Anda di halaman 1dari 9

PENGUNAAN BERBAGAI JENIS DESINFEKTAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN

MUTASI GEN COVID-19 PADA PETERNAKAN AYAM

Muhammad Rizqi Fadhli – 0616111331181*


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
*Email : muhammadrizqifadhli19@gmail.com

Virus corona baru (Covid-19) telah mendatangkan


malapetaka di seluruh dunia. Akan tetapi, ahli dari Inggris
menyatakan bahwa peternakan ayam dapat menjadi ancaman
yang jauh lebih mematikan. SejakSejak virus corona pertama kali
dilaporkan muncul di Wuhan, China pada Desember tahun lalu,
pandemi itu kini telah menginfeksi hampir 25 juta orang di seluruh
dunia. Sejak virus corona pertama kali dilaporkan muncul di
Wuhan, China pada Desember tahun lalu, pandemi itu kini telah
menginfeksi hampir 25 juta orang di seluruh dunia.

Coronavirus termasuk dalam kelompok virus RNA yang


menyebabkan penyakit pada mamalia dan burung. Virus ini dapat
menyebabkan infeksi saluran pernapasan dengan tingkat
keparahan berkisar dari ringan hingga mematikan pada manusia.
Beberapa contoh penyakit ringan seperti kasus flu yang umum
terjadi, sementara penyakit yang mematikan seperti SARS, MERS,
dan COVID-19. Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin
atau antivirus untuk mencegah dan mengobati infeksi coronavirus
manusiaCoronaviruses termasuk dalam subfamily
Orthocoronavirinae, family Coronaviridae, ordo Nidovirales.
Coronavirus merupakan virus yang memiliki amplop dengan
ssRNA dan nukleokapsid simetri heliks. Virus ini dibungkus dengan
protein icosahedral. Coronavirus memiliki spikes (lonjakan)
berbentuk tongkat pada permukaan virus, yang mirip dengan
bentukan corona matahari pada pengamatan dengan
menggunakan mikroskop elektron (ME).

Coronavirus merupakan virus berukuran besar berbentuk


bola, beberapa jenis bersifat pleomorfik dengan proyeksi
permukaan bulat. Diameter rata-rata partikel virus adalah sekitar
125 nm. Diameter amplop adalah 85 nm dan panjang lonjakan
pada permukaan mencapai 20 nm. Amplop virus pada
pengamatan dengan ME berbeda dengan bungkus electron pada
virus. AmplopAmplop virus terdiri dari lapisan lipid ganda, yang
tersusun dari protein struktural membran (M), amplop (E) dan
spike (S). Rata-rata partikel coronavirus memiliki 74 spike. protein
E dan M penting dalam membentuk selubung virus dan
mempertahankan bentuk strukturalnya. Dalam amplop virus
terdapat nukleokapsid, yang terbentuk dari protein nukleokapsid
(N), yang terikat pada ssRNA positif tunggal yang berbentuk
seperti manik-manik. Amplop, protein membran, dan
nukleokapsid berfungsi untuk melindungi virus ketika berada di
luar sel inang.

Ada tujuh tipe CoV yang dapat menginfeksi manusia, dengan


empat subkelompok utama CoV: alfa, beta, gamma, dan delta.
Tujuh coronavirus yang dapat menginfeksi manusia terdiri dari: (a)
229E (alpha coronavirus); (B) NL63 (alpha coronavirus); (c) OC43
(beta coronavirus); (d) HKU1 (beta coronavirus); (e) MERS-CoV (beta
coronavirus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan di Timur
Tengah, atau MERS); (f) SARS-CoV (beta coronavirus yang
menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah, atau SARS); dan (g)
SARS-CoV-2 (CoV baru atau COVID-19). Nama SARS-CoV-2
diberikan untuk mengidentifikasikan famili virus. Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menggunakan nama COVID-
19.

Manusia yang terinfeksi menyebarkan virus ke lingkungan.


Interaksi protein spike coronavirus dengan reseptor sel
komplementernya sangat penting dalam menentukan infektivitas
virus. Coronavirus terutama menyerang sel-sel epitel. Virus ini
ditransmisikan dari satu host ke host lain, baik secara aerosol,
fomite, atau rute fecal-oral. Coronavirus pada manusia
menginfeksi sel-sel epitel saluran pernapasan, sedangkan
coronavirus pada hewan umumnya menginfeksi epitel sel-sel
saluran pencernaan. SARS coronavirus, misalnya, menginfeksi
melalui rute aerosol, sel-sel epitel paru-paru manusia dengan
mengikat reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).
Transmissible gastroenteritis coronavirus (TGEV) menginfeksi,
melalui rute fecal-oral, sel-sel epitel saluran pencernaan babi
dengan mengikat reseptor alanine aminopeptidase (APN). Infeksi
CoV tidak biasa terjadi di seluruh dunia. Infeksi pada umumnya
dikaitkan human coronavirus 229E, NL63, OC43, dan HKU1. CoV
memiliki potensi untuk bermutasi pada hewan dan menular ke
manusia. Mutasi inilah yang menyebabkan kasus COVID-19, SARS-
CoV, dan MERS-CoV. COVID-19 disebarkan dari manusia ke
manusia melalui kontak langsung atau droplet pernapasan. Waktu
inkubasi rata-rata adalah 4 sampai 5 hari, tetapi kemampuan
untuk menularkan penyakit mencapai 14 hari.
Para ilmuwan percaya bahwa wabah itu ditularkan di antara
spesies hewan yang berbeda sebelum akhirnya melompat ke
manusia dan menghasilkan pandemi global. Setelah hal tersebut
terungkap, banyak yang meneliti pasar basah di Asia, tempat
hewan-hewan yang hidup dan mati disatukan. Ini merupakan area
yang dikenal memiliki sanitasi dan kondisi kebersihan yang buruk.
Penularan zoonosis melalui Covid-19 telah menunjukkan bahwa
hal ini dapat memengaruhi populasi manusia, dan kini para
ilmuwan memperingatkan harus ada tindakan pencegahan ekstra
di tempat hewan dipelihara. Kelelawar dan burung, termasuk
vertebrata terbang berdarah panas, yang merupakan reservoir
alami yang ideal untuk coronavirus (kelelawar reservoir untuk
alphacoronavirus dan betacoronavirus serta burung reservoir
untuk gammacoronavirus dan deltacoronavirus). Kelelawar dan
unggas memiliki jangkauan global yang cukup tinggi sehingga
memungkinkan evolusi dan penyebaran luas corona virus.

Carys Bennett dari People for the Ethical Treatment of


Animals (PETA) menyebut bahwa selain pandemi ini, ada
kemungkinan wabah lain yang dapat menjadi ancaman dan jauh
lebih menakutkan dari yang sekarang. "10 tahun terakhir telah
menjadi peringatan, kita telah mengalami pandemi flu babi (H1N1)
- yang benar-benar dimulai dari pabrik peternakan babi di North
Carolina dan membunuh banyak orang," katanya seperti
dikutip Express UK, Sabtu (29/8/2020).

Menurut Carys Bennett pandemi berikutnya yang terjadi


adalah flu burung (H5N1) yang masih terus berlangsung. Kendati
flu burung terus berlanjut, peternakan ayam yang ada di dunia
masih menggunakan sistem yang serupa. Bennett menilai
mengungkapkan bahwa ayam dalam peternakan hidup dalam
kondisi di mana bakteri dan penyakit virus bisa menjadi lebih dari
sekadar masalah kecil. Menurutnya, hal ini akan menghasilkan
wabah virus yang bisa lebih buruk dari corona. “Flu burung
memiliki tingkat kematian hingga 60 persen pada manusia, dan
Covid-19 hanya sekitar 2-3 persen. Jadi ya itu sangat mematikan,"
imbuhnya.

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa dari


385 orang yang tertular flu burung, 243 di antaranya meninggal
dunia - mayoritas tinggal di Asia dan dekat dengan unggas - dalam
laporan 2008. Oleh karena itu pasar hewan hidup merupakan
masalah yang paling besar jika para pekerja dipeternakan yang
bekerja dalam kandang dengan ventilasi yang buruk akan menjadi
tempat wahah yang mengerikan. Penggunaan disinfektan seperti
biasa dikhawatirkan tidak membantu dalam mencegah mutasi gen
covid19.

