BiAS6 P29&31.1438 Aqidah
BiAS6 P29&31.1438 Aqidah
Bimbingan Islam
|
|
|
AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
|
Karya
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pembahasan oleh
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
!1
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 20 Rajab 1438 H / 17 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 01 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-01
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~
َّلf ٌة َو ُكf ْد َعfة ِبfٍ fَ َدثfح fَ ْو ِر ُمfر األ ُ ُمfَّ fش
fْ ل ُمfَّ f َو ُك، َهاfُاتffَ َدثfح f َ َليْ ِه َوf َّلى اهللُ َعfص
f َ َو، َّل َمfس f f fَ م ٍدfَّ f ْد ُي ُم َحfي َه
ِ دffيْ َر ا ْل َهfخَ الم اهللِ َوffكالم كffسن الffإ َّن أحfِ fَف
.ضالَ َل ٍة ِفي النَّا ِر َ ِب ْد َع ٍة
َ َو ُك َّل،ضالَل ٌة
Alhamdulillāh puji dan syukur kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang masih
memberikan kita kesempatan untuk bisa mempelajari ayat-ayat-Nya dan hadīts-hadīts
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dalam rangka untuk mendekatkan diri kita kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada kesempatan kali ini kita akan membuka pembahasan tentang buku 'Aqidah Ahlus
Sunnah wal Jama’ah karangan Syaikh Muhammad bin Shālih Al Utsaimin rahimahullāhu
Ta’alā dan kita akan membaca terjemahannya.
Buku ini adalah buku yang ringkas, isinya membicarakan tentang rukun imān ('aqidah kita),
yang berisi tentang:
!2
Berarti kitāb ini secara khusus (spesifik) berbicara tentang rukun Imān yang enam.
Telah diisyaratkan dalam hadīts Jibrīl, tatkala Jibrīl 'alayhissalām bertanya kepada Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Itulah yang maksud dengan rukun Imān yaitu enam perkara yang merupakan landasan
keimānan kita dalam Islām.
_Melalui beliau dan wahyu yang diturunkan kepada beliau, yaitu Al Qur'an dan Sunnah,
Allāh telah menerangkan setiap hal yang membawa kebaikan bagi umat manusia dan
kelurusan sikap dan kondisi mereka dalam bidang agama dan urusan dunia, yang berupa
'aqidah yang benar, amalan yang lurus, akhlak yang mulia dan etika yang tinggi nilainya._
_Oleh karena itu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah meninggalkan umatnya di
atas jalan yang lapang dan terang benderang, malamnya bagaikan siangnya, siapa saja yang
menyimpang dari jalan itu niscaya akan celaka dan binasa._
_Dan demikianlah para umat beliau, yang memenuhi panggilan Allāh dan Rasūl-Nya, yang
mereka itu sebaik-baik umat, yaitu para shahābat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik._
_Mereka telah melangkah di atas jalan tersebut dengan mengamalkan syari'at yang dibawa
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan berpegang teguh serta berpegang erat-erat
dengan sunnah beliau, baik berupa 'aqidah, ibadah, akhlak maupun etika._
_Maka mereka itulah golongan yang senantiasa tegak dan muncul di atas kebenaran, tiada
peduli dengan orang yang menghinakan dan menentang mereka, sampai datang keputusan
Allāh Subhānahu wa Ta'āla merekapun tetap demikian._
!3
_Sedangkan kita, Alhamdulillāh, ikut melangkah di atas jejak mereka dan menetapi perilaku
mereka yang didasari dengan Al Qurān dan Sunnah._
_Kita katakan hal ini untuk menyebutkan rasa syukur kita kepada nikmat Allah Subhānahu
wa Ta'ala dan untuk menjelaskan apa yang harus dilaksanakan oleh setiap orang mukmin._
_Kita memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla semoga berkenan menetapkan kita serta
saudara-saudara kita kaum muslimin dengan ucapan yang teguh, kalimat tauhīd dalam
kehidupan dunia dan akhirat serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, sesungguhnya Dia
Maha Pemberi._
_Dan mengingat pentingnya permasalahan ini serta adanya perbedaan pendapat yang
didasari hawa-nafsu, maka saya ingin menulis risalah ringkas tentang 'aqidah kita, ialah
'aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yaitu:_
_Dengan memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla semoga menjadikan tulisan ini
ikhlās semata-mata karena Allāh, mendapat ridhā-Nya dan bermanfaat bagi hamba-hamba-
Nya._
Ini muqaddimah yang disampaikan Syaikh Muhammad Shālih Utsaimin di atas menjelaskan
tentang rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada makhluk-Nya. Maka diantara
konsekuensi rahmat Allāh, yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengirim Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam yang menunjukkan kepada makhluk-makhluk Allāh Subhānahu wa Ta'āla
kepada jalan yang terbaik.
Beliau mengatakan:
_"Karena adanya perbedaan pendapat yang didasari hawa nafsu dan penyimpangan dalam
'aqidah sangat banyak."_
_"Maka saya ingin menulis risalah ringkas tentang 'aqidah kita, untuk menjelaskan mana
'aqidah yang benar, agar kita terselamatkan dari penyimpangan-penyimpangan tentang
'aqidah."_
!4
_"Karena banyak orang yang menyampaikan 'aqidah tidak didasarkan kepada Al Qurān dan
sunnah, tetapi:_
_▪ Kita mengimāni rububiyyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla (artinya) bahwa Allāh adalah:_
_√ Rabb,_
_√ Pencipta,_
_√ Penguasa, dan_
_√ Pengatur segala yang ada di alam semesta ini._
_▪ Kita mengimāni uluhiyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, (artinya) Allāh adalah sesembahan
yang haq, sedangkan sesembahan yang lain adalah bathil._
_▪ Kita mengimāni asma' dan sifat-Nya, (artinya) bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla
memiliki nama yang Maha Indah serta sifat-sifat yang Maha Sempurna dan yang Maha
Luhur._
Jadi yang dimaksud dengan imān kepada Allāh adalah mengtauhīdkan Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Pertama, kita mengimāni bahwasanya Allāh itu ada, kemudian kita mengesakan Allāh,
sebagaimana Allāh berfirman:
(QS Al Ikhlās: 1)
Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Esa dalam segala hal, dalam rububiyyah-Nya, dalam
uluhiyah-Nya dan dalam asma' wa sifat-Nya.
Secara sederhana, jika kita katakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Esa dalam rububiyyah,
maksudnya rububiyyah adalah berkaitan dengan penciptaan, penguasaan atau pemilikan
dan pengaturan. Ini disebut dengan rukun tauhīd rububiyyah.
!5
◆ Rukun Tauhīd Rububiyah ada 3 (Tiga) :
Kemudian kita juga meyakini uluhiyah Allāh, uluhiyyah artinya Allāh satu-satunya yang
berhak disembah, selain Allāh tidak boleh disembah, karena yang berhak disembah
hanyalah pencipta alam semesta.
Dan yang ketiga, apa yang dimaksud dengan tauhīd al asma' wa sifat, yaitu kita meyakini
bahwasanya Allāh yang memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang sangat mulia,
tidak ada satu makhlukpun dzat yang sama dalam masalah keindahan nama-nama Allāh dan
dalam sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Barang siapa yang meyakini ada yang menyertai Allāh dalam rububiyyah-Nya atau uluhiyah-
Nya atau Asma' wa Sifat-Nya, maka dia musyrik, ini secara sederhana.
Jika kita ditanya apa yang dimaksud dengan tauhīd asma' wa sifat?
Artinya kita meyakini bahwa hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang memiliki nama-nama
yang terindah dan hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memiliki sifat-sifat yang termulia. Tidak
ada satu dzatpun yang menyerupai atau menyamai Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam nama-
namaNya dan sifat-sifatNya.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
!6
Selasa, 21 Rajab 1438 H / 18 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 02 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-02
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~
⑴ Tauhīd Uluhiyyah,
⑵ Rububiyyah dan
⑶ Asma' wa sifat.
Sampai sebagian orang mengatakan itu sama dengan trinitas. Trinitasnya orang-orang
Nashara yang mengatakan tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ruhul qudus.
Kita katakan, ini adalah suatu kebathilan. Tidak benar penyamaan tersebut, apakah setiap
yang tiga dikatakan trinitas? Tentunya tidak benar.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla, intinya Maha Esa dalam segala hal. Tetapi pembagian ini
muncul karena ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang
musyrikin.
Kenapa?
Sebenarnya tauhīd datang sejak awal menjadi satu kesatuan, tidak pembedaan antara
uluhiyyah, rububiyyah dan asma' wa sifat.
Sehingga perlu penjelasan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bahwasanya kalian telah benar
dalam satu poin, tetapi salah dalam poin yang lain.
Sebenarnya tidak perlu pembagian ini, pembagian ini dilakukan dalam rangka untuk
menyatukan kembali.
Jadi tauhīd dibagi tiga, bukan untuk memetakan menjadi 3, tidak! Tetapi untuk menyatukan,
karena ada orang yang salah dalam bertauhīd.
Saya ulangi, asalnya tauhīd itu satu, tidak perlu ada pembagian tauhīd uluhiyyah,
rububiyyah dan asma' wa sifat.
!7
Kenapa ada pembagian tersebut?
Seperti misalnya orang jika sudah pandai bahasa Arab, tidak perlu pakai nahwu dan sharaf.
Akan tetapi ada orang yang nahwunya benar tapi sharafnya ngawur. Maka perlu ada
pembagian, ini ilmu nahwu, ini ilmu sharaf.
_Dan sungguh jika kalian bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan langit dan
bumi?" Sungguh-sungguh benar-benar mereka akan berkata, "Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_
_Dan sungguh Jika kalian bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan diri mereka?"
Sungguh-sungguh benar-benar mereka akan berkata, "Allāh."_
ِ َع ْرشfب ا ْل
ُّ بْعِ َو َرfالس ِ س َما َوf
f َّ ات f َ (84) ْع َل ُمو َنfَنت ُ ْم تfكfُ ي َها إِنfن ِفfض َو َم
ُّ ن َّرfل َمfْ ( ُق85) رو َنfُ كfَّ َذfَال تfَ َل أَفfْ و َن هللَِِّ ُقfيَ ُقو ُلfس
َّ ب ال ْ ل ِّمل َ ِنfُق
ُ األ َ ْر
(87) سيَ ُقو ُلو َن هللَِِّ ُق ْل أَفَ َال تَت َّ ُقو َن
َ (86) ِ ظيم ِ ا ْل َع
_Katakanlah, "Kepunyaan siapa bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?"_
_Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allāh." Katakanlah, "Apakah kamu tidak ingat?"_
_Katakanlah, "Siapa Tuhan Pemilik langit yang tujuh dan Tuhan Pemilik 'Arsy yang agung?"_
_Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allāh", katakanlah, "Maka apakah kamu tidak
bertakwa?"_
Mereka mengakui itu semua. Masalahnya mereka salah kepada selain Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
!8
ًنَاءf س َما َء ِبf f ً رfَ fض ِف
َّ fا َوالffاش f َ ذيfِ f( ا َّل٢١) ت َّ ُقو َنf َ َع َّل ُك ْم تfبْلِ ُك ْم َلf ْن َقf مfِ َنf ذيfِ f َل َق ُك ْم َوا َّلfخ
ْ ُك ُمf َع َل َلfج
َ األ َ ْر َ ذيfِ f ُك ُم ا َّلf بُ ُدوا َر َّبfاس ا ْع
ُ َّ نf َها الf ا أ َ ُّيffَي
(٢٢) ات ِرزْ ًقا َل ُك ْم فَ َال تَ ْج َع ُلوا هللَِِّ أَنْ َدا ًدا َوأَنْت ُ ْم تَ ْع َل ُمو َن ِ خر َج ِب ِه ِم َن الث َّ َمر ِ َّ َوأَنْز ََل ِم َن
َ َ ْ َ الس َماء َما ًء فَأ
_"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa._
_Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rejeki untukmu, karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allāh, padahal kamu mengetahui."_
فَ َال تَ ْج َع ُلوا هللَِِّ أَنْ َدا ًدا َوأَنْت ُ ْم تَ ْع َل ُمو َن
_"Maka (jika demikian), janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allāh (dalam
masalah peribadatan)."_
Jadi yang ingin saya sampaikan, bahwasanya kenapa para ulamā membaginya menjadi tiga?
_• YANG PERTAMA |Pembagian tersebut datang secara thabi-i karena adanya penyimpangan
dalam sebagian keimānan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla_
Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla membedakan antara tauhīd rububiyyah dengan tauhīd
uluhiyyah.
Dalīlnya yang paling kuat adalah ayat tadi dan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla di surat
Yusuf ayat 106:
_"Dan sebagian besar dari mereka tidak berimān kepada Allāh, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allāh (dengan sesembahan lain)."_
Berarti mereka ada yang berimān dengan benar dan ada yang berimān dengan keliru, karena
tidak mungkin imān dan syirik digabungkan. Berarti ada bagian tauhīd yang mereka benar
dan bagian tauhīd yang mereka keliru.
Para ulamā berusaha untuk mengenal apa kekeliruannya. Ternyata mereka keliru dalam
tauhīd uluhiyyah, mereka sudah benar dalam tauhīd rububiyyah. Mereka berimān dalam
masalah rububiyyah dan mereka musyrik dalam tauhīd uluhiyyah.
Maka datang Al Qurān membagi hal tersebut untuk membenahi, bahwasanya tauhīd
rububiyyah dan uluhiyyah itu konsekuensi yang tidak bisa dipisahkan.
Jika anda salah dalam uluhiyyah, berarti anda salah dalam rububiyyah.
!9
Tidak benar seseorang berimān dalam rububiyyah kemudian dia menyimpang dalam
uluhiyyah.
_"Dan sebagian besar dari mereka tidak berimān kepada Allāh, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allāh (dengan sesembahan lain)."_
Dan memang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membagi tauhīd
menjadi tiga, secara lafazh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membaginya.
