Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

ANALISIS INSTRUMEN
ACARA IV
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA FASE PADAT DAN CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER INFRA MERAH

DISUSUN OLEH:
AFANSYAH ARRAHMAN
G1C019003

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2021
ACARA IV
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA FASE PADAT DAN CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER INFRA MERAH

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui teknik pengukuran IR dalam menganalisis sampel
padat dan cair.
b. Untuk menganalisis secara kualitatif senyawa dengan fase padat dan fase
cair menggunakan spektrofotometer infra merah.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 29 Oktober 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi
radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda. Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi infra merah (IR) atau yang biasa disebut dengan Fourier
Transform Infra-Red (disingkat dengan FTIR), Spektroskopi ini didasarkan
pada vibrasi suatu molekul (Khopkar, 2003: 237).
Spektofotometer infra merah adalah alat yang digunakan untuk
menentukan suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa . Pada penetapan ini
hasil yang diperoleh dalam bentuk pita panjang gelombang. Analisis
Kuantitatif suatu sampel dilakukan dengan membandingkan area standar
dengan area sampel. Dengan membandingkan pita panjang gelombang sampel
dengan tabel panjang gelombang didapatkan hasil bahwa senyawa tersebut
adalah Etil asetat dengan kadar sebesar 8,9 % yang area sampelnya
dibandingan dengan area standar yg konsentrasinya 10% (Rozak, dkk, 2019).
Fourier Transformed Infrared (FTIR) merupakan salah satu alat atau
instrument yang dapat digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi,
mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran dari sampel yang
dianalisis tanpa merusak sampel. Daerah inframerah pada spektrum
gelombang elektromagnetik dimulai dari Panjang gelombang 14000 cm-1
hingga 10 cm-1. prinsif kerja FTIR adalah intraksi antara energi dan materi.
Metode Fourier Transformed Infrared (FTIR) yang merupakan metode bebas
reagen, tanpa penggunaan radioaktif dan dapat mengukur kadar hormone
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan
dengan membandingkan pita absorbs yang terbentuk pada spektrum infra
merah menggunakan spektrum senyawa pembanding yang dudah diketahui
(Sari, dkk, 2018).
Untuk mengetahui senyawa kimia alkaloid dari ekstrak etanol daun
Sirih Popar (Ficus septica) melalui uji pendahuluan, ekstraksi, penguapan,
fraksinasi, dan analisis secara Spektrofotometri Infra Merah. Penelitian ini
dilakukan secara eksperimental di laboratorium, dengan desain penelitian
yaitu sampel daun Sirih Popar (Ficus septica) dibuat ekstrak kemudian
dilakukan pemisahan senyawa kimia dengan tekhnik isolasi menggunakan
metode kromatiografi lapis tipis preparatif dan di lanjutkan dengan identifikasi
dengan metode spektrofotometri Infra Merah. Penelitian menujukkan bahwa
ekstrak daun Sirih Popar (Ficus septica) diduga mengandung senyawa kimia
alkaloid berdasarkan hasil uji kualitatif yaitu menggunakan pereaksi Mayer,
menghasilkan endapan kuning, ditetesi HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat,
menghasilkan endapan coklat, HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof,
menghasilkan endapan jingga yang merupakan hasil positif mengandung
senyawa alkaloid. Hasil analisis Spektrofotometri Infra Merah menunjukkan
adanya gugus N-H, C-H, dan C=O yang diduga merupakan golongan senyawa
alkaloid (Tawakkal, dkk, 2021).
Teknik non-invasif untuk klasifikasi buah otomatis semakin penting
dalam agroindustri global karena mereka memungkinkan untuk
mengoptimalkan pengambilan, penyimpanan, pengelolaan, dan keputusan
distribusi. Terlihat, dekat infra merah (NIR) spektroskopi reflektansi difus
adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam klasifikasi buah
tersebut. Biasanya, setelah akuisisi spektrum reflektansi buah, sinyal domain
panjang gelombang diproses sebelumnya dan dirancang pengklasifikasi.
Hingga saat ini, sedikit atau tidak ada pekerjaan yang mempertimbangkan
masalah pembuatan fitur dan pemilihan spektrum reflektansi. Pekerjaan ini
bertujuan untuk mengisi celah ini, dengan memanfaatkan fase rekayasa fitur
sebelum penggolong. Pendekatan biasa di mana pengklasifikasi diumpankan
langsung dengan reflektansi yang diukur pada setiap panjang gelombang
dikontraskan dengan pembagian spektrum yang diusulkan menjadi pita dan
karakterisasinya dalam domain panjang gelombang, frekuensi, dan frekuensi
panjang gelombang. Pemilihan fitur juga diterapkan untuk mengoptimalkan
efisiensi, akurasi prediksi, dan untuk mengurangi over-pelatihan. Sebanyak
3050 sampel pir Rocha dari asal yang berbeda dan tahun panen
dipertimbangkan. Uji statistik hipotesis hasil klasifikasi kandungan padatan
terlarut–prediktor manis dan kematangan buah menunjukkan bahwa fase awal
yang diusulkan dari rekayasa fitur mengungguli pendekatan langsung yang
biasa baik dalam hal akurasi dan dalam jumlah fitur yang diperlukan. Selain
itu, metode ini memungkinkan pengidentifikasian ciri-ciri kimia fisik yang
bermakna (Daniel, dkk, 2021).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Cetakan pellet
b. Instrumen FT-IR
c. Mortar dan penggerus dari batuan onyx
d. Pompa press (handpress)
e. Sel sampel cair
f. Sel sampel padat
g. Sendok
h. Plat KBr
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Sampel cair Y
b. Sampel padat X
c. Serbuk kalium bromida (KBr)

