Anda di halaman 1dari 27

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aqidah Islam

Sebelum membahas mengenai pengertian aqidah Islam secara

keseluruhan maka penulis menjelaskan apa itu aqidah Islam secara

etimologi dan secara terminologi.

Secara etimologi aqidah Islam berasal dari Kata Aqidah berasal

dari bahasa arab , yaitu ‘aqada, ya‟qidu, aqdan, aqidatan, sementara

aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.1 Sedangkan menurut

sebagian ulama fiqh mendefinisikan aqidah itu adalah sesuatu yang

diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirobah.2 Secara harfiah

aqidah merupakan sesuatu keyakinan yang kuat di dalam hati nurani (

jiwa) manusia , yang berupa pandangan, pemahaman atau ide tentang

realitas yang diyakini hati kebenarannya yakni kesesuaian dengan realitas

itu sendiri.

Pengertian aqidah Islam menurut beberapa para ahli, menurut

Hasan al- Banna, aqidah beberapa perkara yang wajib diyakini

kebenarannya oleh hati (mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi

keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keraguan-keraguan. 3

1
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam,( Yogyakarta: LPPI, 1998),h.1
2
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (
Jakarta : Pimpinan Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama IAIN,
1985), h. 115.
3
Yunahar Ilyas, Op.cit.,, h. 2

24
25

Menurut Abu Bakar Jabir al- Jazairy, aqidah adalah sejumlah

kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan

akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam

hati serta diyakini keshahihannya dan kebenarannya secara pasti dan

ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenarannya itu.4

Menurut Ibnu Taimiyah, aqidah adalah sesuatu perkara yang harus

dibenarkan oleh hati, yang dengannya jiwa dapat tenang sehingga jiwa itu

menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidakdi

pengaruhi oleh syakwasangka.5

Aqidah merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat

mengatur dan mengarahkan setiap gerak dan langkah manusia. Semua

yang timbul dari dalam jiwa manusia baik berupa perkataan, perbuatan,

gerak, langkah hingga getaran-getaran yang berdetak dalam dinding hati

seseorang sangat bergantung pada kemantapan dan ketegaran Aqidahnya,

bahkan lintasan-lintasan khayal yang bergerak dalam pikiran seseorang

sangat dipengaruhi oleh alat monitor yang sangat esensi. Aqidah

merupakan otak dan motor setiap gerak dan langkah manusia. Bila terjadi

sedikit kesenjangan dan ketidak beresan padanya maka akan menimbulkan

4
Yunahar Ilyas, Op.cit., h. 3
5
Abdul Qadir Djaelani, Asas dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Ajaran Islam,(
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996), hlm. 12
26

kerusakan pada gerakan dan langkah yang diciptakannya yang

menyimpang sangat jauh dari jalan yang lurus. 6

Dari beberapa pengertian tentang Aqidah yang telah dikemukakan

di atas dapat dipahami bahwa Aqidah merupakan suatu kepercayaan atau

keyakinan yang dianut dalam diri manusia. Aqidah bagaikan ikatan

perjanjian yang teguh dan kuat hal ini disebabkan karena ia ternanam di

dalam hati yang paling dalam.

Adapun yang dimaksud dengan Aqidah Islam, ialah perkara-

perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam Islam

berdasarkan dalil al-qur’an dan sunnah rasul. Dalam penjabarannya,

aqidah meliputi rukun iman yang enam dan mempercayai segala masalah

gaib yang diutarakan dalam al-qur’an dan hadis shahih. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa aqidah Islam ialah keyakinan dan kepercayaan

terhadap segala ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad

SAW. 7

B. Pokok- Pokok Aqidah Islam

Aqidah juga merupakan suatu dasar atau pondasi. Jika di

hubungkan dengan suatu bangunan, maka pondasi itu digunakan untuk

dasar mendirikan bangunan, jika tidak ada pondasi rumah maka rumah itu

tidak akan berdiri dengan bagus dan tidak akan tertata rapi, dan jika suatu

pondasi itu lemah maka bangunan itu akan cepat ambruk dan mudah

6
Abdullah Azzam, Aqidah Landasan Pokok Membina Ummat, Terj. Ahmad Nuryadi
Asmawi, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Cet. 6,h. 9
7
Hamzah Ya’kub, Pemurnian Aqidah dan Syari‟ah Islam,(Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1988),h. 46
27

runtuh, begitu juga dengan aqidah seseorang, jika aqidahnya kuat maka

kuatlah iman seseorang tersebut, dan pasti akan melaksanakan ibadah

dengan tertib dan memiliki akhlak yang baik. Masalah aqidah merupakan

masalah yang utama bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan

Risalah dakwahnya, dengan cara menanamkan keyakinan bahwa seluruh

makhluk wajib bertaubat hanya kepada Allah dan Nabi Muhammad

sebagai utusan Allah.