Sama seperti Nabi tidak pernah membagi hukum fiqih menjadi lima.
Tidak ada dalam dalīl, bahkan hadīts yang palsupun tidak ada.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata ketahuilah hukum fiqih terjadi menjadi 5,
yaitu:
⑴ Wajib
⑵ Mustahabb
⑶ Mubah
⑷ Makruh
⑸ Harām
Tetapi para ulamā meneliti, bagaimana hukum-hukum yang dikerjakan oleh Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam, ternyata suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang
sesuatu tetapi beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam melakukannya. Berarti ini makruh, tidak
sampai pada harām.
Contohnya:
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membaginya, tetapi para ulamā
menelitinya perbuatan Nabi, maka terjadilah hukum fiqih menjadi lima.
Sama seperti tauhīd, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan
bahwa tauhīd menjadi tiga, tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
mempraktekkannya tiga-tiganya.
Jika ada yang bertanya, "Ustadz, jika demikian boleh dong tauhīd dibagi menjadi lima?"
Ada yang membagi empat, yang keempat apa ? Tauhīd hakimiyyah (maksudnya) pemerintah
kāfir. Maka ini keliru!
Kita katakan, boleh pembagian terserah anda, oleh karena itu para ulamā membagi menjadi
tiga ada juga yang membagi menjadi dua.
⑴ Tauhīd ilmi
⑵ Tauhīd thalabi.
Jadi sekedar pembagian tidak menjadi masalah, yang penting apa isi/konten dari pembagian
tersebut?
Maksudnya apa?
Nah kita membagi tauhīd menjadi tiga, bukan dalam rangka untuk mensyirikan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, tetapi untuk membenahi orang-orang yang keliru dalam pemahaman
masalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana orang-orang musyrikin yang mereka sudah benar dalam tauhīd rububiyyah,
mereka meyakini Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Pencipta, tetapi mereka salah karena
mereka berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Nah kita ingin jelaskan bahwa seseorang sudah benar dalam tauhīd ini, tetapi yang ini dia
keliru tauhīdnya.
Sama seperti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah membagi bahwasanya
kata dalam bahasa Arab itu adalah isim, kemudian huruf dan fi'il. Tetapi Nabi mengucapkan
ini semua.
Sebagian orang berusaha membuat pembagian, kata dalam bahasa Arab bisa dibagi menjadi
tiga. Yang penting maksud dari pembagian itu benar dan isinya adalah benar.
Dan ternyata kita dapati bahwasanya ada ulamā-ulamā terdahulu juga yang mengisyaratkan
kepada pembagian tauhīd menjadi tiga sebelum Syaikh Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāhu
ta'āla.
!11
Buku yang paling bagus yang membahas tentang ini adalah bukunya Syaikh Abdur Razzaq
hafizhahullāhu ta'āla yang berjudul "Alqaulus Syadīd Fīr Rāddi 'ala Man Ankara Taqsīmat
Tauhīd, tentang masalah ini, di mana beliau menyebutkan para ulamā yang membagi tauhīd
menjadi tiga sebelum Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāhu ta'āla dari kalangan para
ulamā salaf.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Rajab 1438 H / 19 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 3 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-03
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~
الرحـيـمـے
ّ الرحمنـّ ّبســـمے اهلل
الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة اهلل وبركــــاته
Dan ini benar, bahwasanya tidak ada yang menciptakan, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Makanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, menantang hal ini dalam banyak ayat,
diantaranya:
Mereka tidak akan mungkin bisa menciptakan seekor lalat, padahal lalat itu adalah hewan
yang hina, hewan yang kecil, tetapi tidak ada yang bisa menciptakan seekor lalat, meskipun
yang disembah selain Allāh bersatu-padu.
Oleh karena itu, jika disuruh bersatu padu, misalnya budha disuruh gabung dengan Nabi
'Īsā 'alayhissalām atau dengan yang lainnya, dengan malāikat, tidak akan bisa menciptakan
seekor lalat. Karena yang menciptakan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dalam hadīts yang lain kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang adzab yang pedih
bagi orang yang membuat patung bernyawa.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
_"Dan siapa yang lebih zhālim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku? Hendaklah
ia ciptakan biji kecil atau biji tepung atau biji gandum."_
Tidak usah gajah, coba ciptakan semut saja, lalu bisa jalan, bisa bergerak, dan tidak ada yang
bisa.
Seluruh ahli teknologi di dunia ini berkumpul, tidak usah hewan, ciptakan biji saja untuk
ditumbuhkan di tanah kemudian tumbuh, tidak ada yang bisa. Karena yang menciptakan biji
hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ada orang China katanya bisa membuat telur. Apa benar bisa bikin telur?
!13
Telur yang dibikin cuma bisa digoreng, jika dieramkan, tidak akan bisa menetas.
Kenapa ?
Karena tidak Ada yang bisa memberi ruh, yang bisa menciptakan hanyalah Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Oleh karenanya, tidak boleh seorang meyakini ada yang beserta Allāh yang ikut mencipta.
Barang siapa yang meyakini ada yang beserta Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang ikut mencipta
atau ada yang membantu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencipta, maka dia telah terjerumus
dalam kesyirikan dalam rububiyyah.
Yang kedua, dalam masalah pemilikan (rukun kedua dalam tauhīd rububiyyah).
Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla satu-satunya yang mencipta, maka kitapun
yakin bahwasanya seluruh alam semesta ini hanyalah milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
_"Dan yang kalian sembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mereka sama sekali tidak
memiliki meskipun hanya qithmīr."_
Jika kita makan kurma ada bijinya, pada bijinya ada kulit ari. kulit itu sangat tipis. Kata Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, tidak ada yang memiliki kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kenapa?
Artinya, pemilik sesungguhnya di alam semesta ini hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kemudian, kitapun meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mengatur alam
semesta ini.
Tidak ada satupun makhluk yang ikut serta dalam pengaturan alam semesta. Hanya Allāh
Subhānahu wa Ta'āla sendiri yang mengatur alam semesta. Yang ada, yang berjalan
(berlangsung) di alam semesta ini, di langit dan di bumi, hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla
yang mengatur.
Dalam ayat surat Sabā ayat 22, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
!14
ش ْر ٍك َو َما َل ُه ِمن ْ ُهم
ِ ض َو َما َل ُه ْم ِفي ِه َما ِمن ْ ات َو َال ِفي
ِ األ َ ْر ِ الس َما َو َ ون اهللَِّ ۖ َال يَ ْملِ ُكو َن ِمث ْ َق
َّ ال ذ ََّر ٍة ِفي ِ ُق ِل ا ْد ُعوا ا َّل ِذي َن زَ َع ْمتُم ِّمن ُد
ِّمن ظَ ِهي ٍر
_Katakanlah, "Serulah mereka yang kalian anggap Tuhan selain Allāh, mereka sama sekali
tidak memiliki sebesar dzarrahpun yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dan
mereka tidak punya sedikitpun saham dalam penciptaan langit dan bumi. Bahkan mereka
tidak membantu Allāh sama sekali."_
Sebagian ahli tafsir menyatakan, dzarrah itu bisa ditafsirkan dengan tiga tafsiran:
② Ada yang menafsirkan, dzarrah itu adalah seorang tatkala menepuk tangannya di tanah,
kemudian tersisa butiran-butiran kecil ditangannya, satu butir diambil itulah dzarrah.
③ Ada yang mengatakan, dzarrah itu adalah jika di kaca kemudian datang sinar matahari,
kemudian terlihat butir-butiran, satu butiran itu namanya dzarrah.
_"Dan mereka tidak punya satu sahampun dalam penciptaan langit dan bumi."_
Jadi tidak ada yang membantu Allāh Subhānahu wa Ta'āla sama sekali.
Jadi kepemilikan itu bisa satu benda dimiliki bersama atau tidak ikut memiliki tapi
membantu dalam membuat benda tersebut.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan sendiri dan tidak ada satu dzatpun yang ikut serta
memiliki langit dan bumi.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Satu dzarrah pun di langit dan di bumi tidak ada yang ikut
serta memiliki, hanya Aku sendiri."
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Satu lembar daun yang ada di bumi yang mempunyai
hanya Saya, tidak ada pencipta lain yang ikut serta dalam menciptakan dan dalam pemilikan.
!15
Kemudian tidak ada yang membantu sama sekali dalam membuat/mengkreasi alam semesta
ini."
Ini ayat disebutkan sebagai ayat yang membathilkan kesyirikan dari asalnya (pokoknya).
Kenapa?
Jika dzat lain berhak disembah, mungkin dia ikut serta bantu Allāh atau mungkin dia ikut
memiliki alamsemestaa sehingga berhak untuk disembah.
Kenapa?
Karena tidak ada yang memiliki saham sama sekali atas alam semesta (kecuali Allāh).
Mungkin dia ikut Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam membantu mengurusi alam semesta?
_"Dan tidaklah berguna syafā'at, di sisi Allāh melainkan bagi orang-orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafā'at itu."_
Mungkin ada yang mengatakan, "Saya sembah makhluk ini karena ia bisa beri syafā'at di
hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Kata Allāh:
"Itupun tidak ada! Dia tidak bisa memberi syafā'at, kecuali Aku izinkan."
Jadi, segala pintu-pintu kesyirikan tertutup, kenapa kita Masih harus menyembah selain
Allāh?
Kalau dia itu ikut serta mencipta makan engkau berhak menyembah dia. Atau dia punya
saham dalam pemilikan alam semesta atau dia ikut membantu atau dia bisa memberi
syafā'at, meskipun saya tidak izinkan.
Seperti halnya seorang menteri memberi syafā'at di hadapan presiden. Dia memberi syafā'at
sendiri karena presiden butuh kepada menteri, maka menteri bisa memberi syafā'at di
hadapan presiden.
Semua pintu-pintu kesyirikan tertutup. Kalau begitu tidak ada yang berhak untuk disembah
kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
!16
Makanya ayat ini disebut ayat pamungkas untuk menghilangkan kesyirikan dari asalnya.
____________________________
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 23 Rajab 1438 H / 20 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 4 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-04
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~
الرحـيـمـے
ّ الرحمنـّ ّبســـمے اهلل
الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة اهلل وبركــــاته
Sekarang kita akan membahas kesyirikan yang berkaitan dengan tauhīd rububiyyah.
!17
Segala perkara yang menafi'kan ketauhīdan Allāh dalam penciptaan atau dalam kepemilikan
atau dalam pengaturan maka seseorang akan terjerumus ke dalam kesyirikan dalam tauhīd
rububiyyah.
Dan bentuk-bentuk kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah banyak. Seperti mengingkari adanya
Tuhan, meyakini bahwa Tuhan tidak ada.
Oleh karenanya aneh sebenarnya, ahli fisika itu harusnya semakin dekat kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi malah mereka membuat teori-teori yang ingin menyatakan
seakan-akan tuhan tidak mempunyai andil dalam penciptaan alam semesta.
Sehingga banyak fisikawan yang atheis. Yang harusnya seorang tatkala menemukan rumus,
tatkala menemukan hal luar biasa, harusnya dia semakin berimān kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Contohnya, seorang dokter, tatkala dia melihat bagaimana organ tubuh, bagaimana cara
kerja ginjal, dia akan tahu bahwa ini luar biasa. Harusny dia semakin berimān kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Harusnya fisikawan juga begitu, ternyata ada teori-teori rumus dalam alam semesta.
Tidak mungkin rumus alam terjadi dengan sendirinya. Rumus tersebut baru mereka ketahui
sekarang, tapi sudah berlaku sejak zaman dahulu karena Tuhan yang mengatur.
Tapi ternyata setelah mendalami fisika, mereka semakin menghilangkan campur tangan Allāh
dalam terjadinya alam semesta.
Sehingga sebagian dari mereka membuat teori-teori yang boleh kita terima, boleh tidak,
karena semuanya hanyalah hipotesa (dugaan) belum tentu benar.
Misalnya mereka bikin teori big bang atau misalnya kata mereka, dulu ada benda besar dua
berdekatan. Kemudian satunya meledak, satunya tidak. Kemudian yang meledak mengitari
yang tidak meledak jadilah orbit.
Kita katakan, kalaupun kita benarkan teori tersebut, "Saya percaya dengan teori anda, tapi ini
darimana datangnya dua barang tersebut?"
!18
Ini tidak ilmiah, bahwa ada dua planet besar yang satu meledak.
Kenapa tidak satu saja? Kenapa tidak tiga? Kok cuma dua.
Dulu tidak ada? Atau langsung ada?
Kemudian mereka mempunyai teori baru lagi. Katanya ada zat kimia di udara, kemudian
terkena petir atau apa, kemudian menjadi senyawa kimia, jatuh ke laut kemudian mengalami
proses macam-macam evolusi atau apa dengan gaya bahasa mereka.
Sedangkan yang di laut tetap jadi ikan hiu, ikan paus, ikan macam-macam, kepiting, belut
dan macam-macamnya.
Sandainya kita membenarkan teori tersebut, ke Mudi an yang menyediakan laut siapa?
Lautnya dari mana?
Kemudian kok bisa satunya menjadi monyet, satunya menjadi kerbau, bagaimana ceritanya?
Jadi tuhan mereka adalah "kebetulan" dan mereka tidak akan pernah bisa ilmiah, itulah
orang-orang atheis.
Coba kita lihat jantung dalam tubuh manusia. Allāh ciptakan di balik tulang rusuk yang
menjaga jantung tersebut di dalam.
!19
Apakah itu terjadi kebetulan?
Ini memang Allāh sudah ciptakan jantung kita di balik tempat yang kokoh dan macam-
macamnya letaknya di sebelah situ.
Oleh karena itu, sering saya sampaikan tentang kisah seorang guru yang berusaha
membodohi murid-muridnya dengan mengatakan:
"Kalian bilang Tuhan ada, saya juga bisa menciptakan. Lihatlah toples ini kosong, isinya
cuma daging. 3 hari berikutnya akan saya ciptakan banyak ulat dalam toples ini."
