Anda di halaman 1dari 16

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIK

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN PADAT

(Nama Produk)

DOSEN PENGAMPU :

Putu Sanna Yustiantara, S.Farm., M.Si

KELOMPOK I

NI PUTU YESI ANITA DEWI (1608551022)


ALFRED SILVESTER SERAN NAHAK (1608551040)
GD BGS PRASETYA WIDIA WIBAWA K (1608551059)
KOMANG DIRGA MEGA BUANA (1708551003)
DWI INDAH ARYA PALASARI (1708551016)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. TUJUAN
1.1 Mahasiswa mampu merancang formula sabun padat
1.2 Mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi terhadap sediaan sabun
padat
1.3 Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh lama penyimpanan terhadap proses
saponifikasi sediaan sabun padat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI KULIT
Kulit adalah organ yang terbesar dan paling luas dari tubuh. Bahkan, rata-rata
orang dewasa memiliki sekitar 170-200 cm2 dengan berat yang bervariasi antara 15
kg dan 17 kg. Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis,
dan lapisan lemak subkutan. Selain lapisan tersebut, juga terdapat beberapa struktur
pelengkap pada kulit, seperti kelenjar-kelenjar kulit (Wahyuni, 2018; Pearce, 2013).
a. Epidermis

Gambar 1. Lapisan Epidermis Kulit (Wahyuni, 2018).


Epidermis adalah bagian terluar kulit, bagian ini tersusun dari jaringan epitel
skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki
pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal
ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami tratifikasi menjadi
lima lapisan (Sloane, 2003).
b. Dermis
Dermis tersusun atas matriks jaringan fibrus dan jaringan ikat yang terdiri dari
serat protein kolagen, elastin, dan retikulin yang terikat oleh bahan dasar
mukopolisakarida. Terdapat jaringan saraf, pembuluh darah, pembuluh limfa dan
bagian pelengkap kulit pada lapisan ini. Dermis dipisahkan dari epidermis dengan
adanya jaringan dasar atau lamina, membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan
ikat (Sloane, 2003; Pearce, 2013).
c. Subkutan
Jaringan subkutan pada kulit memberikan pertahanan bagi kulit terhadap
tekanan mekanis dan sebagai penghalang termal, jaringan ini mensintesis dan
menyimpan energi yang siap digunakan dalam jumlah besar (Aulton, 1988).
d. Struktur Pelengkap Kulit
Kelenjar keringat ekrin memproduksi keringat dengan pH 4,0-6,8 dan juga
mampu mengeluarkan obat, protein, antibodi dan antigen. Fungsi dasarnya adalah
mengontrol suhu tubuh. Kelenjar keringat apokrin terdapat pada daerah pilosebaseus
dan banyak terdapat pada daerah ketiak, putting dan perianal. Hasil sekresinya
umumnya keruh dan terasa berminyak yang mengandung protein, lipid, lipoprotein,
dan sakarida. Bakteri yang terdapat pada permukaan kulit akan memetabolisme cairan
tersebut sehingga kadang menimbulkan bau yang disebut sebagai bau badan (Aulton,
1988).

Kulit memiliki banyak fungsi bagi tubuh, antara lain:


 Sebagai penghalang masuknya substansi luar dan juga mencegah keluarnya
substansi di bawah kulit;
 Pelindung terhadap agen biologis (bakteri dan virus), fisik, dan kimia;
 Imunologi yang mengakibatkan peradangan yang merupakan respon penting
menandai invasi agen asing;
 Tempat sekresi keringat dan zat berbahaya;
 Pengatur suhu tubuh;
 Merupakan indra peraba / sentuhan;
 Absorpsi obat transdermal; serta
 Memproduksi vitamin D.

