Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KEKURANG-TEPATAN DATA MASUKAN

DALAM PERENCANAAN PERKERASAN JALAN LENTUR


Oleh :
Nono

RINGKASAN
Pada umumnya metoda perencanaan perkerasan yang digunakan di Indonesia adalah
adopsi dari metoda perencanaan AASHTO atau TRL, seperti halnya metoda perencanaan
perkerasan jalan lentur dengan analisa komponen. Berhasil baiknya perencanaan
perkerasan adalah tergantung terhadap kelengkapan dan keakuratan data masukan yang
digunakan, yaitu diantaranya data lalu lintas, faktor lingkungan atau faktor regional dan
indek permukaan akhir (IPt).
Makalah ini membahas tentang dampak kekurang-tepatan data masukan pada
perencanaan yang digunakan terhadap hasil perencanaan. Berdasarkan hasil kajian
menunjukkan bahwa ketidak-tepatan menetapkan besaran faktor regional, indeks
permukaan akhir (IPt) dan penggunaan ekivalen beban sumbu kendaraan yang
diperkenalkan Austroad (1992) dapat memberikan dampak yang cukup signifikan

SUMMARY
In general, the pavement design methods used in Indonesia are adopted from pavement
design methods of AASHTO or TRL, such as flexible pavement design with analysis
component methods (structural number analysis). The effectiveness of design result
depend upon the use of design input, completeness and accuracy of data, that is traffic
data, environmental or regional factor and terminal serviceability index (Pt).
This paper discusses the effect of inaccurately inputing data, which is used for the design
result. Design result showed that incorrect determination decided of regional factor,
terminal serviceability index (Pt) and the use of the equivalent standard axles of Austroad
formula have a significant impact on it.

I. PENDAHULUAN sering dialami menjadi yang


menentukan dalam tercapainya umur
1.1. Latar Belakang layan suatu jalan. Namun demikian
Seperti umumnya kegiatan tahapan lainnya juga cukup penting,
dan dalam makalah ini tahapan
infrastruktur, SIDCOM (Survey,
design yang akan didiskusikan.
Investigation, Design, Construction,
Operation, Maintenance) juga Metode perencanaan perkerasan
merupakan tahapn dalam penye jalan pada dasarnya terbagi atas
enggaraan/pembangunan jalan. Metode Empiris (Empirical Method),
Tahapan konstruksi dan pemeliharaan Metode Analitis (Analytical Method
atau Mechanistic Method), dan (kelandaian), musim (curah hujan)
gabungan dari kedua metode dan persentase kendaraan berat.
tersebut, yaitu Metode Analitis- Khusus untuk lokasi-lokasi tertentu
Empiris (Analytical-Empirical atau seperti tempat pemberhentian,
Mechanistic-Empirical Method). persimpangan dan tikungan tajam
Metode empiris adalah metode yang perlu direncanakan secara khusus
didasarkan atas hasil empiris yang atau tersendiri.
kemudian dikembangkan lebih lanjut, Dari kedua kelompok data masukan
biasanya dalam bentuk nomogram tersebut yang paling sukar adalah
atau grafik, sehingga perhitungan mengestimasi lalu lintas karena perlu
dapat dilakukan dengan mudah. data-data melalui survai yang cukup
Metode analitis adalah metode yang lengkap, akurat sehingga dapat
dilakukan dengan menganalisis dipertanggung jawabkan.
struktur perkerasan secara analitis, Hal lain yang dapat mengakibatkan
dimana perhitungannya pada kegagalan dalam perencanaan adalah
umumnya lebih rumit dan biasanya sering dijumpainya untuk ruas jalan
dilakukan dengan bantuan komputer. yang memiliki terain (kelandaian)
Prinsip dasar kedua metoda tersebut, yang bervariasi data masukannya
didasarkan pada kriteria keruntuhan, (input data) perencanaan dibuat
yaitu keruntuhan retak pada lapis sama, padahal semestinya dibuat
beraspal dan keruntuhan deformasi segmental sesuai dengan tingkat
pada tanah dasar. kelaidaiannya.
Metoda perencanaan pekerasan, Khusus untuk data masukan berupa
khususnya untuk perkerasan lentur, faktor lingkungan atau faktor regional
yang biasa digunakan, baik metoda tidak kalah pentingnya dari estimasi
perencanaan tebal lapis tambah data lalu lintas. Hal demikian dapat
(overlay) maupun metoda perkerasan dipahami bahwa Indonesia memiliki
baru masih mengadopsi metoda iklim tropis dan pada musim
perencanaan dari negara maju, penghujan dapat terjadi curah hujan
seperti dari AASHTO atau TRL. yang cukup tinggi serta pada musim
Keberhasilan perencanaan sangat kemarau menimbulkan panas yang
tergantung ketepatan dan keakuratan tinggi pula. Disamping itu, ruas-ruas
data masukan dalam perencanaan jalan yang ada sebagian besar
(input data). Data masukan yang mengikuti terain berbukit dan bahkan
perlu tepat dan akurat diantaranya pegunungan. Untuk itu, data
adalah data lalu lintas dan faktor masukan perencanaan yang tepat
lingkungan. Data lalu lintas terdiri dan akurat adalah sangat diperlukan
atas volume, beban sumbu dan sekali.
perkembangan kendaraan
pertahunnya. Sedangkan faktor Tulisan ini membahas tentang
lingkungan terdiri atas terain dampak kekurang-tepatan beberapa
data masukan pada hasil kebentuk semula (Huang Y Yuah,
perencanaan. 2004).
Pada kurun waktu atau jumlah
1.2. Pembatasan Masalah repetisi beban lalu-lintas tertentu,
Pada tulisan ini, dibahas pengaruh sesuai dengan kemampuannya maka
kekurang-tepatan data masukan perkerasan tersebut akan mengalami
pada perencanaan perkerasan jalan kelelahan atau runtuh. Sebagamana
lentur. Metoda perencanaan yang diketahui bahwa keruntuhan
digunakan adalah Petunjuk perkerasan beraspal ada dua, yaitu
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur keruntuhan pada lapisan beraspal
Jalan Raya Dengan Metoda Analisa dan pada tanah dasar sebagaimana
Komponen (SNI 03-1732-1989). ditunjukkan pada Gambar 1.

1.3. Tujuan Pengkajian


Pengkajian ini dilakukan dengan εH
Lapis Permukaan
Lapis Pondasi Atas
tujuan untuk mendapatkan gambaran Lapis Pondasi
hasil perencanaan apabila terjadi
kekurang-tepatan penggunaan data εV Tanah Dasar

masukan pada perencanaan. Hasil


kajian ini, diharapkan dapat
bermanfaat bagi perencana Gambar 1. Ilustrasi Respon Perkerasan
konstruksi jalan. Terhadap Beban Lalu-lintas

Respon terhadap beban kendaraan


II. KAJIAN PUSTAKA pada lapis beraspal adalah
dicerminkan dengan regangan
2.1. Keruntuhan Perkerasan horizontal (εH) dan pada tanah dasar
Lentur dengan regangan vertikal (εV).
Sesuai dengan sebutannya, Tegangan/regangan tarik horizontal
perkerasan lentur memiliki sifat lentur ijin lapisan beraspal sangat
atau elastis. Namun akibat pelayanan tergantung dari karakteristik
lalu-lintas atau akibat beban lalu- campuran yang kita disain.
lintas berulang akan menimbulkan
tegangan elastis dan plastis. 2.2. Lalu Lintas
Tegangan elastis terjadi pada Dalam mengestimasi lalu lintas
perkerasan apabila setelah dibebani rencana ada beberapa tahapan yang
akan kembali ke bentuk semula. dipandang perlu diketahui, yaitu
Sedangkan tegangan plastis adalah volume lalu lintas atau yang dikenal
perkerasan beton aspal apabila diberi dengan istilah lalu lintas harian rata-
beban tidak seutuhnya kembali rata (LHR) pada lajur rencana,
perkembangan lalu lintas dan beban Berdasarkan SNI 03-1732-1989 dan
serta faktor perusak (Damage Factor) Muhammad Ridwan (1993), formula
untuk masing-masing sumbu kelas faktor perusak atau angka ekivalen
kendaraan. beban sumbu kendaraan adalah
sebagai berikut:
2.2.1. Volume Lalu lintas
Prediksi volume lalu lintas rencana Angka ekivalen 4
dipengaruhi oleh beberapa faktor, -
sumbu tunggal
=
⎛ beban satu sumbu tung gal (kg) ⎞
⎜ ⎟
atau single-single
yaitu jumlah lajur jalan dan dan single-dual ⎝ 8160 ⎠
prosentase kendaraan berat serta
4
perkembangan lalu lintas. Angka ekivalen ⎛ beban satu sumbu ganda (kg) ⎞
0,086 ⎜ ⎟
- sumbu ganda =
Volume dan perkembangan lalu lintas atau tandem-dual
⎝ 8160 ⎠
sangat erat kaitannya dengan hal-hal
sebagai berikut: Angka ekivalen ⎛ beban satu sumbu tiga (kg) ⎞
4
- Pertumbuhan penduduk dan GNP - sumbu tiga atau =
0,026 ⎜ ⎟
triple-dual
⎝ 8160 ⎠
disekitar ruas jalan yang ditinjau
- Pertumbuhan ekonomi daerah
disekitar ruas jalan, yang terkait Adapun berdasarkan Austroad
dengan ciri khas daerah misalnya (1992), angka ekivalen beban sumbu
lokasi perkantoran, daerah dibagi menjadi 4, yaitu:
industri, pertanian, pariwisata dan
lain sebagainya. 4
- Keamanan dan keselamatan Angka ekivalen
⎛ beban satu sumbu tung gal (kg) ⎞
Estimasi volume dan perkem
sumbu tunggal = ⎜ ⎟
atau single-single
⎝ 5400
5400 ⎠
bangan lalu lintas idealnya
Angka ekivalen = 4
dengan mengevaluasi data lalu sumbu tunggal ⎛ beban satu sumbu tung gal (kg) ⎞
⎜ ⎟
lintas beberapa tahun kebelakang atau single-dual ⎝ 8160 ⎠
sehingga dapat diperoleh
kecenderungan (trend) yang Angka ekivalen 4
⎛ beban satu sumbu ganda (kg) ⎞
dapat menghasilkan volume lalu sumbu ganda atau = ⎜ ⎟
tandem-dual ⎝ 13800 ⎠
lintas relatif tidak jauh dari
volume lalu lintas yang Angka ekivalen 4
sebenarnya. ⎛ beban satu sumbu tiga (kg) ⎞
sumbu tiga atau = ⎜ ⎟
triple-dual ⎝ 18500 ⎠
2.2.2. Faktor Perusak (Damage
Factor) Menurut Muhammad Ridwan (1993),
Faktor perusak adalah angka ekivalen beban maksimum per sumbu untuk
sumbu tunggal, yaitu perbandingan masing-masing kendaraan adalah
beban sumbu dengan beban sumbu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
standar dipangkat 4. 1. Disamping beban maksimum per
sumbu untuk masing-masing ekivalen per kelas kendaraan, baik
kendaraan pada Tabel 1 disajikan dengan menggunakan formula sesuai
juga angka ekivalen maksimum per SNI 03-1732-1989 serta Muhammad
sumbu untuk masing-masing kelas Ridwan (1993) maupun sesuai
kendaraan dan maksimum angka formula Austroad (1992)

