020-1: 2019
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0194.P/DIR/2019
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN D3.020-1: 2019
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0194.P/DIR/2019
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PERANGKAT HUBUNG BAGI
TEGANGAN MENENGAH
Bagian 1:
Berinsulasi Udara pada Gardu Distribusi
ER
UA
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
h
PLN
PT PLN (PERSERO)
NOiTOR:0194 .P/DlR/2019
TENTANG
SPLN D3.020-1:2019
PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN MENENGAH
BAGIAN ,I - BERINSULASI UDARA PADA GARDU DISTRIBUSI
1 dari 3
Paraf v
*
PLN
9. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-272lMBUl1212014 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-211/MBU/10/2015 tentang
Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
11. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-138/MBU/07/2017 tentang
Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan, Pengalihan
Tugas, dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-109/MBU/05/2019 tentang
Pemberhentian, Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-
anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-169/MBU/08/2019 tentang
Pemberhentian Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
14. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.ruDtRy2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0297.P/DlR:/201 6;
15. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0051. P/D|R/20'18
tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero)
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 01 01.P/DlRl/201 9;;
16. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 033.t(DlR/2005
tentang Penetapan PT PLN (Persero) Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistrikan sebagai Penanggung Jawab
Kegiatan Standardisasi dj Lingkungan PT PLN (Persero).
MEM UTUSKAN
2 dari 3
Paraf v
*
PLN
KEDUA Memberlakukan SPLN D3.020-1: 2019 Perangkat Hubung bagi
Tegangan Menengah Bagian 1- Berinsulasi Udara pada Gardu
Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
diberlakukan di lingkungan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan
PT PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) Anak Perusahaan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Noverober 2019
REKTUR UTAM A,
r)lR
INTEN CAHYANI
3 dari 3
Par
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Insitute)
No. 008.K/GM-PUSLITBANG/2019
Daftar Isi
i
SPLN D3.020-1: 2017
Daftar Gambar
Daftar Tabel
ii
SPLN D3.020-1: 2019
Prakata
Standar SPLN D3.020-1: 2019 merupakan revisi dan sebagai pengganti dari SPLN D3.020-1:
2015. Revisi ini mencakup ukuran tinggi kubikel, bahan, dan komponen.
Dengan revisi standar ini diharapkan akan memudahkan pengguna untuk mengganti ataupun
menambah kubikel yang ada di gardu distribusi.
Penyeragaman dalam SPLN D3.020-1: 2019 ini meliputi: ukuran kubikel, transformator arus,
transformator tegangan, pengaman lebur, tinggi terminal busbar antar kubikel, dan posisi
tengah komponen switsing.
Dengan terbitnya SPLN D3.020-1: 2019, maka SPLN D3.020-1: 2015 dinyatakan tidak berlaku
lagi.
iii
SPLN D3.020-1: 2019
1 Ruang Lingkup
Perangkat hubung bagi tegangan menengah untuk kebutuhan khusus yang tidak ditetapkan
dalam standar ini, pengadaan dan penggunaannya dapat diatur oleh unit pengguna (misal
panel untuk automatic change over).
Untuk selanjutnya perangkat hubung bagi tegangan menengah disebut “PHB TM”.
2 Tujuan
Sebagai ketentuan persyaratan teknis pada pengadaan PHB TM bagi unit-unit operasional
PLN serta ketentuan desain, pembuatan dan pengujian bagi pabrikan, laboratorium uji, dan
institusi sertifikasi produk.
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada
dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.
1
SPLN D3.020-1: 2019
4.1 Kubikel
Rakitan dari satu atau lebih gawai switsing (switching device) yang diselungkupi lemari
pelat logam, termasuk di dalamnya sirkit kontrol, sirkit bantu, instrumen ukur, dan sirkit
proteksi.
Gabungan dari beberapa kubikel yang dikopel membentuk satu sirkit hubung-bagi tenaga
listrik.
2
SPLN D3.020-1: 2019
Sirkit yang dimaksudkan untuk fungsi kontrol, proteksi, pengukuran, sinyal, pengaturan dan
sejenisnya.
Gardu listrik yang berfungsi mendistribusikan energi listrik. Gardu distribusi yang dimaksud
berupa gardu hubung pada jaringan distribusi atau gardu pelanggan yang memerlukan
perangkat hubung bagi tegangan menengah.
Nilai rms arus yang dapat dialirkan secara kontinu oleh kubikel pada kondisi pelayanan
yang ditetapkan pada standar ini, dengan kenaikan suhu tidak melebihi batas yang
ditetapkan.
