Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lalu Faesal Amrullah

NIM : G1C019034
Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun
pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Fungsi dari laboratorium adalah sebagai berikut :

 Laboratorium sebagai sumber belajar


Tujuan pembelajaran fisika dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan
dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan
masalah atau melakukan percobaan. Berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran terdiri dari 3 ranah yakni: ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah
keterampilan/afektif.
 Laboratorium sebagai metode pembelajaran
Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran yakni metode percobaan
dan metode pengamatan
 Laboratorium sebagai prasarana pendidikan
Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses pembelajaran.
Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan
bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan
percobaan.

Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk mengelola


laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat
laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat
berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang
baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari. Pengelolaan laboratorium akan berjalan
dengan lebih efektif bilamana dalam struktur organisasi laboratorium didukung oleh Board
of Management yang berfungsi sebagai pengarah dan penasehat. Board of Management
terdiri atas para senior/profesor yang mempunyai kompetensi dengan kegiatan
laboratorium yang bersangkutan.

Tugas utama pengelola laboratorium adalah mengkoordinir semua kegiatan


laboratorium,melaksanakan inventarisasi dan administrasi alat-alat dan fasilitas
laboratorium, serta menciptakan suasana akademik laboratorium yang nyaman dan
kondusif sehingga menjamin keselamatan kerja di laboratorium. Agar tugas utamanya itu
dapat terlaksana dengan baik, pengelola laboratorium dapat menyelenggarakan rapat
koordinasi dengan semua pengelola laboratorium atau yang bertanggung jawab dalam
rangka merencanakan semua kegiatan laboratorium yang akan dilakukan berikut strategi
dan pengaturan pelaksanaan serta cara mengevaluasi dan mengembangkannya.
Inventaris adalah suatu kegiatan dan usaha untuk menyediakan rekaman tentang keadaan
semua fasilitas, barang-barang yang dimiliki laboratorium. Bagi lembaga pendidikan yang
mempunyai beberapa laboratorium sangat penting untuk mendata fasilitas atau
menginventaris alat dan bahan laboratorium untuk kegiatan pembelajaran. Dengan
kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh pedoman untuk mempersiapkan
anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang akan datang. Misalnya sebagai
pedoman untuk dapat mengganti peralatan yang telah rusak, menambah peralatan baru dan
sebagainya. Catatan inventaris yang baik akan mempermudah pergantian tanggung jawab
dari pengelola yang satu ke yang lainnya.

Menyelenggarakan inventarisasi terhadap fasilitas dan peralatan yang dimiliki


laboratorium adalah kewajiban bagi praktika yang bersangkutan. Sistem dan pelaksanaan
inventarisasi harus mengikuti peraturan atau petunjuk yang berlaku.

MACAM DOKUMEN ATAU ALAT INVENTARIS


Daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi :

 Buku Induk Barang Inventaris

 Buku Catatan Barang Inventaris

 Buku Golongan Barang Inventaris

 Laporan Triwulan Mutasi barang

 Daftar Isian Barang

 Daftar Rekapitulasi barang Inventaris

MSDS merupakan sumber informasi yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
kecelakaan atau cedera saat menangani bahan kimia berbahaya. Melalui MSDS, Anda
dapat mengetahui sifat-sifat bahaya bahan kimia yang digunakan, alat pelindung diri yang
digunakan hingga prosedur darurat bila terjadi tumpahan, kebakaran, kebocoran, dan
ledakan. Semua informasi tersebut sangatlah penting untuk menghindari terjadinya
kecelakaan bahan kimia yang bisa berakibat fatal bagi pengguna.
Baik menurut Kepmenaker No. Kep. 187/ MEN/ 1999 maupun Sistem Harmonisasi Global
(GHS), MSDS harus memuat 16 informasi sebagai berikut:
1. Identitas bahan dan nama perusahaan
11. Informasi toksikologi
2. Komposisi bahan
12. Informasi ekologi
3. Identifikasi bahaya
13. Pembuangan limbah
4. Tindakan P3K
14. Informasi untuk pengangkutan bahan
5. Tindakan penanggulangan
15. Informasi perundang-undangan
kebakaran
16. Informasi lain, biasanya berisikan tanggal
6. Tindakan penanggulangan tumpahan
pembuatan MSDS, tanggal revisi MSDS
dan kebocoran
terakhir, akronim/ singkatan yang digunakan
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
di dalam MSDS, serta referensi literatur dan
8. Pengendalian pemaparan dan APD
sumber yang diambil untuk membuat MSDS/
9. Sifat fisika dan kimia
informasi produsen/ pemasok yang dapat
10. Stabilitas dan reaktivitas bahan
dihubungi.

Menurut PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun atau disingkat B3 adalah bahan
karena sifatnya dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.

Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United
State Government) B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya
sangat berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan dan atau
pencemaran lingkungan.

Identifikasi B3
(1) B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. mudah meledak (explosive);


b. pengoksidasi (oxidizing);
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (moderately toxic); i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive); k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic); 255 n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenik (mutagenic).
(2) Klasifikasi B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. B3 yang dapat dipergunakan;


b. B3 yang dilarang dipergunakan; dan
c. B3 yang terbatas dipergunakan.

(3) B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah ini.

Simbol B3 sesuai dalam PermenLH No. 3 tahun 2008, adalah :


Label (Tanda/Simbol) Kemasan Bahan/Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) secara umum merujuk pada Globally Harmonized System - United Nations
(GHS) yang diterbitkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa - Bangsa). Label (plakat) dipasang
per satuan kemasan bahan berbahaya ataupun kemasan paket kumpulan bahan/material
berbahaya. Terdapat 9 (sembilan) Klasifikasi Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Beracun
dan Berbahaya), antara lain : Label (Tanda/Simbol) Kemasan Bahan/Material) Berbahaya
/ B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Anda mungkin juga menyukai