Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ayatullah Rohullah Rosyidin

NIM :205102010011

PERKEMBANGAN STUDY ISLAM

Perkembangan Study Islam di Timur Tengah


Perkembangan agama Islam tdak lepas dari perembangan ilmu pengetahuan dunia/ umum.
Tepatnya pada  akhir periode madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan islam masih
di masjid-masjid  dan rumah-rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika
matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H,
selama periode Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai
menempati gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu
alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah adalah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik
kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat
penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan Fatimah di Kairo.
Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat, diganti hanya mempelajari
tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Matematika hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M.
Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M), sebelum
hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian
empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama dengan
ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu
Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di
dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova
(bagian barat) dan (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-
masing pusat studi islam di gambarkan sebagai berikut:
a.         Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun 445 H/1063 M.
[1] Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di baghdad,
yakni Bait Al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833 M), salah seorang
ulama besar yang pernah  mengajar di sana, adalah ahli pikir islam terbesar, Abu Hamid Al-
Ghazali (1058-1111 M), yang kemudian terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.[2]
Di lembaga ini ada empat unsur pokok, yakni (1) seorang mudarris (guru besar) yang
bertanggung jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan, muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang
mengajar Al-Qur’an di masjid, muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga pendidikan,
dan seorang pustakawan (Bait Al-Maktub) yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan,
mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup hampir dua
abad. Yang akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulaghu
Khan pada tahun 1258 M.

b.        Al-Azhar di Kairo Mesir


Panglima besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-
Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-
Hakim Biamrillah (966-1020), khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun membangun
perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi Perguruan Tinggi Al-Azhar, yang
diberi nama Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di
Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M Daulat Fathimiyah di tumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-
Ayyubi yang mendirikan Daulat Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali
kepada Daulat Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar lantas
mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah  kepada aliran Sunni. Ternyata perguruan tinggi
al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20
M dan  tampaknya akan tetap selama hidupnya.[3]
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode : pertama, periode sebelum tahun
1961 dan  kedua, periode setelah 1961, dimana fakultas-fakultasnya sama seperti yang ada di
IAIN sekarang, dan periode setelah tahun 1961, dimana fakultas-fakultas dan ilmu-ilmu yang
dikaji telah meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan umum dan agama. Kalau peride pertama
kita sebut periode Qadim (lama), dan kedua sebagai periode Jadid (baru), maka yang dicontoh
IAIN selama ini ialah Al-Azhar periode Qadim.
c.         Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa di tangan Daulat
Ummayah, semenanjung Liberia yang berabad-abad sebelumnya terpandang daerah minus,
berubah bagaikan disulap menjadi daerah yang makmur dan kaya raya akan pembangunan
bendungan-bendungan irigasi  di sana sini menuruti contoh lembah Nil dan lembah Ephrate.
Bahkan pada masa berikutnya, Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang
gemilang sepanjang zaman tengah. The Historians’ History of the World menulis tentang peri
keadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I (756-788 M) itu, sebagai
berikut, demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu,
yang merupakan pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat,
sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan
pelajaran yang dituntunnya adalah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremona
belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
d.        Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi Kairwan ini berada di kota Fez (Afrika Barat). Perguruan tinggi ini
bermula dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang
berasal dari Kairawan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan
kepada pemerintah dan sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.
Seperti halnya perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairawan masih tetap hidup
sampai sekarang. Di antara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal,
diantaranya adalah Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai kemerdekaan
Maroko dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia kedua, lalu pejabat PM Maroko di bawah
Sultan Muhammad V. Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah menjadi maha gurunya antara
lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M), pada masa Daulat
Almuwahhidin dari Eropa, maka nama Avenbacer (Abu bakar Ibnu Thufail) dan Averroes (Ibnu
Rusyd) dan Avempas (Ibnu Bajah) dan Alhazem (Imnu Hazmi) dan lainnya, amat populer dan
harum di Eropa.
Sebagai catatan, perguruan tinggi Al-Azhar (972 M) di Mesir, dan perguruan tinggi Kairwan
(859 M) di Maroko, adalah lebih tua dibandingkan dengan perguruan tinggi Oxford (1163 M)
dan perguruan tinggi Cambridge (1209 M) di Inggris, dan perguruan tinggi Sorbonne (1253  M)
di Perancis, perguruan tinggi Tubingen (1477 M) di Jerman, dan perguruan tinggi Edinburg
(1582 M) di Skotlandia.
Penyebab utama kemunduruan dunia muslim, khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah
terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam
kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Akhirnya, Baghdad
sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan tahun 1258 M. Pusat-
pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu Khan.
Dapat di simpulkan dari berbagai perguruan tinggi yang telah muncul di dunia timur tersebut
itu membuktikan bahwasannya dunia islam pernah menguasai dunia ilmu pengetahuan
khususnya di dunia timur.dan ini juga membuktikan bahwa ajaran agama islam merupakan
ajaran yang sempurna baik dari segi ilmu ketuhanan maupun ilmu yang berkaitan dengan dunia.