Arus normal pengenal menggunakan R10 series, yang dispesifikasikan pada IEC 60059,
terdiri dari angka 1 - 1,25 - 1,6 - 2 - 2,5 - 3,15 – 4 – 5 – 6,3 – 8 dan kelipatan 10n.
5 Kondisi Pelayanan
Kondisi pelayanan yang ditetapkan pada SPLN ini adalah kondisi pelayanan normal:
a. Pasangan dalam;
b. Suhu udara sekitar tidak melebihi 40 ºC dan suhu rata-ratanya sepanjang 24 jam tidak
melebihi 35 ºC;
c. Kelembaban-relatif rata-rata diukur selama 24 jam tidak melebihi 95 % dan kelembaban
relatif rata-rata diukur selama satu bulan tidak melebihi 90 %;
d. Ketinggian tempat pemasangan tidak melebihi 1000 meter dari permukaan laut.
Untuk penggunaan PHB TM pada kondisi yang berbeda dengan kondisi pelayanan normal
tersebut di atas maka ketentuan mengikuti IEC 62271-1 butir 2.2.
6 Karakteristik
3
SPLN D3.020-1: 2019
No
Jenis pengenal Nilai pengenal
.
1. Tegangan (Ur) 24 kV
2. Frekuensi (fr) 50 Hz
3. Arus normal (Ir) Lihat butir 7.1
4. Tingkat insulasi
- Tegangan ketahanan impuls petir 1,2/50 µs (Up) 125 kV
- Tegangan ketahanan frekuensi daya (Ud) 50 kV
5. Ketahanan hubung-singkat
- Arus ketahanan waktu singkat (Ik) 16 kA 1)
- Arus ketahanan gangguan fase-bumi (Ike) 16 kA 1)
- Arus ketahanan puncak (Ip, Ipe) 2,5 Ik
- Durasi hubung singkat (tk, tke) ≥1s
6. Batas kenaikan suhu Lihat Tabel 2
7. Indeks pengaman
- Selungkup IP 30 dan IK 07
- Partisi IP 20
CATATAN:
1) Nilai yang lebih besar dari 16 kA dapat dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan;
Nilai maksimum
1) Bahan logam
No. Bagian yang diuji Suhu Kenaikan
pelapis
[oC] suhu [K]
4
SPLN D3.020-1: 2019
CATATAN:
1) Pengujian dilakukan dengan memberikan arus normal pengenal. Arus pengenal dari
pelebur terpasang berdasarkan rekomendasi dari pabrikan pelebur.
2) Bila koneksi mempunyai pelapis berbeda, persyaratan nilai maksimum mengikuti nilai
terbesar.
3) Hanya untuk kubikel dengan kompartemen utama yang terhubung dengan kabel TM
eksternal.
7 Konstruksi
5
SPLN D3.020-1: 2019
Arus pemutusan:
Kapasitas pemutusan hubung-singkat (Isc): 16 kA;
Jarak udara (air clearance) fase-fase dan fase-bumi dari konduktor pada sirkit utama
minimal 220 mm. Apabila jarak udara kurang dari 220 mm, konduktor harus dilapisi dengan
insulasi dari jenis yang dapat memadamkan nyala api.
7.4 Selungkup
Selungkup dibentuk oleh rangka utama dan pelat penutup. Pelat penutup menutupi bagian
terbuka dari rangka utama, membentuk lemari tertutup.
Pada bagian dalam selungkup dipasang sakelar beban atau pemisah yang merupakan
pembatas dari dua kompartemen di dalam selungkup, yaitu kompartemen busbar dan
kompartemen utama. Kompartemen busbar berada pada bagian atas sakelar
beban/pemisah, sedangkan kompartemen utama pada bagian bawah.
6
SPLN D3.020-1: 2019
Selungkup harus didesain untuk mampu menahan berat total kubikel beserta komponen
peralatan di dalamnya. Metode uji pada Lampiran B.
Dinding kiri dan kanan selungkup harus bebas dari permukaan menonjol yang ditimbulkan
oleh baut pemasang agar kubikel dapat dikopel dengan rapat.
Sebelum dan setelah dikopel dalam sirkit PHB TM, selungkup setiap kubikel harus
memenuhi persyaratan indeks pengaman yang dispesifikasikan pada Tabel 1.
Rangka utama terbuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminum yang memenuhi persyaratan
Coated sheet steel (ASTM A792 atau ISO 9364) atau Hot Dip Zinc coated steelsheet (JIS
G 330 2 / JIS G 332 1) dan mempunyai sertifikat Salt Spray Test 240 jam sesuai ISO 9227
atau ASTM B117. Tebal pelat minimal 2,0 mm.
