Anda di halaman 1dari 10

Vet Bio Clin J. Vol. 2, No.

2, Juli 2020 Hal: 11 – 20

Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor


di Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja

The Method of Total Erythrocyte and Leukocyte Counting in Raptors at Wildlife


Rescue Centre (WRC) Jogja
Andreas Bandang Hardian 1*, Warih Pulung Nugrahani2, Irhamna Putri Rahmawati2, Dorothea
Vera Megarani3
1
Laboratorium Patologi Anatomi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
2
Wildlife Rescue Centre Jogja, Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta
3
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
*E-mail : andreasbandangh@ub.ac.id

ABSTRAK

Spesies elang adalah salah satu jenis raptor yang mendominasi populasi burung yang direhabilitasi di
WRC Jogja untuk tujuan konservasi. Pemeriksaan rutin selama rehabilitasi melibatkan pemeriksaan
hematologi untuk mengevaluasi dan monitoring status kesehatan raptor. Akan tetapi, kendala di
lapangan masih sering ditemui seperti rendahnya kualitas sampel hingga populasi sel darah yang terlalu
padat untuk dihitung dengan metode pengenceran dan kamar hitung standar. Studi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran metode penghitungan eritrosit dan leukost total yang dilakukan pada elang di
WRC Jogja. Metode handling dan restraint pada elang dilakukan secara fisik menggunakan hood dan
handuk, mengadaptasi metode Aba. Pengambilan darah sebanyak 1-2,5 ml dilakukan melalui vena
ulnaris atau vena basilica dengan syringe 3 ml dan jarum 24 G (gauge). Darah ditampung dalam tabung
dengan antikoagulan EDTA dan dihitung maksimal tiga jam setelah koleksi darah dilakukan. Metode
pengambilan darah memakan waktu kurang dari 30 menit dan observasi elang pascakoleksi darah tidak
menunjukkan tanda-tanda hypovolemic shock. Modifikasi dilusi darah dilakukan dengan mengencerkan
darah 250 kali dengan larutan Natt-Herricks untuk penghitungan eritrosit dan 50 kali untuk
penghitungan leukosit dengan larutan Rees-Ecker. Hasil modifikasi pengenceran menunjukkan populasi
sel darah yang dapat dihitung dengan metode manual menggunakan kamar hitung. Metode ini
diharapkan dapat diaplikasikan untuk penghitungan sel darah pada kondisi yang sama pada spesies
burung lain.

Kata kunci: elang, hematologi, eritrosit, leukosit, konservasi

ABSTRACT

Most of raptor species rehabilitated for conservation purpose at WRC Jogja are eagles. Annually, we
perform general raptor examination involving conventional routine hematologic examination. However,
low sample quality and over dense blood cell population during total erythrocyte and leukocyte counting
were deemed as obstacles. This study aimed to give wider insight in how total erythrocyte and leukocyte
counting was performed at WRC Jogja to overcome those obstacles. Firstly, handling and restraint were
done physically adapting the Aba method. One-to-two half millilitres of blood was collected from the
ulnar vein using 3-ml-syringe with 24-gauge-needle which was then preserved in an EDTA-containing
tube and proceeded to subsequent method no more than 3 hours after collection. No hypovolemic shock
was observed. During total erythrocyte and leukocyte counting using Neubauer-ruled counting
chamber, we modified the dilution factor to be 250-fold and 50-fold respectively. This method yielded
a countable cell density and can be applied in other species in similar condition.