D. SKEMA KERJA
1. Analisis Sampel Padat

Serbuk sampel

 Dimasukkan kedalam mortar


 + Serbuk KBr
 Digerus keduanya dengan perbandingan
1:9 hingga halus dan homogen

Hasil

 Dimasukkan ke dalam cetakan pelet


 Dipress hingga terbentuk pellet yang
transparan

Hasil
 Dianalisis dengan FTIR

Hasil

2. Analisis Sampel Cair

Sampel cair

Diinjeksikan ke dalam sel FTIR


Dianalisis dengan FTIR

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Gambar Peralatan Praktikum dan Instrumen FTIR
In face Instrumen FT-IR
Out face Instrumen FT-IR
Sampel Cair

In face Instrumen FTIR sampel padat Mortar dan penggerus dari


batuan onyx

Sendok KBr Pompa press (handpress)

Sendok sampel Sel sampel padat


Sel sampel cair Syringe

Sampel Cair Sampel padat

Cetakan pellet Serbuk Kalium Bromida (KBr)

Plat KBr

Plat KBr

2. Hasil Analisis Sampel Padat Menggunakan FTIR


3. Hasil Analisis Sampel Cair Menggunakan FTIR

F. ANALISIS DATA
1. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel Padat
O-Si-O

O-H Si-O Si-O-Si


Si-OH

Keterangan :
 Panjang gelombang 3600-3100 cm-1 dengan peak lebar menunjukan
adanya gugus Si-OH dengan peak lebar
 Panjang gelombang 1600-1500 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan O-H dengan absorbsi medium-kuat
 Panjang gelombang 1300-1000 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan Si-O dengan absorbsi kuat
 Panjang gelombang 958-650 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan O-Si-O dengan absorpsi kuat.
 Panjang gelombang 500-400 cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan
adanya ikatan Si-O-Si dengan absorpsi kuat.
2. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel Cair
C-N C-O