Dimensi rangka utama adalah seperti pada Gambar 2. Dengan spesifikasi sebagai berikut:
7
SPLN D3.020-1: 2019
CATATAN:
Dimensi hanya berlaku untuk rangka utama, tidak termasuk exhaust channeling, pintu, dan
kompartemen tegangan rendah.
Bagian samping kanan dan kiri rangka utama harus dilengkapi dengan masing-masing 6
lubang untuk mengkopel kubikel (Gambar 3).
8
SPLN D3.020-1: 2019
Bahan pelat penutup adalah Rangka utama terbuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminum
yang memenuhi persyaratan Coated sheet steel (ASTM A792 atau ISO 9364) atau Hot Dip
Zinc coated steelsheet (JIS G 330 2 / JIS G 332 1) dan mempunyai sertifikat Salt Spray
Test 240 jam sesuai ISO 9227 atau ASTM B117.
Pelat penutup bawah kubikel LBS, TP, CB mengikuti ketentuan Butir 7.4.2.5.
Pelat penutup harus menutup seluruh bagian PHBTM jika disusun dari kubikel yang
berbeda dimensi.
Pelat penutup belakang kompartemen utama dan kompartemen busbar untuk semua jenis
kubikel harus terpasang dengan baut atau terpasang permanen (dapat dibuka dengan
menggunakan alat tanpa merusak).
Tebal pelat minimal 1 mm dan tebal pelat evakuasi (jika ada) minimal 0,5 mm.
Pelat penutup belakang dapat ditambahkan ventilasi dengan persyaratan indeks pengaman
harus tetap terpenuhi.
Pelat penutup atas merupakan akses ke kompartemen busbar. Pemasangan pelat penutup
tersebut harus menggunakan baut dengan mur tetap (fixed nut).
Pelat penutup atas harus dilengkapi simbol bahaya tegangan (Gambar 4).
Dinding samping kompartemen utama merupakan salah satu akses untuk penanganan
komponen di dalam kompartemen, sehingga pelat penutup samping kiri dan kanan setiap
kubikel harus dapat dilepas menggunakan alat tanpa merusak.
9
SPLN D3.020-1: 2019
Setelah terpasang menjadi sirkit PHB TM, ketentuan penutupan dinding samping diatur
pada Butir 7.7.
Pelat penutup samping kompartemen busbar hanya dipasang pada kubikel yang berada
paling kiri dan paling kanan dari sirkit PHB TM.
Pelat penutup samping terpasang tetap dan hanya dapat dibuka dengan peralatan khusus
menggunakan alat tanpa merusak.
Setelah terpasang menjadi sirkit PHB TM, ketentuan dinding samping mengikuti Butir 7.7.
Kompartemen utama merupakan ruang untuk penempatan sebagian besar dari komponen
sirkit utama.
Komponen yang saat kubikel operasi perlu dikeluarkan untuk maksud penggantian,
pemeliharaan, dll, harus ditempatkan dan dipasang sedemikian sehingga dapat dengan
mudah ditarik keluar setelah koneksi pemasangnya (baut, dll) dilepas.
10
SPLN D3.020-1: 2019
Tinggi terminal dari dasar kubikel untuk penempatan sepatu kabel (cable lug) dari kabel TM
adalah:
Terminal harus dapat menampung konduktor kabel sampai dengan 300 mm 2. Untuk kubikel
LBS, kabel yang digunakan adalah inti tiga sedangkan kubikel TP dan CB harus
menggunakan kabel inti tunggal.
Pelat penutup bawah kubikel LBS, TP dan CB harus dilengkapi dengan lubang jalur kabel
TM dan klem kabel (Gambar 5). Diameter dan jumlah lubang jalur kabel pada pelat penutup
bawah harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran kabel tersebut pada Butir 7.5.1.
Sistem busbar PHB TM dipasang pada terminal atas dari sakelar beban/pemisah setiap
kubikel (Gambar 6).
11
SPLN D3.020-1: 2019
Tinggi terminal busbar adalah 1600 mm dari dasar kubikel. Busbar fase tengah (fase S)
menjadi acuan penyambungan.
Untuk kubikel dengan lebar rangka utama 500 mm, posisi sakelar beban sesuai dengan
potongan A-A (Gambar 6).
Untuk kubikel CB, posisi sakelar beban dan post insulator sesuai dengan potongan B-B
(Gambar 6), dengan catatan posisi sakelar beban dapat ditempatkan di sisi kanan ataupun
sisi kiri kubikel.
Busbar harus dibuat dari tembaga dengan bentuk bulat, flat-rounded, atau flat-rectangular
seperti pada Gambar 7, dan dilapisi insulasi dengan tipe yang dapat memadamkan sendiri
nyala api.