2.2 KOSMETIK
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan Kepala
BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 tentang Metode Analisis
Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut,
terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau
memperindah penampilan kulit dan kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah
kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan
kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit (Tranggono,
1996).
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk membuat kosmetik yang
aman, yaitu: 1) Tujuan pemakaian kosmetik, sesuai iklim lingkungan pemakainya,
dan bagaimana jenis kulit pemakainya. 2) Pemilihan bahan baku yang berkualitas
tinggi dan tidak berbahaya untuk kulit dan tubuh. 3) Pemilihan zat pewarna dan zat
pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika terkena sinar matahari. 4) Cara
pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis. 5) Harus dibuat pH seimbang (pH-
balanced). 6) Pengujian klinis hasil produk sebelum diedarkan ke masyarakat. 7)
Pemilihan kemasan yang baik, yang tidak merusak produk dan kulit pemakain
(Menurut Tranggono, 1996).
2.3 SABUN PADAT TRANSPARAN
Sabun merupakan garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair. Badan Standarisasi Nasional menyatakan
bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium
(BSN, 2016).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang dan ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non
polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar
larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Sabun padat transparan merupakan sabun batangan yang memiliki struktur
bening, sabun ini memiliki tingkat transparansi tinggi sehingga memancarkan cahaya
yang menyebar dalam partikel-partikel kecil. Sabun transparan dibuat dari campuran
minyak/lemak dan larutan NaOH yang disebut dengan reaksi saponifikasi yang
dilakukan pada suhu 60-70°C. Struktur transparan pada sabun didapat karena
penambahan bahan-bahan seperti etanol, gliserin, dan larutan gula (Widyasanti dan
Anditya, 2016). Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai
pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun padat (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH disebut sabun lunak (soft soap). Sabun
dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi
terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Widyasanti dan Anditya,
2016).
Sebagai bahan pembersih tubuh, sabun dapat mengangkat kotoran-kotoran yang
menempel pada permukaan kulit, baik kotoran yang larut dalam air maupun kotoran
yang larut dalam lemak. Sabun dapat mengangkat sel-sel kulit yang telah mati, sisa-
sisa kosmetik, dan bahkan dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan
bagi kulit. Sabun bersifat ampifilik yang memiliki gugus hidrofolik (polar) dan gugus
hidrofobik (non polar). Oleh karena itu, sabun dapat mengikat kotoran dan molekul
lemak dan melarutkannya di air (Nurhadi, 2012).

III. FORMULA
A. Formulasi I
R/
Coconut Oil (g) 30
Stearic Acid (g) 5
Citric Acid (g) 0,3
Sodium Chloride (g) 0,2
Sodium Hydroxide (g) 5
Ethanol (g) 19
Sugar Syrup (g) 5
Glycerin (g) 5
Aquades (mL) 20
Green Tea Extract (%) 1
(Anggaraini et al., 2015)

B. Formulasi II
R/
Asam Stearat (g) 6,93
Minyak Kelapa (g) 19.8
NaOH 30% (g) 20.007
Etanol (g) 15.7
Gliserin (g) 8.91
Gula (g) 10.89
Cocoamide (DEA) (g) 0.99
NaCl 0.198
Air 7.335
Gel Lidah Buaya 10

(Hambali, 2017)
C. Formulasi Yang Digunakan
R/
Coconut Oil (g) 30
Stearic Acid (g) 5
Citric Acid (g) 0,3
Sodium Chloride (g) 0,2
Sodium Hydroxide (g) 5
Ethanol (g) 19
Sugar Syrup (g) 5
Glycerin (g) 5
Aquades (mL) 20
Extract Aloevera(%b/b) 10

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk., 2018 menyebutkan bahwa
Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak Aloevera terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa yang terdapat pada kulit adalah 8,5 % . sehingga pada formulasi ini
digunakan ekstrak aloevera dengan konsentrasi 10%b/b

Data Hasil Pengujian Formulasi :


 Uji Organoleptis
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi
Warna
Transparan Transparan
(Transparansi)
Bentuk
(Kekerasan)
Aroma

 Uji pH
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi

 Stabilitas
 Viskositas
 Homogenitas
Syarat Uji Evaluasi
0,1 % Bebas alkali

IV. MONOGRAFI BAHAN


V. PROSEDUR KERJA
5.1 Alat dan Bahan
 Timbangan
 Mortir
 Stamper
 Gelas Ukur
 Penangas Air
 Sendok Tanduk
 Pipet Tetes
 Batang Pengaduk
 Beaker Glass Pot 10g
 Termometer
5.2 Perhitungan
R/
Coconut Oil (g) 30
Stearic Acid (g) 5
Citric Acid (g) 0,3
Sodium Chloride (g) 0,2
Sodium Hydroxide (g) 5
Ethanol (g) 19
Sugar Syrup (g) 5
Glycerin (g) 5
Aquades (mL) 20
Extract Aloevera(%b/b) 10

