LP CHF Wulan
LP CHF Wulan
Oleh :
NI PUTU WULAN PRATIWI
NIM SN171127
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Congestive Heart Failure (CHF)
Istilah gagal jantung secara sederhana berarti kegagalan jantung untuk
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Guyton & Hall,
2014). Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal (Muttaqin, 2009). Gagal jantung sering
disebut gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan oksigen
dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2014).
B. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2014), etiologi dari CHF adalah sebagai
berikut:
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Sehingga hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhirnya akan terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenaratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya
demam), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang
meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.
Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir
dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru yang
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan
vena sistemik dapat mengakibatkan edema prifer umum dan penambahan
berat badan (Hawk, 2009).
1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan.
Gagal ventikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah
ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel
dapat mengakibatkan penurunan perfusi jringan. Tetapi manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
2. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan
paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah,
denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan
kegelisahan.
3. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah
(edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan
berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual,
nokturia dan lemah.
D. Komplikasi
Bararah (2013) menjelaskan bahwa komplikasi akibat gagal janting
antara lain :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal
dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat
menyebabkan jaringan parut yang mengakibatkan hati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko
terkena serangan jantung atau stroke.
E. Patofisiologi
Lokasi organ di jantung yang sering terkena dengan CHF ialah
ventrikel (bilik) kiri (Muttaqin, 2009). Ventrikel kiri mempunyai tugas yang
paling berat. Jika ventrikel kiri tidak mampu memompakan darah, maka akan
timbul 2 hal:
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole
daripada sebelumnya dan karena pengisian saat sistole berlangsung terus,
maka akan terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir
diastole. Peninggian volume dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini
bilik kiri (preload). Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlakukan
peregangan yang makin lama makin besar untuk menghasilkan energy
yang sama. Pada satu saat akan terjadi bahwa peregangan diastolic yang
lebih besar tidak lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung
akan gagal melakukan fungsinya (dekompensasi).
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta
untuk memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak di perifer, berarti
curah jantung sangat rendah. Curah jantung yang rendah menimbulkan
perasaan lesu.
PATHWAY
Gagal jantung kanan Gagal jantung kiri
retensi ginjal
intoleransi cairan
odema
kelebihan cairan
(Muttaqin, 2009)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis menurut Udjianti (2010) adalah sebagai berikut:
a. Pemberian oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
b. Terapi nitrat dan vasodilator
Terapi nitrat untuk memperbaiki prognosis gagal jantung. Terapi
vasodilator parenteral (nitrogliserin parenteral ) memerlukan pemantauan
hemodinamik yang akurat dari tekanan irisan arteri dan pulmonal serta
penggunaan pompa infus untuk menitrasi dengan cermat dosis yang
diberikan.
c. Diuretik
Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air
dan garam natrium. Menyebabkan cairan dan merendahkan tekanan
darah. Diuretic yang meningkatkan eksresi kalium digolongkan sebagai
diuretic yang tidak menahan kalium dan diuretic yang menahan kalium
disebut diuretic hemat kalium.
d. Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Pada
kegagalan jantung, digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan
meningkatkan kekuatan kontraksi serta peningkatan efisiensi jantung.
e. Intropik positif: dopamine dan dobutamin (dobutrex)
Dopamine bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada
keadaan bradikardi. Dobutamin (dobutex) adalah suatu obat
simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 termasuk
meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan meningkatkan denyut.
Dobutamin merupakan indikasi pada keadaan syok apabila ingin
didapatkan perbaikan curah jantung dan kemampuan kerja jantung
secara menyelurh.
f. Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif untuk mengurangi
kegelisahan dapat diberikan. Dosis Phenobarbital 15-30 mg 4 kali sehari
dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
2. Penatalaksanaan Keperawatan:
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas.
2) Diet pembatasan natrium
3) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium
4) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
5) Olahraga secara teratur
b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
2) Pembatasan cairan
3. Pemeriksaan Fisik
Udjianti (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan fisik perlu yang
dilakukan pada pasien gagal jantung antara lain:
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada
klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.
Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
2) Breathing
Pemeriksaan breathing antara lain: frekuensi napas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya
sesak napas saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing,
dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Riwayat Hipertensi, infark miokard akut, gagal jantung kongesttif
sebelumnya, penyakit katup jantung, anemia, syok dll. Tekanan
darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku
pucat atau sianosis, hepatomegali, bunyi nafas krakles atau ronki,
edema.
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea
saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubah saat beraktifitas.
2) Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malam hari, diare/ konstipasi.
4) Makanan/ cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi garam
penggunaan diuretik distensi abdomen, oedema umum, dll.
5) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
7) Nyeri/ kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
8) Interaksi sosial: penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku klien
Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
a) Nilai normalnya tergantung: umur dan jenis kelamin
b) Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
c) Nilai rata-rata diastolic: 80-90 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi
b) Regularitas
c) Isi (volume)
d) Batuk
e) Perabaan arteri (keadaan dinding arteri)
3) Pernapasan
a) Frekuensi: apakah bradipnea, atau takipnea
b) Keteraturan
c) Amplitudo
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
d. Head to toe
1) Kepala
a) Mata: konjungtiva: apakah anemis, ikterik, atau tidak
b) Mulut: adakah tanda infeksi
c) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak,
kesimetrisan
d) Muka: ekspresi, pucat, bentuk
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,
distensi vena jugularis.
f) Dada: gerakan dada, deformitas
g) Abdomen : ada ascites atau tidak, pembesaran hati, dan limpa
2) Ekstremitas
Lengan- tangan: reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingkan arteri radialis kiri dan kanan
e. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Mid sternal line
b) Mid clavikular line
c) Anterior aksilar line
d) Para sternal line
2) Palpasi Jantung
a) Pulsasi ventrikel kiri
b) Pulsasi ventrikel kanan
c) Getar jantung
3) Auskulatsi
BJ I dan II, BJ tambahan
4. Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan
penatalaksanaan. Alat diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya
bersifat non-invasif, yaitu ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan
foto sinar X dada (Udjianti, 2010).
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama
dalam diagnosis dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak
invasive, dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung
serta informasi yang berkaitan dengan penyebabnya. Pemeriksaan
ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan
fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan
adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti
pertama adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi
aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh
darah.
3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan
penyebab, EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik.
EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis yang
salah.
Gambar EKG pada klien gagal jantung.
4. Radiografi thoraks
Menunjukkan adanya pembesaran jantung rasio karditorasik (CTR) >
50%, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
5. Tes Darah
Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K,
Na, Cl, Ureum, gula darah.
6. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
7. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner. Pada gagal jantung kiri didapatkan
(VEDP) 10 mmHg atau Pulmonary arterial wedge Pressure > 12
mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,7
lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
8. Enzim jantung
Enzim jantung meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung, misal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim
CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
9. Pengukuran tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat
diperoleh melalui lubang-lubang yang terletak pada berbagai interfal
sepanjang kateter. Pengukuran CVP (N 15-20 mmHg) dapat
menghasilkan pengukuran preload yang akurat. PAWP atau
pulmonary artery wedge pressure adalah tekanan penyempitan arteri
pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri. Curah jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang
dihubungkan dengan komputer.
10. Analisa Gas Darah
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin (2009) berdasarkan patofisiologi dan dari
pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien gagal jantung
adalah sebagai berikut:
1. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi elektrikal.
2. Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya
suplai darah ke miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan
produksi asam laktat.
3. Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan
membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
4. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengenbangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
5. Aktual/ risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan
dengan menurunnya curah jantung.
6. Aktual/risiko tinggi tehadap kelebihan volume cairan yang
berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
7. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder
penurunan curah jantung.
8. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, anoreksia.
C. Intervensi Keperawatan
Dx 1: Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi elektrikal.
Tujuan: Dalam waktu … x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi
dan menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima
(disritmia terkontrol atau tulang dan bebas gejala gagal jantung
(seperti barameter hemodinamik dalam batas normal, keluaran
urin adekuat).
Intervensi Rasional
Kaji dan laporkan tanda Kejadian mortalitas dan morbiditas
penurunan curah jantung sehubungan dengan MI yang lebih dari 24
(nilai normal curah jantung jam pertama.
pada orang dewasa 3
liter/menit).
Periksa keadaan klien dengan Biasanya terjadi takikardia meskipun pada
mengauskultasi nadi apical. saat istirahat untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikel.
Catat bunyi jantung. S1dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang
distensi murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/stenosis mitral.
Palpasi nadi perifer. Penurunan curah jantung menunjukkan
menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis
pedis, dan postibial.
Istirahatkan klien dengan Oleh karena jantung tidak dapat
tirah baring optimal diharapkan untuk benar-benar istrahat
(mengurangi aktivitas). untuk sembuh seperti luka pada patah
tulang, maka hal terbaik yang dilakukan
adalah mengistirahatkan klien. Melalui
inaktivitas, kebutuhan pemompaan jantung
diturunkan.
Atur posisi tirah baring yang Klien dengan gagal jantung kongestif
ideal. Kepala tempat tidur dapat berbaring untuk mengurangi
harus dinaikkan 20 sampai 30 kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah
cm atau klien didudukkan darah yang kembali ke jantung sehingga
dikursi. dapat mengurani kongesti paru.
Kaji perubahan pada sensorik. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya
Contoh: letargi, cemas, dan perfusi serebral sekunder terhadap
depresi. penurunan curah jantung.
Berikan istirahat psikologi Stres emosi menghasilkan vasokontriksi
dengan lingkungan yang yang terkait, meningkatkan tekanan darah,
tenang. dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan Meningkatkan sediaan oksigen untuk
dengan nasal kanul/masker kebutuhan miokardium guna melawan efek
sesuai dengan indikasi. hipoksia/iskemia.
Kolaborasi untuk pemberian Banyaknya obat dapat digunakan untuk
obat. meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti.
a. Diuretic, furosemid (lasix), Penurunan preload paling banyak
spironolakton (aldakton) digunakan dalam mengobati pasien dengan
curah jantung relatif normal ditambah
dengan gejala kongesti diuretic blok
reabsorbsi diuretic, sehingga mempengarui
reabsorpsi natrium dan air.
b. Vasodilator, contoh nitrat Vasodilator digunakan untuk
(isosorbide dinitrat, isodril) meningkatkan curah jantung, menurunkan
volume sirkulasi (vasodilator), dan tahanan
vascular sistemik (arteridilator, juga kerja
ventrikel).
c. Digoxin (ianoxin) Meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium dan memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan volume
sirkulasi (vasodilator) dan tahanan
vaskuler sistemik (arteriodilator) juga kerja
ventrikel.
d. Captopril (capoten), Meningkatkan kekuatan kontraksi
lisinopril (prinivil), enapril miokardium dan memperlambat frekuensi
(vasotec) jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori
angiotensin dalam paru serta menurunkan
vasokontriksi, SVR, dan TD
e. Morfin sulfat Penurunan tahanan vascular dan aliran
balik vena/menurunkan kerja miokard,
menghilangkan cemas dan
mengistirahatkan sirkulasi umpan balik
cemas pengeluaran katekolamin
vasokontriksi cemas.
f. Tranqulilizer/sedative Meningkatkan istirahat/relaksasi dan
menurunkan kebutuhan oksigen serta keja
miokard.
g. Antikoagulan, contoh Dapat digunakan secara profilaksis untuk
heparin dosis rendah mencegah pembentukan thrombus/emboli
warfarin (Coumadin) pada adanya faktor risiko seperti statis
vena, tirah baring, disritmia jantung, dan
riwayat episode sebelumnya.
h. Pemberian cairan IV, Oleh karena adanya peningkatan tekanan
pembatasan jumlah total ventrikel kiri, pasien tidak dapat
sesuai dengan indikasi, menoleransi peningkatan volume cairan
hindari cairan garam (preload).
Pantau seri EKG dan Depresi segmen ST dan datarnya
perubahan foto dada. gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Foto dada
dapat menunjukkan pembesaran jantung
dan perubahan kongesti pulmonal.
Intervensi Rasional
Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
ekstremitas. cairan.
Kaji tekanan darah. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui
peningkatan jumlah cairan yang dapat
diketahui dengan meningkatkan beban kerja
jantung yang dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan darah.
Kaji distensi vena jugularis. Peningkatan cairan dapat membebani fungsi
ventrikel kanan yang dapat dipantau melalui
pemeriksaan tekanan vena jugularis.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air,
dan penurunan keluaran urin.
Timbang berat badan. Perubahan tiba-tiba dari berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
Beri posisi yang membantu Meningkatkan venous return dan mendorong
drainase ektremitas, berkurangnya edema perifer.
lakukan latihan gerak pasif.
Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang bedampak
terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium
meningkat.
b. Berikan diuretic, contoh: Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume
furosemid, sprinolakton, plasma dan menurunkan retensi cairan di
dan hidronolakton jaringan, sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.
c. Pantau data laboratorium, Hipokalemi dapat membatasi keefektifan
elektrolit kalium terapi.