Anda di halaman 1dari 15

TURBIDIMETER

Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran kekeruhan atau
turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar melewati
suatu larutan yang mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah analisa yang
berdasarkan hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya partikel yang terdapat
dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke segala arah yang mengenainya.

   

Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau tersuspensi. Larutan jernih
dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan emulgator untuk mengemulsi larutan.
Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang berukuran 10-10 cm. Ukuran partikel
ini biasanya dapat dilihat dengan mata.
Hamburan yang terukur pada alat turbidimetri adalah hamburan yang diteruskan atau
yang membentuk sudut 1800. Sedangkan hamburan yang membentuk sudut 900, hamburannya
terdeteksi oleh alat Nefelometer.
   Sinar yang dihamburkan oleh partikel terlarut dalam suatu larutan ada berbagai macam yaitu ;

1.      Hamburan Reylegh


Yaitu hamburan sinar oleh molekul-molekul yang diameternya jauh lebih kecil dari sinar yang
dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan satu per panjang gelombang
berpangkat empat.
2.      Hamburan Tyndall
Yaitu hamburan sinar yang diameter molekul-molekulnya lebih besar dari sinar yang
dihamburkan. Pada hamburan Reylegh dan hamburan Tyndal tidak terjadi perubahan frekuensi
sinar datang dengan sinar yang dihamburkan.

3.      Hamburan Raman


Yaitu hamburan yang dapat mengubah frekuensi antara sinar yang datang dengan sinar yang
dihamburkan.
Proses hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam larutan dipengaru-
hi oleh banyak faktor yaitu :
1.      Konsentrasi cuplikan.
Jika konsentrasi terlalu kecil maka partikel yang terbentuk juga akan kecil. Partikel yang kecil
akan sedikit menghamburkan sinar sehingga akan susah terbaca

2.      Konsentrasi emulgator.


Konsentrasi emulgator yang dimaksud disini adalah perbandingan anatara konsentrasi dengan
emulgator. Jika perbandingannya terlalu kecil, koloid yang terbentuk terlalu kecil sehingga susah
terbaca oleh  alat. Namun jika perbandingan ini terlalu besar, emulgator sisa akan terbuang
dengan sia-sia.

3.      Lamanya pendiaman.


Pengaruh ini bergantung pada kecepatan reaksinya. Sebaiknya reaksi berjalan selama waktu
optimumnya.
4.      Kecepatan dan urutan pencampuran reagen.
5.      Suhu.
Suhu tergantung pada kondisi optimum reaksi.
6.      pH atau derajat keasaman.
pH berhubungan dengan emulgator.
7.      Kekuatan ion.
8.      Intensitas sinar.
Komponen-komponen yang terdapat pada turbidimeter adalah :
a.       Sumber cahaya
         Lampu mercuri
         Lampu tungsten
b.      Filter
         Jika pelarut dan partikel terdispersi tidak berwarna maka digunakan filter light
         Jika pelarut dan partikel terdispersi berwarna coklat maka digunakan filter dark
c.       Kuvet
         Kuvet silinder
         Kuvet semi octagonal
d.      Detektor
      Pada turbidimeter digunakan detector phototube.

Ukuran kuantitatif dari sinar yang dihamburkan sejajar dengan sinar semula disebut
dengan turbidan (s), maka dapat dibuat suatu hubungan antara S, Pt, Po yaitu :
                     S  =  log Po/Pt = k b C
dimana:
S  =  turbidan                             Po        =  intensitas cahaya datang
K  =  konsentrasi                        C         =  konsentrasi             
B  =  tebal kuvet                                    P          =  intensitas cahaya yang       