Maka tatkala 3 hari berikutnya dia datangkan toples tadi, benar banyak ulat.
"Pak guru, kalau pak guru ciptakan ulat tersebut, jumlahmya berapa?Betinanya berapa?
Jantannya berapa?"
َخ َلق
َ أ َ َال يَ ْع َل ُم َم ْن
Karena ini ciptaan Allāh, apa saja yang kita lakukan, gerak-gerik hati kita Allāh tahu, kenapa?
Tidak ada satu daunpun yang jatuh di bumi Irian jaya dimanapun, di suku asmat, di tengah
hutan, satu butir jatuh kecuali ( يَ ْع َل ُم َهاAllāh juga tahu tentang berita daun tersebut).
!20
Bagaimana jatuhnya, kapan jatuhnya, di mana jatuhnya. Allāh Maha Tahu, karena Allāh yang
Maha Mengetahui segala ciptaan-Nya.
Orang-orang falahsifah, mereka ini mengakui adanya Tuhan, tetapi mereka seakan-akan
menghilangkan sifat penciptaan, Padahal 'aqidah kita, Tuhan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
mencipta.
Dahulu Tuhan sendirian, Allāh Subhānahu wa Ta'āla atau Rabb kita, menciptakan alam
semesta dengan berkata:
ُك ْن فَ َي ُك ْو َن
Tidak ada satu makhluk pun yang bersamaan dengan Allāh. Tidak ada muncul bersamaan
dengan Allāh, tidak ada.
Ada makhluk sejak zaman azali adalah pendapat dari orang-orang falahsifah. Mereka punya
keyakinan namanya qidamil alam. Bahwasanya alam itu qadim (bersama zat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla).
Logika mereka, mereka mengatakan Allāh dengan nama al ilah, al fā'ilah, al illah tammah.
Kata mereka, "Allāh itu adalah sebab pelaku yang Maha Sempurna dan di antara
kesempurnaan illāh tersebut, illāh tersebut akan memunculkan ma'lulnya, akibatnya saking
sempurnanya bersamaan dengan illāhnya tidak ada tarākhi, tidak ada waktu jeda, tidak ada."
Bagaimana?
Mereka melogikakan seperti matahari. Matahari itu ada beserta dengan sinarnya. Bukan
matahari dulu sinarnya belakangan, tidak.
Kata mereka, demikian juga Allāh langsung ada dengan makhluk-Nya, karena Allāh
sempurna sehingga tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan makan tidak ada waktu
jeda sehingga makhluknya langsung ada bersama dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ini juga adalah bentuk menafi'kan penciptaan Allāh karena mencipta itu pencipta ada dulu
baru makhluk belakangan.
Tapi kalau makhluk ada bersamaan dengan pencipta itu namanya bukan ciptaan.
Oleh karenanya orang-orang falahsifah ini dikāfirkan oleh para ulamā karena mereka
memiliki pemahaman qidamul 'alam.
Pemahaman qidamul alam adalah bahwasnya alam ini secara azali sudah ada bersama
dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
!21
Ini tidak benar!
Yang benar adalah Allāh ada dahulu kemudian Allāh menciptakan alam semesta.
Kita tahu kita dulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Yang mana qidamul 'alam?
Lalu 60 tahun yang lalu, kita tidak ada, 80 tahun lalu tidak ada.
Jika dikatakan bahwasanya Allāh harus sempurna, makhluknya harus selalu berada bersama
Allāh tanpa ada jeda.
Bukankah mereka baru muncul sekarang, dulu tidak ada. Mereka dahulu tidak ada, padahal
mereka kita sepakat mereka diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sekarang baru
muncul, sudah berapa juta tahun yang lalu atau ribuan tahun yang lalu baru muncul
sekarang ?
Berarti Allāh menciptakan kapan Allāh kehendaki. Tidak harus makhluk-Nya sama
bergandengan (bersamaan) dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Silakan mendaftar di :
!22
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 24 Rajab 1438 H / 21 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 5 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-05
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~
الرحـيـمـے
ّ الرحمنـّ بســـمے اهلل
الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة اهلل وبركــــاته
Berikutnya, di antara penyimpangan dalam tauhīd rububiyyah yaitu meyakini adanya tuhan
selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Yang pertama yang mengakui dia adalah tuhan selain Allāh adalah Namrud yang Allāh
abadikan kisahnya dalam Al Qurān.
َالfيتُ ۖ َقfمfِ ُ ِيي َوأfح َ ميتُ َقfِ ح ِيي َو ُيfْ ذي ُيfِ يَ ا َّلfي ُم َر ِّبfاه
fْ ُ ا أfَال أَنf َ ا ُه اهللَُّ ْامل ُ ْل َك إِذْ َقfَه أ َ ْن آتfِ ي َر ِّبfفfِ ي َمfاه
fِ رfَ ال إِ ْبf fِ رfَ ا َّج إِ ْبfح
f َ ذيfِ ى ا َّلfر إِ َلfَ َ ْم تfأ َ َل
ۗ ب فَبُ ِهتَ ا َّل ِذي َكفَ َر ِ ت ِب َها ِم َن ْامل َ ْغ ِر ِ ْ ش ِر ِق فَأْ َ س ِم َن ْامل ِ الش ْمَّ اهي ُم فَ ِإ َّن اهللََّ يَأ ْ ِتي ِب ِ إِبْر
َ
_Tidakkah kau perhatikan wahai Muhammad, tentang orang yang mendebat Ibrāhīm tentang
Tuhannya, tatkala dia telah diberikan oleh Allāh kerajaan._
!23
_"Sesungguhknya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menerbitkan matahari dari arah timur, maka
terbitkanlah dia dari barat."_
Namrud mengingkari adanya Allāh, dia adalah tuhan, dia ini sombong. Dia mengaku tuhan
karena sombong.
Orang jika diberi kekayaan, dia akan sombong. Terus diberi kerajaan, dia lebih sombong lagi,
terutama jika kerajaannya bertahan lama.
Disebutkan Namrud berkuasa sampai 400 tahun lebih, sehingga dia merasa dialah tuhan,
tidak mati-mati. Dia lupa bahwasanya dia dulu tidak ada, kemudian kecil, sekarang jadi
tuhan.
Bagaimana ceritanya?
Kenapa?
Karena kesombongan.
Ini sangat mungkin dan kalau tidak mengimbanginya dengan keimānan, maka seorang yang
kaya raya sangat mudah terjerumus dalam kesombongan.
Saya sering sampaikan hadīts tentang seorang yang diazab, ditenggelamkan, dalam bumi,
gara-gara memakai dua pakaian yang sombong.
_"Dahulu Ketika ada seseorang yang berjalan dan ia merasa bangga dengan mantelnya yang
indah, tiba-tiba bumi beserta isinya ditenggelamkan, dan diapun ikut terbenam ke dalam
perut bumi sembari meronta-ronta hingga hari kiamat nanti."_
Pakaian saja bikin sombong apalagi mobil. Mobil bisa bikin sombong apalagi rumah, apalagi
jabatan bisa bikin sombong.
!24
Lihat ini, saking sombongnya karena dia raja dan berkuasa ratusan tahun, kekuasaannya luas
maka diapun mengaku sebagai tuhan.
"Sapa tuhanmu?"
Dia tanya:
Ini terjadi debat/dialog. Nabi Ibrāhīm mendatangkan dalīl, Tuhan itu adalah zat yang
menghidupkan dan mematikan maka raja Namrud, dia mengatakan:
Bagaimana caranya?
Ternyata dia bilang, "Ada dua, saya sudah vonis mati yang satunya tetap saya matikan, yang
satunya saya maafkan maka saya hidupkan."
Yang dimaksudkan mematikan itu apa? Yang sudah mati dihidupkan. Bukan satunya divonis
mati, dimaafkan yang satunya.
_"Tuhanku telah mendatangkan matahari dari timur (menerbitkan matahari dari timur), maka
datangkalah matahari dari arah barat."_
!25
Maka dia terdiam, tidak bisa berbicara. Karena konsekwensi dari tuhan ini punya sunatullāh.
Berarti Tuhan yang mengatur alam semesta, Tuhan yang mengatur sunatullāh, yaitu aturan
alam semesta.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menerbitkan matahari dari timur menuju barat. Karena
Allāh adalah Tuhan maka Allāh bisa rubah nanti suatu hari tatkala hari kiamat.
Allāh rubah aturan sunatullāh. Sunatullāh bisa dirubah. Oleh karenanya diantara dalīl
tentang kenabian para nabi, adanya mu'jizat.
Contohnya:
Ini perubahan aturan. Tatkala Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām dilempar di lautan api maka Allāh
berfirman:
Maka Nabi Ibrāhīm menantang Namrud, "Kalau kau memang tuhan, coba kau ubah aturan
ini." Ternyata dia tidak bisa, maka dia bukan Tuhan.
Kata para ulamā, bahwasanya yang paling tahu bahwa Fir'aun adalah pendusta adalah
dirinya sendiri.
Dia lapar, dia haus, kemudian dia buang air, dia sakit, kemudian dia mengaku sebagai tuhan,
itu hanyalah kesombongan.
Akhirnya diapun ditenggelamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Telah dijelaskan oleh
para ulamā.
!26
_"Mereka mengingkarinya (mu'jizat-mu'jizatnya Nabi Mūsā 'alayhissalām), padahal hati-hati
mereka meyakini, karena kezhāliman dan kesombongan."_
Oleh karena itu ketika Nabi Mūsā datang menemui Fir'aun, Nabi Mūsā berkata:
ِ ِ َ َض ب
ً ُصائ َر َو إِنِّي َألَظُن ُّ َك يَا ف ْر َع ْو ُن َمثْب
ورا ِ األ َ ْر ِ الس َما َو
ْ ات َو َّ بُّ َل َق ْد َعلِ ْمتَ َما أَنز ََل ٰهَؤ َُال ِء إِ َّال َر
_"(Nabi Mūsā mengatakan) sesungguhnya kau telah tahu tidak ada yang menurunkan
mu'jizat ini kecuali pemilik langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan
sesungguhnya aku mengira kami, hai Fir'aun, seorang yang binasa."_
Nabi Mūsā tidak bohong, dia berkata, "Sungguh engkau sudah tahu."
Berarti Fir'aun sudah tahu kalau ada Tuhan, tapi karena dia sombong saja membuat dia nekat
mengatakan:
Sampai sebagian orang mengatakan bahwa iblīs saja tidak berani mengatakan demikian.
Iblīs mengaku bahwa Tuhan Allāh adalah Tuhannya.
Iblīs mengatakan:
Firaun tidak, Fir'aun ngeyel, sampai nantang Nabi Mūsā sampai mengatakan:
_"Dan berkata Fir'aun, hai Hāmān, bangunkan bagiku sebuah bangunan tinggi supaya aku
sampai ke pintu-pintu. Yaitu pintu-pintu langit, supaya aku bisa melihat Tuhan Mūsā ......"_
Dia ingin membuktikan, bahwasanya tidak ada Allāh, tidak ada Tuhan.
!27
َما َل ُكم ِّم ْن إِ ٰلَ ٍه َغ ْي ُر ُه
• Di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah, yaitu meyakini adanya tuhan selain Allāh.
Adanya tuhan selain Allāh banyak, seperti meyakini Sidharta Gautama sebagai tuhan.
Sidharta Gautama ini, kalau kita baca sejarahnya dia adalah dulunya orang terpandang.
Kemudian meninggalkan segala kekayaan. Kemudian menjadi orang yang bijak. Akhirnya
mengajarkan akhlak dan lain-lainnya, sehingga banyak muridnya tapi dia tidak pernah
mengaku sebagai tuhan.
Oleh karenanya, ada risalah ditulis oleh orang Thailand di Universitas Madīnah, risalah S3
kalau tidak salah, menjelaskan Budha Sidharta Gautama ini tidak pernah mengaku sebagai
tuhan dan tidak pernah disembah oleh para shahābatnya. Itu bi'dah muncul belakangan.
Dia tidak pernah mengaku mencipta, dia tidak pernah menciptakan seekor lalat, dia tidak
pernah mengaku menciptakan langit dan bumi, tidak pernah itu. Itu belakangan baru
muncul, baru diyakini oleh pengikut-pengikutnya. Belakangan Sidharta Gautama adalah
tuhan yang berhak disembah padahal dia tidak pernah mengaku demikian.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
!28
----------------------------------------
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 04 Sya'ban 1438 H / 01 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 6 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-06
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~
الرحـيـمـے
ّ الرحمنـّ ّبســـمے اهلل
الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة اهلل وبركــــاته
Dan ini seperti keyakinannya orang-orang Hindu bahwasanya Tuhan ada 3, dewa pencipta
(dewa Brahma), dewa pemelihara (dewa Wisnu), dewa perusak (dewa Siwa).
Yang 3 (tiga) dewa ini yang kemudian terjadinya pengaturan alam semesta, namun tentunya
ini tidak benar.
ِ
ُ خيْ ٌر أَم ِ اهللَُّ ا ْل َواح ُد ا ْل َق َّه
ار َ اب ُّمتَفَ ِّر ُقو َن
ٌ َأَأ َ ْرب
_"Apakah Tuhan yang beraneka ragam itu lebih baik ataukah Allāh Subhānahu wa Ta'āla
yang Maha Esa dan Maha Kuasa."_
Dan sama seperti meyakini bahwasanya Allāh punya anak kemudian anak tersebut Nabi 'Īsā
'alayhissalām.
!29
Trinitas itu asalnya dari Hindu, 3 dewa ini seakan-akan satu, karena Brahma, Siwa, dan
Wisnu tidak bisa dipisahkan, satu kesatuan.
Sama seperti Nashrāni. Nashrāni ada tuhan bapak, tuhan anak, tuhan ruhul qudus. Maka ini
juga satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sama.
Ini diambil juga dari Hindu, sama, yaitu Tuhan menjelma menjadi manusia. Itu juga ada
dalam agama Hindu.
Mereka ada yang namanya dewa Agna, pernah menjelma menjadi manusia di atas muka
bumi. Sama keyakinan sebagian mereka bahwasanya Allāh menjelma menjadi Nabi 'Īsā
'alayhissalām.
Jadi keyakinan Nashrāni yang Allāh sebutkan dalam Al Qurān ada berbagai macam.
Diantaranya ada yang meyakini Allāh menjelma menjadi janin dalam perutnya siapa
Maryam.
_"Sungguh telah kāfir orang-orang yang mengatakan Allāh adalah Al Masih ibnu Maryam."_
Yaitu keyakinan sebagian Nashrāni yang meyakini Allāh menjelma masuk dalam perut
Maryam. Jadi Allāh adalah 'Īsā, ini satu firqah sendiri.
َ ِْعي
سى ابْ ُن اهلل
ث ثَ َالثَ ٍة
ُ َِّل َق ْد َكفَ َر ا َّل ِذي َن َقا ُلوا إِ َّن اهللََّ ثَال
!30
_"Sungguh telah kāfir orang-orang yang mengatakan Allāh satu dari yang tiga."_
Ini semua ('aqidahnya) disebutkan dalam Al Qurān, yang meyakini Allāh masuk dalam perut
Maryam, yang meyakini 'Īsā adalah anak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang meyakini Allāh
adalah satu dari yang tiga.
Allāh tidak punya anak dan Allāh tidak punya ibu dan Allāh tidak punya istri, Allāh Maha
Esa.
Makanya kalau antum berbicara dengan Nashrāni, yang bisa saya sampaikan, kalau debat
sama orang Nashrāni jangan debat masalah yang lain.
Jangan debat masalah babi, jangan debat masalah cerai, percuma. Antum debat langsung
masalah Tuhan.
Karena jika antum debat masalah babi, nanti dia banyak dalīlnya, maka akan kalah debat.
Katanya babi banyak bahayanya, tapi dia mengatakan babi banyak manfaatnya juga, dia bisa
sebutkan dalīl-dalīlnya.
Bagaimana ceritanya?
Suruh mereka jelaskan dan mereka pasti bingung untuk menjelaskan satu sama dengan tiga,
susah. Mereka akan bingung.
Antum tanyakan kepada tiga orang, mereka pasti berbeda pendapat. Dan mereka berusaha
untuk mencari namun tidak akan bisa. Tidak akan masuk akal, tiga sama dengan satu. Ini
adalah agama tidak masuk akal.
Makanya sampai sebagian orang masuk Islām gara-gara apa? Gara-gara keyakinan
bahwasanya Tuhan sempat mati kemudian bangkit lagi, namanya hari kebangkitan.
Ini bingung mereka waktu yesus mati, yesus mati karena disalibkan.
Kalau Allāh ikut mati, berarti sempat alam semesta tanpa tuhan, tuhannya mati.
!31
Kalau tuhannya mati kok bisa hidup sendiri? Terus, kalau Allāh tidak mati berarti Allāh lain
'Īsā lain.
Kita ingin melepaskan ini, melepaskan tiga ini beda-beda. Allāh lain, 'Īsā lain.
Kita bilang sekarang waktu Nabi 'Īsā meninggal dunia, Allāh lagi kemana?
Mereka bingung kalau mereka bilang Allāh ikut mati karena satu kesatuan, selesai. Habis
agama Nashrāni!
Kemudian yang kedua kalau dia bilang Allāh tidak mati berarti Allāh lain, Nabi 'Īsā lain,
maka hancurlah agama. Banyaklah bantahannya.
Maksud saya adalah kalau ingin berbantahan terhadap mereka, bantah dari sisi ketuhanan
nabi 'Īsā, ini saja yang dibicarakan, jangan masalah yang lain.
• Thayyib, di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah adalah meyakini Allāh Subhānahu
wa Ta'āla bersatu dengan makhluk-Nya.
Ini adalah aqidah wihdatul wujud, atau dalam bahasa jawa, manunggaling kawulo gusti.
Meyakini Allāh bersatu dengan makhluk-Nya. Ini merupakan kesyirikan.
Karena konsekuensi Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersatu dengan makhluk-Nya adalah Allāh
butuh terhadap makhluk-Nya tersebut sebagai tempat.
Karenanya Allāh akan menurunkan levelnya supaya bersatu dengan makhluk. Untuk apa
Allāh bersatu dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan, yang penuh dengan kotoran
dalam tubuhnya?
Ini tidak benar. Maka ini merupakan kesyirikan.
• Kemudian di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah yang berkaitan dengan masalah
tadbir (masalah pengaturan). Yaitu bahwasanya meyakini ada yang memiliki hak otonomi,
mengatur alam semesta ini, maka itu merupakan kesyirikan dalam tauhīd ar rububiyyah.
Contoh sederhananya, seperti meyakini adanya Nyi Roro Kidul yang mengatur pantai
selatan. Ini kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.
Adapun memberikan korban menyembelih sapi untuk Nyi Roro Kidul tauhīd uluhiyyah.
Tapi meyakini bahwasanya Nyi Roro Kidul telah diberi kekuasaan Allāh secara mutlak
otonomi untuk mengatur alam bagian pantai selatan saja ini kesyirikan.
Karena yang mengatur alam semesta adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla tidak pernah menyerahkan penguasaan pantai selatan kepada Nyi Roro
Kidul.
!32
Siapa yang meyakini ada jinn mengatur pantai selatan, maka dia telah melakukan kesyirikan,
karena berarti ada pengatur selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tanpa izin Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Sama seperti meyakini, misalnya gunung merapi, ada jinn, ada penunggunya. Jika
penunggunya mengatakan belum meledak, maka tidak akan meledak. Harus tunggu wangsit
dari penunggunya.
Ini syirik dalam tauhīd rububiyyah, seakan-akan ada pengatur yang mengatur gunung
merapi tersebut yang menentukan gunung meledak atau tidak, ini merupakan kesyirikan
dalam tauhīd rububiyyah.
• Demikian juga keyakinan orang-orang sufi, seperti dalam tariqat tijaniyyyah dalam buku
Jawahitul Ma'āni yang menyebutkna bahwasanya Ahmad Tijani telah diberikan "Kun" oleh
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Mengerikan bahwa Ahmad Tijani diberikan "Kun, fa yakun", jika dia bilang, "Kun," maka jadi.
Ini tidak pernah diberikan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Jika Nabi mempunyai "Kun, fa yakun", maka orang-orang Quraisy akan hancur langsung.
Orang Quraisy sudah hancur sejak awal.
Tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terluka, dilempar batu, bersedih, para
shahābat meninggal dunia, mana "kun, fa yakun" nya? Tidak ada !
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam perlu berdo'a dulu kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla waktu perang Badar, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a, mengangkat
kedua tangannya.
Jika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mempunyi "kun, fa yakun", sudah selesai sejak
dahulu orang kafir Quraisy. Kok bisa Ahmad Tijani diberi "kun, fa yakun" ?
Sebagian mereka meyakini ada wali mengatur sebagian alam semesta. Kata mereka dengan
izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini sering mereka katakan.
Sama seperti mengatakan wali sudah mati, tetapi dia bisa bertasharruf, dia bisa melakukan
sesuatu, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengizinkan.
Dan mereka mengatakan, jika anda meyakini mayat tidak bisa apa-apa, justru anda
meragukan kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Nah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mampu memberikan izin dan kekuatan kepada mereka.
Kita katakan, kita tidak ragu bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla mampu memberikan
kekuatan kepada mereka, tapi mana dalīlnya bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla
memberikan kepada mayat tersebut izin untuk mengatur alam semesta, mana dalīlnya ?
Mana dalīl bahwa dia diberi izin untuk menolong anda ketika anda berdo'a kepada-Nya.
!33
Mana dalīlnya? Tidak ada.
Kita katakan, bahwa izin itu tidak pernah turun, mana izinnya? Tidak ada dalīlnya, jika ada
dalīlnya maka kita percaya. Tapi izinnya tidak ada.
_________________________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 05 Sya'ban 1438 H / 02 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 7 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-07
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~
!34
الرحـيـمـے
ّ الرحمنـّ ّبســـمے اهلل
الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة اهلل وبركــــاته
Tauhīd uluhiyyah maksudnya: tidak ada yang berhak disembah kecuali Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Tidak ada yang berhak diserahkan ibadah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan ini
pengamalan dari firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
َ َّإِي
اك نَ ْعبُ ُد
(QS Al Fātihah: 5)
Barangsiapa yang menyerahkan ibadah kepada selain Allāh maka dia telah berbuat
kesyirikan.
√ Berdo'a.
√ Menyembelih.
√ Bertawakal.
Kalau kita menyerahkan semua ini kepada selain Allāh, maka kita telah melakukan
kesyirikan.
Di antara kesyirikan yang sangat fatal adalah berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, karena do'a adalah puncak dari ibadah.
(Hadīts shahīh riwayat ashhabus sunan. Lihat Shahīhul Jāmi’ no. 3407)
Karena dalam do'a itu nampak sekali kerendahan seseorang, karena dia sedang meminta
kepada pencipta. Ini sangat disukai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (seseorang berdo'a
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
!35
Makanya Allāh mengatakan:
ْ ِ ستَج
ب َل ُك ْم ِ ا ْد ُع
ْ َ وني أ
Dan ini secara makna benar karena do'a itu puncak dari pada seorang beribadah,
menunjukkan kerendahan dia, kehinaan dia, untuk minta kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Dan ini tidak nampak tatkala puasa, tatkala dzikir.
Akan tetapi tatkala meminta benar-benar kita menunjukkan hajat kita, menunjukkan
kerendahan kita, sambil mengakui kehebatan Dzat yang kita minta.
Ini semua apabila diserahkan kepada selain Allāh sangat berbahaya, sehingga Allāh
mengatakan:
_"Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang berdo'a kepada selain Allāh."_
(QS Al Ahqaf: 5)
Tidak ada yang lebih sesat artinya: syirik yang paling berbahaya adalah syirik berdo'a kepada
selain Allāh. Dan ini syiriknya orang-orang musyrikin dahulu.
Kebanyakan orang-orang yang disembah dahulunya adalah orang-orang shālih dan mereka
disembah setelah mereka meninggal dunia.
كان رجال َي ُلتّ السويق للحاج فلما مات عكفوا على قبره فعبدوه
_"Al lātta dahulu adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti (yang dibagikan secara
gratis) kepada jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang beri’tikaf di kuburannya dan
menyembahnya."_
!36
Lātta dalam shahīh Bukhāri disebutkan dahulunya orang baik suka membagi-bagikan
makanan kepada jama'ah haji, tatkala dia meninggal dibangun patung dikuburannya, akhir
disembah.
Nabi 'Īsā 'alayhissalām dahulu tidak disembah, makanya nabi 'Īsā mengatakan:
َ الر ِق
يب َع َليْ ِه ْم ِ
َّ َفَ َل َّما تَ َوفَّيْتَني ُكنْتَ أَنْت
_"Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau yang menyaksikan perbuatan mereka."_
Nabi 'Īsā belum disembah tatkala dia masih hidup, Nabi 'Īsā 'alayhissalām disembah
tatkala dia sudah meninggal dunia.
Ini adalah 5 (lima) orang shālih dizaman Nabi Nūh 'alayhissalām, belum disembah. Mereka
disembah setelah mereka meninggal dunia.
Budha belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah? Setelah meninggal.
Khonghuchu belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah? Setelah meninggal.
Jadi bahaya, ada keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal ruhnya lebih hebat daripada
waktu masih hidup.
Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam benar-benar menutup pintu-pintu ke arah
ini. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat tegas dalam masalah kuburan. Inilah
rahasia kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tegas dalam masalah kuburan.
_"Dahulu saya melarang kalian untuk berziarah kubur, silahkan sekarang ziarah kuburlah."_
Dahulu dilarang untuk berziarah kubur, disebutkan oleh para ulamā dalam Fathu Bāri,
kenapa?
!37
Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam takut mereka masih akan menyembah ahli
kubur tersebut sebagaimana kebiasaan orang-orang jāhilīyyah.
Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat imān mereka sudah kuat, kata
Rasūlullāh, "Silahkan, sekarang ziarah kubur."
Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat ketat dengan masalah kuburan.
Dan kata Ibnu Qayyim rahimahullāh semua larangan Nabi tentang kuburan semuanya
dilanggar.
Semuanya dilanggar.
_Antum bayangkan seorang masuk kuburan. Kemudian kuburannya besar dan kuburan
tersebut diberi dupa (parfume). Kemudian diberi lampu dan tulisan-tulisan Arab. Kemudian
akan datang syaithān membisikan (misalnya):_
_Dia akan masuk ke dalam suasana yang membuat dia kagum dengan mayat tersebut,
akhirnya lama-lama kuburan itu disembah._
!38
Sehingga mengantarkan orang-orang meminta kepada penghuni kubur, meminta kepada
mayat dan ini yang sangat menyedihkan yang terjadi disebagian kaum muslimin.
Oleh karenanya berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla merupakan bentuk
kesyirikan.
Sekarang saya tanya kepada antum secara sederhana, malāikat itu mengatur alam atau tidak?
Jawabannya:
(QS An Nazi'at: 5)
Allāh bersumpah dengan para malāikat, "Demi para malāikat yang mengatur (urusan hujan,
tumbuhan, gunung, awam dll)." Mereka benar-benar mengatur dan Allāh memberikan izin
akan tetapi mereka tidak bisa mengambil keputusan kecuali dengan izin Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Sekarang, kalau hujan tidak turun, bolehkan kita meminta kepada malāikat hujan, kita
bilang, "Wahai malāikat hujan, turunkanlah hujan?"
Ini merupakan syirik, padahal malāikat benar-benar mengatur hujan tetapi meminta hujan
harus kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Apabila kita meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa, apa bukan syirik namanya?