12
SPLN D3.020-1: 2019
Setiap sambungan busbar harus ditutup dengan bushing field deflector seperti pada
Gambar 8.
Kubikel yang terpasang paling kiri dan paling kanan dari sirkit PHB TM terpasang, harus
dilengkapi dengan penutup akhir (end cover).
Penutup akhir dipasang menutupi pelat penutup samping kompartemen busbar dan
penutup samping kompartemen utama.
Penutup akhir terbuat dari pelat baja dan dicat dengan sistem powder coating dengan
ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.
Pemasangan penutup akhir menggunakan baut dengan fixed-nut (cage nut, nutsert, dll)
ukuran M6 yang terpasang pada rangka.
13
SPLN D3.020-1: 2019
Kompartemen tegangan rendah berfungsi untuk menempatkan energi meter, relai, blok
terminal, peralatan kontrol, peralatan bantu SCADA, modul earth fault indicator, dan lain
sebagainya.
Kompartemen tegangan rendah dibuat dari pelat baja berlapis Zinc-Aluminium dan pintu
dicat dengan sistem powder coating dengan ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan
harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.
7.9 Pintu
Pintu kubikel dibuat dari pelat baja yang dicat dengan sistem powder coating dengan
ketebalan minimal 80 mikron. Pengecatan harus memenuhi ISO 2409, kelas 0.
Pengoperasian pintu kubikel harus memenuhi persyaratan keamanan pada Butir 10.
14
SPLN D3.020-1: 2019
7.10 Pembumian
Terminal pembumian harus dibuat dari tembaga dan dilengkapi mur-baut serta simbol
pembumian.
Terminal pembumian harus mampu dilalui arus gangguan fase-bumi yang dispesifikasikan
pada Tabel 1.
Selungkup dan bagian-bagiannya (rangka utama, penutup akhir, pintu, partisi, atau struktur
terpisah lainnya) harus terhubung dengan baik ke terminal pembumian.
Interkoneksi dari setiap bagian selungkup tersebut harus didesain sedemikian sehingga bila
dilalui arus searah 30 A, tegangan jatuh antara bagian selungkup tersebut dengan terminal
pembumian harus tidak melebihi 3 V.
15
SPLN D3.020-1: 2019
Kubikel harus dilengkapi dengan konduktor pembumian dengan ukuran yang sesuai untuk
arus gangguan hubung singkat fase-bumi yang dispesifikasikan pada Tabel 1.
Tuas operasi (control levers) ditempatkan di bagian depan kubikel. Arah putar tuas harus
sedemikian sehingga tidak mengenai dinding atau pintu yang terbuka dari kubikel di
sebelahnya.
Semua kubikel harus dilengkapi diagram mimik yang tidak mudah lepas dan terhapus.
Posisi semua sakelar dan arah putarnya harus ditampilkan pada diagram mimik.
Indikator posisi sakelar (Closed, Open, Pembumian) harus terbuat dari bahan plastik atau
logam (tidak boleh stiker). Indikator posisi yang ditampilkan harus jelas sesuai dengan
posisinya.
Khusus kubikel TP, dilengkapi flag indicator untuk menunjukan kondisi apabila fuse putus.
Sakelar dan sirkit bantu harus mampu dilalui arus dari perangkat yang dikontrolnya secara
kontinu.
Setiap ujung kabel harus diidentifikasi dengan angka dan atau huruf.
Setiap koneksi kabel ke terminal harus dilengkapi dengan sepatu kabel yang sesuai, untuk
kWh meter mengikuti ketentuan SPLN terkait.
16
SPLN D3.020-1: 2019
8 Komponen
Ketentuan mengenai komponen yang digunakan pada setiap kubikel tercantum pada Tabel
3 dan persyaratannya tercantum pada Butir 8.1 s.d 8.11.
Setiap komponen sirkit utama yang terpasang dalam satu kubikel harus disesuaikan
dengan ketahanan arus hubung-singkat kubikel, kecuali terkait dengan transformator arus
rasio rendah (Lihat CATATAN pada Butir 8.9).
1. Pencegah kondensasi Butir 8.1 Butir 8.1 Butir 8.1 Butir 8.1
2. Indikator tegangan Butir 8.2 Butir 8.2 Butir 8.2 Butir 8.2
7. Sakelar pembumian Butir 8.8 Butir 8.8 Butir 8.8 Butir 8.8
10. Lengkapan
CATATAN:
*) Dalam hal dibutuhkan
**) Untuk kebutuhan catu daya, kubikel catu daya dapat dirangkai dengan mengganti
transformator tegangan dengan transformator catu daya.
Setiap kubikel harus dilengkapi dengan pencegah kondensasi yang terdiri dari thermostat
dan pemanas.
17
SPLN D3.020-1: 2019
Karakteristik pemanas:
CATATAN:
Bila sistem pencegahan dengan thermostat dan pemanas tidak cukup efektif mencegah timbulnya
kondensasi pada lingkungan terpasangnya PHB TM, dapat digunakan humidstat dengan pemanas
atau kipas atau keduanya.
Sirkit pemanas harus dilengkapi dengan MCB.
Setiap kubikel harus dilengkapi dengan VPIS (voltage presence indicating systems) yang
menginformasikan status tegangan dari kabel TM yang terhubung dengan kubikel.
Indikator tegangan terdiri dari capacitive voltage divider dan tiga buah lampu indikator.
Indikator tegangan harus memiliki sertifikat atau laporan uji jenis IEC 62271-206.
Jenis pemutus tenaga adalah pasangan tetap (fixed type) dengan media pemutusan SF6
atau vacuum.
Karakteristik dasar:
18
SPLN D3.020-1: 2019
Pemutus tenaga harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 62271-100 dari
laboratorium independen.
Sakelar beban menggunakan interrupter dengan media pemutusan SF6 atau jenis vacuum
interrupter (VI).
Sakelar beban harus mempunyai 3 posisi: ES Closed, LBS Open, LBS Closed.
Mekanisme pengoperasian harus dapat digunakan secara manual maupun motorize tanpa
modifikasi yang besar.
Karakteristik dasar:
Tegangan pengenal: 24 kV;
Arus pengenal: 630 A;
Tingkat insulasi: 50/125 kV;
Arus ketahanan waktu singkat: ≥ 16 kA;
Durasi hubung-singkat: ≥ 1s;
Arus pemasukan hubung singkat: ≥ 40 kA;
Kelas mekanikal: M2;
Gaya untuk pengoperasian ≤ 250 N;
Tegangan suplai untuk motor penggerak: 48 Vdc.
Sakelar beban harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 62271-103 dari
laboratorium independen.
Sakelar beban menggunakan interrupter dengan media pemutusan SF6 atau jenis vacuum
interrupter (VI).
Sakelar beban harus mempunyai 3 posisi: ES Closed, LBS Open, LBS Closed.
Karakteristik dasar:
Tegangan pengenal: 24 kV;
Arus pengenal: ≥ 200 A;
Tingkat insulasi: 50/125 kV;
Arus ketahanan waktu singkat: ≥ 16 kA;
Durasi hubung-singkat: ≥ 1s;
Arus pemasukan hubung singkat: ≥ 40 kA;
Arus transfer (Itransfer) dan arus take-over (Ito) ≥ 200 A.
19
SPLN D3.020-1: 2019
Sakelar beban harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-103 sedangkan fungsi
kombinasinya (switch-fuse combination) memenuhi IEC 62271-105 dari laboratorium
independen.
Karakteristik dasar:
Pengaman lebur harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 60282-1 dari
laboratorium independen.
Karakteristik dasar:
20
SPLN D3.020-1: 2019
Pemisah harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-102 atau IEC 62271-103 dari
laboratorium independen.
Karakteristik dasar:
Sakelar pembumian harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis IEC 62271-102 dari
laboratorium independen.
Transformator arus harus memiliki sertifikat uji jenis SPLN D3.014-1: 2009.
Karakteristik dasar:
Rasio dan kelas akurasi mengikuti ketentuan SPLN D3.014-1: 2009 pada Tabel 4,
Tabel 5, dan Tabel 6;
Arus waktu-singkat termal (Ith): 16 kA;
Durasi hubung-singkat: 1 s;
Burden pengenal: minimal 10 VA.
CATATAN:
Transformator arus rasio rendah (arus primer < 50 A) dapat menggunakan Ith yang lebih kecil dengan
tetap mempertimbangkan potensi aktual arus gangguan. Dengan penggunaan ini, nilai arus
ketahanan waktu singkat (Ik) pada pelat nama (Butir 9.1) perlu ditambahkan informasi nilai aktual
hubung singkat sesuai CT terpasang.
Transformator tegangan harus memiliki sertifikat uji jenis SPLN D3.014-2: 2010.
21
SPLN D3.020-1: 2019
Karakteristik dasar:
CATATAN:
Untuk sistem pentanahan tahanan tinggi, transformator tegangan harus memiliki terminal tegangan
residual.
Komponen lainnya merupakan komponen yang tidak terkait langsung dengan desain
kubikel.
