Anda di halaman 1dari 8

UTS PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN IDEOLOGI BANGSA


INDONESIA BERUPAYA MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MELALUI HASIL PERTANIAN

DISUSUN OLEH:

Bahrul Ulum Habiba


23020320140096
S-1 AGRIBISNIS KELAS B

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
Pendahuluan

Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, akan tetapi, kondisi perekonomian


Indonesia tidak juga membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat
kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih
rendah. Untuk dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu melihat
sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa orde lama hingga masa reformasi.
Dengan melihat sejarahnya, kita dapat mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa
saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian
Indonesia serta dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi
yang ada.
Perekonomian Indonesia dimulai sebelum kemerdekaan Indonesia dimana sudah
ada sejak zaman kerajaan. Kerajaan Kutai misalnya, merupakan kerajaan tertua di
Indonesia yang sudah mengenal sistem perekonomian dimulai dengan jalur
perdagangan dan pelayaran dari barat dan timur. Selanjutnya Kerajaan Tarumanegara
yang posisinya berada pada daerah agraris sehingga kehidupan perekonomiannya
berkutit pada bidang pertanian dan peternakan. Pada zaman kerajaan masyarakat
Indonesia belum seluruhnya mengenal nilai mata uang sehingga menggunakan sistem
barter. Barter sendiri merupakan sistem jual beli barang dengan cara bertukar barang
tanpa menggunakan uang.
Memasuki awal kemerdekaan disebut dengan masa orde lama yang
kepemimpinannya di pegang oleh Presiden Soekrano berlangsung pada tahun 1950-
1965. Beliau menerapkan dua demokrasi, yaitu demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin. Pada demokrasi liberal ekonominya menggunakan prinsip liberal, artinya
perekonomian diserahkan pada pasar padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan nonpribumi. Demokrasi terpimpin menerapkan struktur
perekonomian menjurus pada sistem etatisme yang berarti segala bentuk roda
perekonomian diatur oleh pemerintah sehingga diharapkan membawa kemakmuran
bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi.
Setelah turunnya Presiden Soekarno juga menjadi peralihan dari masa orde lama
ke orde baru. Masa orde baru dipimpin oleh Presiden Soeharto yang berlangsung dari
tahun 1968-1998. Pada awal masa orde baru ini inflasi mencapai 600%, tetapi
pemerintah mampu mengembalikan semula dalam 2 tahun saja dengan inflasi hanya
mencapai 15%1. Pemerintah menerapkan sistem pembangunan berjangka sehingga
pembangunan menjadi lebih terarah. Sasaran utama dari program pembangunan lima
tahun ini adalah kenaikan produksi sektor utama negara dengan dibuktikannya menjadi
swasembada pangan dan energi.
Akhir dari masa orde baru ditandai dengan inflasi sebesar 77,63% pada tahun
1998 yang berakibat terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diikuti melemahnya
nilai tukar rupiah2. Kemudian Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden
digantikan dengan B. J. Habibie. Pada masa Presiden B. J. Habibie mulai menerapkan
kebijakan-kebijakan ekonomi yang dapat menurunkan inflasi, yaitu merekonstruksi
perekonomian nasional, membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional, menaikkan
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta mengeluarkan undang-undang tentang
perekonomian. Setelah itu, dilanjutkan oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dengan
perekonomian yang menuju perbaikan, yaitu laju pertumbuhan PDB mulai positif dan
laju pertumbuhan ekonomi yang hampir mencapai 5%3.
Saat ini jabatan presiden dipegang oleh Bapak Presiden Jokowi untuk periode
kedua. Pada era sekarang Bapak Jokowi dihadapkan dengan pelemahan ekonomi dunia
saat baru menjabat sebagai presiden. Setelah pelantikan preside, beliau melakukan
agenda utama, yaitu reformasi ekonomi, konektivitas antar wilayah, dan produktivitas.
Pengadaan dana subsidi pada eranya dialihkan pada pembangunan infrastruktur yang
mencapai 33,2% disusul dana alokasi khusus sebesar 19,7% 3. Presiden juga
memberikan beberapa paket kebijakan ekonomi, diantaranya tindakan cepat pemerintah,
tiga langkah paket kebijakan ekonomi Presiden Jokowi, langkah Jokowi atasi kelesuan
ekonomi, penjelasan paket kebijakan ekonomi, cara menggerakkan ekonomi nasional,
solusi Jokowi pada sektor industri, dan solusi Jokowi pada sektor perdagangan4.
Permasalahan
Salah satu sektor yang dapat dikembangkan dalam menggerakkan perekonomian
di Indonesia adalah pertanian. Pertanian sendiri yang lebih tepatnya terdapat pada
subsektor industry pengolahan hasil pertanian (makanan). Pengembangan industri
pengolahan hasil pertanian diharapkan akan mampu menyerap hasil pertanian yang