Perkembangan Study Islam di Barat


Kemajuan peradaban barat dimulai pada Periode Pertengahan  (1250-1800 M), yang mana
peradaban islam pada periode ini mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai sekarang ini.
Sebenarnya perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan islam.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Andalusia (Spanyol) pada massa pemerintahan Bani Abbasiyah
adalah merupakan salah satu tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban
islam baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar
negara. Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang melepaskan
belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Dari pemikiran Ibnu Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang barat untuk
belajar. Diantara pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-Universitas Islam di
Andalusia, seperti Universitas Codova (pendirinya abd Al Rahman III), Seville, Malaga,
Granada dan Salamanca. Selama mereka belajar di lembaga-lembaga tersebut, mereka aktif
menterjemahkan buku-buku karya para ilmuan muslim. Pusat kegiatan terjemahan itu berada di
Toledo. Setelah mereka kembali kenegara masing-masing, mereka mendirikan Sekolah-sekolah
dan Universitas. Universitas yang pertama mereka dirikan di Eropa pada tahun 1231 Masehi.[4]
Jadi sudah jelaslah menurut kami, bahwa latar belakang Berkembanganya Studi Islam di Dunia
Barat adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk belajar.
Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan muslim kedalam
bahasa latin.
Gerakan ini pada akhirnya menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri, yang
menyebabkan Eropa maju. Dengan demikian Andalusia merupakan sumber-sumber cahaya bagi
Eropa, memberikan kepada benua itu manfaat dari ilmu dan budaya Islam selama hampir tiga
abad.