Kubikel CB harus dilengkapi dengan relai pengaman dan test block yang terpasang pada
bagian muka panel.
Relai pengaman harus memiliki sertifikat/laporan uji jenis sesuai IEC 60255 dari
laboratorium independen.
Khusus untuk sistem pembumian 500 ohm, relay harus mampu mendeteksi
DGF/Directional ground fault (I0, kV0, dan sudut).
Fungsi pembatasan arus harus memenuhi karakteristik TDL sesuai Tabel 4 dan dibuktikan
dengan laporan pengujian dari laboratorium PLN.
22
SPLN D3.020-1: 2019
4 In Instantaneous
Fungsi dan fitur relai lainnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing unit PLN.
Kubikel CB dilengkapi temporary power supply (TPS) sebagai catu daya peralatan relai dan
tripping coil pemutus tenaga.
Karakteristik dasar:
Dalam hal dibutuhkan, kubikel CB dapat dilengkapi energi meter dengan ketentuan
memenuhi persyaratan SPLN dan mempunyai izin tipe dari Direktorat Metrologi Republik
Indonesia.
Dalam hal dibutuhkan, kubikel CB dapat dilengkapi Zero-phase Current Transformer (ZCT).
Karakteristik dasar:
Rasio: ≤ 100/5;
Diameter dalam ZCT: ≥ 150mm;
Kelas Proteksi: minimal 5P10;
Burden: ≥ 7,5 VA;
23
SPLN D3.020-1: 2019
Dalam hal dibutuhkan, kubikel LBS keluaran dapat dilengkapi dengan earth fault indicator.
CATATAN:
Apabila sumber tegangan menggunakan baterai, harus dari jenis isi-ulang (rechargeable) dan
dilengkapi dengan perangkat pengisiannya.
Transformator catu daya digunakan pada kubikel catu daya. Transformator catu daya
merupakan perangkat berupa transformator tegangan yang difungsikan menyediakan
sumber tegangan untuk komponen-komponen PHB TM.
Karakteristik dasar:
CATATAN:
*) Disesuaikan dengan kebutuhan
Relai pengaman pada Butir 8.12.1 dan energi meter pada Butir 8.12.2 harus dapat
terintegrasi ke sistem SCADA.
Kubikel LBS dan CB harus memiliki terminal block untuk status dan kontrol yang dapat
diintegrasikan ke sistem SCADA (SCADA ready).
9 Penandaan
Kubikel dan komponen tersebut pada Butir 8.1 s/d 8.11 harus mempunyai pelat nama
masing-masing. Pelat nama setiap komponen harus tetap terpasang sesuai kondisi aslinya.
24
SPLN D3.020-1: 2019
Pelat nama kubikel terbuat dari logam dan ditempatkan di bagian depan kubikel, sekurang-
kurangnya mencantumkan informasi pada Tabel 5. Penulisan dapat menggunakan
singkatan seperti tertulis pada kolom 2, tulisan dengan cara gravier.
Contoh
Jenis informasi Singkatan Catatan
penulisan
1 2 3 4
Jenis kubikel TP Lihat Butir 7
Nama pabrikan
Tipe kubikel Ditetapkan pabrikan
Nomor seri
Tahun pembuatan
SPLN
Standar acuan D3.020-1: Nomor SPLN ini
2019
Tegangan pengenal Ur 24 kV
Frekuensi pengenal fr 50 Hz
Tingkat insulasi Ud / Up 50/125 kV
Arus normal pengenal Ir xx A
Arus ketahanan waktu singkat Ik 16 kA - 1s
Ketahanan hubung singkat panel 5 kA Nilai aktual hubung singkat sesuai
dengan CT terpasang papan nama CT terpasang
Hanya untuk kubikel yang
menggunakan CT dengan rasio <
50/5 A (lihat Butir 10.9)
SF6 dan beratnya SF6 xxx kg
Level pengisian insulasi SF6 Pre xxx kPA
10 Persyaratan keamanan
25
SPLN D3.020-1: 2019
LBS Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika LBS pada posisi pembumian.
LBS dapat dibuka tutup hanya jika pintu depan tertutup.
Kubikel dilengkapi padlock mekanis untuk mencegah pengoperasian kubikel
ketika PHB TM di sisi yang lebih hilir sedang ada pekerjaan.
TP Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika LBS pada posisi pembumian,
ES pada posisi tutup.
LBS dapat dibuka tutup hanya jika pintu depan tertutup.
ES dapat dibuka tutup hanya jika LBS pada posisi buka.
VT Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika DS pada posisi pembumian.