Keywords: eagle, haematology, erythrocyte, leukocyte, conservation

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 11
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

PENDAHULUAN restraint, pengambilan darah hingga


metode pengenceran yang tepat untuk
Elang brontok (Nisaetus chirratus) mendapatkan populasi sel darah dengan
dan elang ular bido (Spilornis cheela) kepadatan tertentu yang dapat dihitung.
adalah spesies raptor terbanyak dari Berbagai pendekatan telah dipaparkan
populasi elang yang direhabilitasi di sebagai pilihan metode handling dan
Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja. restraint pada raptor, termasuk metode
Individu-individu raptor yang menjalani restraint fisik dan kimia (Whitworth et
rehabilitasi memerlukan pemeriksaan al., 2007), namun pada praktiknya,
kesehatan yang dilakukan minimal pendekatan yang dilakukan sangat
setahun sekali. Salah satu metode tergantung pada kondisi dan perilaku
pemeriksaan kesehatan yang paling elang itu sendiri. Pada penghitungan
murah dan dapat dilakukan di lokasi eritrosit dan leukosit total, pengamatan
adalah pemeriksaan hematologi. Sampai populasi sel darah elang di WRC Jogja
saat ini, pemeriksaan hematologi pada selalu menunjukkan kepadatan sel yang
burung liar dilakukan berdasar metode tinggi di dalam kamar hitung. Untuk itu,
yang dilakukan di unggas pada perlu dilakukan penyesuaian dilusi darah
umumnya (Walberg, 2001). Kondisi- agar populasi darah dapat dihitung. Studi
kondisi khusus sering ditemui di WRC ini bertujuan untuk mengembangkan dan
Jogja selama pemeriksaan hematologi memodifikasi metode pengambilan
elang sehingga diperlukan modifikasi darah, penghitungan total eritrosit, dan
pada metode yang umum dilakukan. total leukosit yang dilakukan di WRC
Pemeriksaan hematologi manual Jogja pada elang brontok dan elang ular
pada elang di beberapa lembaga bido.
konservasi dilakukan menggunakan
kamar hitung dengan metode dilusi
(Santosa et al., 2003). Metode ini MATERI DAN METODE
dilakukan dengan mengencerkan darah Perijinan dan Kelaikan Etik
hingga konsentrasi tertentu dilanjutkan Studi ini dilakukan berdasar izin
dengan penghitungan sel darah di dalam Keputusan Direktur Jenderal Konservasi
area kamar hitung (Carisch et al., 2019). Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Jumlah sel darah yang sebenarnya akan Nomor:SK.353/KSDAE/SET/KSA.2/8/
dihitung menggunakan rumus khusus 2019 tentang Izin Akses Sumber Daya
sehingga didapatkan estimasi jumlah Genetik Satwa Liar untuk Kepentingan
darah per satuan volume (Carisch et al.,
Penelitian kepada Yayasan Konservasi
2019). Metode pemeriksaan hematologi
Alam Yogyakarta dan Keterangan
manual pada spesies burung dinilai lebih
Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
akurat dibandingkan dengan metode
Nomor: 0124/EC-FKH/Eks./2019 yang
penghitungan otomatis karena morfologi dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian
eritrosit burung yang berinti sering Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
terbaca sebagai leukosit dengan mesin Gadjah Mada. Seluruh kegiatan dalam
hitung otomatis (Carisch et al., 2019; penelitian ini dilakukan di bawah
Walberg, 2001). supervisi dokter hewan.
Beberapa kendala di lapangan
terkait pemeriksaan hematologi pada
spesies raptor masih sering ditemui,
seperti pendekatan metode handling dan

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 12
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

Hewan dan Perkandangan hematologi akibat stres (Campbell dan


Ellis, 2013).
Sebanyak masing-masing tiga ekor
Handling dilakukan secara fisik oleh
elang brontok dan elang ular bido yang
operator. Peralatan yang digunakan
direhabilitasi di WRC Jogja digunakan
untuk kebutuhan handling dan restraint
dalam studi ini. Semua elang adalah
antara lain sarung tangan tebal seperti
elang dewasa yang telah berada di WRC
sarung tangan las, hood, handuk, dan
Jogja lebih dari dua tahun dengan
jaring jika diperlukan. Setiap operator
berbagai latar belakang mulai dari
memakai sarung tangan tebal pada
serahan warga hingga hasil sitaan.
tangan yang akan digunakan untuk
Setiap elang ditempatkan dalam kandang
menangkap kaki elang. Walau demikian,
individu berukuran 2 x 2 x 2 meter yang
Payne (2007) menyatakan bahwa
dilengkapi dengan kolam berisi air dan
menangkap kaki elang dengan tangan
tenggeran pada kedua sudut kandang.
kosong memberikan genggaman yang
Pembersihan kandang dilakukan setiap
lebih baik. Operator dapat menggunakan
pagi mulai pukul 07.30-08.30 WIB.
satu tangan untuk mengalihkan perhatian
Pakan berupa 2-3 ekor kadal kebun
elang sedangkan tangan terkuatnya
(Eutropis multifasciata) yang diberikan
segera memegang kedua tarsus elang
sekali sehari pada pagi hari.
yang sedang bertengger. Kepala elang
diposisikan sedemikian sehingga
Handling dan Restraint
menggantung ke bawah dan tangan yang
Sebelum dilakukan tindakan bebas menangkap bagian os
handling, observasi perilaku dilakukan supraoccipital dan daerah os cervicalis
untuk melihat kondisi eksternal elang. yang mendekati os basioccipital
Elang yang memperlihatkan kondisi (Gambar 1). Hindari memegang area
stres dengan terbang menabrak dinding mata untuk mencegah trauma pada mata
kandang atau moulting berlebih perlu dan hindari menekan daerah trakhea agar
dipertimbangkan kembali untuk diambil jalur respirasi tetap terbuka. Beberapa
darahnya. Karena pengambilan sampel teknik imobiliasi seperti melemparkan
darah biasa dilakukan bersamaan dengan handuk yang menutupi kepala dan badan
pemeriksaan rutin, koleksi darah elang atau penggunaan jaring dapat
direkomendasikan dilakukan pada awal dilakukan untuk membatasi ruang gerak
pemeriksaan untuk menghindari bias elang.

Gambar 1. Metode handling pada elang di WRC Jogja

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 13
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

Restraint pada elang dilakukan tarsus dan kedua sisi sayap dipegang oleh
dengan menggunakan hood kain untuk operator. Untuk kebutuhan pengambilan
menutup kepala dan handuk untuk darah, sayap elang dapat dikeluarkan dari
mengamankan sayap (Gambar 2). Elang dan dipegang oleh operator yang lain.
diposisikan rebah dorsal dengan bagian

Gambar 2. Aplikasi metode restraint pada elang di WRC Jogja

Pengambilan Sampel Darah bisa dilakukan pada kedua vena yang


Sebanyak 1-2,5 ml darah diambil lain. Sebelum memulai prosedur,
plunger pada syringe 3 ml yang telah
dari masing-masing tiga ekor elang
dirangkai dengan jarum 24 G ditarik
brontok dan elang ular bido yang
hingga memberikan ruang udara pada
direhabilitasi di WRC Jogja. Lokasi
badan spuit kurang lebih 0,5 ml. Jarum
pengambilan darah terletak di sisi ventral
ditusukkan ke dalam vena dengan lubang
sayap yang kemudian didisinfeksi
jarum menghadap ke atas dan ujung
dengan alkohol. Darah dapat diambil dari
runcing berada di sisi bawah. Ketika
vena ulnaris yang terletak di antara os
darah sudah mulai terlihat masuk ke
radius dan os ulna, vena basilica atau
dalam sambungan jarum dan syringe,
vena brachialis menggunakan syringe 3
sedot darah perlahan dengan menarik
ml dan jarum 24 G (Gambar 3). Vena
plunger hingga skala 3 ml.
brachialis menjadi lokasi pilihan
terakhir ketika pengambilan darah tidak

Gambar 3. Skema anatomi sayap elang dan titik pengambilan darah yang biasa dilakukan pada elang-
elang di WRC Jogja.