Sedangkan kepada malāikat yang bisa mengatur hujan (dengan izin Allāh Subhānahu wa
Ta'āla) kita meminta kepadanya tidak boleh, padahal malāikat mengatur hujan benar-benar
mengatur hujan., Lalu bagaimana meminta kepada mayat yang sudah meninggal dan tidak
bisa apa-apa?
Subhānallāh, akal ini benar-benar sudah dibalik. Karena secara logika tidak masuk akal,
meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa.
_"Kalau anak Ādam telah meninggal dunia maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal,
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak shalih."_
Makanya orang yang meninggal butuh amal jariyah dan diantaranya anak shālih yang
mendo'akannya.
Kalau dia (orang yang sudah meninggal) bisa berdo'a sendiri, untuk apa meminta anak shālih
mendo'akannya? Dia berdo'a sendiri saja (bila dia bisa berdo'a sendiri tidak perlu anak
shālih untuk mendo'akannya).
Perhatikan!
_"Ziarahlah kuburan karena itu akan membuat kalian ingat kepada akhirat."_
Sekarang, lihatlah praktek orang, bagaimana? Ingat akhirat atau tidak? Tidak!
Datang kekuburan ingatnya dunia bukan ingat akhirat. Meminta kepada penghuni kubur dan
membicarakan dunia, bukan meminta akhirat. Ini merupakan penyelisihan aturan dari Nabi
shallallāhu 'alayhi wasallam.
Begitulah yang terjadi pada sebagian saudara-saudara kita, semoga Allāh Subhānahu wa
Ta'āla memberi hidayah kepada mereka.
________________________
Silakan mendaftar di :
!40
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 06 Sya'ban 1438 H / 03 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 8 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-08
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Saya akan membahas perkara yang sangat penting yaitu tentang tauhīd Al Asma' wa Sifat,
tentang bagian dari tauhīd nama-nama dan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita tahu bahwasanya para ulamā menjelaskan tentang pembagian tauhīd menjadi 3 (tiga)
yaitu:
⑴ Rububiyyah
⑵ Uluhiyyah
⑶ Asma' wa Sifat
Pembagian ini sekedar metode untuk mudah memahami karena sejak zaman Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam sudah ada kesalahpahaman tentang ke-Esaan Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Yaitu dilakukan oleh orang-orang musyrikin, mereka mentauhīdkan Allāh dari sisi
pengakuan Allāh adalah:
√ Maha Pencipta
√ Maha Pemberi Rejeki
!41
Tetapi mereka musyrik terhadap Allāh, mensyirikan Allāh, mensekutukan Allāh dari sisi
peribadatan, sehingga mereka berdo'a kepada Allāh dan juga berdo'a kepada selain Allāh.
Mereka berhaji, mereka thawāf tapi mereka juga meminta kepada sesembahan-sesembahan
mereka seperti Lattā, 'Uzzā dan Manāh.
Dari sini perlu ada penjelasan mana sisi yang benar dan mana sisi yang salah. Sehingga
secara otomatis terjadi pembagian.
Oleh karenanya diakhir surat Yūsuf, Allāh bercerita tentang orang-orang musyrikin Arab, kata
Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
Berarti Allāh menetapkan ada imān pada mereka dan Allāh tetapkan juga mereka musyrik.
Seluruh buku tafsir akan menyebutkan, berkata Ibnu Mas'ud, berkata para shahābat yaitu:
"Diantara keimānan mereka, kalau ditanya kepada mereka, Siapa yang menciptakan langit
dan bumi?"
Jadi mereka berimān dari sisi ini akan tetapi mereka berbuat syirik dari sisi mereka berdo'a
dan beribadah yaitu juga kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan dari sini akhirnya
terjadi pembedaan.
Mereka mengetahui bahwasanya Allāh Maha Pencipta dan ini sudah sejak zaman dahulu.
Banyak orang-orang musyirikin yang namanya 'Abdullāh.
Di zaman sebelum Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam lahir, di zaman kakek Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam, tatkala Abrahah ingin menyerang Ka'bah, kakek Nabi yang bernama
'Abdul Muththalib mengatakan:
"Saya pemilik unta, kembalikan unta saya wahai Abrahah, adapun Ka'bah ada pemiliknya
yang akan menjaganya."
!42
Mereka berhaji, mereka thawāf. Meskipun thawāf mereka telanjang tetapi mereka mengenal
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Timbullah istilah belakangan oleh para ulamā ada yang namanya tauhīd rububiyyah dan
tauhīd uluhiyyah untuk menjelaskan.
Untuk tauhīd rububiyyah orang-orang musyrikin Arab dahulu mengetahui ke-Esaan Allāh
dari sisi tauhīd rububiyyah. Namun mereka keliru dari sisi tauhīd uluhiyyah karena mereka
menyembah Allāh dan juga menyembah selain Allāh.
Jadi metode ini hanya sekedar metode untuk memudahkan memahami. Memang benar Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan tauhīd terbagi menjadi 3 (tiga) atau
tauhīd terbagi menjadi 2 (dua), tidak pernah!
Sama seperti Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengatakan sesungguhnya
hukum fiqih terbagi menjadi 5 (lima) yaitu: wajib, mandub, makruh, mubah, harām, tidak
pernah!
Hanya para ulamā meneliti apa yang dilakukan oleh Nabi (hadīts-hadīts Nabi) dari dalīl-
dalīl ternyata dipahami hukum fiqih bisa terbagi menjadi 5 (lima).
Artinya, tidak ada yang sama dengan nama-nama Allāh ('asma ul husna), nama-nama
Allāh yang terindah dan tidak ada yang menyerupai Allāh dari sifat-sifat Allāh.
Sifat-sifat Allāh berbeda dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Barangsiapa yang mengatakan ada
sifat makhluk seperti sifat Allāh maka dia adalah seorang yang musyrik.
Itu maksudnya tauhīd asma' maupun sifat, yaitu meng-Esakan Allāh dari sisi sifat-sifat Allāh,
bahwasanya tidak ada makhluk yang sifatnya sama dengan Allāh.
ِ
ُ السميعُ ا ْلبَص
ۚ ير َ س َك ِمثْلِ ِه
ِ َّ شيْ ٌء ۖ َو ُه َو َ َل ْي
_"Bahwasanya tidak ada satupun yang serupa dengan Allāh dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat."_
Allāh buka dengan kaidah muqadimmah, "Tidak ada satupun yang serupa dengan Allāh."
kemudian Allāh menetapkan, "Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
!43
Allāh memberi muqadimmah, "Tidak ada yang serupa dengan Allāh," agar kita jangan
sampai terbetik dalam benak kita bahwasanya Allāh melihat seperti melihatnya makhluk,
Allāh mendengarnya seperti mendengar makhluk, jawabannya tidak sama.
Meskipun makhluk melihat, makhluk mendengar tetapi Allāh Maha Mendengar dan lagi
Maha Melihat.
Sehingga dalam terjemahaan Al Qurān ada "Maha Mendengar" dan "Maha Melihat".
Karena makhluk juga melihat dan mendengar, tetapi bedanya Allāh ada Mahanya. Padahal
ِ ِ َّ f f f f الAllāh juga ُس ِميعf
dalam bahasa Arab tidak ada Mahanya. Sama, makhluk itu ير ُ بَصf f f f fسميعُ ا ْلf َّ f f f f ال
f f ِ َبf f f f f f ا ْل, akan tetapi kita mengerti bila diterjemahkan harus dibedakan bahwa Allāh itu Maha
رfُ يfص
Mendengar dan Maha Melihat.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 07 Sya'ban 1438 H / 04 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 9 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-09
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~
!44
*AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 09 DARI 13)*
Pada kesempatan kali kita akan membahas tentang kaidah-kaidah yang berkaitan tentang
sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
_▪ Yang pertama dalam memahami Asma' dan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla *kita
hanya bisa bersandarkan kepada dalīl yaitu Al Qur'ān dan Sunnah.*_
Karena kita berbicara tentang sesuatu yang ghaib dan akal kita tidak bisa menembus suatu
perkara yang ghaib.
Tidak usah kita berbicara tentang Allāh, berbicara tentang ruh saja kita tidak mampu.
_Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu urusan Rabbmu dan kalian
tidak diberi ilmu kecuali sangat sedikit."_
Apabila orang-orang berkumpul berbicara tentang ruh, ada sedikit ulamā dikumpulkan
diminta menjelaskan tentang hakikat ruh, dari unsur apa ruh, maka akan terjadi seribu
pendapat. Karena otak mereka tidak sampai lantas mereka berbicara tentang ruh.
Ini perkara yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh akal.
Tidak usah jauh-jauh, kita berbicara tentang hal ghaib lainya misalnya tentang jin. Kalau kita
berbicara tentang jin kita tidak tahu bagaimana hakikat jin.
Ini semua ghaib tidak bisa kita ketahui kecuali dengan dalīl.
Kemudian kita berbicara tentang malāikat, berbicara tentang malāikat ghaib juga.
!45
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
_"Segala puji bagi Allāh pencipta langit dan bumi menjadikan para malāikat sebagai rasūl-
rasūl Allāh yang memiliki sayap-sayap, ada yang memiliki dua sayap, tiga sayap, empat sayap
dan sebagiannya Allāh tambah sayapnya lebih banyak daripada itu."_
(QS Fāthir: 1)
Ada sebagian orang menggunakan akalnya dia mengatakan malāikat tidak punya sayap,
kenapa anda menolak malāikat tidak memiliki sayap?
√ Malāikat bila memiliki dua sayap bisa kita bayangkan satu di kiri dan satunya lagi di kanan.
√ Malāikat bila memiliki empat sayap, bisa kita bayangkan dua di kanan dan dua di kiri.
Kenapa harus anda bayangkan? Anda tidak bisa pahami tapi jangan anda tolak. Kenapa dia
berusaha menolak bila tidak masuk akal dia?
Malāikat memiliki tiga sayap, terserah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Yang jelas Allāh
mengatakan ada malāikat yang sayapnya tiga.
Banyak perkara ghaib yang otak kita tidak boleh masuk di dalamnya, karena kalau kita
memaksakan otak kita masuk di dalamnya kita melanggar kaidah otak.
Otak itu tidak boleh masuk kecuali pada perkara-perkara yang bisa ditangkap dengan panca
indera. Bila sudah di luar dari panca indera, di luar dari kemampuan kita, bagaimana otak
kita masuk dalam hal-hal yang seperti itu.
Kita tidak akan mampu mengenal sifat-sifat Allāh kecuali Allāh yang menjelaskan dalam Al
Qur'ān maupun hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Oleh karenanya para ulamā menjelaskan untuk mengetahui hakikat sesuatu, tidak mungkin
kita bisa mengetahui hakikat sesuatu kecuali dengan satu dari tiga cara, yaitu:
Misalnya:
!46
Oh, sifat orang ini begini, begini karena saya lihat langsung.
Kita mungkin tidak melihat langsung tetapi kita melihat yang semisalnya.
Misalnya:
Saya tidak pernah melihat langsung barang itu tetapi saya tahu yang semisalnya, misalnya
pernah melihat barang kw-nya, barang kw nya itu mirip dengan aslinya.
Kita tidak pernah melihat yang semisalnya tetapi ada sumber berita yang tsiqah yang
terpercaya menyampaikan.
Misalnya:
Barang itu begini, begini, begini seperti apa? Kamu tidak pernah melihat tetapi sifatnya
begini begini, berarti kita bisa mengetahui sifatnya karena ada penggambaran dari sumber
yang dapat dipercaya.
Demikian juga, sekarang kita terapkan pada sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
*⑴ Melihat langsung, ini mustahil tatkala kita masih hidup tidak mungkin.*
َ تَ َع َّل ُم ْوا أَنَّ ُه َل ْن يَ َرى أ َ َح ٌد ِمن ْ ُك ْم َربَّ ُه َعزَ َو َج َّل َحتَّى يَ ُم ْو
.ت
_"Ketahuilah kalian, sesungguhnya tidak akan bisa melihat Rabb kalian kecuali setelah kalian
meninggal dunia."_
Tidak mampu anda melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang memiliki cahaya yang
begitu kuat. Sementara mata kita melihat matahari saja tidak kuat.
Oleh karenanya nanti apabila seorang dibangkitkan di akhirat, dimodifikasi oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Penghuni neraka Jahannam (orang-orang yang kāfir sekarang) mereka tidak melihat jinn,
malāikat, tetapi nanti kalau mereka sudah dibangkitkan mereka bisa melihat malāikat
penjaga neraka Jahannam.
Mereka bisa melihat iblīs, jin yang dimasukan ke dalam neraka bersama mereka bahkan
terjadi dialog antara mereka (orang-orang kāfir) dengan iblīs.
!47
Demikian juga penghuni surga, tatkala mereka dibangkitkan mereka diberi kemampuan.
diantaranya bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Nabi termulia yang sudah mencapai
pada tempat tertinggi disidratul muntaha, mi'raj bersama malāikat Jibrīl, kemudian
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam naik bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
sehingga sebagian shahābat menyangka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat Allāh,
mereka bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
_"Ada cahaya yang menghalangi (bagaimana saya bisa melihat Allāh Subhānahu wa
Ta'āla)."_
Nabi Mūsā 'alayhissalām pernah ingin melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dalam surat Al
Arāf disebutkan, Nabi Mūsā berkata:
_Kata Allāh:_
_"Engkau tidak bisa melihat Aku, tetapi lihatlah kepada gunung, kalau engkau kuat engakau
akan melihat Aku."_
_Tatkala cahaya Allāh sampai ke gunung, gunungpun hancur dan akhirnya Nabi Mūsā pun
pingsan."_
ِ الص
اع َق ُة َ َ وسىٰ َل ْن نُؤ ِْم َن َل َك َحتَّىٰ نَ َرى اهللََّ َج ْه َرةً فَأ
َّ خذَتْ ُك ُم َ يَا ُم
_"Wahai Mūsā, kami tidak akan berimān kepada engkau, sampai kami melihat Allāh terang-
terangan," maka turunkan halilitar (kemudian tewaslah mereka)._
!48
(QS Al Baqarah: 55)
Mereka tidak mampu melihat Allāh, berarti mereka meminta sesuatu yang mustahil di dunia
ini.
Jadi dari sisi pertama kita tidak bisa mengetahui Allāh dan melihat langsung.
ِ
ُ السميعُ ا ْلبَص
ير َ س َك ِمثْلِ ِه
ِ َّ شيْ ٌء ۖ َو ُه َو َ َْلي
_"Tidak ada satupun yang serupa dengan Allāh dan Dia Maha Melihat lagi Maha
Mendengar."_
Dari pengkhabaran yang amanah yang terpercaya yaitu dari Al Qur'ān dan Sunnah.
Dan tidak ada yang lebih berhak untuk menyampaikan tentang sifat-sifat Allāh kecuali Allāh
sendiri.
Oleh karenanya, jika telah datang khabar tentang sifat-sifat Allāh dari Al Qur'ān maupun
Sunnah maka kita tetapkan dan kita imāni. Allāh berkata demikian maka kita percaya, tidak
usaha kita timbang-timbang lagi dengan akal kita.
Timbulnya ahlul bid'ah (orang-orang yang menyimpang dalam bab ini) karena mereka
berusaha memikirkan sifat-sifat Allāh dengan otak mereka.
Sehingga timbullah kaidah mereka tentang "mendahulukan akal daripada dalīl" yang
disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah seperti Qadhi Abdul Jabbar dalam kitābnya Syarah
Usul Al Khamsah yang diikuti oleh sebagian orang-orang Asy Syāirah. Yang didahulukan,
seperti Rāzi, mempunyai kaidah "qunun al qulli", bahwanya akal kalau bertentangan dengan
ilmu maka akal didahulukan.
!49
Karena mereka beranggapan bahwasanya akal merupakan sumber utama, "Kita tidak bisa
percaya dengan Tuhan kecuali karena akal kita. Akal kitalah yang menunjukan Tuhan itu
ada."
Oleh karenanya akal merupakan sumber dalīl yang paling utama bagi mereka yang
menjadikan mereka percaya adanya Tuhan.
Kata logika mereka, "Kalau datang dalīl dari Al Qur'ān atau Sunnah yang bertentangan
dengan akal maka kita harus mendahulukan akal."
Kenapa?
Karena menurut mereka akal yang utama, karena akal yang menunjukkan adanya Tuhan.
Kalau ternyata kita mendahulukan dalīl daripada akal berarti kita sudah menjatuhkan akal
sejak awal, padahal akal yang menunjukan kita adanya Tuhan.
Karena adanya Tuhan dibangun diatas percaya kepada akal, kata mereka.
Ini adalah logika mereka dan ini disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah di dalam buku-
buku mereka, namun dibantah oleh para ulamā diantaranya dibantah oleh:
- Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah dalam kitābnya Dar’u Ta’arrudhil ‘Aqli wan Naqli.
-Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh dalam kitābnya Ash Shawa’iq Al Mursalah ‘Alal
Jahmiyyatil Mu’aththilah, dari puluhan sisi membantah pernyataan demikian ini yang dikenal
dengan al qānūn al kully, yaitu kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan
daripada dalīl.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
!50
----------------------------------------
🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 08 Sya'ban 1438 H / 05 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 10 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-10
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~
Dari puluhan sisi untuk membantah pernyataan yang dikenal dengan al qānūn al kully atau
kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan daripada dalīl, kita sebut hanya
beberapa sisi bantahan saja.
⑴ Kita buat sebuah analogi yang disebutkan oleh para ulamā (Ibnu Qayyim, Ibnu Abi Izz Al
Hanafi rahimahumullāh)
Contohnya:
Saya ingin berobat untuk berhenti merokok tapi saya binggung di mana tempat praktek
dokter Kemudian sayapun berjalan akhirnya bertemu (misalnya) tukang becak. Kemudian
saya bertanya kepada tukang becak dimanakah dokter yang ahli. Kemudian tukang becak
tersebut menunjukan dokter yang ahli. Lalu saya berobat di dokter tersebut.
Setelah saya pergi ke dokter tersebut diperiksalah saya kemudian diberi resep. Setelah saya
pulang dari dokter itu saya lewat tukang becak tadi, lalu tukang becak tadi bertanya:
Lalu saya tunjukan resep tersebut. Kemudian tukang becak itu mengatakan bahwa resep ini
keliru.
Kalau anda membenarkan dokter itu maka tukang becak akan marah, "Yang menunjukkan
dokter itu adalah saya (tukang becak) kenapa kamu tidak percaya dengan saya?"
!51
Kalau kamu tidak percaya dengan tukang becak itu seharusnya kamu jangan percaya dengan
dokter itu, karena yang menunjukan dokter itu adalah tukang becak.
Kamu (tukang becak) sudah tunjukan dokter berarti dokter itu adalah ahli dan saya harus
percaya kepada dokter karena itu bidangnya. Kalau saya tidak percaya dokter kemudian saya
kembali kepada tukang becak, maka dari awal saya tidak percaya dengan tukang becak.
Kalau sekarang saya bilang, dokter salah! Berarti sejak awal kamu (tukang becak) salah
menunjuk.
Kalau kita tidak membenarkan dokter sebenarnya kita tidak membenarkan tukang becak
yang menunjukan dia dokter.
Kalau kita sudah membenarkan tukang becak tentang dokter itu, maka apa yang dokter
katakan tentang obat maka itu benar.
Pada saat kita tidak percaya kepada tukang becak yang sudah menunjukan dia adalah dokter,
ini logikanya, logika kita.
Jadi kamu (akal) yang telah menunjukan itu adalah Tuhan dan Tuhan tidak mungkin salah.
Tuhan telah mengutus rasūl dan rasūl tidak mungkin salah (ma'sum) karena dia utusan
Tuhan. Maka bila ada dalīl dari Al Qurān maupun Sunnah (perkataan rasūl), maka kita harus
membenarkan itu meskipun bertentangan dengan akal kita.
Ketika kita tidak percaya kepada Al Qurān dan Sunnah, berarti asalnya kita sudah
menyalahkan akal sejak awal, berarti akal sudah salah menunjukan.
Karena rasūl ma'sum, Tuhan itu tidak mungkin salah. Itu akal menunjukan demikian.
Maka yang benar, bila terjadi pertentangan antara akal dengan Al Qurān dan Sunnah maka
yang kita benarkan adalah Al Qurān dan Sunnah, karena Tuhan tidak mungkin keliru.
Inilah bantahan kepada mereka dari sisi pertama. Yaitu justru kalau kita menyalahkan ayat
dan sunnah berarti kita tidak percaya dengan akal, karena akal yang menunjukan bahwa itu
adalah Tuhan dan Rasūl.
!52
⑵ Kita katakan, misalkan saya setuju dengan anda, bahwasanya akal merupakan sumber
untuk kita mengetahui tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau kita sepakat akal yang menjadi patokan, pertanyaan berikutnya akal siapa yang
menjadi patokan?
Sementara kita tahu bahwasanya akal itu bertingkat-tingkat, sehingga tatkala ahlul bida' yang
mereka menjadikan akal sebagai sumber penetapan sifat-sifat Allāh merekapun berselisih.
Apa yang menurut jahmiyah tidak masuk akal, menurut mu'tazilah masuk akal.
Apa yang menurut mu'tazilah tidak masuk akal, menurut kullabiyyah dan asysyāirah
masuk akal.
Apa yang menurut asysyāirah mutaqadimin (yang lama) masuk akal, menurut asysyāirah
muta'akhirin tidak masuk akal.
⑴ Jahmiyah
⑵ Mu'tazilah
⑶ Kulabiyyah
⑷ Asysyāirah mutaqadimin
⑸ Asysyāirah muta'akhirin
⑹ Maturidiyyah
Ada 6 (enam) kelompok dalam hal ini. Belum lagi ada ahlul kalam (filsafat) yang lain lagi
dalam menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Apakah akal-akal orang ini ataukah akalnya Abū Bakar, akalnya 'Ummar atau akalnya
shahābat atau akalnya Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam? Akal mana yang akan
dipakai?
Tatkala kita menjadikan akal sebagai sumber maka akan terjadi banyak perbedaan.
!53
_"Sungguh, dengan akal siapa mau ditimbang Al Qurān dan Sunnah."_
_Sungguh semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla meridhāi Al Imām Mālik, tatkala beliau
berkata:_
أفكلما جاء رجل أجدل من رجل تركنا ما جاء به جبريل إلى محمد صلى اهلل عليه وسلم لجدل هؤالء
_"Apakah setiap orang yang pandai berdebat akhirnya kita tinggalkan apa yang diwahyukan
Jibrīl kepada Muhammad gara-gara kecerdasan mereka."_
Kalau kita ikut akal orang, aqidah kita akan berubah-ubah. Setiap ada orang yang lebih
pintar kita berubah. Maka yang benar bahwasanya untuk mengetahui sifat-sifat Allāh tidak
ada cara kecuali dengan meyakini pengkhabaran dari Al Qurān dan Sunnah.
Kenapa?
Karena akal ini, daya berpikir akal dibangun di atas analogi (logika) dan mengqiyaskan. Dan
analogi ini dibangun dengan apa yang pernah ditangkap oleh panca indera.
Contohnya:
Ada seorang yang sejak lahir buta, tiba-tiba pada umur 10 tahun sempat matanya bisa
melihat namun hanya beberapa detik.
Waktu dia bisa melihat ternyata yang dia lihat hanya ayam jago, setelah melihat ayam jago
kemudian dia buta lagi (misalnya ada orang seperti ini).
Maka tidak pernah ada yang ditangkap oleh panca inderanya kecuali ayam jago, daya khayal
dia terbatas.
Sehingga bila ada yang bertanya kepada dia (misalnya), "Tahukah anda kambing?"
Maka dia akan mengatakan, "Kambing itu seperti apa bila dibandingkan dengan ayam jago?"
Karena dia tidak bisa menghayal kecuali ayam jago.
Maka dia akan mengatakan, "Mobil itu bagaimana bila dibandingkan dengan ayam jago?"
Karena dia tidak pernah melihat kecuali ayam jago.
Antum menyuruh dia mengkhayalkan yang lain tidak akan mampu karena yang dia lihat
hanya ayam jago, akal dia terbatas.
Saya katakan, daya nalar akal itu sesuai dengan apa yang pernah dia lihat, dia raba, dia
dengar, dibangun di atas apa yang pernah ditangkap oleh panca indera kemudian dia
menganalogikan di atas apa yang pernah dia lihat.
!54
Lalu, bagaimana anda ingin membayangkan sifat-sifat Allāh?
Anda tidak tahu karena anda tidak pernah melihat apa-apa, hal ini menunjukkan akal sangat
terbatas.
Maka tatkala mereka menolak sifat-sifat Allāh, biasanya mereka menganalogikan Allāh
dengan makhluk sehingga mereka menolak. Kenapa?
Karena mereka tidak bisa paham kecuali dengan apa yang mereka pernah lihat.
Sebagai contoh, tatkala kita mengatakan Allāh berada di atas 'Arsy maka sebagian mereka,
seperti Rāzi, mulai berdalīl dengan logikanya.
Dengan logika akal apa yang pernah mereka lihat di alam nyata.
Mereka mengatakan bahwasanya kalau Allāh berada di atas 'Arsy ini dalīl bahwasanya,
1. Melazimkan 'Arsy lebih besar daripada Allāh karena kita tahu bahwasanya yang di atas
lebih kecil daripada yang di bawah.
2. Bahwasanya kalau Allāh berada di atas 'Arsy berarti Allāh butuh kepada 'Arsy karena yang
di atas butuh kepada yang di bawah.
Dia menganalogikan Allāh dengan apa yang dia lihat padahal menyamakan Allāh dengan
sesuatu yang terlihat merupakan suatu pengqiyasan yang sangat bathil.
Kenapa?
Karena kita menyamakan sesuatu yang ghaib dengan sesuatu yang kita lihat.
Anda kalau mau mengqiyaskan maka akan mengqiyaskan sesuatu yang mirip-mirip.
Kata dia kalau yang di atas pasti butuh kepada yang di bawah dan yang di atas lebih kecil
daripada yang di bawah. Kalau begitu kita tidak percaya bahwa Allāh ada di atas 'Arsy?
Kita katakan logika anda keliru, di atas alam semesta ini ada yang tidak demikian, contohnya
antara langit dengan bumi.
Ternyata yang lebih besar adalah langit, yang di atas lebih besar daripada yang di bawah.
Makanya banyak orang yang menganggap sifat-sifat Allāh tatkala mereka menganalogikan
(menyamakan) Allāh dengan makhluk baru kemudian mereka menolak, padahal
menganalogikan Allāh dengan makhluk merupakan analogi yang sangat bathil.
Sumber penciptaannya berbeda, manusia dari tanah jin dari api, bagaimana anda
menganalogikan jinn dengan manusia?
Jadi maksud saya, kaidah yang pertama dalam masalah sifat-sifat Allāh, maka 'aqidah
ahlulsunnah meyakini sifat-sifat Allāh adalah taufiqiyyah, kita tidak bisa memahami kecuali
lewat jalur Al Qurān dan Sunnah.
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
!56
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Sya'ban 1438 H / 06 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 11 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-11
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~
_▪ Kemudian kaidah yang kedua, tatkala menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
*kita tidak boleh menyamakan dan tidak boleh membagaimanakannya, kita menetapkan dan
kita tidak boleh menolaknya.*_
Jadi kalau datang dalīl kita terima, namun kita tidak boleh membagaimanakannya (bertanya
"bagaimana") dan tidak boleh juga menyamakannya dengan makhluk.
Sederhana !