DS dapat dioperasikan hanya jika pintu depan tertutup.
CB Pintu depan dapat dibuka dan ditutup hanya jika DS pada posisi pembumian,
ES pada posisi tutup, dan sirkit bantu aktif.
ES dapat ditutup hanya jika CB terbuka.
CB dapat ditutup hanya jika ES terbuka dan DS tertutup.
DS dapat dibuka tutup hanya jika CB terbuka.
Sistem silih kunci yang digunakan adalah mekanikal. Bila sistem menggunakan
kunci, anak kunci untuk CB dan DS harus satu buah dan harus tidak dapat
dilepas saat CB pada posisi tutup.
Pengujian jenis adalah pengujian secara lengkap terhadap sampel prototipe dari suatu tipe
kubikel yang disiapkan oleh pabrikan untuk membuktikan apakah desain kubikel tersebut
memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan standar ini.
26
SPLN D3.020-1: 2019
Jumlah sampel uji adalah 1 (satu) unit untuk setiap tipe, namun uji kapasitas pemasukan
dan pemutusan dapat menggunakan sampel tersendiri.
Sampel untuk kubikel LBS harus dari jenis yang dioperasikan dengan SCADA, lengkap
dengan fasilitas tersebut pada Butir 8.12. Hasil uji dinyatakan berlaku untuk kubikel yang
dioperasikan tanpa SCADA, namun tidak berlaku sebaliknya.
Untuk pengajuan uji jenis, pabrikan harus memberikan dokumen dan informasi kepada
Laboratorium yang berkaitan dengan tipe kubikel yang diuji:
Laporan uji jenis hanya berlaku untuk tipe kubikel yang diuji, namun dapat diperluas untuk
tipe panel lain sepanjang panel tersebut memiliki desain dengan karakteristik less severe.
27
SPLN D3.020-1: 2019
Kondisi less severe diverifikasi melalui jarak bebas (clearance) fase-ground yang lebih
besar.
Laporan uji jenis dari kubikel dengan nilai arus dan durasi hubung singkat yang lebih tinggi
dinyatakan berlaku untuk yang lebih rendah sepanjang konstruksi dan komponennya
identik.
11.1.4 Perubahan komponen pada kubikel yang telah lulus uji jenis
d) Transformator tegangan;
Perubahan merek hanya dapat dilakukan bila:
1. Transformator pengganti mempunyai laporan uji jenis dari Laboratorium PLN;
2. Transformator pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.10.
g) Relai pengaman.
Perubahan merek dan atau tipe hanya dapat dilakukan bila:
1. Relai pengganti mempunyai laporan uji jenis dari laboratorium independen;
2. Relai pengganti memenuhi uji karakteristik TDL oleh Laboratorium PLN;
3. Relai pengganti memenuhi ketentuan Butir 8.11.1.
Mata uji verifikasi ditentukan oleh laboratorium PLN berdasarkan pengaruh perubahan
terhadap mutu kubikel keseluruhan.
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan oleh pabrikan terhadap seluruh kubikel
yang diproduksi untuk memastikan bahwa kualitasnya identik dengan sampel uji jenis.
Mata uji rutin tercantum pada Tabel 7 kolom 5 dan dilakukan oleh pabrikan.
Pabrikan harus mendokumentasikan hasil uji rutin dan laporan hasil ujinya harus
ditempatkan pada kubikel tersebut.
Pengujian serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil
secara acak dari sejumlah kubikel yang akan diserahterimakan ke PLN.
Mata uji pengujian serah-terima tercantum dalam Tabel 7 kolom 6, dengan catatan PLN
dapat menambah mata uji lainnya berdasarkan evaluasi terhadap permasalahan baik pada
proses pengujian serah terima maupun yang terjadi di lapangan. Item pengujian yang
dilakukan terhadap masalah tersebut berdasarkan kajian teknis baik pihak PLN maupun
pabrikan.
a. Kubikel yang akan diserah-terimakan harus telah lulus uji jenis dan identik dengan
kubikel yang diuji jenis;
b. Kubikel yang akan diserah-terimakan harus lulus uji rutin dan dilengkapi dengan
laporan pengujiannya;
c. Pengujian serah terima disaksikan oleh PT PLN;
d. Jumlah sampel adalah 10 % (dibulatkan) dari jumlah yang akan diserahterimakan
dengan jumlah minimal 1 (satu) unit pada kelompok tersebut.
