Anda di halaman 1dari 9

PRE PLANNING

KONSELING PADA PASANGAN USIA SUBUR


TENTANG ABORTUS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DI DUSUN BRANGGAH BLANTEN RW 08
DESA NYATYONO

A. Latar Belakang
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah “abortus”. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar rahim yaitu usia kurang dari 20 minggu usia kehamilan
dengan berat janin kurang dari 500 gram.
Seorang wanita yang mengalami abortus akan memperlihatkan emosi yang
sama seperti wanita yang hamil dan melahirkan, termasuk juga respon
depresi postpartum. Respon wanita yang mengalami aborsi bervariasi
tergantung apakah kehamilannya diinginkan dan direncanakan atau kehamilan
akibat perkosaan. Sikap wanita yang mengalami abortus akan sangatdipengaruhi
pada dukungan yang ditunjukkan oleh teman, keluarga, serta tenaga
kesehatan (Bobak, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan PUS tentang Abortus (keguguran) dan faktor-
faktor yang mempengaruhi
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan PUS tentang Pengertian aborsi
b. Meningkatkan pengetahuan PUS tentang Penyebab aborsi
c. Meningkatkan pengetahuan PUS tentang upaya penanganan tindakan aborsi

1
C. Metode Pelaksanaan
- Diskusi dan tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Seluruh Pasangan Usia Subur
Target : Pasangan Usia Subur yang mengalami keguguran (Aborsi)

E. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Minggu,11 Juni 2017
Waktu : 11.00
Tempat : Posyandu Blanten

F. Media dan Alat Bantu


 Leaflet

G. Setting Tempat

A B Keterangan :
A : penyuluh
B : PUS

H. Susunan Acara
1. Pembukaan : 5 Menit
a. Menyampaikan salam
b. Memperkenalkan diri kembali
c. Mengulangi kontrak
d. Menyampaikan tujuan
2. Pelaksanaan: 20 Menit
a. Menjelaskan tentang pengertian Pengertian aborsi, Resiko aborsi,
Penyebab aborsi dan Upaya penanganan tindakan aborsi
b. Tanya jawab : 10 menit

2
3. Penutup : 5 menit
a. Kesimpulan
b. Evaluasi
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Preplanning sudah siap
b. PUS sudah tahu waktu pelaksanaan
c. Perlengkapan kegiatan telah siap
2. Evaluasi Proses
a. PUS sudah siap di tempat yang sudah disepakati
b. PUS memperhatikan kegiatan
c. PUS mengajukan pertanyaan
d. PUS dapat melaksanakan redemonstrasi dengan benar
3. Evaluasi hasil
a. PUS dapat menjawab soal yang diberikan
b. PUS menyebutkan 2 jenis alat kontrasepsi

J. Materi (Terlampir)

3
Lampiran Materi :
ABORTUS

A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.
Atau berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan kurang 20 minggu dan berat
badan anak kurang dari 500 gram.

B. Penyebab
1. Faktor Janin
Penyebab abortus karena kelainan kromosom pada umumnya tidak
diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kelainan genetik seperti mutasi
tunggal, berbagai penyakit dan mungkin beberapa faktor ayah.

2. Faktor Ibu
a) Usia
Resiko abortus sebesar 15 % pada usia di bawah 35 tahun, 20 – 35% pada
usia 35 – 45 tahun, dan resiko lebih dari 50 % pada pada usia lebih dari
45 tahun.
b) Penyakit
Masalah yang sering terjadi adalah anemia, hipertensi dalam
kehamilan, solusio plasenta dan diabetes melitus, dimana hal tersebut
bisa menyebabkan terjadinya abortus.
c) Abortus bisa terjadi pada wanita yang sebelumnya hamil normal, tetapi
abortus lebih sering terjadi pada pada wanita yang mengalami
keguguran sebelumnya.
3. Gaya Hidup
a) Merokok akan meningkatkan resiko abortus karena kelainan
kromosom. Alkohol, kopi, minuman bersoda beresiko mengalami
keguguran.

4
b) Sebab – sebab psikosomatis seperti stres , kecamasan, kelelahan saat
perjalanan.
4. Lingkungan
Sebagian besar trauma tumpul yang cukup berat dalam kehamilan
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh dan penyerangan langsung

C. Tanda dan gejala


1. Abortus iminen
Abortus imminen adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Tanda dan Gejala:
a. perdarahan sedikit-sedikit
b. nyeri
c. pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. tidak diketemukan kelainan pada serviks.

2. Abortus insipien
Abortus insipien adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masihdalam uterus. Tanda dan gejala:
a. perdarahan banyak (kadang ada gumpalan)
b. nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c. sudah terjadi pembukaan serviks.

3. Abortus inkomplit
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus
a. Janin sudah keluar tetapi perdarahan masih terus
berlangsung karena masih ada plasenta yang tertinggal.
b. Serviks tetap membuka tetapi bila dibiarkan lama kelamaan

5
akan menutup.
4. Abortus komplet
Abortus kompletus adalah semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan
a. perdarahan akan segera berkurang setelah janin keluar
b. serviks segera menutup kembali.

5. Abortus infeksious
a. demam, kadang mengiggil
b. lokea berbau busuk.

6. Messed abortion
a. rahim tidak membesar, bahkan mengecil
b. buah dada mengecil kembali
c. amenorhoe berlangsung terus.

D. Upaya penanganan tindakan pencegahan aborsi


Upaya yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ini antara lain: , konseling
yang memberdayakan perempuan dalam mengambil keputusan, sarana dan
metode yang aman, sesuai standard WHO; memberikan informasi dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi terutama pemahaman upaya pencegahan
kehamilan dan bahaya aborsi yang tidak aman; dan melatih kaum perempuan
untuk aktif menjadi pendidik sebaya (peer educator) dan konselor bagi kaumnya.
1. Abortus iminens
Istirahatkan baring.
a. Observasi perdarahan.
b. Hindarkan koitus
c. Terapi hormone progeteron intramuscular atau dengan berbagai zat.
d. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2. Abortus insipiens
a. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

6
b. Jika usia kehamilan kurang darim 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat segera
lakukan : Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
c. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu tunggu ekspulsi spontan
hasil konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
d. Jika perlu, lakukan pemasangan infuse 20 unit oksitoksin dalam 500
ml cairan intravena (Nacl atau RL dengan kecepatan 40 tts/mnt untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi). Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan. secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau miso prostol
400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
 Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:


 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

7
 Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4.   Missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah
hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung
dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr
mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih
dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin
secepatnya dikeluarkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha


Medika
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai