Jurnal Awal Sabun Padat
Jurnal Awal Sabun Padat
(Nama Produk)
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK I
2.2 KOSMETIK
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan Kepala
BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 tentang Metode Analisis
Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut,
terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau
memperindah penampilan kulit dan kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah
kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan
kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit (Tranggono,
1996).
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk membuat kosmetik yang
aman, yaitu: 1) Tujuan pemakaian kosmetik, sesuai iklim lingkungan pemakainya,
dan bagaimana jenis kulit pemakainya. 2) Pemilihan bahan baku yang berkualitas
tinggi dan tidak berbahaya untuk kulit dan tubuh. 3) Pemilihan zat pewarna dan zat
pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika terkena sinar matahari. 4) Cara
pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis. 5) Harus dibuat pH seimbang (pH-
balanced). 6) Pengujian klinis hasil produk sebelum diedarkan ke masyarakat. 7)
Pemilihan kemasan yang baik, yang tidak merusak produk dan kulit pemakain
(Menurut Tranggono, 1996).
2.3 SABUN PADAT TRANSPARAN
Sabun merupakan garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair. Badan Standarisasi Nasional menyatakan
bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium
(BSN, 2016).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang dan ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non
polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar
larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Sabun padat transparan merupakan sabun batangan yang memiliki struktur
bening, sabun ini memiliki tingkat transparansi tinggi sehingga memancarkan cahaya
yang menyebar dalam partikel-partikel kecil. Sabun transparan dibuat dari campuran
minyak/lemak dan larutan NaOH yang disebut dengan reaksi saponifikasi yang
dilakukan pada suhu 60-70°C. Struktur transparan pada sabun didapat karena
penambahan bahan-bahan seperti etanol, gliserin, dan larutan gula (Widyasanti dan
Anditya, 2016). Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai
pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun padat (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH disebut sabun lunak (soft soap). Sabun
dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi
terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Widyasanti dan Anditya,
2016).
Sebagai bahan pembersih tubuh, sabun dapat mengangkat kotoran-kotoran yang
menempel pada permukaan kulit, baik kotoran yang larut dalam air maupun kotoran
yang larut dalam lemak. Sabun dapat mengangkat sel-sel kulit yang telah mati, sisa-
sisa kosmetik, dan bahkan dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan
bagi kulit. Sabun bersifat ampifilik yang memiliki gugus hidrofolik (polar) dan gugus
hidrofobik (non polar). Oleh karena itu, sabun dapat mengikat kotoran dan molekul
lemak dan melarutkannya di air (Nurhadi, 2012).
III. FORMULA
A. Formulasi I
R/
Coconut Oil (g) 30
Stearic Acid (g) 5
Citric Acid (g) 0,3
Sodium Chloride (g) 0,2
Sodium Hydroxide (g) 5
Ethanol (g) 19
Sugar Syrup (g) 5
Glycerin (g) 5
Aquades (mL) 20
Green Tea Extract (%) 1
(Anggaraini et al., 2015)
B. Formulasi II
R/
Asam Stearat (g) 6,93
Minyak Kelapa (g) 19.8
NaOH 30% (g) 20.007
Etanol (g) 15.7
Gliserin (g) 8.91
Gula (g) 10.89
Cocoamide (DEA) (g) 0.99
NaCl 0.198
Air 7.335
Gel Lidah Buaya 10
(Hambali, 2017)
C. Formulasi Yang Digunakan
R/
Coconut Oil (g) 30
Stearic Acid (g) 5
Citric Acid (g) 0,3
Sodium Chloride (g) 0,2
Sodium Hydroxide (g) 5
Ethanol (g) 19
Sugar Syrup (g) 5
Glycerin (g) 5
Aquades (mL) 20
Extract Aloevera(%b/b) 10
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk., 2018 menyebutkan bahwa
Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak Aloevera terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa yang terdapat pada kulit adalah 8,5 % . sehingga pada formulasi ini
digunakan ekstrak aloevera dengan konsentrasi 10%b/b
Uji pH
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi
Stabilitas
Viskositas
Homogenitas
Syarat Uji Evaluasi
0,1 % Bebas alkali
Ditambahkan asam sitrat, dan NaCl kedalam asam stearat yang telah
meleleh. Kemudian, aduk hingga homogen ± 5 menit. Suhu
dipertahankan 70-80 ̊C.
Diambil sediaan sabun padat dan diamati secara visual warna, bau,
bentuk dan teksturnya.
Diambil 200 mL dari larutan tersebut, lalu diteteskan dengan air suling
dengan bantuan buret 50 mL, dengan ketinggian 90 cm diatas larutan sabun.
(diukur tinggi busa setelah 5 menit)
Dihitung persentase busa dengan rumus tinggi busa awal dibagi tinggi busa
setelah 5 menit dikali 100%
Menggunakan Air Sadah
Dibuat terlebih dahulu air sadah dengan melarutkan 0,3 gram CaCO3 dan
0,15 gram MgCO3 dalam 500 mL air suling
Diambil 200 mL dari larutan tersebut, lalu diteteskan dengan air sadah
dengan bantuan buret 50 mL, dengan ketinggian 90 cm diatas larutan
sabun. (diukur tinggi busa setelah 5 menit)
Dihitung persentase busa dengan rumus tinggi busa awal dibagi tinggi
busa setelah 5 menit dikali 100%
Hitung menjadi NaOH jika alkali atau asam oleat jika asam
b. Uji pH
Menurut SNI 3532:2016
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi
pH 8-11 pH