29
SPLN D3.020-1: 2019
a. Sampel kubikel dinyatakan baik, jika hasil pengujian dari seluruh mata uji pada Tabel
7 Kolom 6 berhasil baik.
b. Seluruh kubikel yang akan diserahterimakan dinyatakan diterima jika semua sampel
yang diuji hasilnya baik.
c. Pengujian serah terima dinyatakan gagal dan semua kubikel yang akan
diserahterimakan ditolak, jika:
1) 1 (satu) sampel mengalami kegagalan dimana jumlah sampel ≤ 2 (kurang atau
sama dengan dua);
2) > 1 (lebih dari satu) sampel mengalami kegagalan.
d. Pengujian serah terima dapat diulang dengan mengambil sampel baru, jika 1 (satu)
sampel mengalami kegagalan dimana jumlah sampel > 2 (lebih dari dua).
e. Terhadap kelompok kubikel pada Butir d), pabrikan atau pemasok harus segera
melakukan evaluasi terhadap kelompok kubikel sebelum pengambilan sampel baru.
Adapun jumlah sampel pada pengujian ini sejumlah 20% dari total yang diajukan
kembali dan tidak boleh ada yang gagal.
Pengujian pengawasan dilakukan terhadap sejumlah sampel kubikel yang diambil oleh PLN
untuk melihat kesesuaian mutunya.
Mata uji pengawasan dapat diambil dari mata uji jenis atau pengujian lain dalam rangka
memverifikasi kualitas kubikel, menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
30
SPLN D3.020-1: 2019
Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6
1. Pemeriksaan konstruksi
1.5 Kontinuitas elektrikal bagian-bagian IEC 62271-1 butir 7.4.3 30 Adc, drop voltage ✓ ✓ -
selungkup maks. 3 V
1.6 Kualitas pengecatan selungkup ISO 2409 ✓ ✓ ✓
2. Pengujian dielektrik
Sirkit utama IEC 62271-200 butir 6.2.6.1; 50 kVac, durasi 1 menit ✓ ✓3) ✓3)
2)
7.105.a)
Sirkit bantu IEC 62271-200 butir 6.2.10 2 kVac, durasi 1 menit ✓ ✓ -
2.3 Ketahanan tegangan impuls petir IEC 62271-200 butir 6.2.6.2 125 kVp 1,2/50 µs ✓ - ✓4)
31
SPLN D3.020-1: 2019
Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6
3.1 Pemeriksaan sirkit bantu dan kontrol IEC 62271-1 butir 8.3.1 - ✓ ✓
32
SPLN D3.020-1: 2019
Serah
Mata uji Metode uji Persyaratan uji Jenis Rutin
terima 1)
1 2 3 4 5 6
CATATAN:
1) Bila diperlukan, mata uji lepasan parsial (partial discharge) sesuai IEC 62271-200 butir 7.101 dan tightness test sesuai IEC 62271-1 butir 7.4, dapat
diberlakukan sebagai mata uji;
2) Pada kubikel VT, tegangan uji yang diterapkan dapat mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi pengenal untuk mence gah kejenuhan
inti transformator tegangan. Bila menggunakan tegangan uji dengan frekuensi pengenal, transformator tegangan harus dilepas selama pengujian;
Sebelum dan setelah pengujian, harus dilakukan pengukuran resistans insulasi;
3) Tegangan uji yang diterapkan sebesar 80%;
4) Uji impuls dilakukan setiap 500 kubikel yang diserahterimakan, atau minimal 1 (satu) unit dalam periode satu tahun;
5) Bila nilai batas tidak ditetapkan oleh pabrikan, hasil uji hanya digunakan sebagai informasi;
6) Dievaluasi terhadap data uji jenis untuk konfigurasi yang sama dengan toleransi 20%;
7) Untuk kubikel TP, arus pengenal pengaman lebur yang digunakan saat pengujian adalah sesuai dengan rekomendasi pabrikan pengaman lebur.
33
SPLN D3.020-1: 2019
Lampiran A
CATATAN:
34
SPLN D3.020-1: 2019
Lampiran B
Tahap 1:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian diturunkan kembali ke posisi diam. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.
Tahap 2:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian ditahan di posisi tersebut selama 30 menit. Setelah itu diturunkan kembali ke
posisi diam. Pengujian dilakukan sebanyak satu kali.
Tahap 3:
Kubikel diangkat dari posisi diam secara perlahan menuju ketinggian 1 ± 0,1 m,
kemudian digerakkan secara horisontal sejauh 10 ± 0,5 m dan kemudian diturunkan ke
posisi diam. Waktu total pengujian ini maksimal 1 menit. Pengujian dilakukan sebanyak
tiga kali.
Kubikel tidak boleh mengalami deformasi setelah semua tahapan pengujian selesai
dilakukan.
35
Pengelola Standardisasi: