Anda di halaman 1dari 34

BAHASA INDONESIA

PERISTILAHAN DALAM KESEHATAN DAN KEBIDANAN

ISTILAH ABORTUS DALAM KEBIDANAN

Oleh :

TIA TAHNIA

P031915401035

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga dapat
terselesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “ISTILAH ABORTUS DALAM
KEBIDANAN”.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada: dosen pembimbing sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih


jauh dari kesempurnaan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan
masukan dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan studi
kasus ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Pekanbaru, Maret 2021

Pe
nulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari
kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik.
Sekitar  5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran  2 kali
yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran
berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau
dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor  baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada
ibu hamil untuk  selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap
komplikasi yang terjadi.
            Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja

3
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya
keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta
tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas
seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan
reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri.Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang
menantang.Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan
hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko
yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran”
seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan
sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi .
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. 

B.     Rumusan Masalah


1.        Apakah pengertian abortus?
2.        Apa saja penyebab abortus?
3.        Bagaimana patofisiologi abortus?
4.        Apa saja macam-macam abortus?
5.        Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6.        Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C.    Tujuan
A. Tujuan umum
agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan
penatalaksanaan dari abortus.
B.  Tujuan khusus
1.    Menjelaskan pengertian abortus
2.    Menjelaskan penyebab abortus

4
3.    Menjelaskan patofisiologi abortus
4.    Menyebutkan macam-macam abortus
5.    Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6.    Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D.     Manfaat
a. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.
b. Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
c.  Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi
kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengertian Abortus


Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara
500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B.    Penyebab Abortus


1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1)    Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks.
2)    Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium

6
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3)    Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol,
kafein, dan lainnya.

2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi


menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.

3.    Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian
janin, kemudian terjadi abortus.

7
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4.    Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.

5.    Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.

6.    Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7.    Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8.    Penyebab dari segi Maternal


1)    Penyebab secara umum:

8
(1) Infeksi
a.    Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b.     Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c.     Parasit, misalnya malaria.
(2) Infeksi kronis
a.     Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b.     Tuberkulosis paru aktif.
c.     Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d.  Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e.     Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f.      Trauma fisik.
2)   Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversi kronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

9.    Penyebab dari segi Janin


1)   Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2)   Mola hidatidosa.
3)   Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4)  Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6)  Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.

C.    Patofisiologi

9
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D.    Macam-macam Abortus


 1.    Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung
beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita
yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada
bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,
sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan
bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan
pertumbuhan dalam rahim.
A.  Diagnosa pada abortus imminent adalah :
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .

10
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).
B.  Penanganan abortus imminens meliputi :
(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)


Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.

A.   Diagnosa abortus insipiens  :


(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .
B.  Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

11
a.   Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4
jam bila perlu).
b.    Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.   Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b.   Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).


Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan
retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini
perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan
yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

a. Diagnosa abortus inkomplit adalah:


(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak
jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
b. Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

12
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)


Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.

A. Diagnosa abortus komplets adalah : 


(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil   

13
      
B.  Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5.    Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus
spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah
atau tidak ada akan mengalami abortus.
a.   Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan
vaginal tiap minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari
vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
b.  Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin  hanya mempunyai pengaruh psikologis.

6.    Missed abortion

14
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus
imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan
pemasangan laminaria stift.

A.  Gejala-gejala selanjutnya ialah :

(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
macerasi janin.

(2) Buah dada mengecil kembali.

(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung
terus.

     Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-


lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan
yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau
kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal
retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed
abortion (abortus tertunda).

B. Diagnosa missed abortion adalah :

(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang


(2) Mammae agak mengendor lagi
(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.

15
(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah
ini perlu dilakukan.
C. Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil
konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak
jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung
janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7.    Abortus infeksiosa, abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis.
Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan
darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob
sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi
penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter
jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera
produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul
sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan
menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek
serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.

16
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah
pada serviks uteri.

8.      Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


            80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
A. Macam-macam abortus provokatus :
1)   Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan,
biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat
dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan
(vakum) atau dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga
dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung
(rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi
kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and
Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
a)  Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah
memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.

17
b)  Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini
pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis
yang sama.
c)  Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2)    Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin
mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus
yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
  
E.  Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdaraha Serviks Uterus Gejala/ Diagnosi Tindakan
n tanda s
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga dengan bawah imminen perdarahan
sedang usia Uterus s Istirahat
gestasi lunak Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung Kehamila Laparotomi
membes atau n ektopik dan parsial
ar dari pingsan yang Salpingekto
normal Neri perut tergangg mi
bawah u Salpingosto
Nyeri mi
goyang
porsio
Masa
adneksa
Cairan
bebas
intraabdom

18
en
Tertutup/terbu Lebih Sedikit/tanp Abortus Tidak perlu
ka kecil a nyeri komplit terapi
dari usia perut bawah spesifik
gestasi Riwayat kecuali
ekspulsi perdarahan
hasil berlanjut
konsepsi atau terjadi
infeksi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeriperut insipiens
masif/ kehamila bawah
banyak n Belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
Kram atau Abortus Evakuasi
nyeri perut inkomplit
bawah
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Terbuka Lunak Mual/ Abortus Evakuasi


dan lebih muntah mola Tatalaksana
besar Kram perut mola
dari usia bawah
gestasi Sindroma
mirip
preeklamsi
Tak ada
janin keluar
jaringan

19
seperti
anggur

 F.    Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

3.      Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah
lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti
bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital
pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

 4.      Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
karena infeksi berat (syok endoseptik).

20
G. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 229
1.      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2.      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3.      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

21
H. CONTOH LAPORAN KASUS
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “U”
DENGAN ABORTUS INSIPIENS
DI PUSKESMAS MATARAM

I. PENGKAJIAN DATA,

Hari/Tanggal : Kamis, 8 maret 2018


Pukul :10.00 wita
Data subjektif

A. Identitas / Biodata
Nama : Ny ’U’                      Nama : Tn. ’H’
Umur : 18 Tahun                   Umur : 23 Tahun
Suku bangsa : Sasak                         Suku Bangsa : Sasak
Agama : Islam                                  Agama : Islam
Pendidikan : SMA                          Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT                                Pekerjaan : Swasta
Alamat : Samarinda                         Alamat : Samarinda

B. Anamnese
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
2. Riwayat Menstruasi
Manarche        : 14 tahun
Siklus Haid     : 28 hari
Lama Haid      : 7 hari
Flour Albus : ada tetapi tidak berbau dan tidak berwarna
Disminore : ada

22
3. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT   : 26-03-2009
HTP      : 2-01-2010
UK : 3 Bulan
a. Pergerakan janin : belum dirasakan
b. Keluhan umum : ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluan hingga
membasahi 1 – 2 pembalut mulai tanggal 19 Juni 2009, dan tidak ada pengeluaran
berbentuk gumpalan Pukul 20.00 Wita dan hari ini keluar darah banyak .
c. Tanda-tanda bahaya : tidak ada
d. ANC : 2 kali di Puskesmas Mataram
e. Obat-obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : tidak ada dan ibu sudah diberikan
tablet tambah darah pada kunjungan sebelumnya.
f. Imunisasi TT: 1 x, pada tanggal 6 Mei 2009
g. Kekhawatiran Khusus : ibu khawatir dengan keadaan kehamilannya saat ini

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:


Hamil Ke Usia Kehamilan Tempat Pertolongan Jenis persalinan Penolong Penyakit
kehamilan, persalinan, nifas Anak

5. Riwayat kesehatan/ penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita
• Penyakit kardiovaskuler : tidak ada
• Penyakit Hipertensi : Tidak ada
• Penyakit Diabetes : Tidak ada
• Penyakit Malaria : Tidak Ada
• Penyakit kelamin/HIV AIDS : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Hepatitis : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Campak : Tidak ada
• Penyakit Tuberculosis : Tidak Ada
• Penyakit Anemia Berat : Tidak ada
• Penyakit Ginjal : Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium.
• Gangguan Mental : Tidak ada
• Penyakit Asma : Tidak ada
• Riwayat Kembar : Tidak ada

23
6. Riwayat sosial ekonomi:
a. Status perkawinan : sah, menikah 1 kali, lama perkawinan 4 bulan.
b. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya saat ini
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilannya ini karena kehamilan ini
sudah direncanakan
c. Riwayat KB : tidak ada
d. Rencana KB : belum ada
e. Pengambilan keputusan pada keluarga : suami sebagai kepala keluarga
f. Diet/makanan sehari-hari
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Jenis Bervariasi misalnya nasi, lauk, sayur-mayur, dll Air putih yang telah dimasak
Sama seperti sebelum hamil Sama seperti sebelum hamil
Frekuensi 3 x sehari 3-4 x sehari 3 x sehari 5-6 x sehari
Banyak Rata-rata 1 piring penuh 3-4 gelas sehari Satu piring 5- 6 gelas sehari
Tambahan Tidak ada Tidak ada Camilan Tidak ada
Pantangan Tidak ada Tidak ada Cumi-cumi, telur dan makanan laut lainnya Tidak
ada
g. Kebiasaan hidup sehat
Ibu tidak merokok, minum-minuman keras, dan mengkonsumsi obat-obatan selain
yang diberikan oleh bidan. Tetapi suami ibu merokok.
Personal hygiene
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari 2 x sehari
Gosok Gigi 2 x sehari 2 x sehari

Eliminasi
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
BAB BAK BAB BAK
Frekuensi 1 x sehari 4-5 x sehari 2 x sehari 4-5 x
Konsistensi Padat Lunak - Padat lunak -
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

24
h. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Pola istirahat
- Siang : ± 1 jam sehari
- Malam : 6-8 jam sehari
Sama seperti sebelum hamil
Sama seperti sebelum hamil

Pekerjaan Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, mengepel,


mencuci dan memasak dengan bantuan anggota keluarga lainnya Sama seperti
sebelum hamil

Seksualitas 4 x seminggu 1 x seminggu

Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan : Rumah Sakit
dan di tolong tenaga kesehatan.

Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmetis
Emosi : stabil
BB sebelum hamil : 51 kg
BB saat ini : 52 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm

2. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit

25
3. Pemerikasaan khusus

a. Muka:

• Pucat : tidak ada

• edema : tidak ada

• Cloasma gravidarum : tidak ada

b. Mata
• Konjungtiva : tidak anemis
• Sklera : tidak ikterus

c. Payudara :
• Bentuk : simetris
• Pembesaran payudara : ada
• Areola : hiperpigmentasi
• Puting susu : menonjol
• Retraksi : tidak ada
• Dimpling : tidak ada

d. Abdomen :
Inspeksi
• Luka bekas operasi : tidak ada
• Linea : nigra
• Striae : tidak ada
• Konstraksi : tidak ada
Palpasi:
• Leopold I : TFU : 3 jari diatas simpisis, ballotement (+)
• Leopold II : -
• Leopold III : -

26
• Leopold IV : -

e. Ektremitas atas dan bawah


• Pada tangan: tidak ada edema, kuku tidak pucat.
• Pada tungkai: tidak ada edema, kuku tidak pucat, bentuk simetris, tidak ada
varises, refleks patella +/+
f. Pemerikasan penunjang :
HB : -
Gol. Darah : -

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa: G1P0A0H0, usia kehamilan 12 – 13 minggu, ballotement (+), K/U Ibu
baik dengan Abortus insipiens

Data dasar
- Ibu mengatakan hamil pertama, tidak pernah keguguran sebelumnya
- Ibu mengatakan umur kehamilannya 3 bulan
- Ibu mangatakan HPHT 26 Maret 2009
- Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin
- Ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluannya
- Tanda-Tanda Vital

TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit

Palpasi : TFU : 3 jari diatas simpisis, ballotement (+)


Pemeriksaan dalam : VT Æ, flek (+), CU/AF, AP/CD normal

27
B. Masalah : Kekhawatiran
Dasar : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan kehamilan saat ini

C. Kebutuhan
- Penjelasan tentang keadaan kehamilan ibu.
- Dukungan motivasi dan dampingan bagi ibu

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


- Abortus incomplite
- Abortus complite

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN


ATAU TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

V. RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH


1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Observasi K/U ibu dan perdarahan
3. Beri konseling tentang KB
4. Pemenuhan nutrisi
5. Beri terapi oral

VI. PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Jam : 10.00 Wita

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu K/U ibu baik dengan TD : 110/70
mmHg, N : 80x/menit, S : 36,7 oC, R : 24x/menit. Menjelaskan pada ibu bahwa
pendarahan yang dialami mengarah pada keguguran. Dan dalam hal ini kehamilan
ibu tidak dapat dipertahankan. Menjelaskan pada ibu bahwa keguguran yang

28
dialami ibu disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor umur dimana
berkaitan dengan kesiapan rahim ibu untuk hamil, yaitu rahim dibawah usia 20
tahun memang sudah dapat difungsikan untuk hamil tetapi lebih berisiko terutama
perdarahan. Faktor lainnya yaitu hubungan seksual dimana usia kehamilan 1 – 3
bulan perlu diperhatikan dari segi frekuensi, intensitas, serta penggunaan
pengaman.

2. Mengobservasi jumlah perdarahan, kemajuan HIS dan pembukaan serviks. Ibu


masih mengalami perdarahan ± 5 – 10 cc warna merah segar, belum ada his dan
pembukaan serviks.

3. Memberikan konseling tentang KB dengan tujuan menunda kehamilan


setidaknya sampai usia ibu 20 tahun dan untuk mengistirahatkan rahim ibu
setelah keguguran.