C-H C-C
C=C

C=O

N-H

Keterangan:
 Panjang gelombang 3500-3300 cm-1 dengan peak lebar menunjukan
adanya gugus N-H dengan absorpsi sedang.
 Panjang gelombang 3010-2700 cm-1 menunjukan adanya gugus C-H
dengan absorpsi sedang.
 Panjang gelombang 2300-2100 cm-1 menunjukan adanya ikatan C=C
dengan absorpsi medium-lemah.
 Panjang gelombang 1760-1690 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan C=O dengan absorpsi kuat.
 Panjang gelombang 1360-1180 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan C-N dengan absorpsi sedang.
 Panjang gelombang 1170-1050 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan C-O dengan absorpsi kuat.
 Panjang gelombang 1000-450 cm-1 dengan peak yang tajam
menunjukan adanya ikatan C-C dengan absorpsi kuat.

3. Tabel Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi


Sumber: https://images.app.goo.gl/roFCxABpoUr57Niu8

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu menganalisis sampel menggunakan
spektrofotometer infare merah (IR). Adapun tujuan praktikum kali ini adalah
untuk mengetahui Teknik pengukuran IR dalam menganalisis sampel padat
dan cair juga untuk menganalisias secara kualitatif senyawa dengan fase padat
dan cair menggunakan spektrofotometer infra merah. Penggunaan yang paling
penting adalah untuk mengidentifikasi senyawa organik, karna spektrumnya
sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak serapan. Pada spektroskopi
ini tidak semua getaran dalam molekul akan menghasilkan pita absorbansi
dalam infra merah. Oleh karna itu, ada dua kondisi atau syarat bahan untuk
dapat diserap radiasi infra merah, pertama harus coincidrnce (resonansi)
antara frekuensi radiasi inframerah dan getaran molekul , dan yang kedua
getaran yang natural harus menyebabkan terjadinya perubahan dalam dipol
selama getaran terjadi. Frekuensi terjadinya getaran ini tergantung pada
kekuatan ikatan pada masa atompada setiap ujung ikatan. Getaran yang terjadi
ada dua jenis, yaitu getaran yang dapat mengubah Panjang ikatan dan yang
yang lainya getaran yang dapat mengubah sudut ikatan.
Percobaan pertama yaitu menganalisis gugus fungsi sampel padat.
Sampel padat yang digunakan adalam dalam bentuk serbuk. Sapel padat
kemudian ditambahkan dengan KBr dengan komposisi KBr lebih banyak
(1:9). Kedua campuran tersebut digerus dengan menggunakan
penggerus/mortar. Mortar yang digunakan terbuat dari bahan khusus yaitu anti
gores disebut mortar onyx. Tujuan digerus adalah agar sampel padat dengan
KBr tercampur secara merata dan halogen. Kemudian dimasukkan ke dalam
cetakan pellet yang selanjutnya ditekan atau dipress menggunakan kompresor
yaitu hand press dengan tekanan secara bertahap diberikan selama beberapa
menit dimana terdapat skala tekanan dari 1-12. Tujuan dari pengompressan
tersebut agar diproleh pellet yang tipis dan transparan sehingga memproleh
hasl spektrum yang jelas. Apabila pellet yang didapatkan transparan, sehingga
memproleh hasil spektrum yang jelas. Apabila pellet yang dihasilkan terlalu
tebal maka sinar inframerah yang ditembakkan akan terhambur dan tidak
optimal. Hal tersebut menyebabkan puncak-puncak yang terjadi pada spektra
inframerah tidak akurat lagi dan akan mempengaruhi peak pada grafik saat
analisis dengan menggunakan FTIR. Pada saat di press tekanan haruslah
sesuai tidak boleh terlalu rendah atupun terlalu tinggi, sebab saat dipress
tekanan haruslah sesuai tidak boleh terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, sebab
jika tekanan terlalu rendah akan diproleh sampel yang kurang transparan
sedangkan jika terlalu tinggi dapat merusak tempat sampel (cetakan pellet)
tersebut.
Digunakannya KBr dalam percobaan ini, karna tempat meletakkan pellet
juga terbuat dari KBr. Agar tempat meletakkan pellet dan campuran sampel
cocok. Selain itu KBr berfungsi untuk menghomogenkan sampel padatan dan
dapat juga sebagai standar, karna KBr merupakan senyawa garam yang tidak
mengintervensi absorbansi gelombang inframerah oleh senyawa yang
diidentifikasi. Sehingga walaupun menyatu dengan sampel, KBr tidak akan
terdeteksi dalam spektrum FTIR.
Setelah terbentuk pellet yang tipis dan transpaan kemudian dianalisis
dengan FTIR. Dimana FTIR yang menjadi blangko yaitu udara. Jadi sebelum
dilakukan pengukuran sampel udara disekitar tempat sampel harus backgraund
terlebih dahulu agar hasil yang didapatkan akurat karna tidak adalagi udara
yang masuk atau tidak ada udara tidak ada udara dalam tempat pengukuran
sampel dengan menjadikan nol udara, karna jika ada udara pada tempat
pengukuran sampel maka udara tersebut akan berintraksi dengan sampel,
sehingga pengukurang tang dilakukan tidak akurat. Data yang dihasilakn dari
inframerah spektrofotometer berupa spektrum dengan beberapa peak pada
wavenumber (jumlah gelombang) tertentu yang diwujudkan dengan satuan
(cm-1) dan intensitas peak dalam (%). Spektrum inilah yang kemudian
dianalisis berdasarkan kriteria atau ciri khas dari suatu gugus fungsi tertentu.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diproleh hasli spektrum inframerah pada
sampel padat adalah pada daerah Panjang gelombang 3600-3100 cm-1 dengan
peak lebar menunjukan adanya gugus -Si-OH dengan peak lebar, Panjang
gelombang 1600-1500 cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan adanya
gugus O-H dengan absorbs medium kuat, Panjang gelombang 1300-1000 cm-1
menunjukan adanya ikatan Si-O dengan absorpsi kuat, Panjang gelombang
958-650 cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan adanya ikatan O-Si-O
dengan absorpsi kuat, dan Panjang gelombang 500-400 cm-1 dengan peak yang
tajam menunjukan adanya ikatan Si-O-Si dengan absorpsi kuat.
Percobaan kedua yaitu analisis gugus fungsi pada sampel cair. Bentuk
ini adalah paling sederhana dan metode yang paling umum persiapan sampel.
Setetes sampel ditempatkan antara dua plat KBr atau plat NaCl untuk
membuat film tipis. Kemudian plat ditempatkan dalam tempat sampel alat
spektroskopi inframerah untuk dianalisi. Sebelum sampel cair disuntikan atau
diinjeksikan kedalam window (sel sampel), terlebih dahulu suntikannya
(penginjeksi) dibersihkan atau dicuci menggunakan sampel yang akan
dianalisis sehingga zat pengotornya tidak ada dan yang teranalisis pada FTIR
adalah benar-benar sampel cair tanpa adanya campuran dari zat lain. Window
yang digunakan pada praktikum kali ini mempunyai dua sisi tersebut terdiri
dari 2 sisi. Sisi pertama dibuat garam seperti NaCl atau KCl dan sisi yang
lainnya dibuat dari baja.
Setelah dilakuakan penginjeksian sampel cair kedalam window
kemudian dianalisi dengan menggunakan FTIR. Berdasarkan hasil analisis
spektrum inframerah pada sampel cairan di dapatkan serapan Panjang
gelombang 3500-3300 cm-1 dengan peak lebar menunjukan adanya gugus N-H
dengan absorpsi sedang, Panjang gelombang 3010-2700 cm-1 menunjukan
adanya gugus C-H dengan absorpsi sedang, Panjang gelombang 2300-2100
cm-1 menunjukan adanya ikatan C=C dengan absorpsi medium-lemah, Panjang
gelombang 1760-1690 cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan adanya
ikatan C=O dengan absorpsi kuat, Panjang gelombang 1360-1180 cm-1 dengan
peak yang tajam menunjukan adanya ikatan C-N dengan absorpsi sedang,
Panjang gelombang 1170-1050 cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan
adanya ikatan C-O dengan absorpsi kuat, dan Panjang gelombang 1000-450
cm-1 dengan peak yang tajam menunjukan adanya ikatan C-C dengan absorpsi
kuat. Secara prinsip, tingkat energi cahaya pada daerah sinar infra merah
sesuai dengan energi vibrasi dan rotasi ikatan ikatan yang ada dalam molekul.
Apabila sinar inframerah mengenai ikatan yang ada dalam molekul yang
tingkat energinya sesuai atau sama dengan tingkat energi tersebut, maka sinar
infra merah akan diserap. Karna setiap jenis ikatan mempunyai tingkat energi
yang berbeda, maka nilai bilangan gelombang sinar merah yang diserap juga
akan berbeda. Inilah yang menyebabkan spektrofotometri infra merah dapat
dipergunakan untuk menentukan gugus fungsi yang ada didalam suatu
molekul.
Spektrskopi FTIR ini bertujuan untuk menentukan gugus fungsi dari
senyawa yang diidentifikasi. Molekul tiap tiap gugus akan mempunyai vibrasi
alamiah yang biasanya berbeda beda apabila vibrasi alamiah gugus molekul
cocok dengan frekuensi radiasi IR, maka akan terjadi interaksi medan listrik
yang menyebabkan perubahan perubahan vibrasi yang menandakan terjadinya
absorbs radiasi IR oleh gugus molekul. Perubahan energi vibrasi molekul pasti
akan diikuti perubahan amplitude vibrasi molekul yang dikenal sebagai
tanggapan radiasi IR. Banyak contoh molekul yang tidak simetris karna
hamper seluruh zat organic bersifat demikian, dan ini terjadi penyebab luasnya
metode analisis karna hampir seluruh zat organik bersifat demikian, dan ini
yang terjadi penyebab luasnya metode analisis dengan metode spektrometri
IR.
Karakter vibrasi gugus-gugus molekul dikenal ada 2 yaitu vibrasi ulur
dan vibrasi tepuk. Bentuk dari struktur molekul juga menjadi penentu
terjadinya intraksi IR dan molekul molekul yang simetris dalam arti kata
kedua gugus molekul atau atom mempunyai keelektronegatifan yang sama,
tidak akan diperlukan perubahan netto moment dwi kutub sehingga tidak
terjadi perbedaan muatan listrik pada kedua kutub. Dengan demikian medan
listrik IR tidak berintraksi dengan molekul dan lebih jauh molekul tersebut
tidak akan mengalami perubahan perubahan vibrasi karenanya tidak menyerap
radiasi IR. Radiasi IR yang dipakai tersebut harus berada pada rentang
frekuensi yang sesuai dengan rentang getaraan alamiah (natural vibrations)
dan molekul agar memperoleh informasi gugus gugus molekul dari zat yang
dianalisis. Radiasi IR tersebut terbagi lagi atas dua daerah yaitu daerah gugus
fungsi pada rentang antara 4000 hingga 600 cm-1, daerah sidik jari pada
rentang ῡ antara 1500 hingga 670 cm-1 FT-IR mampu menganalisis suatu
maerial baik secara keseluruhan, lapisan tipis, cairan, padatan, pasta, serbuk,
serat, dan bentuk yang lainya darisuatu material. Spektroskopi FT-IR tidak
hanya mempunyai kemampuan menganalisa kualitatif, namun juga bisa
menganalisa kuantitaif. Keuntungan dari penggunaan FTIR dibandingkan
