Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
POKOK BAHASAN
PENDAHULUAN
TEORI DASAR
INSTRUMENTASI
APLIKASI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN (lanjutan)
Pembagian
Berdasarkan metode atomisasi dikenal dua metode AAS:
1. Flame AAS
2. Non-flame atau Flameless AAS
Proses atomisasi metode pertama menggunakan larutan
sampel yang disemprotkan ke dalam nyala.
Metode kedua menggunakan tetesan larutan sampel dan
energi listrik (grafit pijar) untuk proses atomisasi.
Metode kedua lebih sensitif dari metode pertama.
Kebaikan dan Keburukan
Kebaikan
Keburukan
- selektif
- destruktif
- sensitif
- perlu energi
- bahaya kebakaran
TEORI
Emisi
Absorpsi
E
E0
Persamaan Bohr:
E = E1 - E0 = hv = hc /
h = Tetapan Planck
v = Frekuensi radiasi
c = Kecepatan cahaya
= Panjang gelombang
TEORI (lanjutan)
Makin tinggi suhu dan makin kecil energi eksitasi maka rasio
N1/N0 makin besar. Pada AAS suhu diatur sedemikian rupa
agar rasio N1/N0 makin kecil atau jumlah atom logam pada
level energi tingkat dasar makin besar.
Udara
Suhu, K
N2O
Suhu, K
2450
2200
2300
3200
2900
2900
Garis-garis resonansi :
garis-garis yang timbul karena terjadinya transisi dari keadaan dasar ke
energi yang lebih tinggi.
Hukum Lambert-Beer dapat dipakai pada metode SSA bila garis resonansi
atom yang di analisis memberi puncak yang sama ( mendekati)
dengan spektrum pancaran sumber radiasi.
Keberatan terpenuhinya persyaratan hukumBeer pada SSA karena setiap
unsur perlu sumber radiasi tertentu.
Mengatasinya : dipakai monokromator dengan resolusi tinggi dengan
satu sumber radiasi bisa untuk berbagai unsur.
Sumber radiasi yang banyak dipakai Hollow Cathode Lamp (HCL),
namun setiap unsur masih perlu lampu katoda tersendiri.
Untuk analisis lebih dari satu unsur diperlukan lampu katoda berongga
kombinasi:
misalnya :Ca, Mg, Ni, Fe, Cu, Zn, Cd, Pb dll.
GANGGUAN
PADA AAS
Gangguan Spektra
Gangguan Spektra
- Frekuensi garis resonan analit overlap dengan garis emisi dari unsur lain:
Hg (253,62 nm) dan Co (253,649 nm).
- Adanya spektrum emisi dari molekul atau fragmen molekul (OH atau CN) pada
nyala.
- Gangguan spektra lebih banyak terjadi pada Spektrofotometri Emisi Nyala (FES)
Cara mengatasi: Gunakan garis resonansi alternatif dari sumber cahaya.
Gangguan Kimia
a. Terbentuknya senyawa stabil: sukar teruai menjadi atom
- Adanya sulfat atau fosfat pada penetapan kadar Ca.
- Pembentukan oksida yang sukar melebur dan stabil (refractory oxides): oksida
dari
Al, Ti, dan V.
Cara mengatasi:
- Naikkan suhu nyala: gunakan asetilen-N2O.
- Gunakan releasing agent: M-X + R = R-X + M, misalnya penambahan SrCl2 atau
LaCl3 untuk mengikat fosfat pada penetapan kadar Ca.
- Gunakan masking agent untuk mengikat analit (Ca) agar tidak bereaksi dengan
pengganggu (sulfat atau fosfat).
- Ekstraksi analit atau zat pengganggu.
BACKGROUND ABSORPTION
(LANJUTAN)
Background absorption
Gangguan ini disebabkan oleh serapan molekul atau hamburan cahaya dari:
molekul
gas,fragmen molekul, partikel asap bila digunakan pelarut organik.
Cara mengatasi (background correction):
Gunakan cahaya kontinyu dari lampu D2 yang membentuk berkas cahaya ganda
(double beam) dengan cahaya dari sumber cahaya. Background absorption
mempengaruhi sample and reference beam. Koreksi background dilakukan
dengan
mengukur rasio dari intensitas kedua berkas cahaya tersebut.
Gangguan fisika
Gangguan ini disebabkan oleh efek matriks yang berpengaruh terhadap sifat
fisika sampel seperti: kekentalan, bobot jenis, tegangan muka atau sifat
menguap dari larutan sampel. Hal ini berpengaruh pada ukuran partikel aerosol
pada proses atomisasi.
Cara mengatasi:
Gunakan matrix matching yaitu pelarut yang sama dengan komposisi matriks
yang hampir sama.
INSTRUMENTASI
D2
Hollow
Cathode
Lamp*
Graphite
Furnace
or
Burner
Chopper
Detector
Monochromator
Oxidant
Fuel
Sample
Read-out
Amplifier
Prinsip kerja:
Proses Atomisasi
Larutan (M+X-)
Penyemprotan)
Aerosol (M+X-)
FES
M**
Thermal
(gas) excitation
Gas (MX)
Penguapan-Pelarut
(Evaporation)
PenguapanPadatn
(Vaporisation)
Disosiasi
(Atomisasi)
M* (gas) + X (gas)
hv
AAS
M*
(gas)
Re-emission
hv of hv
AFS
APLIKASI
Penetapan kadar logam atau senyawa logam baik logam tunggal maupun
campuran dalam konsentrasi kecil termasuk sampel dengan matriks yang
kompleks. Misalnya: multivitamin mineral, cemaran logam, bijih tambang, logam
campur (alloy) dll.
Prinsip Penetapan Kadar
Buat larutan stok baku pembanding, kurva kalibrasi, larutan sampel, pengukuran,
perhitungan.
1. Larutan Baku Pembanding
Buat larutan stok 1000 bpj dari logam atau oksida logam murni.
2. Kurva Kalibrasi
a. Buat satu seri larutan baku yang terdiri minimum empat larutan dengan
mengencerkan larutan stok dengan rentang serapan 0,1- 0,4.
b. Ukur serapan masing-masing larutan baku minimum dua kali (hitung dan cata
t nilai purata), dimulai dari larutan yang paling encer.
Sebelum pengukura larutan dengan konsentrasi berbeda, lakukan pengukuran air suling atau
blangko untuk pembilasan .
b. Encerkan atau pekatkan (solvent extraction) bila perlu (A= 0,1 0,4).
c. Cegah gangguan dengan salah satu cara tersebut di muka.
d. Ukur serapan larutan sampel minimum dua kali.
e. Hitung dan catat nilai purata.
Perhitungan
a. Kurva kalibrasi
Bila kurva linier, kadar langsung dihitung dari
kurva kalibrasi atau persamaan regresi.
Kurva kalibrasi dicek sewaktu-waktu dan bila perlu
buat kurva kalibrasi baru.
b. Penambahan Baku Pembanding (standard addition
method)
Metode ini digunakan untuk sampel dengan matriks
kompleks atau komposisinya tidak diketahui sehingga
kondisi larutan baku tidak mungkin dibuat sama.