Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN IBU HAMIL DENGAN PERDARAHAN


ANTEPARTUM (PLACENTA PREVIA)
DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT AL – IRSYAD
SURABAYA

Dosen Pembimbing :
Ns. Endah S.,M.Kep.Sp.Mat

Oleh :
Elly Tryana Wigati
NIM : P27820118022

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
SURABAYA
2020 – 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan perdarahan ante partum (plasenta
previa) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Al - Irsyad Surabaya yang dilaksanakan
pada tanggal 02 Mei 2020 s.d 15 Mei 2020 telah disahkan sebagai laporan Praktik
Klinik Keperawatan Maternitas semester IV di Ruang Bersalin Rumah Sakit Al -
Irsyad Surabaya atas nama ELLY TRYANA WIGATI dengan NIM
P27820118022.

Surabaya, 02 Mei 2020

Pembimbing Pendidikan,
Pembimbing Ruangan,

Ns. Endah S.,M.Kep.Sp.Mat


NIP.
NIP. 19700517 199203 2 001

Pembimbing Ruangan,

Kusmalikah, A.Md.Kep
NIP.
LEMBAR BIMBINGAN / KONSULTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Elly Tryana Wigati

NIM : P27820118022

Ruangan : Ruang Bersalin RS Al – Irsyad Surabaya

No. Tanggal Uraian Tanda Tangan

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN IBU HAMIL DENGAN PERDARAHAN ANTE
PARTUM (PLASENTA PREVIA)
DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT Al – IRSYAD SURABAYA
A. DEFINISI
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen bawah
uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letak
plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewati
batas atau menutup (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri
internum. Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian
osteum uteri internum, tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa parsialis
dikatakan demikian bila bagian dari plasenta menutup sebagian osteum
uteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap
bagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum. Insiden
plasenta previa hampir mendekati 1 dalam 200-400 kelahiran.
Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segemen bawah rahim sehingga menutupi sebagian /
seluruh jalan lahir.(Nugroho, 2011 )
B. PATOFISIOLOGI
Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah
diantara 20-35 tahun. Pada usia < 20 tahun organ reproduksi wanita belum
siap menerima kehamilan, begitu pula dengan jaringan endometriumnya.
Ketidaksiapan jaringan endometrium inilah yang menyebabkan plasenta
melebar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Pada usia 35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta previa karena
adanya penuaan uterus, sehingga terjadi seklerosis pembuluh darah arteri
kecil dan arteriole mometrium yang menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang subur
dan plasenta tumbuh dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat, akhirnya menyebabkan terjadinya
plasenta previa
Paritas lebih dari satu mempertinggi resiko terjadinya plasenta previa
karena dalam kehamilan plasenta mencari tempat yang paling subur untuk
berimplantasi. Pada kehamilan pertama fundus merupakan tempat yang
subur dan tempat favorit untuk plasenta berimplantasi, tetapi seiring
bertambahnya frekuensi kehamilan kesuburan pada fundus akan semakin
berkurang.
Pada operasi seksio caesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus
sehingga dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan
berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat mengakibatkan
aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari
tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk
berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum, demikian pula dengan bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta
menipis, umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan.Pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tidak dapat di hindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal. Perdarahan menyebabkan Hipovolemia dan juga cemas.
Perdarahan juga menyebabkan volume darah menurun sehingga terjadi
hipoksia yang dapat menyebabkan resiko cedera (janin).

C. PATHWAY
Usia <20 tahun dan > 35 tahun Multiparitas riwayat section caesar
Belum siapnya endometrium perubahan atropi Laseri endometrium
Pada desi dua secara sengaja

Hipoplasia endometrium vaskularisasi di uterus endometrium


yang cacat

Keadaan endometrium

Plasenta yang tumbuh di segmen bawah akibat vaskularisasi

Plasenta letak rendah dapat melebar dan menipis sehingga menutup ostium uteri
internium

Plasenta previa

Resiko perdarahan
Laserasi

Perdarahan Malposisi janin

Hipovolemia cemas Volume darah


menurun
Ansietas

Hipoksia

Resiko cedera
(janin)

D. ETIOLOGI
Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau robekan sinus marginalis
dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uteus untuk berkontraksi
menghentikan prdarahan itu tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta , makin dini perdarahan terjadi, oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan dimulai.
Penyebab blastokista berimplementasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar
belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakakan sebagai salah
satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak menandai,
mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan
sebagainnya berperen dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi
terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikan
insiden dua sampai tiga kali. Hipoksemia akibat karbon mono – oksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai
upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.

E. KLASIFIKASI
1. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium
internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.
4.  Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan (ostium internus servisis).
5. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada
segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak
akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala utama plasenta previa adalah Perdarahan per vaginam tanpa
sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Darah pervaginam
biasanya berwarna merah segar.
2. Awitan perdarahan terjadi tiba-tiba
3. Biasanya terjadi pada trimester ke tiga
4. Kemungkinan karena iritabilitas uterus
5. Kelainan presentasi (bokong, letak lintang, kepala mengambang)
6. Anemis
7. Fundus uteri masih rendah
8. Bagian bawah janin belum turun (Nugroho, 2011)

G. MANAJEMEN MEDIS
Menurut Icesmi S danSudarti (2014), penatalaksanaan plasenta previa
yaitu:
1. Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37 minggu,
perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas
normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat
menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan konservatif berupa:
a. Istirahat
b. Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
c. Memberikan antibotik bila ada indikasi
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit. Bila selama 3 hari tidak
terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka
lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah
sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
2. Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.
Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan per
abdominal. Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas
meja operasi. (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila
pemeriksaan dalam didapatkan:
a. Plasenta previa margnalis,
b. Plasenta previa letak rendah
c. Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin mati dan
serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan
tidak ada perdarahan atau hanya sedikit maka lakukan amniotomi
yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus pervaginam, bila
gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila
terjadi perdarahan banyak lakukan seksio caesarea.
Indikasi untuk melakukan seksio caesarea adalah:
a. Plasenta previa totalis
b. Perdarahan banyak tanpa henti
c. Presentase abnormal
d. Panggul sempit
e. Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
f. Gawat janin
Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta Previa
Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persalinan pada
kehamilan dengan plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Seksio caesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea (adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di laksanakan).
Tujuan seksio caesarea yaitu melahirkan janin dengan segera
sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan
perdarahan dan menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan
pada servik uteri, jika janin di lahirkan pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi
dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah
pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.Lakukan
perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.
b. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada
penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi kepala.
Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen
bawah rahim dan di tekan oleh kepala 30 janin. Jika kontraksi
uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus
oksitosin.
2) Versi baxton hicks
Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah mengadakan
temponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
braxton hicks tidak dilakukan pada pada janin yang masih
hidup.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN
PLACENTA PREVIA

1. Pengkajian

Setiap wanita dengan perdarahan vagina setelah usia kehamilan ≥ 20


minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa.

a. Keluhan utama

Perdarahan berwarna segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri saat tidak
beraktifitas.

b. Riwayat penyakit keluarga

Kehamilan ganda, penyakit HT, DM.

c. Riwayat obstetric

Riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat


kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya.

d. Riwayat Haid/Menstruasi

Riwayat menarche. Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan,


keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum, siklus
haid, lamanya haid), banyaknya darah haid, nyeri haid yang dirasakan
setiap haid.

e. Riwayat kehamilan dan Persalinan Sekarang

Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan


pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah melakukan
kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu mendapat imunisasi
TT dan belum ada tanda-tanda persalinan. Jika terjadi perdarahan
berwarna merah segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali
mungkin terjadi pada TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak
disertasi rasa sakit walaupun kram rahim pada beberapa wanita.
Sebagian wanita tidak mengalami perdarahan sama sekali.

f. Riwayat kehamilan yang lalu

Adanya kemungkinan klien pernah mengalami seksio saisaria


curettage yang berulang-ulang.

2. Pola-Pola Kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Kebiasaan klien sebelum sakit,kebiasaan olahraga, konsumsi alkohol.


Persepsi klien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi
anggota keluarga.

Klien harus melakukan perawatan vulva hiegine selama perdarahan


dan menjaga kebersihan badan agar tidak terjadi resiko infeksi.

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia menyikat giginya.


Kebersihan gigi sangat penting karena saat hamil sering terjadi karies
yang berkaitan dengan emesis- hiperemesis gravidarum, hipersaliva
dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi (Astuti, 2012).

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Nutrisi di tanyakan pada klien jenis, kesukaan, pantangan, intake untuk


mengetahui pemenuhan nutrisi selama hamil (Mufdillah, 2009)

c. Pola eliminasi

Mengkaji pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,


kemampuan mengontrol buang air kecil, kebiasaan BAK dan BAB
(frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri). Eliminasi ditanyakan pada klien
mengenai perubahan yang terjadi baik BAB maupun BAK selama
hamil (Mufdillah, 2009)
d. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur malam perlu ditanyakan karena wanita hamil tidak boleh
kurang tidur, apalagi tidur malam.Jangan kurang dari 8 jam. Tidur
malam waktu dimana proses pertumbuhan janin berlangsung. Apabila
klien tidak mempunyai pola tidur malam yang tidak mencapai 8 jam,
anjurkan klien untuk mencoba dan membiasakan tidur malam dengan
pola 8 jam (Astuti, 2012).

e. Pola aktivitas

Kaji pola aktivitas klien. Beri anjuran kepada klien untuk menghindari
mengangkat beban berat, kelelahan, latihan yang berlebihan dan olah
raga berat.

Anjurkan klien untuk melakukan senam klien.Aktivitas harus dibatasi


bila di dapatkan penyulit karena dapat mengakibatkan persalinan
prematur, KPD, dan sebagianya (Astuti, 2012). Kaji ada gangguan atau
tidak (Mufdillah, 2009)

f. Pola hubungan dan peran

Mengkaji peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama


dirawat di Rumah Sakit, hubungan sosial klien dengan masyarakat
sekitarnya.

Biasanya pada klien acute myeloid leukemia tidak mengalami


gangguan pada hubungan dan peran.

g. Pola sensori dan kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan sensori dan kognitif.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya klien merasa sedih dan gelisah atas apa yang dideritanya.
i. Pola reproduksi seksual

Kaji apakah klien mengalami gangguan ketika melakukan hubungan


seksual, misalnya nyeri saat berhubungan, adanya ketidakpuasan
dengan suami, kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan, dan
lain sebagainya..

j. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien akan sering bertanya tentang pengobatan, merasa


khawatir apa yang dihadapi dan gelisah.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya klien lebih sering mendekatkan diri kepada tuhan.

II. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Mengkaji keadaan penyakit, kesadaran klien, dan tanda-tanda vital.

Biasanya klien merasa lemah, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah


meningkat.

b. Sistem integument

Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea


nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha.

c. Kepala

Mengkaji bentuk kepala, terdapat benjolan, terdapat nyeri atau tidak,


ada trauma kepala atau tidak. Biasanya laju pertumbuhan rambut
berkurang.
d. Muka

Mengkaji muka klien simetris, tidak terdapat oedema, dan otot muka
dan rahang klien kuat atau paralisis.

e. Mata

Mengkaji kondisi mata klien seperti alis mata, kelopak mata,


konjungtiva, sclera, bola mata.

Biasanya Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh


perdarahan yang banyak.

f. Telinga

Mengkaji kondisi telinga klien terdapat secret atau tidak, kondisi


pendengaran klien baik atau tidak, daun telinga simetris atau tidak.

Biasanya telinga normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
dan pendengaran tidak terganggu.

g. Hidung

Perlu dikaji terdapat polip, secret atau sumbatan pada hidung.

h. Mulut dan faring

Mengkaji kondisi mulut, terdapat karies gigi atau tidak, terdapat


kelainan atau tidak.

i. Leher

Biasanya klien plasenta previa tidak terdapat gangguan pada leher.

j. Buah dada / payudara

Peningkatan pigmentasi areola putting susu

Bertambahnya ukuran dan noduler


k. Jantung dan Paru-paru

Mengkaji kondisi paru klien. Bentuk simetris atau tidak, pergerakan


simetris atau tertinggal, fremitus raba sama atau tidak, suara nafas,
terdapat suara nafas tambahan atau tidak.

Biasanya volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi,


Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah
pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan
volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat,
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

l. Abdomen

Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri

Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen


yang didapat yaitu :

1) fundus uteri masih rendah


2) Sering dijumpai kesalahan letak janin
3) Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang
kurus
4) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu ataspanggul.

Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,


frekuensinya teratur atau tidak.Pada klien dengan plasenta previa,
denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan
kematian dalam rahim.
m. Inguinal-Genetalia-Anus

Biasanya klien dengan ibu hamil perdarahan antepartum keluar darah


dari vagina.
Vagina : Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit

Dengan USG dapat ditemukan implantasi plasenta atau jarak tepi


plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kuranh dari 5 cm disebut
plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain

b. Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan bersal


dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila perdarahan bersal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.

c. Transvaginal Sonography (TVS)

TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja saat hamil
dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler


ditandai dengan merasa lemah, pengisian vena menurun, frekuensi
nadi meningkat
b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
perdarahan ditandai dengan tampak gelisah, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi

c. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan

d. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan malposisi janin

5. INTERVENSI

a. Diagnosa 1 : Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler (SDKI kode D.0023)
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan maka status cairan membaik
kriteria hasil :
Frekuensi nadi membaik
Tekanan darah membaik
Pengisian vena meningkat
(SLKI kode L.03028)

Intervensi :

1) Periksa tanda dan gejala Hipovolemia (mis. Frekuensi nadi


meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)
Rasional : untuk mengetahui perkembangan setelah dilakukan
dan sebelum dilakukan tindakan

2) Berikan asupan cairan oral


Rasional : untuk menambah volume cairan yang ada dalam tubu

3) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


Rasional : untuk memperbanyak asupan volume cairan dalam
tubuh
4) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Rasional : memberikan tambahan asupan cairan dalam tubuh
(SIKI kode I.03116)

b. Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar


informasi tentang perdarahan ditandai dengan tampak gelisah, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi (SDKI kode
D.0080)
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan maka tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil :

1) Verbalisasi kebingungan menurun.

2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun.

3) Perilaku gelisah menurun.

4) Perilaku tegang menurun


(SLKI kode L.09093)

Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda ansietas


Rasional : untuk mengetahui perkembangan ansietas setelah
dilakukan dan sebelum dilakukan tindakan

2) Motivasi situasi yang memicu kecemasan


Rasional : motivasi sangat diperlukan klien untuk mengurangi
kecemasan yang dialami klien.

3) Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang mungkin dialami


Rasional : diharapkan klien dapat lebih memahami mengenai
tindakan perawatan yang akan dilakukan dan mempersiapkan diri
sehingga kecemasan dapat berkurang
c. Diagnosa 3 : Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi
kehamilan (SDKI kode D.0012)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam


diharapkan maka resiko perdarahan menurun

Kriteria hasil :

1) Hemoglobin membaik

2) Hematokrit membaik

3) Perdarahan vagina menurun (SLKI kode L.02017)

Intervensi :

1) Monitor tanda dan gejala perdarahan

Rasional : untuk mengetahui penyebab dari pedarahan sehingga


dapat menentukan tindakan yang sesuai dengan kondisi klien

2) Monitor nilai hematocrit dan hemoglobin sebelum dan setelah


kehilangan darah

Rasional : untuk mengetahui perkembangan kondisi klien setelah


dilakukan perawatan

3) Pertahankan bedrest selama perdarahan

Rasional : posisi bedrest akan mengurangi aktivitas klien yang


dapat menyebabkan pendarahan yang semakin parah

4) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

Rasional : untuk meningkatkan pemahaman klien mengenai


pendarahan yang dialaminya sehingga klien dapat melakukan
penangan lebih cepat jika akn terjadi pendarahan.
5) Kolaborasi pemberian produk darah

Rasional : pemberian produk darah akan membantu memenuhi


kebutuhan darah yang telah hilang setelah pendarahan.(SIKI kode
I.02067). 

d. Diagnosa 4 : Risiko cedera pada janin berhubungan dengan malposisi


janin
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan maka tingkat cedera menurun.
kriteria hasil :

1) Kejadian cedera menurun

2) Luka atau lecet menurun

3) Ketegangan otot menurun

Intervensi:

1) Identifikasi area lingkungan yang menyebabkan cidera


Rasional : untuk mengurangi terjadinya pasien jatuh

2) Sosialisasikan pada pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang


rawat (mis. Penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan
ruangan dan lokasi kamar mandi)
Rasional : untuk memudahkan pasien dan keluarga pasien dalam
mengetahui lingkungan

3) Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama


beberapa menit sebelum berdiri
Rasional : untuk mengurangi terjadinya cedera yang
terulang(SIKI, I.14537)
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012)

7. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta:


Rohima Press.
lcesmi, S dan sudarti. 2014. Patologi kehamilan,persalinan,nifas dan neonates
resiko tinggi. Yogjakarta: Nuhua medika

Mufdlilah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit


Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018 . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan indicator diagnostic. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI.

1.

Anda mungkin juga menyukai