dengan metode konvensional lainya yaitu FTIR dapat juga digunakan pada
semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat
dilakukan lebih cepat dari pada menggunakan cara sekuensal atau pemindaian,
dan snsitifitas dari metode spektrofotometri FTIR lebih besar dari pada caraa
disperse, sebab radiasi yang masuk ke system detektor lebih banyak karna
tanpa harum melalui celah.
Pada sampel cair digunakan metode yang paling sederhana dan metode
yang paling umum pada persiapan sampel. Setetes sampel ditempatkan antara
dua plat KBr atau plat NaCl untuk membuat film tipis. Kemudian plat
ditempatkan dalam tempat sampel alat spektroskopi inframerah untuk
dianalisis. Dan untuk gas, untuk menghasilkan sebuah spektrum inframerah
pada gas, dibutuhkan sebuah sel silinder/tabung gas dengan jendela pada
setiap akhir pada sebuah material yang tidak aktif inframerah seperti KBr,
NaCl atau CaF2. Sel biasanya mempunyai inlet dan outlet dengan keran untuk
mengaktifkan sel agar memudahkan pengisian dengan gas yang akan
dianalisis.
Untuk analisa pada sampel cair, pada spektrum yang dihasilkan
ditemukan adanya ikatan C=C dengan panjang gelombang Panjang gelombang
995-675 cm-1, panjang gelombang 1300-1000 cm-1 menunjukan adanya ikatan
C-O dengan absorpsi kuat, panjang gelombang 1680-1600 cm-1 menunjukan
adanya ikatan C=C dengan absorpsi medium-lemah panjang gelombang 2850-
2960 cm-1 dengan peak sedikit kecil menunjukan adanya ikatan alkana C-H
dengan absorpsi lemah, panjang gelombang 3500-3300 cm-1 menunjukkan
adanya ikatan N-H dengan absorpsi sedang. Dari data-data ikatan yang didapat
dari spektrum FTIR maka dapat disimpulkan bahwa senyawa X yang berupa
padatan adalah asam benzoat.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik pengukuran IR dapat dilakukan untuk menganalisis sampel dalam
bentuk cair, padat. Pengukuran dalam bentuk padat dapat dilakukan dengan
cara membuat sampel dalam bentuk pellet dan ditambahkan kristal KBr
sedangkan sampel dalam bentuk cair dapat dilakukan dengan melaarutkan
sampel dengan pelarut murni kemudian diinjeksi ke dalam FTIR.
2. Untuk menganalisis secara kualitatif senyawa dengan fase padat dan fase
cair menggunakan spektrofotometer inframerah dilakukan dengan
menentukan nilai bilangan gelombang dari spektrum-spektrum yang
diproleh sehingga diketahui jenis-jenis gugus fungsinya dari hasil
pengukuran diproleh untuk sampel padat dan sampel cair yang merupakan
senyawa dengan rumus molekul asam

DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M., Rui, G., Antonio, B., Daniel, R., Ana, M, C., Maria, D, A., & Jose, V,
D, O. (2021). Feature discovery in NIR spectroscopy based Rocha pear
classification. Expert Systems With Applications.
Khopkar. (2003). Basic Concepts of Analitical Chemistry. New York: New Age
Science.

Rozak, A., Armita, F., Fachrian, N., & Rahayu, S. (2019). Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Senyawa Organik Dengan Spektrofotometer Infra-Red.
Accelerating the world's research.

Sari, N. W., Miskah, Y. F., & Anjas. W. (2018). Analisis Fitokimia Gugus Fungsi
Dari Ekstraksi Etanol Pisang Guroho Merah (Musa Acuminate (L)).
IJOBB. 2(1). 30-34.

Tawakkal, Irman, I., & Fajar, K. (2021). Isolasi Senyawa Alkaloid Ekstrak Etanol
Daun Sirih Popar (Ficus Septica BURM. F) Menggunakan
Spektrofotometer Infra Merah. Jurnal Akbar Juara, Vol. 6 (1), pp. 54-62.

Anda mungkin juga menyukai