

26
SPLN D3.020-1: 2019

11.1.1 Ketentuan sampel uji

Jumlah sampel uji adalah 1 (satu) unit untuk setiap tipe, namun uji kapasitas pemasukan
dan pemutusan dapat menggunakan sampel tersendiri.

Sampel untuk kubikel LBS harus dari jenis yang dioperasikan dengan SCADA, lengkap
dengan fasilitas tersebut pada Butir 8.12. Hasil uji dinyatakan berlaku untuk kubikel yang
dioperasikan tanpa SCADA, namun tidak berlaku sebaliknya.

11.1.2 Persyaratan pengajuan uji jenis

Untuk pengajuan uji jenis, pabrikan harus memberikan dokumen dan informasi kepada
Laboratorium yang berkaitan dengan tipe kubikel yang diuji:

a. Merek, nama, dan lokasi pabrikan;


b. Laporan uji jenis (type test) dari laboratorium independen untuk komponen yang
digunakan:
- Pemutus tenaga, standar uji IEC 62271-100;
- Sakelar beban, standar uji IEC 62271-103;
- Fuse-switch combination, standar uji IEC 62271-105;
- Pemisah, standar uji IEC 62271-102 atau IEC 62271-103;
- Sakelar pembumian, standar uji IEC 62271-102;
- Indikator tegangan, standar uji IEC 62271-206;
- Relai pengaman, standar uji IEC 60255.
c. Laporan pengujian dari Laboratorium PLN;
- Transformator arus, standar uji SPLN D3.014-1;
- Transformator tegangan, standar uji SPLN D3.014-2;
- Karakteristik TDL untuk relai pengaman.
d. Surat pernyataan bahwa software untuk relai pengaman merupakan bagian terpadu
dari kubikel, sehingga dapat digunakan PLN tanpa pengadaan terpisah;
e. Sertifikat salt spray test bahan rangka dan pelat selungkup;
f. Diagram skematik rangkaian kontrol;
g. Gambar konstruksi, dilengkapi nilai torsi untuk setiap baut pada sirkit utama;
h. Daftar komponen;
i. Data teknik/katalog, merek dan tipe dari insulator penyangga;
j. Data teknik/katalog, merek dan tipe dari capacitor divider;
k. Kurva arus-waktu dan rekomendasi arus pengenal pengaman lebur untuk setiap
kapasitas transformator.

11.1.3 Ketentuan laporan uji jenis

Laporan uji jenis hanya berlaku untuk tipe kubikel yang diuji, namun dapat diperluas untuk
tipe panel lain sepanjang panel tersebut memiliki desain dengan karakteristik less severe.

27
SPLN D3.020-1: 2019

Kondisi less severe diverifikasi melalui jarak bebas (clearance) fase-ground yang lebih
besar.

Laporan uji jenis dari kubikel dengan nilai arus dan durasi hubung singkat yang lebih tinggi
dinyatakan berlaku untuk yang lebih rendah sepanjang konstruksi dan komponennya
identik.

11.1.4 Perubahan komponen pada kubikel yang telah lulus uji jenis

a) Pemutus tenaga, Sakelar beban, Pemisah;


Perubahan merek dan atau tipe hanya dapat dilakukan bila:
1. Merek dan tipe pengganti telah digunakan oleh kubikel (termasuk merek lain) yang
telah lulus uji jenis atau minimal lulus uji kapasitas pemasukan dan pemutusan oleh
Laboratorium PLN;
2. Kubikel lulus uji verifikasi oleh Laboratorium PLN.

b) Busbar sirkit utama;


Perubahan ukuran atau bentuk atau konfigurasi harus melalui uji verifikasi oleh
Laboratorium PLN.
c) Transformator arus;
Perubahan merek atau rasio hanya dapat dilakukan bila:
1. Transformator pengganti mempunyai laporan uji jenis dari Laboratorium PLN;
2. Transformator pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.9.
Pabrikan harus mengubah nilai pengenal kubikel (I k, tk, dll) pada pelat nama terkait
dengan perubahan karakteristik transformator arus.