Guru Besar Biologi Molekuler di Universitas Airlangga,


Surabaya, Jawa Timur, Chaerul Anwar Nidom, memberi tips untuk
penggunaan disinfektan ini. Menurutnya, penggunaan satu
macam disinfektan tidak cukup melawan keluarga virus corona.
"Karena sifat virus ini gampang mutasi, maka disinfektan harus
sering diganti-ganti jenisnya,” papar beliau. Menurut Nidom yang
juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Profesor
Nidom Foundation (PNF) itu memberikan beberapa golongan
disinfektan, yang semuanya bisa jadi bahan penyemprotan secara
bergantian. Golongan tersebut diantaranya Aldehid (contohnya
formalin) dengan konsentrasi 0,5 persen; Alkohol (etanol,
isopropanol) konsentrasi 70-90 persen; Pengoksidasi (kalium
permanganat) konsentrasi 0,02 persen; Halogen (iodium,
hipoklorit) konsentrasi 1,0-5,0 persen; Fenol (fenol, kresol)
konsentrasi 0,1-5,0 persen; dan Ammonium Quarterner (BKC atau
BenzalKonium Chlorida) konsentrasi 0,1-5,0 persen.
Peneliti yang sedang menguji formula curcumin dalam
empon-empon melawan virus dan patogen ini juga
memperkenalkan istilah disinfektan spektrum luas dan kecil.
“Artinya spektrum kecil bahannya harus spesifik. Untuk antisipasi
mutasi virus, bahan-bahan itu harus (digunakan) bergantian,” kata
dia.

Beberapa golongan desinfektan yang sering digunakan di


peternakan antara lain:

1.Alkohol

Desinfektan turunan alkohol, seperti etanol dan isopropanol,


memiliki sifat non-korosif tapi berefek kaustik (mengiritasi, seperti
terbakar).

2.Aldehid

Turunan aldehid seperti formaldehid, paraformaldehid, dan


glutaraldehid bekerja mendenaturasi protein sel bibit penyakit,
memiliki spektrum luas, bersifat stabil, persisten, biodegradable,
dan cocok untuk desinfeksi beberapa material peralatan. Namun
senyawa ini mudah menimbulkan resistensi, berpotensi sebagai
karsinogen, dan bisa mengiritasi selaput lendir (Larson, 2013).

3.Oxidizing Agent

Senyawa pengoksidasi (oxidizing agent) yang umum digunakan


sebagai desinfektan adalah hidrogen peroksida, iodine dan
Chloramine-T. Mekanisme kerja senyawa ini ialah mengganggu
struktur dan proses sintesis protein serta asam nukleat.
Desinfektan golongan ini efektif membunuh bakteri, virus, dan
jamur, namun memiliki sifat korosif terhadap logam.

4.Fenol

Senyawa turunan fenol (misal kresol) memiliki aktivitas


antimikroba dengan merusak lapisan lemak (lipid) pada membran
plasma bibit penyakit

5. Ammonium Quartener (QUATS)

Turunan QUATS seperti benzalkonium chloride (BKC),


benzetonium chloride, setrimid, dan domifen bromida memiliki
efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram (+)
maupun (-), jamur serta protozoa. Tetapi turunan ini tidak aktif
terhadap bakteri pembentuk spora dan virus tidak beramplop.
Keuntungan penggunaan QUATS: toksisitas rendah, kelarutan
dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna dan non-
korosif terhadap logam.

Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengguyaitu


desinfektan yaitu tiap golongan desinfektan memiliki target
mikroorganisme yang berbeda, oleh karenanya pemilihan
desinfektan harus tepat.
Gambar 1-2. Spectrum kerja dan mikroorganisme targer (Sumber : R&D Medion , 2012)

RUJUKAN

Bruns DP, Nina VK, Thomas RB. COVID-19: Facts, Cultural


Considerations, and Risk of Stigmatization. First Published
April 21, 2020. J of Transcul Nurs.
https://doi.org/10.1177/1043659620917724

Centers for Disease Control and Prevention . (2020). Coronavirus


update. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/index.html
Centers for Disease Control and Prevention . (2020). Coronavirus
Disease 2019(COVID-19). update.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/index.html

Centers for Disease Control and Prevention . (2020).


CDC:Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
https://www.eur.army.mil/COVID-
19/COVID19Archive/Article/2112260/cdc-coronavirus-disease-
2019-covid-19-situation-summary/

Ren LL,Wang YM, Wu ZQ, Xiang ZC, Guo L., Xu T, Jiang YZ, Ziong Y,
Li YJ, Li XW, Li H, Fan GH,Gu XY, Xiao Y, Gao H, Xu JY, Yang F,
Wang XM, Wu C,Wei PF. (2020). Identification of a novel
coronavirus causing severe pneumonia in human: A
descriptive study. Chinese Medical Journal. Advance online

Shi H, Han X, Jiang N, Cao Y, Alwalid ., Gu J, Fan Y, Zheng C. (2020).


Radiological findings from 81 patients with COVID-19
pneumonia in Wuhan, China: A descriptive study. Lancet:
Infectious Diseases. Advance online publication.
https://doi.org/10.1016/s1473-3099(20)30086-4

Anda mungkin juga menyukai