Tabel 1.
Beban maksimum yang diijinkan per sumbu, angka ekivalen maksimum per
sumbu dan angka ekivalen maksimum per kelas kendaraan

Angka ekivalen beban sumbu 2.3. Faktor Regional (FR)


kendaraan berdasarkan ke dua Yang dimaksud Faktor Regional (FR)
sumber diatas terlihat berbeda, adalah keadaan/kondisi lapangan,
terutama untuk angka ekivalen yaitu mencakup permeabilitas tanah,
sumbu tunggal roda tunggal. Bila perlengkapan drainase, bentuk
menggunakan angka ekivalen sesuai alinyemen serta persentase
SNI 03-1732-1989 dan Muhammad kendaraan berat (berat total > 13
Ridwan (1993) maka untuk angka ton), dan kendaraan yang berhenti,
ekivalen sumbu tunggal roda tunggal sedangkan keadaan iklim adalah
dan roda ganda adalah sama, diwakili dengan curah hujan rata-rata
padahal bila memperhatikan bidang per tahun.
kontak adalah berbeda sehingga Pada buku perencanaan sesuai SNI
memberikan perusakan yang berbeda 03-1732-1989 yang dimaksud faktor
pula. Jadi angka ekivalen sumbu regional (FR) adalah hanya
kendaraan yang dipandang lebih mencakup bentuk alinyemen
realistik adalah formula yang (kelandaian dan tikungan),
diberikan Austroad 1992 dan angka persentase kendaraan berat dan yang
ekivalen rata-rata lebih besar sekitar berhenti serta iklim yang
1,65 kalinya. diilustrasikan dengan curah hujan.
Data Faktor Regional tersebut IPo adalah perlu dipertimbangkan
ditunjukkan pada Tabel 2. terhadap jenis lapis permukaan
perkerasan terkait dengan
Tabel 2. kerataan/kehalusan serta kekokohan.
Faktor Regional Sedangkan IPt adalah perlu
dipertimbangkan terhadap klasifikasi
fungsional jalan dan jumlah lintas
ekivalen rencana (LER) sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3.
Indeks Permukaan Pada Akhir Umur
Rencana (IPt)

