Anda di halaman 1dari 4

Konsultasi Kehamilan Pasangan Terinfeksi HIV

Di siang hari yang tenang, Asisten bidan sedang membereskan tempat praktek Ibu bidan claudia.
Pak andi dan ibu septi : Selamat siang bu, (sambil mengetuk pintu)
Asisten bidan : Selamat siang pak, bu. Mari masuk
Silahkan duduk dulu pak, bu. Boleh saya tahu alasan
kedatangannya siang ini?
Pak andi : Begini bu, saya ingin melakukan konseling mengenai
kehamilan pertama istri saya.
Asisten bidan : Baik bu, dengan bapak dan ibu siapa?
Pak andi : Saya pak Andi Pranata dan ini istri saya Septiani Marinda
Asisten bidan : Apakah ini kunjungan pertama ibu Septi ke bidan Claudia?
Ibu Septi : Iya bu, ini pertama kalinya.
Asisten bidan : Kalau begitu bu, sebelum melakukan koseling, izinkan saya
untuk melengkapi biodata ibu, sembari menunggu bidan
claudia yang sedang membersihkan dirinya.
Ibu Septi : Iya bu
Asisten bidan : Karena biodatanya sudah rampung, saya permisi ke belakang
sebentar untuk memanggil bidan Claudia ya pak, bu. Bapak
dan ibu bisa menunggu di ruang konseling, mari
(menunjukkan jalan)
Pak andi dan ibu septi : Iya bu

Setelah asisten bidan selesai melengkapi biodata pasien, asisten bidan langsung beranjak dari
kursinya untuk menemui bidan claudia, agar dapat memberikan konseling kepada bapak andi dan
ibu septi.
Beberapa menit kemudian di ruang konseling....
Bidan Claudia : (Menutup pintu dengan rapat)
Selamat siang bapak, ibu.
Pak andi dan ibu : siang buk
septi Bidan Claudia : Perkenalkan saya bidan Claudia yang bertugas pada siang hari ini.
Jadi bapak dan ibu ingin berkonsultasi tentang kehamilan
pertamanya?
Tenang saja pak, bu. Silahkan menceritakan semuanya karena kami
akan menjaga privasi clien.
Jadi bapak dan ibu ingin mengkonsultasikan mengenai apa?
Pak Andi : Begini bu, jadi kami adalah pasangan yang mengidap HIV. Kami
sangat ingin memiliki keturunan karena kami sadar kami tidak bisa
berumur panjang. Tapi disamping itu, kami juga takut anak kami
nantinya menderita di hidupnya karena terinfeksi HIV dari kami.
Jadi kami hanya ingin tahu apakah ada peluang bagi calon anak
kami untuk tidak tertular bu?
Bidan Claudia : Pertama bolehkah saya tahu sejak kapan bapak dan ibu terinveksi
virus ini?
Pak Andi : Saya sudah terinfeksi HIV sebelum menikah dengan istri saya 1,5
tahun yang lalu. Dan istri saya terinfeksi dari saya saat
berhubungan.
Bidan Claudia : Begini pak, bu. Sebenarnya masih ada peluang agar virus HIV
tidak tertular pada bayi. Sekarang ada terapi ART atau biasa
disebut juga terapi Antiretroviral untuk menurunkan yang disebut
viral load HIV ibu di waktu melahirkan.
Sebagian besar penularan terjadi saat proses melahirkan. Bayi akan
lebih mungkin tertular apabila persalinannya berlanjut lama. Bayi
akan berisiko tertular dari darah ibunya.
Pak Andi : Apakah itu tidak menutup kemungkinan karena saya sebagai ayah
juga mengidap HIV bu?
Bidan Claudia : Perlu diketahui bahwa seorang laki-laki dengan HIV tidak bisa
menularkan virusnya langsung pada bayi.
Karena ibu tidak terinfeksi HIV di akhir masa kehamilannya risiko
penularannya masih rendah. Karena jika tertular di akhir masa
kehamilan viral load ibu akan sangat tinggi.
Jadi sebaiknya ibu melakuka terapi ART di dokter spesialis yang
menangani masalah HIV ini. Ibu juga harus tes HIV pada setiap
trimesternya. Selain itu ibu pasti harus melahirkan denga bedah
sesar.
Ibu Septi : Bagaimana jika nanti bayi saya sudah lahir dan HIV-negatif bu?
Apakah saya bisa menyusuinya secara langsung dengan ASI saya?
Bidan Claudia : Jadi begini bu, berdasarkan penelitian sekitar 17% bayi terinfeksi
HIV melalui ASI yang terinfeksi. Jadi lebih baik untuk
menghindari risiko, lebih baik ibu menggunakan pengganti ASI
atau susu formula.
Namun pemberian pengganti ASI harus dilakukan secara benar,
ada biaya untuk memastikan formula dapat diberikan dalam jumlah
yang cukup sehingga pengganti ASI dapat dipertimbangkan.
Ibu Septi : Lalu bu, bagaimana jika melihat kemungkinan terburuknya, bayi
saya lahir dengan HIV-positif?
Bidan Claudia : Setiap bayi akan diwarisi antibodi ibunya untuk melindunginya di
bulan-bulan pertama sebelum sistem kekebalan tubuhnya berfungsi
secara penuh dan menghilang pada usia 9 bulan. Jadi dengan kata
lain bayi yang terlahir dari ibu HIV-positif pasti memiliki antibodi
terhadap HIV sehingga hasil tes HIV pada bayi pasti menunjukkan
hasl HIV-posif, walaupun kemungkinan besar bayi ternyata tidak
terinfeksi.
Pak Andi : Lalu bagaimana dengan istri saya bu? Apakah kehamilannya akan
berpengaruh pada kesehatannya?
Bidan Claudia : Hamil tidak berpengaruh pada kesehatan ibu HIV-positif. Namun
nanti masih ada beberapan kemungknan masalah yang dapat
ditimbulkan karena pemakaian ART pada trimester pertama. Hal
ini bisa dikonsultasikan pada dokter terlebih dahulu.
Pak Andi : Seperti itu ya bu. Terima kasih bu, hanya itu yang ingin kami
konsultasikan. Terima kasih atas waktu dan informasinya ya bu.
Ibu Septi : Terima kasih bu bidan, saya bisa sedikit lega mendengar
kemungkinan ini.
Bidan Claudia : Sama-sama pak, bu. Sudah menjadi tugas saya untuk memberi
informasi ini. Semoga bapak ibu dan calon bayi selalu diberikan
yang terbaik.
Konsultasipun selesai, Bapak dan Ibu andi pulang dengan perasaan bahagia dan tenang.
Tujuh bulan kemudian terdengar kabar bahwa pasangan bapak Andi dan ibu Septi telah
melahirkan bayi HIV-negatif dari pasangan HIV-positif.
***SELESAI****

Anda mungkin juga menyukai