Perkembangan Study Islam di Indonesia

Indonesia adalah sebuah negeri agraris sekaligus maritim yang memiliki berbagai bentuk
masyarakat, kebuadayaan, watak, dan kehidupan sosial yang berbeda-beda. Agama Islam sebagai
agama yang memiliki rahmat bagi seluruh alam memiliki otoritas dalam upaya menyatukan cara
berfikir yang kemudian berimplikasi pada perbuatan yang nyata, khususnya pada masyarakat
Indonesia itu sendiri.
Dalam upayanya, Islam yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari Timur Tengah (Arab,
India, Gujarat dll.) pada awalnya masih memiliki keterbatasan pada sistem dan kurikulimnya.
Namun, ada hal yang menarik dalam memahami dinamika-dinamika perkembangan Studi Islam
di Indonesia.
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga/
sistem pendidikan Islam di Indonesia memiliki tahapan-tahapan seperti: a. Sistem
langgar b. Sistem pesantren c. Sistem kelas d. Perguruan Tinggi
a. Sistem langgar
Yang dimaksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di
langgar, surau, masjid, atau di rumah guru. Kurikulumnyapun bersifat elementer, yakni
mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini
umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do’a.[8] di masjid
atau dilanggar mereka; guru dan murid-murid duduk bersila atau tanpa bangku.
b.      Sistem Pesantren
Umumnya kurikulum sistem pesantren adalah pada tingkat awal hanya untuk mengenal
huruf abjad Arab. Kemudian pada tingkat selanjutnya diajarakan lagu-lagu qasidah; berzanji,
tajuwid, mengaji kitab Farukunan.
Pengajaran dengan sistem Pesantren ini dilakukan dengan dua cara:.
1.      Dengan cara sorogan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru,dan bersifat
perorangan.
2.      Dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikan dengan huttab, dimana
seorang kiyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/pendidikan, dan
didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri.
Hanya saja sorogan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab,
sementara kiyai mendengar, sekaligus mengoreksi kalau ada kesalahan.
c.       Sistem kelas.
Setelah sistem kerajaan kemudian mulai akhir abad ke 19, perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia, mulai lahir sekolah model Belanda; sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah
Eropa khusus bagi ningrat Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem
yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah taman siswa(adalah nama
sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922
di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada
waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut
Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di
paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu
Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah
cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia
Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrsah dan sekolah-sekolah model
Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Jama’at al-Khair, dan
lain-lain.
Kemudian pada tahun 1916, Nahdatul Ulama membuka madrasah salafiyah di Tebuireng,
yang dalam kurikulumnya memasukkan pelajaran baca tulis huruf latin. Pada tahun 1923 ada
empat sekolah Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta, dan di Jakarta berdiri sekolah HIS
(Hollands Inlands School).
d.      Perguruan tinggi
Kemudian pada level perguruan tinggi dapat digambarkan, bahwa berdirinya perguruan
tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki
lembaga pendidikan tinggi Islam sejak colonial. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pada
bulan April 1945 ulama cendekianwan. Dalam pertemuan itu dibentuklah panitia Perencana
Sekolah Tinggi Islam yang diketauai oleh Drs. Moh. Hatta dengan anggota-anggota antara lain:
K.H. Mas Mansur, K.H.A. Muzakkir, K.H R.F Kafrawi dan lain-lain. Setelah persiapan cukup,
pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H, bertepatan dengan hari Isra’ dan Mi’raj
diadakan upacara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta.
Setelah proklamasi dan ibu kota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, STI juga hijrah
ke kota tersebut dan berubah namanya menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan empat
fakultas, yaitu: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Fakultas Agama UII ini kemudian
dinegerikan dan menjelma menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950 dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Bersama Mentri Agama dan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. K/I/14641
Tahun 1951 (Agama) dan No. 28665/Kab. Tahun 1951 (Pendidikan) tanggal 1-9-1951.
PTAIN membuka tiga jurusan, yaitu Jurusan Qadla, Tarbiyah dan Dakwah. Setelah PTAIN
berjalan kira-kira sembilan tahun-waktu itu Ketua Fakultasnya adalah Prof. Muhtar Yahya
dirasakan tidak mungkin mempertahankan hanya satu fakultas. Dengan alasan, karena demikian
luasnya ilmu pengetahuan keagamaan Islam,. Maka pada tahun 1960 PTAIN dilebur dan
digabungkan dengan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADAI) milik Departemen Agama yang
didirikan di Jakarta dengan Penetapan Menteri Agama No. 1 Tahun 1957. Pengabungan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 11 tahun 1960 dan Penetapan
Menteri Agama No. 43 tahun 1960 tetang peyelengaraan IAIN. Maka IAIN al-Jami’ah al-
Islamiyah al-Hukumiyah diresmikan berdirinya oleh Menteri Agama RI pada tanggal 2 Rabi’ul
Awwal 1380 H bertepatan dengan tanggal 28 Agustus 1960 berdasarkan PP. No. 11 tahun 1960
tanggal 9 Mei 1960. IAIN di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta.
Melihat perkembangan IAIN yang pesat yang ditandainya dengan banyaknya berdiri
fakultas-fakultas cabang di daerah-daerah menunjukkan minat masuk IAIN. Kondisi ini
melatarbelakangi lahirnya PP No. 27 Tahun 1963, yang memungkinkan didirikanya IAIN yang
terpisah dari pusat. Dari sisi waktu berdirinya IAIN dapat digambarkan berikut:
1.      IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tanggal 5 Oktober 1963.
2.      IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 5 Desember 1963.
3.      IAIN Raden Fatah Palembang tanggal 22 Oktober 1964.
4.      IAIN Antasari Kalimantan Selatan tanggal 22 Nopember 1964.
5.      IAIN Sunan Ampel Surabaya tanggal 6 Juli 1965.
6.      IAIN Alauddin Ujung Pandang tanggal 28 Oktober 1965.
7.      IAIN Imam Bonjol Padang tanggal 21 Nopember 1966.
8.      IAIN Sultasn Taha Saefuddin Jambi tahun 1967.
Dengan adanya perguruan tinggi tersebut itu membuktikan bahwa studi islam di indonesia cukup
baik dalam mengawal zaman yang semakin modern. Kesimpulannya baik dari segi ulama,
pemerintah dan masyarakat yang ada di indonesia sebenarnya saling mendukung sehingga
terciptalah studi studi islam yang dapat memfasilitasi umat islam dalam bersaing di dunia
pengetahuan dengan umat umat yang lain.

Daftar Pustaka
Darmawan , Andi dkk. 2005. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah  Pertumbuhan dan
Perkembangan.Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Joesoef sou’yb. 1985. Orientalisme dan Islam .Jakarta : bulan bintang.
Murodi. 2003.Sejarah Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga.Jakarta: Karya Toha Putra.
Nanji,Azim. 2003. Peta Studi Islam; Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai