Anda di halaman 1dari 3

TUGAS Etikolegal 1.

Bidan, HAM dan Gender

Nama : Alya Nurwika


NIM : P17324120009
Kelas : 1B

I. Kasus pelanggaran HAM oleh Nakes/ Bidan


(cari kasus dari berita yang ada tentang pelanggaran HAM dalam pelayanan kesehatan, dan
sampai berita penyelesaiannya. Tulis sumbernya, boleh disertakan foto beritanya)

(Kasus Pelanggaran Bidan Terhadap HAM)


Kasus Bayi Tewas di Jok Motor, Bidan Penyuplai Obat Aborsi Diringkus
Oknum bidan yang menyuplai obat penggugur kandungan ke pasangan kekasih Dimas (21)
dan Cicik (21) berhasil ditangkap. Tersangka mendapatkan keuntungan Rp 400 ribu dari menjual
obat keras berbahaya tersebut.
Kapolres Mojokerto AKBP Leonardus Simarmata mengatakan, oknum bidan adalah
Nursaadah Utami Pratiwi (25), warga Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumut. Sebelum
berdinas di salah satu rumah sakit di Langkat, Utami ternyata teman sekaligus tetangga Dimas di
Gresik.
Menurut dia, Utami diringkus di tempat tinggalnya, Rabu (22/8). "Tersangka mengaku
memberikan saran kepada pasangan kekasih tersebut untuk menggugurkan kandungan
menggunakan obat," kata kapolres saat jumpa pers di kantornya, Jalan Gajah Mada, Jumat
(24/8/2018).
Dia menjelaskan, Dimas menjalin komunikasi dengan Utami sejak sebulan sebelum aksi
pengguguran kandungan dilakukan, Minggu (12/8). Melalui telepon maupun pesan whatsApp,
Dimas meminta bantuan kepada tersangka untuk menggugurkan kandungan kekasihnya.
Menggunakan statusnya sebagai bidan, Utami pun membelikan teman lamanya itu 5 butir
obat jenis Gastrul di salah satu apotik yang ada di Langkat. Obat itu seharga Rp 15 ribu/butir.
Sementara biaya pengiriman ke rumah Dimas di Gresik Rp 18 ribu.
"Obat ini sebenarnya tidak dijual bebas karena obat keras. Tersangka membeli di apotik
sebagai bidan sehingga mudah mendapatkan. Tersangka mendapat untung Rp 400 ribu,"
ungkapnya.
Selain menyuplai obat ke Dimas, Utami juga memberikan arahan cara menggunakan obat
tersebut. Menurut Leonardus, Utami baru pertama kalinya menjual obat penggugur kandungan
secara ilegal.
Akibat perbuatannya, Utami dijerat dengan Pasal 77 a ayat (1) UU RI No 35 tahun 2014
tentang Perlindungan Anak dan Pasal 194 UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan subsider
Pasal 56 KUHP.
"Ancaman hukumannya maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar," terangnya.
Dimas menggunakan obat dari Utami untuk menggugurkan kandungan kekasihnya di vila
kawasan wisata Pacet, Mojokerto pada Minggu (12/8). Cicik meminum 5 butir sekaligus obat keras
tersebut sekitar pukul 21.00 WIB. Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Kediri ini takut
kehamilannya di luar nikah ketahuan keluarga.
Kandungan berusia 8 bulan itu gugur esok harinya, Senin (13/8) sekitar pukul 10.00 WIB. Di
luar dugaan, bayi laki-laki yang dikandung Cicik lahir dalam kondisi hidup.
Takut ketahuan orang, Dimas dan Cicik membawa bayi laki-laki mereka ke Puskesmas
Gayaman, Mojoanyar, Mojokerto dengan cara dimasukkan ke dalam jok sepeda motor Yamaha
Nmax. Dengan motor yang sama, Dimas membonceng Cicik yang dalam kondisi lemas pasca
melahirkan.
Naas, sampai di Puskesmas bayi prematur itu dalam kondisi kritis akibat terlalu lama di dalam
jok sepeda motor. Darah daging Dimas dan Cicik akhirnya meninggal saat dirujuk ke RS Gatoel,
Kota Mojokerto.
Akibat perbuatannya, Dimas dan Cicik harus mendekam di balik jeruji besi. Pasangan
kekasih ini dijerat dengan pasal berlapis, yakni terkait aborsi, kekerasan terhadap anak dan
penyalahgunaan obat keras berbahaya.
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4180500/kasus-bayi-tewas-di-jok-motor-
bidan-penyuplai-obat-aborsi-diringkus

(Penyelesaian Kasusnya)
Ini Pengakuan Bidan Suplai Obat Aborsi ke Pasangan Kekasih Mojokerto
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4180649/ini-pengakuan-bidan-suplai-obat-
aborsi-ke-pasangan-kekasih-mojokerto
II. Pembahasan
(sampaikan pendapat kalian, kaitkan dengan aturan/ perundangan yang anda ketahui)

Menurut pendapat saya, tindakan yang dilakukan oleh “oknum” Bidan ini tidak dapat
dibenarkan sama sekali. Sudah jelas bahwa kasus ini merupakan pelanggaran HAM yang sangat
berat. Melihat seorang bayi yang tidak bersalah diperlakukan demikian sangatlah disayangkan.
Seorang Bidan harusnya dapat teliti dalam melakukan sesuatu, apalagi menyangkut hal yang
illegal dan melanggar aturan.
Dalam kasus ini, oknum Bidan tersebut memiliki alasan bahwa dia hanya membantu
temannya, dan dia mengatakan bahwa sama sekali tidak mengetahui usia kandungan sudah 8
bulan. Meskipun dengan alasan tersebut, hal yang dilakukan oleh oknum bidan itu sangat jahat
dan tidak semestinya dilakukan.
Seharusnya dia berhati-hati dalam menggunakan jabatannya atau profesinya sebagai Bidan.
Karena, tugas seorang Bidan itu selain membantu persalinan juga harus menyelamatkan nyawa
orang. Bagaimana bisa seorang professional bisa melakukan hal yang tidak professional? Melihat
oknum Bidan ini mengambil keuntungan dari sekedar “membantu teman”, berarti dia tidak
sungguh-sungguh dalam menjalankan profesinya sebagai Bidan yang seharusnya tulus
membantu seseorang dengan sepenuh hati.
Pemberian obat aborsi oleh bidan, atau ahli obat yang membantu kejahatan aborsi maka bagi
mereka hukumannya ditambah dengan sepertiga hukuman yang ada di Pasal 347 dan 348 dan
dapat dipecat dari jabatan pekerjaannya. Hal ini sudah diatur dalam Pasal 349 KUHP.
Pada kasus ini saya setuju dengan hukuman yang diberikan kepada oknum Bidan yaitu dia
dijerat dengan Pasal 77 a ayat (1) UU RI No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Pasal
194 UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan subsider Pasal 56 KUHP. "Ancaman
hukumannya maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar,"

Anda mungkin juga menyukai