Untuk memakai persamaan ini sebagai dasar perhitungan konsetrasi maka harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Konsentrasi cuplikan tidak boleh terlalu tinggi / pekat karena jika suspensi terlalu pekat di
samping sinar semula akan banyak pula sinar hamburan yang mencapai detector sehingga
besarnya sinar yang ditransmisikan lebih besar dari sinar yang seharusnya.
2.      Ukuran partikel tidak boleh terlalu besar karena jika terlalu besar maka akan lebih banyak
hamburan ke arah yang sama dengan sinar semula.
3.      Ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil karena terlalu sedikit sinar yang ditransmisikan.
4.      Suspensi partikel penghambur sinar harus encer, ukuran partikel tidak boleh terlalu besar.
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya
dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang
sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup
dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu.
Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.
Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang paling langsung karena beberapa ukuran
redaman (yaitu, pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan
diukur dengan cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke
sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Kekeruhan
Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan
Secchi disk. Kekeruhan di udara, yang menyebabkan redaman matahari, digunakan sebagai
ukuran polusi. Untuk model redaman dari radiasi balok, beberapa parameter kekeruhan telah
diperkenalkan, termasuk faktor kekeruhan Linke (TL). Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan
untuk padatan transparan seperti kaca atau plastik. Dalam kabut produksi plastik didefinisikan
sebagai persentase cahaya yang dibelokkan lebih dari 2,5 ° dari arah cahaya masuk.
Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap
konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang
lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk
turhidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer,
hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun prcsisi metode ini tidak tinggi tetapi
mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk
partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan
nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih
tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih
rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat
tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung
koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil.
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :

  Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas


cahaya yang datang
  Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam
lapisan medium yang keruh.
  Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam
instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas
cahaya diukur dengan larutan standar.

Beberapa senyawaan yang tak-dapat-larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat disiapkan


dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang-sedang stabilnya.
Sifat-sifat dari suspensi akan berbeda-beda menurut konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya
dilewatkan melalui suspensi tersebut, sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan
dengan penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara sisanya ditransmisi (diteruskan).
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi
adalah dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam
penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase
terdispersinya paling jauh adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang
penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas cahaya
bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi sehingga aplikasi analitik dapat
dimungkinkan(Basset,dkk.,1994).
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer.
Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada
nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak
tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi pengukuran tergantung pada ukuran
dan bentuk partikel. Setiap instrument spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter,
sedangkan nefelometer memerlukan resptor pada sudut 90oC terhadap lintasan cahaya. Metode
nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi lebih tinggi,
absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah
untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferrosianida dan sulfide-sulfida logam berat tidak
demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid
biasanya digunakan untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan
stabil(Khopkar,1990).
Ketika menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui bahwa
perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel maupun didalam larutan
standar.
Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva
kalibrasi, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan


respon/konsentrasi, tetapi faktor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya
perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain).
Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan (slope) kurva kalibrasi.
2. Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan
sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang
pengukuran. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap slope kurva kalibrasi.

 
Cara penggunaan Turbidimeter :
1. Memasangkan/menyambungkan turbidimeter dengan 
2. sumber listrik, diamkan selama 15 menit. 
3. Sebelum digunakan alat harus diset terlebih dahulu (dikalibrasi), dimana angka
yang tertera pada layar harus 0 atau dalam keadaan netral
4.   Sampel dimasukan pada tempat pengukuran sampel yang ada pada
turbidimeter
5. Melakukan pengukuran dengan menyesuaikan nilai pengukuran dengan cara
memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera pada layar pada turbidimeter
sesuai dengan nilai standar 
6. Membaca skala pengukuran kekeruhan
7. Pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan menekan tombol
pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan agar data yang diperoleh
pengukuran tepat atau valid, dan hasilnya langsung dirata-ratakan.

TINJAUAN TEORITIS

TURBIDIMETRI

Turbidimetri itu metoda pengukuran konsentrasi partikulat dalam suatu suspensi yang
didasarkan pada hamburan elastis cahaya oleh partikel. Turbidimetri
atau analisa turbidimetri, sedikit berbeda prinsipnya dengan 
adsorbansi (spektrofotometri). Turbidimeter mengukur sinar yang dibelokkan sedangkan spektrof
otometri mengukur sinar yang diteruskan. Namun ada pula Turbidimeter yang mengukur sinar
yang diteruskan. Untuk turbidimeter yang pertama satuannya adalah NTU sedangkan yang kedua
adalah FAU. Inilah mengapa alat spektrofotometer portabel keluaran misalnya Hach tidak bisa
memberikan turbidity dalam NTU.
Syarat utama penerapan turbidimetri adalah: terjadinya reaksi sempurna
antara zat yg akan dianalisa dan pereaksinya dan kelarutan zat yang
terbentuk sangat kecil. Analisa turbidimetri yang terkenal antara lain penentuan SO4 terlarut
dalam air dengan penambahan BaCl2 dengan pembentukan BaSO4. Turbidimeter merupakan
sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas
dapat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya
yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. instrumen
pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas
diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur deagan den-an
larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga pada
warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran
partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk
turhidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer,
hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun prcsisi metode ini tidak tinggi tetapi
mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk
partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan
nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih
tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih
rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat
tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung
koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil.
 
  Kalium sulfat
Potasium sulfat (K2SO4) (juga dikenal sebagai garam abu sulfur) merupakan garam yang terdiri
dari kristal putih yang dapat larut dalam air. Tak mudah terbakar. Bahan kimia ini biasanya digunakan
dalam pupuk, menyediakan potasium dan sulfur. Potasium sulfat juga merupakan biproduk pada produksi
asam sendawa.
Potasium sulfat, K2SO4, ialah garam yang awalnya dikenal pada abad ke-14, dan
dipelajari oleh Glauber, Boyle dan Tachenius, disebut di abad ke-17 sebagai arcanuni atau sal
duplicatum, dianggap sebagai kombinasi garam asam dengan garam alkalin.
Dihasilkan sebagai biproduk dalam banyak reaksi kimia, dan kemudian digunakan untuk
disuling dari kainit, salah satu mineral Stassfurt, namun proses itu telah ditinggalkan karena
garam dapat dibuat cukup murah dari klorida dengan membusukkannya dengan asam belerang
dan calcining residunya. Untuk memurnikan produk mentahnya maka dilarutkan dalam air panas
dan larutan yang disaring dan bisa didinginkan, saat bagian terbesar garam yang dilarutkan itu
menghablur dengan promptitule yang khas.
Kristal yang amat bagus memiliki bentuk piramida sisi 6 ganda, namun sesungguhnya
termasuk sistem rhombik. Kristal-kristal itu transparan, amat keras dan sama sekali permanen di
udara. Memiliki ras pahit, asin. Garamnya dapat larut dalam air, namun tak dapat larut dalam
garam abu tajam dari sp. gr. 1,35, dan dalam alkohol sebenarnya. Melebur pada suhu 1078 °C.
Garanm mentah itu biasa digunakan dalam pengolahan kaca.
Sulfat asam atau bisulfat, KHSO4, siap diproduksi dengan memfusikan 13 bagian garam
mormal berbubuk dengan 8 bagian asam belerang. Membentuk piramida rhombik, yang melebur
pada 197. Melebur pada 3 bagian air 0°C. Kelarutannya menunjukkan reaksi banyak seolah 2
kongenernya, K2SO4 and H2SO4, hadir berdampingan satu sama lain yang tak tergabung.
Kelebihan alkohol, nyatanya, endapan sulfat normal (dengan sedikit bisulfat) dan asam bebas
tetap dalam larutan.
Kemiripannya ialah garam kering yang bergabung pada tekanan merah pudar; berlaku
pada silikat, titanat, dsb., seolah merupakan asam belerang yang ditingkatkan melebihi titik didih
alaminya. Itulah sebabnya penerapannya yang sering dalam analisis ialah sebagai alat
penghancur. Untuk garam dari asam belerang lainnya, lihat sulfur.
ALAT
No Nama alat Ukuran Jumlah
1 Spectronis-20 - 1 set
2 Kuvet dan raknya - 1 set
3 pH meter - 1 set
4 Labu ukur 50 ml 5 buah
BAHAN
No Nama bahan Konsentrasi Volume
1 K2SO4 500 ppm Secukupnya
2 HCl 2M Secukupnya
3 BaCl2.2H2O - 200 mg

  PROSEDUR KERJA
A.    Membuat kurva standar
1.      Sejumlah larutan K2SO4 induk ditambah HCl 2M secukupnya sehingga pH= 1
2.      Buat sejumlah larutan standar pada labu takar 50 ml sehingga setelah diencerkan dengan air
sampai tanda batas konsntrasinya 5-80 ppm.
3.      Ke dalam labu ukur ditambahkan 200 mg BaCl2.2H2O padat.
4.      Encerkan dengan air sampai tanda batas.
5.      Kocok selama 1 menit atau sampai BaCl2 larut dan terbentuk endapan BaSO4
6.      Pindahkan kedalam kuvet biarkan selama 5 menit
7.      Ukur turbidans I pada 480 nm.
8.      Buat kurva standar antara turbidans (S) terhadap konsentrasi ©

B.     Menentukan larutan sampel


1.      Dari larutan sampel dipipet 10 ml pada labu takar 50 ml setelah larutan tersebut diasakan dengan
HCl sehingga pH=1
2.      Tambah 200 mg BaCl2 padat.
3.      Encerkan sampai tanda bata dengan air
4.      Kocok sampai BaCl2 larut dan terbentuk endapan BaSO4.
5.      Ukur turbidans I pada 480 nm.
6.      Tentukan konsentrasinya berdasrkan kurva kalibrasi yang diperoleh.