Sehingga penimbangan yang dilakukan untuk membuat 5 buah sabun yaitu :


a. Coconut Oil = 30g x 5 = 45 gram
b. Stearic Acid = 5g x 5 = 25 gram
c. Citric Acid = 0.3g x 5 = 1.5 gram
d. Sodium Chloride = 0,2g x 5 = 1 gram
e. Sodium Hyroxide = 5g x 5 = 25 gram
f. Ethanol = 19g x 5 = 95 gram
g. Sugar Syrup = 5g x 5 = 25 gram
h. Glycerin = 5g x 5 = 25 gram
i. Aquades = 20g x 5 = 100 gram
10 g
j. Extract Aloevera = x5 = 0,5 gram
100 g

5.3 Cara Kerja

Ditimbang bahan-bahan sesuai table penimbangan

Dilebur asam stearat diatas penangas air pada suhu 70-80oC


Dipanaskan minyak kelapa sambil diaduk pada suhu 70-80oC selama
5 menit. Ditambahkan ke dalam asam stearate.

Ditambahkan asam sitrat, dan NaCl kedalam asam stearat yang telah
meleleh. Kemudian, aduk hingga homogen ± 5 menit. Suhu
dipertahankan 70-80 ̊C.

Ditambahkan NaOH yang telah dilarutkan dalam 15mL akuadest

Kemudian ditambahkan etanol kedalam campuransambil diaduk.


Setelah itu larutan gula (gula dalam akuades 1:1) dan ditambahkan
gliserin sambil diaduk sampai semua bahan melarut.

Suhu diturunkan menjadi 40oC, kemudian ditambahkan ekstrak aloe


vera.

Campuran dituangkan ke dalam cetakan, setelah ± 10 menit ditutupi


dengan plastik kemudian penyimpanan pada suhu ruang selama 24
jam sampai sabun mengeras.

VI. EVALUASI SEDIAAN


6.1 Cara Kerja Evaluasi Sediaan
a. Organoleptis

Diambil sediaan sabun padat dan diamati secara visual warna, bau,
bentuk dan teksturnya.

(Widyasanti dkk, 2016).


b. Uji pH

pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar pH


asam dan larutan pH netral hingga alat menunjukkan harga pH.

Elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tisu

Ditimbang sediaan sabun padat sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 10 mL


akuadest.

Dimasukan elektroda pada sediaan, ditekan read dan ditunggu hingga


terdapat tanda √ A , setelah terdapat tanda √ A dicatat pH yang diperoleh.
(Setyoningrum, 2010)
c. Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa
 Menggunakan Air Suling
- Menggunakan
Diambil 1 gram sabun,Air Suling dalam 50 mL air. Dipanaskan hingga
dilarutkan
melarut. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 mL (diukur tinggi busa
awal)

Diambil 200 mL dari larutan tersebut, lalu diteteskan dengan air suling
dengan bantuan buret 50 mL, dengan ketinggian 90 cm diatas larutan sabun.
(diukur tinggi busa setelah 5 menit)

Dihitung persentase busa dengan rumus tinggi busa awal dibagi tinggi busa
setelah 5 menit dikali 100%
 Menggunakan Air Sadah

Dibuat terlebih dahulu air sadah dengan melarutkan 0,3 gram CaCO3 dan
0,15 gram MgCO3 dalam 500 mL air suling

Kemudian dipanaskan dan ditambahkan tetes demi tetes HCl, hingga


larut

Diambil 1 gram sabun, dilarutkan dalam 50 mL air sadah. Dimasukkan ke


dalam gelas ukur 1000 mL (diukur tinggi busa awal)

Diambil 200 mL dari larutan tersebut, lalu diteteskan dengan air sadah
dengan bantuan buret 50 mL, dengan ketinggian 90 cm diatas larutan
sabun. (diukur tinggi busa setelah 5 menit)

Dihitung persentase busa dengan rumus tinggi busa awal dibagi tinggi
busa setelah 5 menit dikali 100%

(Febriyanti et al., 2014)


d. Uji Asam Lemak Bebas dan Alkali

Diambil 1 gram sabun, dipanaskan dalam alkohol. Saat hampir mendidih,


tambahkan 0,5 mL pp

Jika larutan tidak berwarna (Menunjukkan asam) titrasi dengan larutan


standar KOH sampai timbul warna merah
Jika larutan berwarna merah (menunjukkan bersifat basa) titrasi dengan
larutan standar HCl, sampai warna merah menghilang

Hitung menjadi NaOH jika alkali atau asam oleat jika asam

(Febriyanti et al., 2014)

5.2. Syarat Uji Evaluasi


a. Uji Organoleptis
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi
Bentuk Padat Transparan Organoleptik

b. Uji pH
Menurut SNI 3532:2016
Karakteristik Syarat Uji Evaluasi
pH 8-11 pH

c. Uji Asam Lemak Bebas dan Alkali


Menurut SNI 3532:2016
Syarat Kategori
Maksimal 0,1 % Kandungan alkali bebas
Kandungan asam lemak
Maksimal 2,5 %
bebas

d. Uji Ketinggian Busa


Tinggi busa pada sediaan sabun umumnya relatif berbeda-beda sebagai zat
yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan.
VII. KEMASAN
7.1 Kemasan Primer
7.2 Kemasan Sekunder
7.3 Brosur
7.4 Etiket
VIII. LEMBAR PENGAMATAN
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anggaraini, T., Sahadi D.I., Dahlia. 2015. The Making of Transparent Soap From
Green Tea Extract. International Journal on Advanced Science Engineering
Information Technology.Vol.5(4): 2088-5334.
Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. 2nd ed.
Livingstone. 501-502.
Badan Standarisasi Nasional. 2016. Sabun Mandi Padat. SNI 3532-2016. Dewan-
Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. 1-10
BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Tentang Metode Analisis Kosmetika. Jakarta: Sekretariat Negara.
Febriyanti., L. I. Sari, R. Nofita. 2014. Formulasi Sabun Transparan Mintak Ylang-
Ylang dan Uji Efektivitas Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Jurnal Sains
Farmasi & Klinik. Vol. 1(1): 61-71.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. 1997. Kimia Organik, Jilid 1. Ed. 3.Terjemahan
oleh Pudjaatmaka H.A, & Surdia N.M. Jakarta: Erlangga.
Hambalini, E., Ani S., Evinia I. U. 2017. Kajian Pengaruh Penambahan Lidah Buaya
(Aloe vera) Terhadap Mutu Sabun Transparan. Jurnal Tek. Ind. Pert. Vol.14(2):
74-79.
Nurhadi, S.C. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif
Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck dan Minyak Atsiri. Skripsi.
Malang: Universitas Ma Chung.
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Rahadiana, P., dan Andayani, L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi
dari Minyak Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu.
Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
Sari, Novita, Pratiwi Apridamayanti, Rafika Sari. 2018. Penentuan Nilai Mic Ekstrak
Etanol Kulit Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) Terhadap Isolat Bakteri
Pseudomonas Aeruginosa Resisten Antibiotik. Jurnal Pendidikan Informatika
dan Sains. Vol.7, No. 2 : 2407-1536.
Setyoningrum, E.N.M. 2010. Optimasi Formula Sabun Transparan Dengan Fase
Minyak Virgin Coconut Oil Dan Surfaktan Cocoamidopropyl Betaine: Aplikasi
Desain Faktorial. Skipsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Terjemahan oleh James
Veldman. Jakarta: EGC.
SNI 3532. 2016. Syarat Mutu Sabun Mandi. Badan Standardisasi Nasional.
Tranggono, R.I.S. 1996. Kiat Apik Menjadi Sehat dan Cantik: Petunjuk Praktis
Perawatan Kulit dan Penggunaan Kosmetik bagi Remaja. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wahyuni, S. 2018. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Transparan
Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.) Dan Ekstrak Kulit Batang Banyuru
(Pterospermum celebcium Miq.) Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram
Negatif. Skripsi. Program Studi Farmasi Universitas Hasanuddin Makasar.
Widyasanti, A., dan Anditya, H. H. 2016. Kajian Pembuatan Sabun Padat Transparan
Basis Minyak Kelapa Murni dengan Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh
Putih. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Vol.19(2): 179-195.
Widyasanti, A., C.L. Farddani, D. Rohdiana. 2016. Pembuatan Sabun Padat
Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) dengan
Penambahan Bahan Aktif Ekstrak The Putih (Camellia sinensis). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung. Vol 5 (3) : 125-136.

Anda mungkin juga menyukai