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 14
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

Darah yang sudah dikoleksi Penghitungan Eritrosit Total dan


kemudian disimpan dalam tabung yang Leukosit Total
sudah diisi dengan antikoagulan EDTA Metode penghitungan eritrosit total
(ethylenediaminetetraacetic acid)
dan leukosit total pada raptor di WRC
sedangkan untuk koleksi serum, darah Jogja dilakukan dengan metode manual
sebagian disimpan dalam tabung tanpa
menggunakan kamar hitung Neubaeur
antikoagulan. Darah dan EDTA dan pengenceran dengan pipet Thoma
dicampurkan dengan membolak-balik eritrosit dan leukosit. Gambar 4
tabung. Penghitungan eritrosit total dan menunjukkan rumus penghitungan yang
leukosit total dilakukan tidak lebih dari digunakan untuk mendapatkan estimasi
tiga jam setelah pengambilan darah. konsentrasi sel darah per satuan
Tabung berisi darah disimpan di dalam volumenya (Sulaiman et al., 2010).
kulkas jika prosedur penghitungan tidak
dilakukan sesaat setelah pengambilan
darah.

Gambar 4. Rumus umum penghitungan estimasi jumlah sel total dengan kamar hitung Neubaeur.

Larutan pengencer yang digunakan digunakan untuk mengencerkan darah


di WRC Jogja untuk penghitungan burung dalam penghitungan leukosit
eritrosit burung adalah larutan Natt- total. Darah diencerkan hingga 50 kali
Hericks. Untuk mendapatkan campuran dengan pipet Thoma leukosit dengan
dengan faktor dilusi 250 dalam pipet menghisap darah hingga tanda 0.2
Thoma eritrosit, maka darah elang kemudian ditambahkan larutan Rees-
dihisap hingga tanda 0.4 kemudian Ecker hingga tanda 11. Langkah
ditambahkan dengan larutan Natt- selanjutnya adalah sama dengan
Herricks hingga tanda 101. Kedua langkah-langkah pada penghitungan
larutan dicampur hingga homogen eritrosit total.
dengan membolak-balik pipet Thoma Sel-sel eritrosit dan leukosit.
eritrosit. Campuran kemudian didiamkan dihitung berdasar prinsip penghitungan
selama lima menit. Setelah itu, pipet kamar hitung yang berlaku (Walberg,
dibolak-balik kembali untuk memastikan 2001) pada perbesaran 1000 kali. Jumlah
campuran homogen sebelum diteteskan total eritrosit dihitung pada empat kotak
ke dalam celah kamar hitung. Tiga tetes di setiap sudut dan kotak di tengah kamar
pertama larutan dibuang dengan hitung eritrosit (Gambar 5). Jumlah
menempelkan mulut pipet ke tisu total leukosit dihitung pada empat kotak
penyerap dan tetes selanjutnya besar seperti diilustrasikan pada
diteteskan ke dalam celah kamar hitung. Gambar 5. Volume terhitung adalah
Larutan Rees-Ecker modifikasi volum total kotak yang digunakan dalam
Dixon (Dixon dan Torbert, 1959) penghitungan sel darah.

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 15
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

Gambar 5. Skala dan ukuran kamar hitung Neubauer dengan kamar hitung eritrosit (merah) dan
kamar hitung leukosit (biru) (a), pipet Thoma eritrosit (b), pipet Thoma leukosit (c), dan
modifikasi pipet dengan sambungan selang untuk menghisap darah dengan syringe 10 ml
(d)