Menurut Dr. Mahmud Shaltut yang menjadi dasar-dasar Aqidah

Islam yang sekaligus menjadi pokok-pokok pembahasan Aqidah Islam

yaitu :

a. Wujud (adanya) Allah dan KeesaanNya serta dalam menciptakan,

mengatur dan mengurus keleluasaan bertindaknya terhadap alam dan

isinya dari pada persekutuan di dalam keagungan dan kekuatan dan

dinamai di dalam zat dan sifat-Nya. Demikian pula berdiri untuk

berhak disembah dan diharapkan kepada-Nya permohonan

pertolongan dan kepatuhan.

b. Bahwa Allah memilih diantara hamba-hamba-Nya yang diberi tugas

untuk kerasulan untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia

dengan perantara malaikat. Agar beriman dan berbuat Kebajikan.

c. Percaya kepada malaikat-malaikat yang membawa wahyu dari Allah

kepada Rasul-rasulNya. dan mempercayai kitab yang diturunkan-Nya

sebagai Risalah Allah kepada Malaikat-malaikat-Nya.


28

d. Percaya kepada apa yang dikandung dalam risalah tersebut, berupa

persoalan hari kebangkitan dan hari pembalasan dan pokok kewajiban

agama serta peraturan-peraturan yang telah dipilih Allah sesuai

dengan keperluan hidup manusia dan sesuai dengan kesanggupan

mereka. 8

Adapun unsur pokok Aqidah dalam Islam adalah yang disebut

dengan rukun Iman yang enam yang akan penulis terangkan satu persatu.

yaitu sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah

Beriman kepada Allah yaitu keyakinan yang sesungguhnya

bahwa Allah adalah satu, Esa, sendiri, tempat bergantung.Dia adalah

pencipta dan pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu dalam kerajaan-

Nya. Dialah yang berhak disembah, bukan yang lain, dengan segala

macam ibadah, seperti khudhu‟ (tunduk), takut, inabah (taubat),

Qashd (niat), memohon, doa, menyembelih, nadzar dan sebagainnya.9

Termasuk beriman kepada Allah adalah beriman dengan segala

apa yang kabarkan dalam kitab suciNya atau apa yang diceritakan

oleh RasulNya tentang Asma’ dan sifat-sifatNya dan bahwasanya Dia

tidak sama dengan MakhlukNya, dan bagiNya kesempurnaan mutlak

dalam semua hal tersebut, dengan menetapkan tanpa tamtsil(

menyerupakan) dan dengan menyucikannya tanpa menghilangkan

8
Mahmud Shaltut. Akidah dan Syari‟ah Islam, judul asli Al Islam Aqidah Wa Syari‟ah,
Terj. Fachruddin Hs dan Nasharuddin Thaha, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1994),h.3-4
9
Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid 2, judul asli(At- Tauhid Lish- Shaffits Tsani Al-
„Ali), Terj, Agus Hasan Bahsori, ( Jakarta: Darul Haq, 1998),Cet.1. h. 45
29

maknanya sebagaimana dia mengakabarkan tentang diriNya dengan

firmanNya dalam Surat Al-An’am ayat 101-102

              

                 

        

Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak


Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala
sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (yang memiliki sifat-
sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan
selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia
adalah pemelihara segala sesuatu.

2. Beriman kepada Malaikat

Rukun iman kedua ialah beriman kepada malaikat. Kata malaikat

adalah kata jama’ dari akata malak yang berasal dari kata alukah

yang berarti risalah. Malaikat adalah hamba Allah yang dimuliakan

dan utusan Allah yang dipercaya.Allah menciptakan mereka khusus

untuk beribadah kepadaNya.

Iman kepada Malaikat adalah rukun iman yang kedua.