  HASIL PERCOBAAN
Sebanyak 25 ml larutan K2SO4 ditambah dengan HCl 2M hingga pH = 1. Ke dalam 5 buah
labu ukur dimasukkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 15 ppm, 30
ppm, 60 ppm, dan 75 ppm. Pada tiap labu ukur ditambahkan BaCl 2 . 2H2O padatan bewarna
putih sebanyak 0,2 gram, kemudian di encerkan dengan aquades hingga tanda batas membentuk
larutan keruh. Larutan di kocok selama 1 menit kemudian dipindahkan ke kuvet dan di ukur

turbidans pada lamda ( ) = 480 nm.


K2SO4(ppm) Turbidans (S)
15 0,058
30 0,042
50 0,255
60 0,363
80 0,519

         Pada sampel (air keran ) 10 ml ditambahkan HCl 2M hingga pH= 1 menghasilkan larutan
bening .
         Ditambahkan 0,2 gram BaCl2 dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.

         Diukur turbidans pada lamda ( ) = 480 nm.


Turbidans sampel = 0,027

  REAKSI-REAKSI
K2SO4 + 2 HCl 2KCl + H2SO4

H2SO4 + BaCl BaSO4 + 2HCl


Putih

  PEMBAHASAN
Pengenceran larutan induk K2SO4 500 ppm
-          Untuk 15 ppm
Diketahui : M1 (M K2SO4) = 500 ppm
M2 (M larutan standar) = 15 ppm
V2 (V larutan standar) = 50 ml
Ditanya : V1 = ......?
Jawab : M1.V1 = M2V2

V1 = = = 1,5 ml
-          Untuk 30 ppm
Dik : M1 = 500 ppm
M2 = 30 ppm
V2 = 50 mL
Dit : V1 = ….?

Jb : V1 = =
= 3 ml

-          Untuk 50 ppm


Dik : M1 = 500 ppm
M2 = 50 ppm
V2 = 50 mL
Dit : V1 = ….?

Jb : V1 = = = 5 ml
-          Untuk 60 ppm
Dik : M1 = 500 ppm
M2 = 60 ppm
V2 = 50 mL
Dit : V1 = ….?

Jb : V1 = =
= 6 ml

-          Untuk 80 ppm


Dik : M1 = 500 ppm
M2 = 80 ppm
V2 = 50 mL
Dit : V1 = ….?
Jb : V1 = =
= 8 ml

  Menentukan Konsentrasi sampel


K2SO4(ppm) Turbidans (S)
15 0,058
30 0,042
50 0,255
60 0,363
80 0,519

Dari data diatas dengan memplot konsentrasi K 2SO4 (ppm) sebagai sumbu x dan turbidans (S)
sebagai sumbu y, maka diperoleh grafik :

Y = ax + b
Dimana y = turbidan sanpel
x = konsentrasi sampel
Y = 0,007x - 0,117
0,027 = 0,007x - 0,117
0,144 = 0,007x

x =
= 20,57 ppm
Sampel = 20,57 ppm
Sampel dalam molaritas

-3
M = =
= 2,14 x 10-4 M

  KESIMPULAN
1.      Kadar SO42- dalam suatu larutan sampel adalah 20,57 ppm atau 2,14 x 10-4 M
2.      Fungsi dari penambahan padatan BaCl2. 2H2O adalah untuk mengendapkan SO42- menjadi BaSO4.
3.      Persamaan regresi linier yang digunakan diperoleh dari grafik adalah :
y = 0,007x - 0,117
R2 = 0,942
4.      Dari hasil percobaan yang dilakukan, semakin tinggi konsentrai larutan K2SO4 yang
ditambahkan, maka nilai turbiditans semakain tinggi sehingga bentuk kurva linier.

Anda mungkin juga menyukai