Jika datang penjelasan sifat-sifat Allāh, seperti Allāh Maha Mendengar, Allāh Maha
Melihat, maka kita kita katakan:
"Allāh Maha Melihat, Allāh Maha Mendengar dan tidak sama dengan makhluk."
Contoh:
Ketika orang berkumpul di Padang 'Arafāh, jutaan haji berkumpul di padang 'Arafāh.
Kemudian di saat yang sama mereka memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan
berbagai bahasa, mungkin ratusan bahasa, minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam
waktu yang bersamaan dengan permintaan yang berbeda-beda, maka Allāh Maha
Mendengar seluruhnya dalam waktu yang sama.
!57
Kita, bila ada tiga orang berbicara dengan kita semuanya menggunakan bahasa Indonesia,
kita tidak bisa menyimak ketiganya. Salah seorang dari mereka harus berbicara dan yang lain
diam dulu. Kita tidak bisa menangkap pembicaraan mereka tiga-tiganya.
Apalagi jika salah satu menggunakan bahasa Bali, satu lagi bahasa Bugis, kemudian bahasa
Irian, pasti kita tidak akan paham. Pendengaran manusia terbatas tidak sama dengan Maha
Mendengarnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Apalagi jika kita berbicara tentang ilmu Allāh, Ilmu Allāh sangat luas, manusia sangat
terbatas. Allāh mengatakan:
ط ِم ْن َو َر َق ٍة إِ َّال َي ْع َل ُم َها
ُ س ُق
ْ ََو َما ت
_"Tidak ada satu daunpun yang terjatuh kecuali Allāh tahu Ilmunya."_
Tidak bisa dihitung, kalau ada satu daun jatuh dibelantara Afrika Allāh pasti tahu. Kenapa?
َخ َلق
َ أ َ َال يَ ْع َل ُم َم ْن
Seluruh yang Dia ciptakan Allāh tahu tentangnya. Seluruh daun ciptaan Allāh sehingga Allāh
tahu bagaimana daun tersebut, bahkan manusia, Allāh tahu seluruh manusia.
Allāh mengatakan:
ور ُّ خ ِفي
ْ ُاأل َ ْع ُنيِ َو َما ت ِ خ
ْ ائن َ َة َ يَ ْع َل ُم
ُ الص ُد
_"Allāh tahu pengkhianatan lirikan mata dan Allāh tahu yang disembunyikan oleh hati-hati
manusia."_
_"Ketahuilah Allāh tahu apa yang ada didalam hati-hati kalian, maka waspadalah."_
!58
Allāh Maha Tahu. Manusia pengetahuannya sangat terbatas, banyak perkara yang tidak
bisa dia ketahui.
Begitulah cara menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Jangan kita tolak!
Contoh:
Tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan bahwa Allāh punya tangan, Allāh
mengatakan dalam Al Qur'ān kepada iblīs.
َ س ُج َد ِملَا
خ َل ْقتُ ِبيَ َد َّي ْ ََما َمن َ َع َك أ َ ْن ت
_"Wahai iblīs, apa yang mencegahmu untuk bersujud kepada Ādam yang aku ciptakan
dengan kedua tanganku?"_
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Aku ciptakan Ādam dengan dua tanganku."
Kita tidak tahu, tidak bisa anda bayangkan, kalau anda bayangkan pasti keliru.
Tidak bisa kita bayangkan, sangat indah tetapi kita tidak tahu. Bagaimana kita akan
membayangkan karena kita tidak pernah tahu? Otak kita tidak mampu untuk
membayangkan.
Yang anda bisa bayangkan adalah orang yang tertampan yang pernah anda lihat. Kalau anda
ingin melihat tampannya Nabi Yūsuf 'alayhissalām, yang kata Nabi, "Diberikan setengah
ketampanan," maka anda tidak akan pernah bisa mengkhayalkannya.
Sama seperti kalau anda disuruh mengkhayal tentang cantiknya bidadari, anda tidak akan
mampu. Yang bisa anda bayangkan adalah wanita tercantik yang pernah anda lihat. Lebih
daripada itu tidak akan mampu.
Bayangkan dalam satu hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan tentang
beningnya bidadari, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
!59
_"Bidadari itu putih seperti mutiara dan bening seperti Intan."_
Beningnya bagaimana?
Kita tidak bisa bayangkan, bahkan kata Nabi dalam satu hadīts:
ِ س ْو ِق ِه َّن ِم ْن َور
ِ اء ا ْل َعظْم ِ َوال َّل ْحم ُ ُيُ َرى ُمخ
َ
Dan ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam jelaskan karena sangat cantiknya.
Sehingga bila disuruh membayangkan bidadari kita tidak akan bisa, tidak mampu otak kita
membayangkan cantiknya bidadari.
_"Kalau ada seorang bidadari muncul di dunia ini maka akan menerangi antara bumi dan
langit, bahkan bau semerbak yang harum antara langit dan bumi."_
Otak kita tidak mampu, bidadari tidak sama dengan wanita di dunia.
Orang di dunia saja (Nabi Yūsuf 'alayhissalām) anda bayangkan tidak akan mampu, otak
anda tidak akan sampai, kenapa? Sudah saya katakan tadi akal itu hanya bisa mengkhayal
sesuai dengan logika yang pernah dia lihat.
Bayangkan!
!60
Sampai para wanita tatkala melihat Nabi Yūsuf 'alayhissalām mereka pun mengagungkan
Nabi Yūsuf sehingga mereka potong jari-jari tangan mereka tanpa mereka sadari karena
sangat tampannya Nabi Yūsuf.
Oleh karenanya anda tidak akan mampu mengkhayalkan tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Dan kita tetapkan sifat-sifat Allāh dengan mengatakan, "Berbeda dengan
makhluk."
Kalau kita takwil, kita mengatakan misalnya yang dimaksud dengan tangan Allāh adalah
kekuatan maka ini kelazimannya berbahaya.
"Wahai iblīs apa yang mencegahmu sujud kepada Ādam yang aku ciptakan dengan dua
tanganku?"
Berarti Ādam tidak spesial karena semua makhluk Allāh ciptakan dengan kekuatan (Qudrah
Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
Kenapa Ādam 'alayhissalām jadi spesial? Karena dia diciptakan dengan kedua tangan Allāh.
Kalau Allāh mengatakan, "Wahai iblīs, kenapa engkau tidak sujud kepada Ādam yang spesial
yang aku ciptakan dengan kedua tanganku," kalau kedua tangan kita artikan kekuatan, maka
iblīs akan bisa membantah.
"Yā Allāh saya juga Engkau ciptakan dengan kekuatanmu. Apa bedanya saya dengan Ādam?"
Oleh karenanya kita berimān bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memiliki kedua
tangan. Di antara sifat-sifat tangan Allāh, Allāh sebutkan dalam Al Qur'ān:
_"Mereka tidak mengenal Allāh sebagaimana mestinya, pada hari kiamat kelak seluruh bumi
akan berada dalam gengaman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan langit-langit akan dilipat oleh
tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Maha Suci Allāh atas kesyirikan yang mereka
sampaikan."_
Jadi kita yakini sifat-sifat Allāh tanpa menyamakan dengan makhluk dan ini merupakan
aqidah salaf.
Kalau saya ingin nukilkan perkataan para salaf dari kalangan shahābat, saya akan nukilkan
sebagian dan anda yakin bahwasanya ini adalah aqidah para salaf.
Contohnya:
!61
⑴ Perkataan Ibnu 'Ummar
كن فكان: ثم قال لسائر الخلق، وجنة عدن، وآدم، والقلم، العرش: خلق اهلل أربعة أشياء بيده
_Allāh menciptakan empat perkara dengan tangannya, 'Arsy, Qalam, Ādam dan surga 'Adn,
adapun makhluk lain Allāh mengatakan, "Kun, fayakūn."_
Ini perkataan Ibnu 'Ummar (shahābat) dia mengatakan sebagian makhluk dengan tangan
Allāh.
Waktu beliau menafsirkan Ash Shamad, kata beliau Ash Shamad secara bahasa artinya
pemimpin dan manusia juga ada yang jadi pemimpin.
Tapi menurut Abdullāh bin Mas'ūd Ash Shamad adalah pemimpin yang merupakan puncak
dari kepemimpinan.
Dia sebutkan maknanya pemimpin dalam bahasa Arab tapi kepemimpinan Allāh tidak sama
dengan kepemimpinan makhluk (manusia) sehingga di akhirat kelak Allāh mengatakan:
_"Sekarang kerajaan milik siapa?" Hanya milik Allāh yang Maha Esa dan Maha Kuasa._
Seluruh makhluk tatkala hari kiamat semua jabatannya ditanggalkan, semua dibangkitkan
dalam kondisi telanjang, dalam kondisi tidak beralas kaki, pada hari kiamat kelak keluar dari
kuburan mereka.
Jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah raja (pemimpin) tetapi puncak kepemimpinan.
Ini dalīl bahwasanya mereka menetapkan makna-makna dari sifat-sifat Allāh Subhānahu wa
Ta'āla tapi mereka membedakan antara Allāh dengan makhluk.
Dia berkata:
!62
Maksudnya, irtafā (di atas)
Contohnya:
√ Mujahid rahimahullāh, muridnya Ibnu 'Abbās, dia menafsirkan firman Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, istawa' artinya "di atas".
Kata dia, maksudnya dua tangan secara hakikat. Benar dua tangan, tapi tanpa
membagaimanakan.
√ Atsar yang mashyur dari Imām Mālik bin Anna's rahimahullāh gurunya Imām Syāfi'i.
_"Wahai Imām Mālik, Allāh berada di atas 'Arsy, bagaimana istiwa' Nya Allāh?"_
Waktu itu Imām Mālik berkeringat karena kaget mendengar pertanyaan orang ini.
فإني أخاف أن تكون ضال، والسؤال عنه بدعة، واإليمان به واجب، والكيف غير معقول،االستواء غير مجهول
_"Adapun istiwa' Nya Allāh kita mengerti di atas, bagaimananya tidak bisa kita pikirkan dan
berimān tentang hal tersebut adalah wajib dan bertanya tentang bagaimananya adalah
perkara yang bid'ah, aku khawatir engkau telah tersesat."_
Kemudian Imām Mālik memerintahkan untuk mengeluarkan orang yang bertanya ini.
__________________________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*
!63
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 13 Syawwal 1438 H / 07 Juli 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 12 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-12
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~
Jadi kita tahu maknanya istawa' tapi bagaimananya kita tidak tahu dan tidak mungkin kita
tahu.
Oleh karenanya, muncul kaidah berikutnya dalam tauhīd Asma' wa Sifat yaitu:
Maksudnya bagaimana?
Anda lihat dzat air, dan anda tahu sifat air yaitu mencari tempat yang rendah.
Sifat udara adalah menempati ruang. Anda merasakan, anda bisa lihat.
!64
Tetapi kalau anda tidak tahu dzatnya maka anda tidak akan berbicara tentang sifatnya.
Kalau anda tahu bagaimananya Allāh baru anda bisa bayangkan bagaimana istiwa' nya Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Anda tahu tidak Allāh ? Kalau anda pernah melihat Allāh anda bisa tahu bagaimana tangan-
Nya.
Kalau anda tidak pernah melihat Allāh, anda tidak akan tahu, mustahil membayangkannya.
Pasti tidak bisa, karena anda tidak pernah melihat bagaimana malāikat.
√ Membayangkan Jinn, anda bisa membayangkan Jinn ? Yang anda lihat jinn yang menjelma,
entah menjelma menjadi binatang, menjelma menjadi genderuwo, kadang cantik kadang
mengerikan.
Bila anda tidak tahu dzat maka anda tidak akan tahu tentang bagaimana sifat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Jawabannya:
Tidak bisa dipikirkan, karena untuk mengetahui bagaimana istiwa' nya Allāh harus tahu
bagaimana 'Arsy. Karena kita harus tahu tempat yang di atas Nya Allāh, 'Arsy seperti apa?
Kalau sudah tahu 'Arsy seperti apa, lalu anda harus tahu Allāh bagaimana ?
Setelah anda tahu Allāh bagaimana, baru anda bisa bayangkan bagaimana Allāh di atas
'Arsy.
!65
Kalau 'Arsy anda tidak tahu, Allāh anda tidak tahu, bagaimana anda bayangkan Allāh di atas
'Arsy.
Dalam banyak hadīts shahīh, Allāh turun ke langit dunia, bagaimana turunnya ? Kita tidak
tahu.
Anda tahu langit dunia seperti apa? Langit dunia anda tidak tahu mana ujungnya mana
pangkalnya, tebalnya seperti apa anda tidak tahu dan anda tidak tahu Allāh, lalu bagaimana
anda bisa membayangkan Allāh turun ke langit dunia?
Kalau anda ingin bayangkan bagaimana Allāh turun ke langit, anda harus tahu bagaimana
hakikat langit dan bagaimana hakikat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, baru anda akan bisa
membayangkan bagaimana Allāh turun ke langit dunia (Kalau tidak, maka anda tidak bisa
tahu).
Jadi kaidah Imām Mālik kita paham apa yang Allāh sebutkan tapi kita tidak tahu
bagaimananya.
Imām Ahmad berkata, tatkala beliau ditanya tentang orang-orang yang berkata, Allāh
berbicara dengan nabi Mūsā tanpa suara, Imām Ahmad membantah.
Dengan suara yang didengar, Allāh berkata kepada nabi Mūsā 'alayhissalām:
Allāh berbicara, tetapi suara Allāh tidak sama dengan suara makhluk.