Maksudnya adalah meyakini secara pasti bahwa Allah mempunyai

para malaikat yang diciptakan dari nur, tidak pernah mendurhakai apa

yang Allah perintahkan kepada mereka dan mengerjakan setiap yang

Allah titahkan kepada Allah. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat

yang mewajibkan setiap mukmin untuk beriman kepada adanya


30

malaikat. Sebagaimana Firman Allah terdapat dalam Surat al-

Baqarah ayat 285 :10

            

             

   

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya


dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."

Adapun nama-nama Malaikat yang wajib diketahui oleh umat

muslim dan beserta tugasnya, sebagai berikut.11

1. Malaikat Jibril adalah dialah yang menjabat kepala atau


pemimpin Malaikat. Di samping itu jibril mempunyai tugas
dari Allah menyampaikan wahyu Allah kepada para Rasul dan
Nabi.
2. Malaikat Mikail yang bertugas mengatur kesejahteraan umat,
misalnya mengantarkan hujan, angin, rezeki kepada seluruh
makhluk.
3. Malaikat Izrail yang bertugas mencabut nayawa semua jenis
makhluk, baik manusia, jin, setan, iblis dan malaikat sendiri
apabila tiba saatnya.
4. Malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala pada hari
kiamat dan hari kebangkitan di padang Masyar.
5. Malaikat Raqib yang bertugas mencatat amal baik manusia
6. Malaikat Atib yang bertugas mencatat amal buruk manusia
7. Malaikat Munkar yang bertugas menanyai manusia setelah
mati, di dalam kubur

10
Ibid.,h. 51
11
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap,( Jakarta: PT Rineka Cipta,1996),Cet, 2.h.91-92
31

8. Malaikat Nakir tugasnya menanyai manusia setelah mati


9. Malaikat Malik yang bertugas menjaga pintu neraka
10. Malaikat Ridwan yang bertugas menjaga pintu surga

Dengan demikian, beriman kepada malaikat berarti percaya

bahwa Allah telah menciptakan makhluk halus yang dinamakan

malaikat, yang sifatnya serta pekerjaan yang berbeda dengan manusia

dan hidup di alam yang berbeda.

3. Beriman kepada Kitab-kitab Allah

Beriman kepada Kitab-kitab Allah yaitu mempercayai yang pasti

bahwasanya Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada

rasulNya untuk disampaikan kepada para hambaNya, dan bahwa

kitab-kitab tersebut adalah kalamullah yang dengannya Allah

berbicara secara sesungguhnya sesuai yang pantas untuk DiriNya, dan

bahwa di dalam kitab-kitab manusia, baik di dunia maupun di

akhirat.12

Di antara sekian banyak kitab yang telah diturunkan Allah kepada

Nabi-nya. Hanya ada empat yang wajib diketahui sebagai berikut:

1. Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.

2. Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as.

3. Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as.

4. Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad.13

12
Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdil Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjut
judul asli,( Muqarrar at-Tauhid Kitab Ta‟limi Lil Mubtadi‟in), Terj, Ainul Haris Arifin,( Jakarta :
Darul Haq), Cet. 1,h.40
13
Zainuddin , op.cit.,h. 96
32

Beriman kepada kitab-kitab Allah mencakup tiga perkara,

pertama, beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturukan dari

Allah.Kedua, beriman kepada apa yang telah Allah namakan dan

kitab-kitabNya, seperti al-Qur‟anul Karim yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad, kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa,

kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa. Ketiga, mempercayai berita-

berita yang benar dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran

terhadap berita-berita al-Qur’an. Firman Allah dalam surat An-Nisa’

ayat 136:

          

           

      

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah


dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.

Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwasanya Allah

memerintah agar beriman kepadaNya, kepada RasulNya, kepada

KitabNya yang dturunkan kepada rasulNya yakni al-Qur’an,

sebagaimana Allah juga memerintahkan agar kita beriman kepada

kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Qur’an. 14

14
Zainuddin , op.cit.,h. 97
33

4. Beriman kepada Para Rasul

Beriman kepada Rasul yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya

Allah mengutus pada tiap-tiap umat seorang utusan dari mereka, yang

menyeru mereka beribadah kepada Allah semata, dan bahwasanya

para Rasul itu adalah orang-orang yang jujur dan dapat dipercaya,

orang-orang yang bertakwa dan amanah, sebagai petunjuk jalan yang

mendapatkan petunjuk, dan bahwasanya mereka menyampaikan

semua yang mereka diutus dengannya, mereka tidak menyembunyikan

dan mengubahnya, mereka juga tidak menambah dari diri mereka

sendiri atau menguranginya meskipun hanya satu huruf. 15

Beriman kepada para rasul mencakup empat perkara, pertama,

beriman bahwa risalah mereka adalah benar dari Allah, kedua,

beriman kepada nabi-nabi yang disebutkan namanya oleh Allah ,

ketiga, membenarkan berita-berita yang benar tentang para rasul,

keempat, mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada umatnya.

5. Beriman kepada Hari Akhir.

Beriman kepada hari akhir adalah rukun iman yang kelima.

Artinya ialah meyakini dengan pasti kebenaran setiap hal yang

diberitakan oleh Allah, baik dalam kitab suciNya dan setiap hal yang

diberitakan oleh RasulNya, mulai dari apa yang akan terjadi sesudah

mati, fitnah kubur, adzab dan nikmat kubur, dan apa yang terjadi

sesudah itu seperti kebangkitan dari kubur, tempat berkumpul di

15
Abdul Aziz, Ibid,.h.48-49
34

akhirat, catatan amal, perhitungan, timbangan, telaga, titian,

pertolongan, surga dan neraka serta apa-apa yang dijanjikan Allah

bagi para penghuninya. 16

Beriman kepada Allah berarti juga beriman kepada kebenaran

firman-Nya, yakni Al-Qur’an, yang antara lain mengajarkan tentang

adanya janji Allah kepada orang-orang yang berbuat baik dan juga

kepada orang-orang yang berbuat jahat dengan berbagai balasan nanti

di akhirat. Jika amalannya baik, maka balasannya masuk surga dan

jika amalannya jahat, maka balasannya neraka. Dengan adanya janji

Allah tersebut berarti Allah telah menentukan adanya hakikat

kehidupan kedua setelah kehidupan ini, kehidupan yang bersifat

perhitungan dan pembalasan, suatu kehidupan lain yang merupakan

perwujudan keadilan Ilahi.

Bahwa beriman kepada hari akhir seringkali disebut dalam Al-

Qur’an dan juga hadis seteleh beriman kepada Allah, yang dimaksud

antara lain untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri

manusia yang mukmin atas segala amal perbuatan, tingkah laku dan

perkataannya, baik lahir maupun yang batin. Dengan keimanan itu

berkewajiban mempertanggung jawabkan segala urusannya, bahkan

kehidupannya kepada Allah pada hari akhir. 17

16
Tim Ahli Ilmu Tauhid, op.cit.,h.103
17
Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam ,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1997),Cet. 1, h.129
35

6. Beriman kepada Qadha dan Qadar

Qada dan Qadar adalah landasan terhadap segala yang ada di alam

semesta ini berlaku, baik dalam menciptakan dan cara mengaturnya. Qada

dan Qadar adalah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu dalam

bentuk tertentu kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata yang

kongkret sesuai dengan kehendak yang azali. Sebagian ulama mengatakan

sebaliknya, yakni qadar ialah ketentuan Allah dalam azali dan qadar

ialah pelaksanannya dalam kenyataan ini.

Beriman kepada qada dan qadar termasuk dalam bagian rukun

iman yang berdasarkan ajaran Islam.Allah berfirman dalam Surat al-

Qamar ayat 49.

     

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Beriman kepada qadha dan qadar adalahtidak hanya sekedar suatu

kepercayaan yang wajib diyakini oleh setiap muslim, tetapi juga suatu

kepercayaan yang mengandung banyak hikmah dan juga bimbingan bagi


18
manusia dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan.

18
Ibid,.h.157
36

C. Faktor-Faktor Yang Merusak Aqidah Islam

Dunia sudah modern dan teknologi yang semakin maju, tetapi

apabila manusia tidak berpengang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya,

maka akibatnya manusia itu sendiri jauh mundur ke belakang walaupun ia

sedang berpacu lari, di tengah-tengah umat manusia berpacu dengan

berbagai kehidupan, keadaan dan lingkungan serta adat kebiasaan yang

selalu mempengaruhi tataran kehidupan, baik secara pribadi maupun

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Di antara sekian banyak tatanan

kehidupan yang berdasarkan adat istiadat serta kebiasaan yang bisa

menjerus kepada kerusakan aqidah dan tauhid kepada Allah. Diantaranya

yang bisa merusak aqidah yang menyebabkan kesyirikan. Firman Allah

dalam surat Az-Zumar ayat 3 :