d) Transformator tegangan;
Perubahan merek hanya dapat dilakukan bila:
1. Transformator pengganti mempunyai laporan uji jenis dari Laboratorium PLN;
2. Transformator pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.10.

e) Pengaman lebur TM;


Perubahan merek atau arus pengenal hanya dapat dilakukan bila:
1. Pengaman lebur pengganti mempunyai sertifikat atau laporan uji jenis dari
laboratorium independen;
2. Pengaman lebur pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.6;
3. Pabrikan menyampaikan kurva arus-waktu dan rekomendasi arus pengenal
pengaman lebur yang digunakan untuk setiap kapasitas transformator.

f) Insulator penyangga busbar;


Perubahan merek dan atau tipe hanya dapat dilakukan bila:
1. Pabrikan menyerahkan dokumen teknis dari insulator pengganti;
2. Kubikel lulus uji verifikasi oleh Laboratorium PLN.
28
SPLN D3.020-1: 2019

g) Relai pengaman.
Perubahan merek dan atau tipe hanya dapat dilakukan bila:
1. Relai pengganti mempunyai laporan uji jenis dari laboratorium independen;
2. Relai pengganti memenuhi uji karakteristik TDL oleh Laboratorium PLN;
3. Relai pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.11.1.

Mata uji verifikasi ditentukan oleh laboratorium PLN berdasarkan pengaruh perubahan
terhadap mutu kubikel keseluruhan.

11.2 Pengujian rutin

Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan oleh pabrikan terhadap seluruh kubikel
yang diproduksi untuk memastikan bahwa kualitasnya identik dengan sampel uji jenis.

Mata uji rutin tercantum pada Tabel 7 kolom 5 dan dilakukan oleh pabrikan.

Pabrikan harus mendokumentasikan hasil uji rutin dan laporan hasil ujinya harus
ditempatkan pada kubikel tersebut.

Kriteria penilaian mengikuti nilai-nilai pada laporan uji jenis terkait.

11.3 Pengujian serah terima

Pengujian serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil
secara acak dari sejumlah kubikel yang akan diserahterimakan ke PLN.

Uji serah terima dapat dilaksanakan di laboratorium PLN maupun pabrikan.

Mata uji pengujian serah-terima tercantum dalam Tabel 7 kolom 6, dengan catatan PLN
dapat menambah mata uji lainnya berdasarkan evaluasi terhadap permasalahan baik pada
proses pengujian serah terima maupun yang terjadi di lapangan. Item pengujian yang
dilakukan terhadap masalah tersebut berdasarkan kajian teknis baik pihak PLN maupun
pabrikan.

11.3.1 Prosedur uji serah terima

Uji serah terima hanya dapat dilakukan bila:

a. Kubikel yang akan diserah-terimakan harus telah lulus uji jenis dan identik dengan
kubikel yang diuji jenis;
b. Kubikel yang akan diserah-terimakan harus lulus uji rutin dan dilengkapi dengan
laporan pengujiannya;
c. Pengujian serah terima disaksikan oleh PT PLN;
d. Jumlah sampel adalah 10 % (dibulatkan) dari jumlah yang akan diserahterimakan
dengan jumlah minimal 1 (satu) unit pada kelompok tersebut.

29
SPLN D3.020-1: 2019

11.3.2 Penilaian uji serah terima

a. Sampel kubikel dinyatakan baik, jika hasil pengujian dari seluruh mata uji pada Tabel
7 Kolom 6 berhasil baik.
b. Seluruh kubikel yang akan diserahterimakan dinyatakan diterima jika semua sampel
yang diuji hasilnya baik.
c. Pengujian serah terima dinyatakan gagal dan semua kubikel yang akan
diserahterimakan ditolak, jika:
1) 1 (satu) sampel mengalami kegagalan dimana jumlah sampel ≤ 2 (kurang atau
sama dengan dua);
2) > 1 (lebih dari satu) sampel mengalami kegagalan.
d. Pengujian serah terima dapat diulang dengan mengambil sampel baru, jika 1 (satu)
sampel mengalami kegagalan dimana jumlah sampel > 2 (lebih dari dua).
e. Terhadap kelompok kubikel pada Butir d), pabrikan atau pemasok harus segera
melakukan evaluasi terhadap kelompok kubikel sebelum pengambilan sampel baru.
Adapun jumlah sampel pada pengujian ini sejumlah 20% dari total yang diajukan
kembali dan tidak boleh ada yang gagal.

11.3.3 Kriteria keidentikan

Kriteria keidentikan adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik pengenal harus sama;


b. Dimensi sama dengan toleransi 5 % dari sampel pengujian jenis;
c. Kriteria pada Butir 7, Butir 8, Butir 9, dan Butir 10 harus sama dengan sampel pengujian
jenis;
d. Batasan toleransi tahanan kontak +20 % dari sampel pengujian jenis.

11.4 Pengujian pengawasan

Pengujian pengawasan dilakukan terhadap sejumlah sampel kubikel yang diambil oleh PLN
untuk melihat kesesuaian mutunya.

Mata uji pengawasan dapat diambil dari mata uji jenis atau pengujian lain dalam rangka
memverifikasi kualitas kubikel, menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

30
SPLN D3.020-1: 2019

Tabel 7. Daftar mata uji

Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6

1. Pemeriksaan konstruksi

1.1 Kesesuaian konstruksi Butir 7.2 ✓ ✓ ✓

1.2 Dimensi kubikel Butir 7.4 ✓ ✓ ✓

1.3 Jarak udara Butir 7.3 ✓ ✓ ✓

1.4 Ketahanan selungkup Lampiran B ✓ - -

1.5 Kontinuitas elektrikal bagian-bagian IEC 62271-1 butir 7.4.3 30 Adc, drop voltage ✓ ✓ -
selungkup maks. 3 V
1.6 Kualitas pengecatan selungkup ISO 2409 ✓ ✓ ✓

1.7 Kesesuaian komponen Butir 8 ✓ ✓ ✓

2. Pengujian dielektrik

2.1 Resistans insulasi 5 kVdc, durasi 1 menit ✓ ✓ ✓

2.2 Ketahanan tegangan frekuensi daya

 Sirkit utama IEC 62271-200 butir 6.2.6.1; 50 kVac, durasi 1 menit ✓ ✓3) ✓3)
2)
7.105.a)
 Sirkit bantu IEC 62271-200 butir 6.2.10 2 kVac, durasi 1 menit ✓ ✓ -

2.3 Ketahanan tegangan impuls petir IEC 62271-200 butir 6.2.6.2 125 kVp 1,2/50 µs ✓ - ✓4)

2.4 Pengujian lepasan parsial IEC 62271-200 butir 6.2.9 ✓5) - -

31
SPLN D3.020-1: 2019

Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6

3. Pengujian terhadap sirkit bantu dan kontrol

3.1 Pemeriksaan sirkit bantu dan kontrol IEC 62271-1 butir 8.3.1 - ✓ ✓

3.2 Verifikasi kesesuaian diagram sirkit IEC 62271-1 butir 8.3.1 - ✓ ✓


diagram pengawatan.
3.3 Uji fungsi IEC 62271-1 butir 8.3.2 - ✓ ✓

3.4 Uji dielektrik IEC 62271-1 butir 8.3.4 1 kV, durasi 1 s - ✓ ✓

3.6 Uji fungsi VPIS (Voltage Presence Harus dapat - ✓ ✓


Indicating Systems) mengindikasikan kondisi
tegangan dengan stabil
pada U0
3.7 Uji fungsi peralatan pencegah kondensasi Dapat bekerja dengan - ✓ ✓
kendali thermostat
4. Pengukuran tahanan kontak IEC 62271-200 butir 6.4.1; ✓ ✓6) ✓6)
7.3
5. Pengujian arus kontinu IEC 62271-200 butir 6.5 Tabel 2 ✓7) - -

6. Pengujian ketahanan arus-waktu singkat dan IEC 62271-200 butir 6.6 ✓ - -


ketahanan arus puncak Tabel 3

7. Verifikasi kapasitas pemutusan dan IEC 62271-200 butir 6.101 ✓ - -


pemasukan Tabel 3
8. Verifikasi indeks pengaman

8.1 Verifikasi IP IEC 62271-200 butir 6.7.1 ✓ - -


Tabel 1
8.2 Verifikasi IK IEC 62271-1 butir 6.7.2 ✓ - -
Tabel 1

32
SPLN D3.020-1: 2019

Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6

9. Pengujian operasi mekanis

9.1 Peralatan switsing IEC 62271-200 butir 6.102; ✓ ✓ ✓


7.102
9.2 Torsi operasi LBS, ES Butir 7.11 ✓ ✓ -

9.3 Silih kunci IEC 62271-200 butir 6.102 Tabel 6 ✓ ✓ ✓

10. Uji operasi elektrikal

10.1 Relai pengaman Butir 8.11.1 ✓ - -


10.2 Waktu operasi CB Butir 8.3 ✓ - -
10.3 Operasi motorized LBS Butir 8.4 ✓ - -
10.4 Interfacing terminal SCADA Butir 8.12 ✓ - -

CATATAN:
1) Bila diperlukan, mata uji lepasan parsial (partial discharge) sesuai IEC 62271-200 butir 7.101 dan tightness test sesuai IEC 62271-1 butir 7.4, dapat
diberlakukan sebagai mata uji;
2) Pada kubikel VT, tegangan uji yang diterapkan dapat mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi pengenal untuk mence gah kejenuhan
inti transformator tegangan. Bila menggunakan tegangan uji dengan frekuensi pengenal, transformator tegangan harus dilepas selama pengujian;
Sebelum dan setelah pengujian, harus dilakukan pengukuran resistans insulasi;
3) Tegangan uji yang diterapkan sebesar 80%;
4) Uji impuls dilakukan setiap 500 kubikel yang diserahterimakan, atau minimal 1 (satu) unit dalam periode satu tahun;
5) Bila nilai batas tidak ditetapkan oleh pabrikan, hasil uji hanya digunakan sebagai informasi;
6) Dievaluasi terhadap data uji jenis untuk konfigurasi yang sama dengan toleransi 20%;
7) Untuk kubikel TP, arus pengenal pengaman lebur yang digunakan saat pengujian adalah sesuai dengan rekomendasi pabrikan pengaman lebur.

33
SPLN D3.020-1: 2019

Lampiran A

Informasi untuk Pemesanan PHB-TM

Beberapa informasi yang perlu dinyatakan pada saat pemesanan:

Standar acuan SPLN D3.020-1: 2019

Laporan Pengujian Jenis Harus ada dan masih berlaku


Sertifikat SPM Harus ada dan masih berlaku

Tipe kubikel LBS - motorized LBS - manual


TP CB
VT

Transformator arus Rasio …………….. Tidak perlu


(khusus untuk tipe kubikel CB) Kelas ………….. 1)

Pengaman lebur Perlu Tidak perlu


(khusus untuk tipe kubikel VT)

Penutup akhir (end cover) Perlu Tidak perlu

Relay Pengaman Spesifikasi:


(khusus untuk tipe kubikel CB)

Komponen Lainnya Energi meter TPS


ZCT Earth Fault Indicator

CATATAN:

1) Pemilihan kelas mengikuti ketentuan SPLN D3.014-1: 2009.

34
SPLN D3.020-1: 2019

Lampiran B

Pengujian Ketahanan Selungkup

Tahap 1:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian diturunkan kembali ke posisi diam. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.
Tahap 2:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian ditahan di posisi tersebut selama 30 menit. Setelah itu diturunkan kembali ke
posisi diam. Pengujian dilakukan sebanyak satu kali.
Tahap 3:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian digerakkan secara horisontal sejauh 10 ± 0,5 m dan kemudian diturunkan ke
posisi diam. Waktu total pengujian ini maksimal 1 menit. Pengujian dilakukan sebanyak
tiga kali.
Kubikel tidak boleh mengalami deformasi setelah semua tahapan pengujian selesai
dilakukan.

35
Pengelola Standardisasi:

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan


Jl. Duren Tiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id
Pengelola Standardisasi:

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan


Jl. Duren Tiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id

Anda mungkin juga menyukai