DINDA FATHIRA
01051170107
KELAS B 2017
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan anugerah pada penulis
Pencurian”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ulangan
Putra Karo Karo, S.H., M.H., selaku dosen mata kuliah Hukum Pembuktian yang
motivasi, dan pengorbanannya baik dari segi materil maupun moril sehingga
Penulis mengakui bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata, penulis berharap makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL.................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
INTISARI................................................................................................................ v
iii
3.2.3 Bahan Hukum Tersier…………………………………………….16
4.2.1 Kasus……………………………………………………………..17
4.2.2 Pembahasan………………………………………………………18
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..19
5.2 Saram…………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………21
iv
INTISARI
__________________________________________________________________
ABSTRACT
__________________________________________________________________
Theft is a human act by taking goods wholly or partly something that belongs to
another person, with the intention of controlling the object in contravention of
rights. The crime of theft is a formally constituted offense in which prohibited and
threatened with punishment. Violence theft in positive law is regulated in Article
365 of the Criminal Code with the threat of punishment divided into two parts,
namely: imprisonment and death. Before the sentence is handed down, evidence is
needed that is discussed in the Proof Law.
v
BAB I
PENDAHULUAN
mengambil ha katas barang orang lain secara terpaksa atau tidak terpaksa dan
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.
pencurian itu merupakan delik yang dirumuskan secara formal dimana yang
dilarang dan diancam dengan hukuman, dalam hal ini adalah perbuatan yang
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
vi
1. Bagaimana klasifikasi dan penjelasan mengenai alat dan barang bukti
Indonesia.
analisisnya.
vii
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis dari kasus
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisis dari
bab-bab sebelumnya.
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
feit itu sendiri. Tindak pidana biasanya disamakan dengan delik, yang berasal
formil). Dengan demikian, KUHP tidak memberikan tempat bagi hukum yang
undangan. Oleh karena itu, secara sosiologis KUHP telah ketinggalan zaman
akibat tertentu sebagai akibat yang dilarang. Apabila dijumpai delik yang hanya
ix
untuk manggambarkan bagaimana bentuk kelakuan yang menurut logika dapat
menimbulkan akibat yang dilarang itu, tidak dapat ditentukan siapa yang
Delik formil ialah delik yang dianggap telah terlaksana apabila telah
dilakukan suatu perbuatan yang dilarang. Dalam delik formil hubungan kausal
mungkin diperlukan pula, tetapi berbeda dengan yang diperlukan dalam delik.
berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran
formal. Pada pemeriksaan perkara pidana, hakim berperan aktif dalam mencari
yang cukup, pembuktian yang dibutuhkan akan dibahas dalam subbab setelah
ini.
x
Sebelum hakim berperan dalam mencari kebenaran materi, maka kita
1. Penyidikan
2. Penuntutan
3. Pemeriksaan di persidangan
2018: 8)
sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah hakim memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
xi
Sebaliknya manakala kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan
alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa harus
menghubungkan Pasal 183 dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Pada
Pasal 184 ayat (1) KUHAP telah dibuktikan secara limitatif alat-alat bukti
a. Keterangan Saksi
KUHAP yaitu salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
b. Keterangan Ahli
ahli, agar perkara pidana yang sedang diperiksa menjadi terang demi
xii
c. Alat Bukti Surat
Menurut ketentuan Pasal 187 KUHAP surat yang dapat dinilai sebagai
sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang ialah surat yang
dibuat atas sumpah jabatan atau surat yang dikuatkan dengan sumpah.
Alat bukti petunjuk sabagaimana yang terdapat dalam Pasal 188 ayat
karena persesuainnya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
dalam persidangan juga terdapat dalam Pasal 188 ayat (3), yaitu
e. Keterangan Terdakwa
184 ayat (1). Terkait dengan keterangan terdakwa terdapat dalam Pasal
189 ayat (1) KUHAP. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
xiii
dahulu itu bukan merupakan suatu bukti yang sah, ia hanya dapat
lagi dengan satu alat bukti yang lain misalnya dengan keterangan saksi,
satu keterangan ahli atau satu surat maupun petunjuk. (Litigasi: 2018)
menyebutkan secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti.
Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak
pidana;
pidana;
pidana;
xiv
e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana
yang dilakukan,
Atau dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang
disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang
xv
BAB III
METODE PENELITIAN
Data yang penulis ambil terdiri dari 3 (tiga) sumber bahan hukum yaitu
bahan hukum primer,sekunder dan tersier. Untuk lebih jelasnya penulis akan
xvi
BAB IV
tindak pidana harus melalui proses pembuktian terlebih dahulu, yaitu melalui
bukti yang sah, yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
4.2.1 Kasus
Shodiq: Terdakwa
Husnan: Pelapor/korban
Duduk Perkara:
Pada 26 April 2010 sekira pukul 19.00 WIB 26 April 2010 sekira
barang curian.
xvii
Alat Bukti: 3 saksi (Munir, Fajar, dan Sardi). Pada pokoknya saksi
4.2.2 Pembahasan
Jika hakim ingin menjatuhkan pidana dengan alat bukti yang telah
dilampirkan diatas maka telah sesuai karena dibutuhkan 2 (dua) alat bukti
salah, tapi kerugian yang didapat oleh korban berupa sandal seharga Rp
xviii
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dibutuhkan pula prinsip pembuktian oleh hakim dan hakim konstitusi wajib
dibutuhkan alat bukti yang sah, yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli,
2. Alat bukti dalam kasus ini kuat karena terdapat 3 (tiga) orang saksi. Namun,
kasus ini hakim telah mengedepankan rasa keadilan yang hidup dalam hidup
xix
5.2 Saran
1. Saksi sebagai alat bukti, selain diberikan sumpah juga dibutuhkan lie
2. Pada praktiknya, dibutuhkan edukasi dari seluruh kalangan yang ikut andil
harusnya memilih kasus yang diterima, jaksa, dan hakim diharapkan untuk
3. Diperlukan hakim yang memiliki integritas dan memiliki hati nurani dalam
xx
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Guepedia.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum
Acara Pidana.
Jurnal
Ante, Susanti. (2013). Pembuktian dan Putusan Pengadilan dalam Acara Pidana.
Makalah
Power Point
xxi
Website
https://litigasi.co.id/hukum-pembuktian-menurut-hukum-acara-pidana
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4e8ec99e4d2ae/apa-
perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti-/
xxii