HASIL DAN PEMBAHASAN mata elang karena akan menyebabkan


elang memberontak atau eksitasi.
Teknik Restraint dan Koleksi Sampel
Berdasar observasi selama
Darah
dilakukan prosedur handling dan
Seluruh prosedur koleksi darah restraint pada elang di WRC Jogja, elang
dilakukan kurang dari 30 menit. Hal ini ular bido cenderung lebih tenang
dilakukan untuk mencegah stres berlebih dibandingkan elang brontok. Elang ular
pada elang akibat tindakan restraint yang bido memperlihatkan postur ‘pura-pura
terlalu lama. Prosedur restraint yang mati’ dengan tetap diam dan mata
dilakukan di WRC Jogja mengadaptasi tertutup selama dilakukan prosedur
metode Aba (Maechtle, 1998) yang pada restraint. Elang brontok terlihat lebih
prinsipnya melakukan imobilisasi pada sering memberontak dan bersuara
kepala dan kedua sayap dengan kain. daripada elang ular bido.
Secara umum, restraint pada raptor Secara praktis, burung-burung
bertujuan mengamankan lima titik ukuran medium di WRC Jogja seperti
ekstremitas: kepala, dua sayap, dan dua kakatua, nuri bayan, dan raptor ukuran
kaki (Payne, 2007). Jika diperlukan medium diambil darahnya sebanyak 1-2
lampu atau head lamp selama dilakukan ml untuk kebutuhan pemeriksaan rutin
prosedur, hindari kontak cahaya dengan setiap tahun. Raptor ukuran kecil seperti
elang alap jambul dan elang tikus

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 16
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

diambil darahnya sebanyak 0,5-1 ml gerakan mendadak burung akibat


sedangkan burung ukuran besar seperti restraint yang tidak sempurna.
elang laut perut putih dan kasuari dapat Hematoma dapat dihindari dengan
diambil darahnya hingga 3 ml. Sebagian penerapan restraint yang tepat sehingga
besar darah akan diambil untuk koleksi burung tidak banyak bergerak saat
serum sedangkan untuk pemeriksaan dilakukan prosedur. Restraint dengan
hematologi hanya membutuhkan 0,5-1 dua personel yang masing-masing
ml darah. Laboratorium diagnostik memegang kedua kaki elang dan badan
seperti Balai Besar Veteriner biasanya elang sangat direkomendasikan.
membutuhkan serum sekitar 0,5-1 ml Hematoma juga dapat dicegah dengan
untuk pemeriksaan biokimia darah atau menekan titik tusukan jarum
deteksi antibodi. Darah yang tersisa menggunakan kapas selama 1-2 menit
setelah pemeriksaan hematologi akan dimulai bersamaan dengan penarikan
disimpan dalam freezer sebagai arsip dan jarum dari dalam vena. Hawkins et al.
kebutuhan deteksi molekuler seperti (2001) merekomendasikan penggunaan
deteksi jenis, genetic sexing atau analisis jarum 25-27 G untuk mencegah
kekerabatan spesies. terjadinya hematoma. Wildlife Ethics
McGuill dan Rowan (1989) Committee of South Australia (2017)
mengatakan 10 percent – 10 percent rule juga menganjurkan penggunaan jarum
merupakan aturan umum pengambilan 23-27 G untuk koleksi darah
sampel darah yaitu darah yang diambil menyesuaikan dengan ukuran raptor.
adalah 10% dari total darah dalam tubuh.
Berdasar estimasi bahwa total darah Metode Pengenceran dan Estimasi
dalam tubuh adalah 10% berat badan, Nilai Total
maka darah yang diambil tidak boleh Secara umum, pengenceran eritrosit
lebih dari 1% berat badan raptor dalam dilakukan dengan faktor dilusi 200 kali
gram (Walberg, 2001). Sebagai contoh, dan pengenceran leukosit dilakukan
raptor dengan bobot 100 gram hanya dengan faktor dilusi 20 kali (Ochei and
bisa diambil darahnya maksimal 1 ml. Kolhatkar, 2000) untuk mendapatkan
Hawkins et al. (2001) merekomenda- populasi sel darah yang dapat dihitung.
sikan pengambilan darah sebanyak 0,5 Kenyataannya, pemeriksaan darah
ml pada setiap 100 gram berat badan elang-elang di WRC Jogja memperlihat-
burung dengan mengasumsikan bahwa
kan populasi sel darah yang sangat padat
volume darah burung adalah 7 ml per di bawah kamar hitung dengan
100 gram berat badan. Pengambilan pengenceran standar. Karena itu, perlu
darah elang di WRC Jogja dilakukan
dilakukan modifikasi pengenceran
pada vena ulnaris yang terletak di daeah
sehingga sel darah dapat dihitung.
os metacarpal. Pada elang brontok fase Pada dasarnya, pipet Thoma eritrosit
intermediat di WRC Jogja, segmen vena dan leukosit didesain untuk dapat
ulnaris di daerah ini terlihat lebih kecil digunakan pada pengenceran dengan
sehingga pengambilan darah biasa berbagai faktor dilusi (Gambar 6).
dilakukan pada vena ulnaris yang Tanda 101 pada pipet eritrosit dan tanda
terletak mendekati diafisis os ulnaris 11 pada pipet leukosit menunjukkan
atau pada vena basilica. volume total pipa kapiler dan ruang
Hematoma sering terjadi akibat bohlam pipet, yaitu berturut-turut 101
pecahnya pembuluh darah karena ukuran unit dan 11 unit. Ruang bohlam pipet
jarum yang terlalu besar atau karena
(bulb) eritrosit memiliki volume 100 unit

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 17
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

sedangkan ruang bohlam pipet leukosit unit dengan skala 0.1 – 1.0 unit sebagai
memiliki volume 10 unit. Pipa kapiler penanda volume darah yang dihisap.
masing-masing pipet memiliki volume 1

Gambar 6. Modifikasi faktor dilusi

Faktor dilusi dihitung dengan 0,1 mm) sehingga lima kotak yang lebih
membagi volume ruang bohlam pipet kecil sebagai area hitung sel eritrosit
dengan volume darah yang dimasukkan memiliki total volume 0,02 mm3. Jumlah
dalam pipa kapiler (Gambar 6). Karena leukosit total dihitung pada keempat
pipa kapiler memiliki skala, manipulasi kamar hitung leukosit yang masing-
volume darah yang dihisap dapat masing memiliki volume 0,1 mm3 (1 x 1
dilakukan. Sebagai contoh, jika dalam x 0,1 mm).
penghitungan eritrosit, darah dengan
volume 0.5 unit masih terlalu padat Hasil Penghitungan Eritrosit dan
populasinya di bawah kamar hitung, Leukosit Total
maka volume darah dapat diturunkan Seluruh penghitungan eritrosit dan
hingga 0.2 unit. Karena volume ruang leukosit total dengan pengenceran
bohlam pipet eritrosit adalah 100 unit standar menunjukkan kepadatan sel yang
dan volume darah yang dihisap adalah
tinggi di bawah kamar hitung. Setelah
0.2 unit, maka faktor dilusinya adalah dilakukan pengenceran, hasil
500. penghitungan eritrosit dan leukosit total
Kamar hitung Neubauer memiliki dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 7
ukuran 3 x 3 mm dengan jarak antara menunjukkan kepadatan populasi sel
permukaan kamar hitung dengan kaca sebelum dan setelah modifikasi
penutup (coverslip) adalah 0,1 mm. pengenceran standar dengan larutan
Volume cairan yang berada di atas kamar Rees-Ecker.
hitung eritrosit adalah 0,1 mm3 (1 x 1 x

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 18
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

Hasil ini menunjukkan bahwa ayam-ayam eksotik. Observasi


pengenceran darah pada faktor dilusi pascapengambilan darah menunjukkan
tertentu bisa dilakukan jika didapatkan bahwa seluruh elang yang diambil
populasi sel darah yang terlalu padat darahnya tidak memperlihatkan tanda-
pada metode pengenceran standar. tanda hypovolemic shock sehingga
Yadav et al. (2018) juga melakukan pengambilan darah sebanyak 1-2,5 ml
manipulasi faktor pengenceran untuk cukup aman dengan berat badan elang di
menghitung jumlah leukosit total pada atas 800 gram.
Tabel 1. Hasil penghitungan eritrosit dan leukosit total pada elang brontok dan elang ular bido (arsip
data kesehatan WRC Jogja).
Jenis raptor Elang brontok Elang ular bido
Kode G-2 G-4 G-15 G-10 G-11 G-24
Berat badan (gram) 1300 900 800 900 900 1050
PCV (%) 40 40,5 38,5 37,5 35,6 37,7
Eritrosit total (106/mm3) 1,8 1,47 2,21 1,47 1,64 1,6
Leukosit total (/mm3) 8750 8625 8125 8500 9375 6750

Gambar 7. Populasi darah di bawah kamar hitung dengan pengenceran standar dan modifikasi.