!66
َ وأن اهلل ـ عز وجـل ـ ينادي بصوت يسمعه من بَ ُع َد كما يسمعه من َق ُر
ب
_"Bahwasanya pada hari kiamat kelak Allāh berseru dengan suara, orang yang dekat maupun
yang jauh mendengarnya sama saja."_
Kata Imām Bukhāri dalam kitābnya ( خلق أفعال العبادKhalqu Af'ālil 'Ibād):
رب وأنffن قffسمع مffما يffعد كffن بffسمع مffره يffل ذكffه جffوتffلق ؛ الن صffوات الخffبه أصffوت اهلل ال يشffلى أن صffيل عffذا دلffي هffوف
املالئكة يصعقون من صوته
_“Dan ini merupakan dalīl, bahwasanya suara Allāh tidak sama dengan suara makhluk,
karena suara Allāh itu mendengar dekata atau jauh sama saja dan malāikat bisa pingsan
gara-gara mendengar suara Allāh Subhānahu wa Ta'āla.”_
_"Adapun tatkala malāikat saling berbicara di antara mereka, mereka tidak saling pingsan."_
Malāikat dengan suara malāikat tidak jadi masalah. Tatkala malāikat mendengar suara Allāh
Subhānahu wa Ta'āla mereka bisa pingsan.
فَ َال تَ ْج َع ُلوا هللَِِّ أَن َدا ًدا َوأَنت ُ ْم تَ ْع َل ُمو َن
==> Tidak ada satupun yang sama dengan sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Di sini Imām Bukhāri menetapkan Allāh mempunyai suara tetapi suara Allāh tidak sama
dengan suara makhluk.
Lalu bagaimana? Al Qurān bagaimana? Al Qurān kan ada hurufnya. Alif Lam min dan
seterusnya ?
Kata mereka itu bukan firman Allāh melainkan terjemahan Muhammad terhadap firman
Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini bahaya! (In syā Allāh akan kita jelaskan tatkala pembahasan
tentang pluralisme).
Kalau kita katakan, "Allāh berbicara dengan suara, dengan huruf, dengan bahasa yang Allāh
kehendaki, mau berbicara dengan bahasa Arab terserah Allāh, mau berbicara dengan bahasa
Ibrāni terserah Allāh.
Lalu kenapa anda mengatakan Allāh tidak boleh mempunyai suara ? Mana dalīlnya ?
!67
Oleh karenanya yang benar pendapat Imām Bukhāri, Imām Ahmad, pendapat Ahlu sunnah
wal jama'ah, bahwasanya Allāh berbicara dengan suaranya.
_Dan telah berkata banyak ulamā tentang hadīts ini yaitu hadīts:_
_"Allāh menerima shadaqah kemudian Allāh mengambil dengan tangan kanannya kemudian
Allāh mengembangkan sedekah tersebut."_
يfات فfروايfبتت الfد ثf ق:واfالf ق.ياfدنfسماء الfى الfيلة إلfل لfى كfعالfبارك وتfرب تfزول الf ون،صفاتfن الfات مfروايfن الfذا مfبه هfا يشfوم
وال يقال كيف؟، وال يتوهم، ويؤمن بها،هذا
،يفff ال كff ا بff روهff أم:ثff اديff ذه األحff ي هff وا فff الff هم قff بارك أنff ن املff بد اهلل بff وع,يينةff ن عff فيان بff وس,سff ن أنff ك بff الff ن مff كذا روي عff ه
وهكذا قول أهل العلم من أهل السنة والجماعة
_"Demikian juga hadīts-hadīts yang berkaitan dengan sifat-sifat Allāh, di antaranya tentang
hadīts yang menjelaskan Allāh turun kelangit dunia setiap malam._
_Telah jelas riwayat-riwayat tentang masalah ini, maka hendaklah diimāni dan jangan
dipikirkan bagaimana-bagaimananya dan tidak boleh bertanya bagaimana, (kita harus
imāni)._
Inilah 'aqidahnya diriwayatkan oleh Imām Mālik dari Sufyan bin 'Uyainah dari Ibnu
Mubarak mereka berkata tentang hadīts-hadīts sifat:
_"Terimalah tanpa engkau tanya bagaimananya, ini pendapat dari para ulamā dari kalangan
ahlu sunnah wal jama'ah."_
_Adapun kelompok Jahmiyah, maka mereka menolak riwayat-riwayat ini, kata mereka ini
hadīts tasybīh (maksudnya, kalau anda menetapkan sifat-sifat Allāh berarti anda mentasybih
Allāh dengan makhluk.)_
وقد ذكر اهلل عز وجل في غير موضع من كتابه اليد والسمع والبصر
_"Kemudian Allāh menyebutkan dalam banyak tempat dalam Al Qurān, bahwasanya Allāh
punya tangan, Allāh punya pendengaran dan Allāh mempunyai penglihatan."_
!68
فتأولت الجهمية هذه اآليات ففسروها على غير ما فسر أهل العلم
_"Maka Jahmiyah mentak'wil, (kata mereka) maksud tangan adalah kekuatan atau nikmat,
pendengaran maksudnya begini, penglihatan maksudnya begini."_
Kata mereka, kalau kita tetapkan tangan maka Allāh seperti makhluk, kalau kita tetapkan
pendengaran maka seperti makhluk, makhluk mempunyai pendengaran, kalau begitu kita
tolak.
Kalau kita bilang Allāh bisa melihat berarti sama dengan makhluk juga bisa melihat kalau
begitu maksudnya apa mereka tolak?
Mereka mentakwil.
وقالوا إن اهلل لم يخلق آدم بيده وقالوا إن معنى اليد هاهنا القوة
_"Kata mereka Allāh tidak pernah ciptakan Ādam dengan tangannya tapi Allāh ciptakan
Ādam dengan kekuatan atau dengan nikmat."_
Dan mereka berkata bahwasanya yang menafsirkan tangan dengan kekuatan itu adalah
orang-orang Jahmiyah dan sampai sekarang banyak orang seperti itu.
سمعfمع كfال سfإذا قfمع فfثل سfسمع أو مfمع كfد أو سfثل يfيد أو مfد كfال يfبيه إذا قfكون التشfما يfيم إنfراهfن إبfحق بfال إسfوق
أو مثل سمع فهذا التشبيه
_"Dan berkata Ishak bin Ibrahim, hanya disebut tasybih bila kita berkata tangan Allāh seperti
tangan manusia (itu baru tasybih) sama seperti kita menyamakan mendengaran Allāh sama
seperti pendengaran manusia."_
يد وسمع وبصر وال يقول كيف وال يقول مثل سمع وال كسمع فهذا ال يكون تشبيها وهو كما قال اهلل تعالى في كتابه
_Allāh punya tangan, punya pendengaran, punya penglihatan dan kita mengatakan kita tahu
bagaimananya, tidak kita katakan seperti pendengaran si Fulān maka ini bukan tasybih
sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam kitab-Nya:_
ِ
ُ السميعُ ا ْلبَص
ير َ س َك ِمثْلِ ِه
ِ َّ شيْ ٌء ۖ َو ُه َو َ ۚ َل ْي
_"Bahwasanya tidak ada satupun yang serupa dengan Allāh dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat."_
Jadi inilah 'aqidah ahlu sunnah wal jama'ah, kenapa saya sengaja menukilkan perkataan
para ulamā, agar anda yakin yang saya sampaikan ini bukan karangan saya, bukan karangan
Ibnu Taimiyyah, bukan!
!69
Tetapi ini pendapat para salaf bahwasanya ahlu sunnah wal jama'ah meyakini Allāh memiliki
sifat tetapi sifat tersebut tidak sama dengan makhluk.
______________________
🌐 http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/
💰 *INFAQ*
🏦 Bank Syariah Mandiri (Kode Bank 451)
📟 7814 5000 17
🏢 a.n Cinta Sedekah Infaq
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 14 Syawwal 1438 H / 08 Juli 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 13 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-13
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~
_"Dan kami lebih dekat kepada dia daripada urat nadinya, tatkala dua malāikat berada di
tangan kanan dan kiri."_
Jadi kata para ulamā *nahnu* (kami) disitu adalah malāikat dan bukan Allāh.
Karena sering Allāh menggunakan kalimat nahnu tapi maksudnya adalah malāikat.
!70
Contohnya:
Allāh berkata:.
Yang membaca adalah malāikat Jibrīl, dan Allāh menggunakan "kami" karena malāikat
adalah petugas dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla (tentara-tentara Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
Jadi maksudnya bukan Allāh lebih dekat dengan urat nadi, ini salah paham tentang ayat
tersebut.
Kalaupun kita pahami Allāh lebih dekat maksudnya adalah ilmu Allāh bukan Dzat-Nya.
Contohnya:
Allāh buka dengan sifat ilmu dan Allāh tutup dengan sifat ilmu.
س ُه ْم َو َال ِ س
ُ اد َ س ٍة إِ َّال ُه َو َ ض ۖ َما يَ ُكو ُن ِم ْن نَ ْج َو ٰى ثَ َالثَ ٍة إِ َّال ُه َو َرا ِب ُع ُه ْم َو َال
َ خ ْم ْ ات َو َما ِفي
ِ األ َ ْر ِ الس َما َو َّ أ َ َل ْم تَ َر أ َ َّن اهللََّ يَ ْع َل ُم َما ِفي
شي ٍْء َعلِي ٌم َ أ َ ْدنَىٰ ِم ْن ذَٰلِ َك َو َال أ َ ْكث َ َر إِ َّال ُه َو َم َع ُه ْم أ َ ْي َن َما َكانُوا ۖ ثُ َّم ُينَبِّئ ُ ُه ْم ِب َما َع ِم ُلوا َي ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة ۚ إِ َّن اهللََّ ِب ُك ِّل
_"Tidakkah engkau lihat, Allāh mengetahui/mengilmui apa yang ada di langit dan di bumi.
Tidak ada tiga orang saling berbisik kecuali Allāh yang keempat, tidak ada lima orang saling
berbisik kecuali Allāh yang keenam, tidak ada yang sedikit atau banyak kecuali Allāh
bersama mereka. Kemudian Allāh akan mengabarkan kepada mereka tentang apa yang
mereka lakukan pada hari kiamat kelak. Sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui Segala
Sesuatu."_
(QS Al Mujādilah: 7)
--> "Bersama mereka", maksudnya ilmu Allāh bersama mereka, bukan Dzat Allāh
!71
Sebagian orang paham bahwa Allāh berada dimana-mana.
Ini salah!
Padahal yang dimaksud adalah ilmunya Allāh, sehingga Allāh buka ayat ini dengan sifat
ilmu:
Contohnya:
_(Kata Allāh kepada Mūsā dan Hārun) "Pergilah kalian berdua kepada Firaun, sesungguhnya
dia telah melampaui batas. Maka bicaralah kepadanya dengan lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut (sadar).”_
"Yā Rabb kami, sesungguhnya kami takut, bahwa ia akan menzhalimi kami atau akan
bertambah melampaui batas.”
Kata Allāh:
"Janganlah kalian berdua takut Sesungguhnya Saya bersama kalian, Saya mendengar dan
Saya melihat.”
Bukan kata Allāh, "Saya dengan kalian dan saya lihat apa yang kalian lakukan."
Bukan berarti Allāh berjalan bersama Nabi Mūsā dan Hārun menuju Firaun. Tidak!
Tetapi Allāh Maha Melihat dan Allāh Maha Mendengar (maksudnya Allāh mengawasi).
!72
Jadi yang sering bersama-sama di mana-mana bukan Dzat Allāh tetapi Ilmu Allāh.
Misalnya Allāh ada di perut hewan, Allāh di kamar mandi, ada Allāh di dalam masjid.
Padahal, kaum muslimin secara umum (manusia secara umum) mereka tahu Tuhan di atas.
Jadi maksudnya "lebih dekat dengan urat nadi" itu bukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
melainkan malāikat, nahnu (kami) disini maksudnya malaikat dan benar malāikat lebih dekat
dengan urat nadi dan kita tidak melihat.
Maksudnya, kita berdo'a dengan menyebutkan yang sesuai dengan keinginan (hajat) kita.
Misalnya:
√ Kita mengatakan:
√ Kita mengatakan:
"Yā Qawīy (Wahai Yang Maha Kuat), tolonglah aku, hancurkanlah musuh-musuhku."
!73
Maka tidak nyambung tatkala kita mengatakan:
"Yā Qawīy (Wahai Yang Maha Kuat, Maha Perkasa), ampunilah aku."
Atau:
Tidak nyambung.
Bukan kita mengatakan, "Yā Latief" sampai 1000 kali, ini tidak benar. Tidak ada contoh dari
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kita menyebut sebagai pengagungan tetapi tidak perlu sampai 1000 kali tetapi kita
renungkan makna-maknanya.
Seluruh yang terjadi di alam semesta ini adalah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maksiat yang terjadi kerusakan yang terjadi semua tidak ada yang keluar dari kehendak Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Adanya Iblīs dan syaithān pun menjadi kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
"Untuk apa saya berbuat baik bila saya ditakdirkan masuk neraka Jahannam?"
Saya bilang, tidak boleh anda mengatakan demikian, karena anda tidak tahu.
Kalau anda pernah naik ke Lauhil Mahfūzh, anda pernah tenggok anda di neraka Jahannam
maka tidak apa-apa anda berbuat maksiat sekarang ini.
!74
Yang jelas, Allāh memberi kita pilihan.
Ada orang terpaksa diseret, digeret disuruh maka sesuatu misalnya, atau dipaksa untuk
berzina atau untuk membuka auratnya, ini di luar kemampuan dia.
√ Mendengar ādzān Subuh mau tidur lagi atau bangun shalāt terserah kita.
Jangan kita mengatakan, "Kalau Allāh sudah taqdirkan, kita tidak perlu berusaha."
Sekarang kalau anda mau makan, anda pergi ke warung atau tidak? Tentu anda harus
kewarung. Coba kalau anda duduk saja tidak usah pergi ke warung, kan tidak mungkin.
Seseorang tidak tahu taqdir dia seperti apa nanri dan tidak ada yang tahu.
Oleh karenanya kita menjalankan apa yang yang ada dihadapan kita. Masalah taqdir kita
serahkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
🌐 http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/
💰 *INFAQ*
!75
🏦 Bank Syariah Mandiri (Kode Bank 451)
📟 7814 5000 17
🏢 a.n Cinta Sedekah Infaq
!76