            

                

     

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).


dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah
akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih
padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.”(QS.Az-Zumar.3)

Disini penulis akan membahas mengenai faktor-faktor yang

merusak aqidah Islam, dimana suatu keyakinan atau kepercayaan yang

tidak berdasarkan al-Qur’an dan Hadist Nabi adalah sebagai berikut:


37

1. Syirik

Syirik adalah perbuatan yang menyamakan atau membuat

tandingan antara Allah dengan yang lain, menyekutukan atau

mempercayai bahwa selain Allah masih ada yang layak untuk

dijadikan sebagai tempat menyembah dan meminta.

Sedangkan syirik menurut istilah Muhammad Hasbi Asy-

Syiddieqy bahwa syirik itu pada dasarnya adalah persekutuan,

perkonsian, atau bagian dan berarti juga mempersekutuan. Maksudnya

syirik itu ialah mempersyerikatkan sesuatu dengan Allah..

Sedangkan menurut Syekh Muhammad Abduh menyatakan

dalam bukunya Risalah Al-Tauhid, syirik adalah percaya bahwa ada

yang memberi bekas selain dari pada Allah, dan percaya bahwa ada
19
sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah.

Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-

Nya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah,

secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung.

Syirik dalam Rububiyah misalnya meyakini bahwa ada

makhluk yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih

segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat, seperti meyakini

kesaktian para Wali Allah, sehingga dia minta bantuan kepada mereka

untuk menolak petaka atau untuk meraih keuntungn apalagi bila wali

tersebut sudah meninggal dunia.

19
Bakri Dusar, Tauhid dan Ilmu Kalam,( Padang: IAIN-IB Press, 2001),cet.1,h.101-102
38

Dalam Mulkiyah misalnya mematuhi sepenuhnya para

penguasa non muslim, bukan terpaksa disamping menyatakan patuh

kepada Allah SWT, pada hal pemimpin non muslim itu menghalalkan

apa yang diharamkan Allah, dan mengharamkan apa yang dihalalkan

atau mengajaknya melakukan kemaksiatan. Dalam Ilahiyah

misalnyaberdoa kepada Allah melalui perantara orang yang sudah

meninggal dunia.20

Syirik ada dua macam :

a. Syirik Besar

Syirik besar adalah menjadikan bagi Allah sekutu (niddan)

yang (dia) berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Allah, takut,

harap dan cinta kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan

satu bentuk ibadah kepadannya seperti ibadah kapada Allah.21

Yang termasuk syirik besar sebagai berikut:

1. Berdoa kepada selain Allah22

Yaitu melakukan ritual doa tidak kepada Dzat yang layak

untuk dimintai. Yaitu, Allah, dan Nabi, tetapi Wali, Ulama,

dukun. Dengan berbagai permintaan; rizki, penyembuhan

penyakit dan lain-lainnya. Firman Allah dalam Surat Yunus ayat

106:

20
Yunahar Ilyas, op.cit., h. 70
21
Yunahar Ilyas, op.cit., h. 71
22
Asep Subhi dan Ahmad Taufik, 101 Dosa- Dosa Besar, (Jakarta : Qultum Media,
2004),hlm. 3-6
39

              

  

“dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi


manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain
Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka
Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang
zalim".

2. Mencintai dan menyembah selain Allah

Yaitu perbuatan yang menghadirkan tandingan bagi Allah

yaitu dengan mencintai dan menyembah sesuatu selain Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al – Baqarah ayat 165:

            

              

     

“ dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah


tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itumengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal).”

3. Taat kepada selain Allah


40

Adalah perbuatan yang membuat pelakunya mentaati selain

Allah dan sekaligus bermaksiat kepada-Nya. Misalnya dengan

alih-alih mentaati para ulama ataupun menghalalkan apa saja

yang diharamkan oleh-Nya dan sebaliknya. Firman Allah dalam

surat al-Taubah ayat 31:

         

             

 

“mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka


sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al
masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

4. Bernazar atas nama selain-Nya

Firman Allah dalam surat al- Baqarah ayat 270:

            

   

“apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu
nazarkan, Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. orang-
orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun
baginya.”
41

b. Syirik Kecil

Syirik kecil adalah setiap ucapan atau perbuatan yang

menjadi perantara dan jalan penyebab terjerumus kepada syirik

besar. Syirik kecil terbagi dua macam yaitu pertama, Syirik

Nyata (Zhahir) . Syirik nyata adalah syirik dalam bentuk

ucapan dan perbuatan. Kedua, Syirik Tersembunyi ( Khafi).

Yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat seperti ingin dipuji

orang (Riya) dan ingin didengar orang.Seperti melakukan suatu

amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi

untuk mendapatkan pujian manusia. 23

2. Sihir

Sihir secara etimologi menurut Al-Azhari sihir adalah suatu

pekerjaan untuk mendekati setan dan meminta pertolongan kepadanya.

menurutnya pengertian asal sihir adalah mengalihkan sesuatu dari

wujud yang sebenarnya kepada wujud lain . 24

Secara terminologi menurut Ibnu Qudamah sihir adalah

bundelan (buhul), mantera-mantera dan ucapan yang diucapkan atau

ditulis atau mengerjakan sesuatu yang menimbulkan pengaruh pada

badan, hati, atau akal orang yang terkena sihir, dengan tidak

menyentuhnya. Menurut Ibn al-Qayyim mengatakan sihir terjadi akibat

23
Shahih Bin Fauzan, Kitab Tauhid 3,judul Asli At-Tauhid Lish Shaffits Tsalists Al- „Ali
, ptj Ainul Haris Arifin, ( Jakarta: Darul Haq),h. 11-13
24
Wahid Abdussalam Baly, Ilmu Sihir dan Penangkalnya ( Tinjauan Al-Qur‟an , Hadits
dan ulama), ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1995), Cet. 1, h. 1
42

pengaruh roh jahat dan dorongan kekuatan alam tentang pengaruh

tersebut.25

Sihir juga merupakan jampi-jampi untuk merusak orang yang

disihir itu. Ada yang dilengkapi dengan azimat atau ramuan dan ada

pula yang tidak. meminta kepada kekuasaan ghaib untuk merusak, yang

terdapat dalam surat al Baqarah 102.26

           

         

             

            

              

              

   

“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada


masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua
Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan
antara seorang (suami) dengan isterinya. dan mereka itu (ahli sihir)
tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali
dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak
memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,

25
Ibid,.h. 2
26
Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. 1,h.21
43

Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang


menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya
Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”.

3. Khurafat

Khurafat Yaitu kepercayaan, bukan cerita dan bukan pula

ramalan, kepercayaan yang tidak berdasarkan Al Qur’an dan sunnah

Rasul. 27

Khurafat berasal dari kata kharifat, yakrihrifu, kharfan-

khurafatan yang artinya adalah sesuatu yang dipetik, cerita dusta, dan

kisah yang mengandung unsur kebohongan dan kelebihan. Cerita atau

yang tidak masuk akal atau rasional, mengandung unsur dusta, dan

bertolak belakang dengan rasio atau akal sehat. 28

Khurafat dapat diartikan juga dengan takhayyul.takhayyul

yaitu sesuatu yang hanya dalam hayalan belaka, atau cerita-cerita

bohong, tidak masuk akal, di hubungkan dengan akidah. Cerita dan

dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.Juga kepercayaan

kepada sesuatu yang dianggap ada, padahal sebenarnya tidak ada atau

sesuatu yang dianggap sakti pada hal sebenarnya tidak sakti.

Di dalam Islam, sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan

dan Aqidah haruslah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist Shahih.

Munculnya istilah khurfat, takhayyul, dan bid‟ah tidak dapat dihindari

karena Islam berkembang diberbagai daerah yang memiliki kultur,

27
Wahid Abdussalam Baly.Ibid,. h. 56
28
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), Cet.1,h.936
44

adat, keyakinan, dan agama yang berbeda. Ajaran-ajaran di luar

agama ini termasuk dan berbaur dengan ajaran yang dibawa Islam

yang mengakibatkan pola pikir umat Islam terpengaruhi tentang

sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan. Dalam masyarakat primitif

atau yang belum memiliki pengetahuan dan pemikiran yang maju

terhadap banyaknya khurafat karena mereka masih mempercayai

mitos-mitos dan cerita-cerita orang yang terdahulu yang tidak rasional

atau tidak masuk akal.

Ibnu Taimiyah, banyak mengkritik adanya keyakinan yang

berbaur khurafat, yang dilakukan umat Islam. Tujuan penentangan

terhadap khurafat adalah untuk mensucikan Aqidah umat Islam dari

kotoran khurafat.29

Menurut Muhammad Abduh yang mendengungkan paham

rasional dalam Islam, menurutnya taklik, bid‟ah, takhayyul, khurafat

merupakan satu penyebab tidak berkembanganya paham rasionalitas.

Oleh karena itu harus dibuang dan dikikis habis dari Aqidah Islam

dan pola pikir masyarakat.

Menurut ulama, setiap pandangan dan keyakian yang

bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah harus segera diberantas,

apalagi pandangan dan keyakinan itu jelas-jelas membahayakan

kesucian dan kemurniaan Aqidah dan ajaran Islam.Pelaku atau

pembawa pandangan dan keyakinan yang bersifat khurafat adalah

29
Ibid,h. 927
45

orang yang pantas mendapat ganjaran, paling tidak di kecam sebagai

orang munafik dan merusak agama.

Khurafat apa pun bentuk konsepnya yang sudah jelas

bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang harus dikikis dan di

buang jauh-jauh dari Aqidah Islam. sebab Al-Qur’an dengan jelas

memberi pedoman kepada umat Islam agar hanya mengikuti apa yang

diajarkan oleh Rasulullah dan tidak melakukan yang dilarangnya.

Sebagaimana firman Allah mengatakan dalam surat Al-Hasyr ayat 7

sebagai berikut:

           

            

             

 

“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada


RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.”

4. Dukun dan Peramal

Dukun adalah orang yang melakukan praktek pengobatan

secara tradisional, biasanya menggunakan air, daun-daunan, bunga-


46

bungaan, buah-buahan dan lain-lainnya yang disertai dengan do’a

jampi dan mantra.30

Istilah dukun mempunyai arti yang luas seperti peramal,

peramal yaitu orang yang melakukan praktek meramal. Peramal juga

berarti orang yang mendakwakan bisa mengetahui peristiwa-peristiwa

yang akan terjadi di masa yang akan datang serta mengetahui rahasia-

rahasianya.31 Ia mengakui keadaan yang akan datang, atau

mengetahui nasib masa depan, jodoh seseorang bahkan apa yang akan

terjadi melalui petunjuk fenomena alam, garis telapak tangan, tingkah

laku hewan dan perjalanan binatang.

Menurut tokoh Mazhab Syafe’I Abu Muhammad Al- Husein

Al Baghawy mengatakan bahwa peramal adalah orang yang mengakui

dirinya dapat mengetahui sesuatu atau seseorang yang telah hilang,

misalnya dengan menunjukan tempat sesuatu atau seseorang yang

telah hilang, keadaan, pencurian, dan sebagainya. 32

Menurut Ibnu Taimiyah mengatakan, dukun, ahli nujum,

peramal, dan paranormal yang mengaku mengetahui hal-hal yang

telah, sedang yang akan datang mempunyai esensi yang sama. Bahkan

menurut Iman Ahmad Bin Hambal sihir merupakan bagian dari

praktek perdukunan atau peramal.

30
Ibid, h. 937
31
Zainal Arifin Djamaris, Islam “ Aqidah dan Syari‟ah”, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996),Cet, 1. h. 264
32
Abdul Aziz Dahlan, Ibid,h.286
47

Islam mengakui keberadaan praktek perdukunan ini sebagai

perbuatan terpuji selama tidak melanggar prinsip-prinsip ajaran

Islam.Praktek perdukunan sepanjang bertujuan menolong saudaranya

yang dalam kesulitan adalah boleh dan dihargai dengan pahala oleh

Allah. Selain memotivasi sebagai landasan berbuat baik, cara yang

dipraktekkan tidak mengarah pada syirik dan obatan- obatan yang

digunakan tergolong kepada benda yang di haramkan.

Dukun yang diperbolehkan adalah dalam usahanya selalu

bersandaran kepada kekuasaan Allah dan meminta tolong hanya

kepada Allah sebagai sumber penyakit dan obatnya.Ia telah menyakini

bahwa tidak ada penyakit kecuali dari Allah dan tidak ada obatnya

kecuali dari Allah berfirman dalam surat Asy-Syu’araa’ ayat 80

sebagai berikut:

    

“dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku”

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dokter atau dukun

diposisikan sebagai perantara yang diberikan Allah keahlian

mengetahui dan menempatkan obat buatan Allah itu kepada

penyakit secara benar. Karena setiap pemakaian obat terlebih

dahulu berdo’a meminta restu dan petunjuk kepada Alah agar obat

yang diberikan tepat sesuai dengan penyakit yang diobati.


48

Kemudian seorang dukun, dalam ajaran Islam tidak

dibolehkan menggunakan sesuatu yang diharamkan sebagai obat.

Dukun yang berarti peramal yaitu seorang yang mengaku

mengetahui hal-hal yang akan datang dan hal-hal yang gaib.

Peramal yang seperti itu dalam ajaran Islam, sangatlah

bertentangan dengan Aqidah Islam yang mengakui hanya Allah

yang dapat mengetahui yang gaib. Hal ini di tegaskan Allah dalam

surat Luqman ayat 34 yang berbunyi:

             

              

 

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang


hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dukun dalam artian paranormal karena dapat mengatahui hal-hal

yang gaib dipandang syirik, sebab ia menyaingi kekuasaan Allah dalam

hal yang pengetahuan tentang alam gaib. Sebagaimana Hadist Nabi

mengatakan haramnya perbuatan dukun sebagai peramal diantaranya

adalah:

‫َم َّر اًف اَم َم َم َم ُه ْنَمه َم ْن ٍء َم ْن ُه ْن َم ْن َم ُه َم َم ٌة َم ْن َم ِع هَم َم ْن َم ًف‬ ‫َم ْنه َم َم‬
49

"Siapa yang mendatangi tukang ramal (dukun) dan bertanya kepadanya


tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh
malam." (HR. Muslim) 33

Dari hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa ancaman bagi dukun

sebagai peramal, Allah tidak akan menerima ibadah shalatnya selama

empat puluh malam. Jadi praktek perdukunan seperti itu adalah perbuatan

syirik yang di benci oleh Allah SWT.

5. Jimat, tangkal, dan santet

Jimat dalam bahasa Arab disebut Tama‟in, artinya suatu benda

yang sengaja dibuat oleh seorang dukun yang diyakininya

mengandung kesaktian dan dapat menolak sengaja jenis penyakit bagi

yang memakainya. 34

Tangkal dalam bahasa Arab disebut Ar-Raqqiy, artinya suatu

benda yang dibuat oleh dukun yang diyakininya memiliki kesaktian

yang dapat menolak bala atau bahaya yang didatangkan oleh roh jahat.

Santet atau guna-guna dalam bahasa Arab disebut, At-Tuwalat,

yang artinya mantra-mantra yang diadakan oleh dukun untuk menarik

perhatian orang lain.

Praktek jimat, tangkal, santet termasuk perbuatan syirik karena

meyakini adanya kekuatan gaib selain Allah yang mampu berbagai

33
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Kitab Tauhid Memurnikan Lailaha
illallah,(Cairo : Media Hidaya,2004). Cet -1. Hal. 114
34
H.A. Rahman Rintonga, Aqidah Merakit Hubungan Manusia Dengan Khaliknya
Melalui Pendidikan Aqidah Anak Usia Dini, (Surabaya : Amelia, 2005),cet. 1, h. 174
50

kejahatan. Dalam sebuah hadist Rasulullah diterangkan sebagai

berikut:

‫ُّ قَم َمو تَّر َمم ئِع َم َمو تِّ َمو َم َم ِع ْن ك‬ ‫إِع َّرن‬

“sesungguhnya pengobatan dengan tangkal, jimat, santet adalah

syirik (H.R.Ibnu Majah)

Dari uraian di atas dapat kita ambil pelajaran perbuatan jimat,

tangkal, dan santet termasuk perbuatan yang merusak hubungan

dengan Allah, karena menodai kesucian aqidah sebagai jembatan ,

sebagai perakit batin manusia dengan khaliknya.

Ulama dalam berbagai bidang keahlian mengatakan setiap

perbuatan yang mengarah kepada syirik atau pengakuan adanya sifat

ketuhanan pada selain Allah haram dilarang dalam ajaran Islam,

karena di samping merusak Aqidah perbuatan seperti juga merusak

hubungan antar sesama muslim.

Anda mungkin juga menyukai