1
Sejarah Bank Indonesia : Moneter 1959-1966
2
Badan Pusat Statistik (BPS) : Laju Inflasi Indonesia (1998-April 2018)
3
Tim Deputi I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
4
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
diusahakan petani, memberikan nilai tambah pada produk pertanian, membuka
kesempatan kerja, sumber devisa sekaligus menyediakan produk pangan yang semakin
beragam. Permasalah produksi pertanian yang merupakan sektor hulunya, seperti
masalah fluktuasi harga, sifat fisik produk pertanian yang mudah busuk, kualitasnya
kurang seragam serta sulitnya untuk menembus pasar internasional dijawab dengan
adanya sektor teknologi pengolahan hasil pertanian.
Permintaan produk olahan pertanian juga menunjukkan kecenderungan semakin
meningkat baik pada pasar domestik maupun pasar internasional. Hal ini bukan saja
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dunia secara kuantitatif, tetapi juga
secara kualitatif kesejahteraan penduduk tersebut semakin baik yang terlihat dari
meningkatnya kebutuhan pangan yang bergizi dan beragam. Sejalan dengan hal
tersebut, maka pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian terutama industri
makan sangat dibutuhkan.
Pembahasan
Pengembangan industri berbasis pertanian sangat terkait dengan keberhasilan
produksi pertanian, kergaman, dan tingkat permintaan pasar. Berbagai inovasi teknologi
hasil pertanian telah dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui
Balai Besar Pascapanen, Balai Besar Alat dan Mesin Pertanian, dan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sebagian besar teknologi yang dihasilkan masih dalam
tahap uji coba skala laboratorium, belum dilakukan scalling up. Selain BB dan BPTP,
institusi di lingkup Badan Litbang Pertanian juga menghasilkan teknologi hasil
pertanian adalah Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi).
Teknologi hasil pertanian yang dilakukan oleh Balitkabi hanya terbatas pada
komoditas yang dihasilkan, dengan kata lain teknologi pengolahan komoditas yang
dihasilkan dideminasikan bersamaan dengan varietas-varietas yang dikeluarkan oleh
Balitkabi. Tugas utama Balitkabi adalah karakterisasi dan deskripsi varietas serta
kesesuaian produksi. Dalam menjalankan tugas tersebut Balitkabi bekerjasama dengan
Dinas Pertanian, Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, dan Sentra Produksi Agribisnis Terpadu.
Teknologi yang telah dihasilkan oleh BPTP selama periode 1995-2005 adalah
sebanyak 731 buah teknologi unggulan spesifik lokasi dan sebagian besar teknologi
yang diintroduksi oleh BPTP adalah teknologi on-farm. Teknologi on-farm sangat
diperlukan mengingat produktivitas komoditas pertanian di Indonesia yang masih
relative rendah. Teknologi ini yang pada gilirannya akan memperbaiki kinerja
penyediaan penawaran bahan baku industri yang menjadi kunci keberhasilan industri
pengolahan hasil. BTP telah merekomendasikan 257 teknologi yang terkait dengan
komoditas pangan, namun hanya sekitar 3,1% yang dihasilkan. Teknologi terkait
holtikultura berjumlah 145, tetapi hanya sekitar 9,6% diantaranya merupakan teknologi
pengolahan hasil5.
Dalam rangka mengembangkan agroindustri berbasis pengolahan hasil umbi-
umbian dan serealia tanaman pangan, sejak tahun 2007 Kementerian Pertanian telah
melakukan stimulus. Stimulus merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang tertentu
dalam hal ini adalah pertanian. Stimulus yang diberikan oleh Kementerian Pertanian
berupa bantuan sarana peralatan, bantuan dan pembinaan di sentra produksi melalui
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Stimulus ini melalui
penyediaan pembiayaan anggaran dana Tugas Pembantuan untuk memfasilitasi 46 unit
pengolahan hasil tepung lokal yang dikelola oleh Gapoktan yang tersebar diberbagai
kabupaten atau kota6
Bahan pokok lokal mempunyai produk turunan yang cukup beragam. Produk
turunan tersebut dapat berupa bahan setengah jadi seperti tepung, sedangkan produk
jadinya dapat berupa pangan yang sudah siap untuk disantap. Berbagai hasil olahan
umbi, seperti gaplek, getuk, gendar, tepunng tapioka dan tapi telah banyak dikenal di
masyarakat umum. Produk pertanian masih dapat ditingkatkan produksinya untuk
diolah lebih lanjut melalui proses pascapanen dan diupayakan agar dapat tersedia
sepanjang tahun.
Indonesia mempunyai potensi sumber daya pangan lokal yang sangat beragam.
Namun, yang menjadi masalah sejauh mana potensi tersebut dimanfaatkan, yaitu saat
permintaan terhadap produk tersebut meningkat. Produk olahan pangan pokok lokal
yang konvensional, seperti jagung, ubi kayu, dan ubi jalar dianggap sebagai pangan
yang kurang bergengsi. Mereka sering dianggap makanan murahan yang identik dengan
orang desa. Padahal, jika diolah dengan baik akan naik kelas menjadi makanan mewah.

5
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2010
6
Departemen Pertanian, 2008
Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang dibudidayakan ssecara
tumpengsari dan tidak intensif. Komoditas lainnya, yaitu ubi jalar, jagung, dan ubi kayu
yang umumnya dibudidayakan secara monokultur dan intensif. Sebagian besar
komoditas tersebut dijual secara segar tanpa mengalami proses pengolahan lebih lanjut.
Namun, di Jawa Tengah ubi kayu diolah menjadi tepung tapioka (di Kabupaten Pati)
dan makanan ringan. Pemasaran tepung tapioka cukup mudah terutama untuk industri
makanan sebagai bahan baku. Industri pengolahan taipoka menghasilkan juga tepung
bahasa, tetapi permintaannya relatif sedikit ketimbang tepung kering.
Secara teknis, panganan pokok lokal tersebut dapat dikembangkan menjadi
produk alternatif. Dengan rekayasa teknologi proses pangan dapat dilakukan perbaikan
mutu produk pangan. Dengan teknologi pangan telah banyak dihasilkan produk pangan
yang lebih praktis, sesuai cita rasa, bergizi, dan bergengsi. Untuk itu, maka salah satu
strategi pengembangan diversifikasi pangan pokok adalah melalui peningkatan
keragaman produk olahannya dengan sentuhan teknologi atau dengan diversifikasi
vertikal.
Teknologi juga memungkinkan modifikasi produk melalui perbaikan cita rasa
pangan. Dalam proses pengolahan dengan menambahkan bahan tambahan pangan
sehingga dapat meningkatkan daya terima masyarakat. Pengembangan teknologi pangan
dapat dilakukan baik ditingkat rumah tangga maupun di tingkat industri sedang dan
besar. Teknologi di tingkat rumah tangga akan menghasilkan produk pangan olahan siap
santap dan siap untuk diadopsi oleh masyarakat.
Pengembangan pengolahan hasil pertanian bisa dilakukan melalui kemitraan,
antara lain dengan model inti-plasma. Model inti-plasma sendiri berarti perusahaan
besar berperan sebagai penghela dan pengusaha-pengusaha kecil sebagai plasma. Bisa
juga dikembangkan kemitraan melalui subkontrak dimana pengusaha kecil
mendapatkan pesanan perusahaan besar mengolah produk sesuai standar yang
disepakati.
Introduksi teknologi pengolahan hasil dan peralatan pertanian perlu dilakukan
oleh pemerintah. Hal ini untuk memperkenalkan bahwa produk pertanian dapat diolah
dengan teknologi yang dibuat pemerintah agar rumah tangga atau industri pengolah
produk pertanian mendapat nilai tambah. Pendampingan penggunaan teknologi dan
peralatan perlu dilakukan hingga pengusaha agroindustri bisa memanfaatkan secara
optimal. Selanjutnya introduksi teknologi dan peralatan bisa memicu masyarakat untuk
menciptakan atau memodifikasi peralatan sejenis yang lebih sesuai dengan kondisi
tempat dan skala usaha yang ada.
Penutup
Jumlah inovasi teknologi hasil yang diintroduksikan oleh pemerintah melalui
Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan kementerian lainnya masih
relatif minimal. Pada umumnya teknologi yang digunakan adalah teknologi yang masih
tradisional yang pada umunya diintroduksikan oleh warga setempat. Hal ini terjadi
karena teknologi dan peralatan pengolahan hasil yang diintroduksikan oleh pemerintah
kurang dapat diaplikasikan oleh skala usaha kecil yang mempunyai keterbatasan modal
dan sumber daya.
Pemerintah sebaiknya ikut serta dalam pengadaan alat dan bimbingan terhadap
masyarakat Indonesia khususnya yang bekerja sebagai petani. Di era modern ini
masyarakat dan pemerintah dituntut untuk bekerjasama dalam suatu persaingan global
dimana pasar tidak hanya dilingkup nasional tetapi bisa lebih ke internasional.
Kebijakan pemerintah soal perekonomian dan politik juga turut andil dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian. Harapannya dengan pengembangan teknologi hasil pertanian,
petani dapat hidup lebih sejahtera menuju keluarga tani makmur.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Dwi. 2018. Pertumbuhan Ekonomi di Era Orde Baru. Artikel Universitas
Gadjah Mada.

Kustiari, Reni, Bambang Sayaka, dan Sahat Pasaribu. 2011. Teknologi Pengolahan
Hasil Untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.

Pratama, Agung Rifqi. 2018. Sistem Ekonomi Indonesia Dalam Perspektif Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945. Pengadilan Negeri
Denpasar.

Wijayanti, Weni. 2015. Kebijakan Pemerintah Indonesia Masa Orde Lama di Bidang
Ekonomi Terhadap Bisinis Orang Cina. Jurnal Artefak, 3 (2).

Anda mungkin juga menyukai