4. Memenuhi nutrisi ibu dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang


bergizi

5. memberikan terapi obat oral yaitu parasetamol 500 gr

VII. EVALUASI

Hari/tanggal : Kamis, 8 Maret 2018 Jam : 11.00 Wita

- Ibu mengetahui hasil pemerikasaan yaitu TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, S :


36,7 O C, R : 24 x/menit. Dan ibu juga mengetahui bahwa dirinya keguguran dan
pada saat ini masih mengeluarkan darah.
- Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang telah dijelaskan dan
bersedia melaksanakannya.
- Ibu juga sudah menum obat yang diberikan

29
Hari tanggal : Jumat, 9 Maret 2018
Pukul : 01.00 Wita

S : - Ibu mengatakan mengeluh perutnya terasa mules hilang timbul


O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,5 oC, R: 20
x/menit
- Pengeluaran pervaginam yaitu keluar daradah segar yaitu dengan jumlah ± 5 cc
- Pemeriksaan dalam :
VT Æ tertutup, CU/AF, AP/CD normal
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
Insipiens
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 110/70 mmHg, N : 82
x/menit, S : 36,5 oC, R : 20 x/menit dan tidak ada pembukaan serviks
- Observasi lanjut keadaan ibu
- Mengajurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan istirahat yang cukup

Hari tanggal : Jumat, 9 Maret 2018

Pukul : 08.50 Wita

S : - Ibu mengeluh perutnya masih terasa mules


- Ibu mengatakan keluar darah bergumpal yang banyak
O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,5 oC, R: 20 x/menit
- Pemeriksaan dalam :
VT Æ 1 jari longar, teraba jaringan

30
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
incomplite
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 130/90 mmHg, N : 80
x/menit, S : 36,5 oC, R: 20 x/menit dan sudah ada pembukaan serviks
- Melakukan imforment concent
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk procuretage
- Memberikan premedikasi yaitu parasetamol 500 gr dan diazepam 1 table
- Dilakukan curetage oleh dokter
- Mengobservasi keadaan ibu dua jam pascatindakan

Hari tanggal : Jumat, 9 Maret 2018


Pukul : 11.00 Wita

S : - Ibu mengatakan merasa lemas


- Ibu mengatakan sudah makan dan minum serta istirahat ± 1 jam
O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,6 oC, R: 20 x/menit
- Perdarahan ± 2 cc
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
komplite
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 120/80 mmHg, N : 80
x/menit, S : 36,6 oC, R: 20 x/menit
- Memberikan obat oral yaitu parasetamol (3 x 1), diazepam (3 x 1), SF (1 x 1)
- Meminta ibu untuk datang kontrol 6 hari lagi

PENYELESAIAN
Setelah memabandingkan antara teori dengan kasus yang dikaji didapatkan
beberapa kesenjangan antara lain :

31
1. Dilihat dari definisinya Abortus insipiens (sedang berlangsung) adalah perdarahan
pada kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik meningkat, dan hasil konsepsi
masih dalam uterus. Gejala dan tanda: Amenore, Perdarahan pervaginam, Mules-
mules, Tanda-tanda kehamilan (+), Inspekulo: Ostum terbuka, Ketuban (+). Namun
pada kenyataannya pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam, dan
terasa mules pada perut yang ringan tetapi setelah dilakukan pemeriksaan dalam
dengan hasil : VT Æ tertutup, CU/AF, AP/CD normal diagnosa yang ditegakkan
yaitu abortus insipiens.
2. Dilihat dari usia gestasi yaitu 12-13 minggu seharusnya evakuasi dilakukan dengan
peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan
namun pada prakteknya evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase.
3. Pada teori dijelaskan bahwa jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg
per oral. Namun pada kenyataannya terapi tersebut tidak dilakukan.
4. Sebelum dilakukan kuretase pasien tidak dianjurkan untuk berpuasa ± 6 jam.
Berbeda dengan teori yang ada.
5. Paska kuretase seharusnya diberikan terapi Metil ergometrin 3×1 tab dan
antibiotika. Namun pada kenyataannya tidak diberikan.

BAB III
PENUTUP

                   A.  Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil
konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia,

32
trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari
janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus
(buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan
menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi
provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-undangan
Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang
yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur
ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak
disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus
atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan
saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita
tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini
hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran
secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan.
Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat
disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

 B.      Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada
terhadap setiap komplikasi yang terjadi.
àMudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami
dan mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan
tindakan aborsi karena tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik
hukum agama maupun hukum perdata, juga mempunyai banyak resiko atau
akibat dari perbuatan aborsi.

                                                           

33
                                                               DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI.


Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.

            (http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indone
sia)

34

Anda mungkin juga menyukai