KESIMPULAN dihitung dalam kamar hitung Neubauer.


Pengenceran dengan memanipulasi
Metode restraint raptor di WRC faktor dilusi dapat dilakukan jika pada
Jogja dilakukan dengan metode fisik pengenceran standar menggunakan pipet
yaitu imobilisasi kelima ekstremitas: Thoma memperlihatkan populasi sel
kepala, dua sayap, dan dua kaki. yang padat dan tidak dapat dihitung
Penghitungan eritrosit dan leukosit total dengan metode hitung manual
dilakukan dengan metode dilusi dan menggunakan kamar hitung.

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 19
Hardian dkk. : Metode Penghitungan Eritrosit dan Leukosit Total pada Raptor di Wildlife Rescure
Centre Jogja

DAFTAR PUSTAKA National Wildlife Rehabilitation


Conference Proceedings.
Campbell, T. & Ellis, C. K. 2013. Avian and
Santosa, E. B., Aswan, M., Fitrianingsih, N.
exotic animal hematology and cytology,
& Mulyani, S. 2003. Studi Gambaran
John Wiley & Sons. Darah Burung Elang Yang Dipelihara
Carisch, L., Stirn, M., Hatt, J. M., Federer, Di Kebun Binatang Gembira Loka
K., Hofmann-Lehmann, R. & Riond, B. YOGYAKARTA. Jurnal Sain
2019. White blood cell count in birds: Veteriner, 21.
evaluation of a commercially available Sulaiman, M., Aduta, D. & Salami, S. 2010.
method. BMC Vet. Res., 15, 93. The Comparative study of the blood
Dixon, J. & Torbert, B. J. 1959. A dilution- cellular composition in Muscovy ducks
stain for direct enumeration of avian in Nigeria. Int. J. Poult. Sci., 9, 836-
blood cells. Poult. Sci., 38, 222-223. 841.
Hawkins, P., Morton, D., Cameron, D., Walberg, J. White blood cell counting
Cuthill, I., Francis, R., Freire, R., techniques in birds. Seminars in Avian
Gosler, A., Healy, S., Hudson, A. & and Exotic Pet Medicine, 2001. 72-76.
Inglis, I. 2001. Laboratory birds: Wildlife Ethics Committee of South
refinements in husbandry and Australian Museum. Collection of
procedures. Lab. Anim., 35, 1-163.
blood from wildlife policy, 2017. 1-11.
Maechtle, T. L. 1998. The Aba: A Device for
Whitworth, D., Newman, S., Mundkur, T. &
Restraining Raptors and Other Large Harris, P. 2007. Wild birds and avian
Birds (El Aba: Un Aparato para influenza: an introduction to applied
Restringir Rapaces y Otras Aves
field research and disease sampling
Grandes). J. Field Ornithol., 66-70.
techniques, Food & Agriculture Org.
Mcguill, M. W. & Rowan, A. N. 1989. Yadav, S. P., Kannaki, T., Mahapatra, R.,
Biological effects of blood loss: Paswan, C., Bhattacharya, T., Sarkar, S.
implications for sampling volumes and
K. & Chatterjee, R. 2018. In vivo cell-
techniques. ILAR Journal, 31, 5-20.
mediated immune, hemagglutination
Ochei, J. O. & Kolhatkar, A. A. 2000. inhibition response, hematological and
Medical laboratory science: theory and biochemical values in native vs. exotic
practice, McGraw Hill Education. chicken breeds. Poult. Sci., 97, 3063-
3071.
Payne, S. 2007. The Handling of Sick and
Injured Large Wild Birds of Prey.

Website : http://vbcj.ub.ac.id
E-mail : vbcj@ub.ac.id 20

Anda mungkin juga menyukai