LER = Lintas Klasifikasi Jalan


Ekivalen Rencana Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0-1,5 1,5 1,5-2,0 -
2.4. Indeks Permukaan (IP) 10-100 1,5 1,5-2,0 2,0 -
100-1000 1,5-2,0 2,0 2,0-2,5 -
Indeks permukaan menyatakan nilai
> 1000 - 2,0-2,5 2,5 2,5
kerataan/kehalusan serta kekokohan
permukaan perkerasan. Hal ini
berkaitan dengan tingkat pelayanan
2.5. Daya Dukung Tanah Dasar
untik lalu lintas yang lewat.
Tingkatan besaran IP menyatakan Daya dukung tanah dasar (DDT)
kondisi perkerasan dan setiap adalah diperoleh berdasarkan korelasi
tingkatan adalah sebagai berikut: dari nilai CBR lapangan atau
• IP = 1,0 ; menyatakan laboratorium.
permukaan jalan dalam keadaan Apabila digunakan CBR lapangan
rusak berat maka pengambilan contoh uji tanah
• IP = 1,5; tingkat pelayanan dasar dilakukan dengan tabung (tidak
terendah tetapi masih bisa terganggu/undisturbed). Selanjutnya
dilewati contoh tabung tersebut direndam
• IP = 2,0; tingkat pelayanan kemudian diperiksa CBRnya. Dapat
rendah bagi jalan yang masih
juga dilakukan langsung dilapangan
mantap
(musim hujan/ direndam) CBR
• IP = 2,5; menyatakan
permukaan jalan masih cukup lapangan biasanya digunakan untuk
stabil dan baik perencanaan lapis tambah (overlay).
Contoh alat untuk pengujian CBR
Indeks permukaan dibagi dua
lapangan ini adalah alat CBR on place
katagori, yaitu indeks permukaan
akhir umur rencana (IPt) dan indeks atau alat lainnya yang dapat
permukaan awal umur rencana (IPo). dipertanggung-jawabkan.
Untuk perencanaan jalan baru kinan rendah (under design) atau
umumnya menggunakan CBR berlebih (over design).
laboratorium. Untuk mendapatkan
nilai CBR maka contoh uji diambil di
III. METODOLOGI PENGKAJIAN
sepanjang ruas daerah yang akan
dibangun jalan baru dengan jumlah
3.1. Umum
atau interval jarak yang dipandang
mewakili. Dalam kajian ini, penulis melakukan
simulasi perencanaan dengan
2.6. Kualitas Bahan menggunakan beberapa variasi data
Untuk keperluan perencanaan, masukan (input data) dan metoda
kualitas atau kekuatan daya dukung perencanaan yang digunakan adalah
bahan (lapis permukaan/lapisan metoda perencanaan analisa
beraspal, lapis pondasi dan lapis komponen. Selanjutnya berdasarkan
pondasi bawah) termasuk tanah hasil simulasi perhitungan l tersebut
dasar adalah diinterprestasikan dalam dibandingkan.
parameter mekanistik, seperti nilai Data masukan perencanaan
modulus (E atau MR). Khusus untuk perkerasan yang diperlukan untuk
metoda perencanaan analisa metoda perencanaan analisa
komponen daya dukung bahan komponen adalah:
tersebut diinterprestasikan dengan • Volume dan beban sumbu setiap
koefisien kekuatan relatif (a). jenis kendaraan;
Besaran koefisien kekuatan relatif ini, • Perkembangan lalu lintas;
diperoleh dari korelasi dengan nilai • Kekuatan/ daya dukung tanah
modulus atau Stabilitas Marshall dasar atau perkerasan yang ada;
untuk lapis beraspal, CBR untuk lapis • Faktor regional (FR) yang
pondasi dan lapis pondasi bawah dari mencakup:
bahan lepas atau granural material o Kelandaian;
atau kuat tekan bila menggunakan o Persentase kendaraan berat;
bahan stabilisasi. dan
o Iklim atau curah hujan rata-
rata tahunan.
2.7. Hipotesa • Indeks permukaan pada awal dan
Keberhasilan dari hasil perencanaan akhir umur rencana yang
perkerasan sangat tergantung diharapkan (sesuai dengan
terhadap data masukan (lalu lintas klasifikasi fungsional jalan).
dan faktor lingkungan) yang tepat.
Namun apabila data masukan 3.2. Tahapan Kegiatan
melenceng dari yang sebenarnya Untuk mencapai tujuan dari
terjadi dilapangan, maka hasil pengkajian maka dilakukan tahapan
perencanaan perkerasan kemung kegiatan sebagai berikut:
• Melaksanakan perhitungan atau ACWC (MS 744) 6,5 cm
perencanaan perkerasan untuk ATB (MS 454) 8,0 cm
jalan baru, yaitu dengan data
masukan yang digunakan adalah Base CBR 100% 20 cm

data fiktif.
• Melakukan simulasi perhitungan Subbase CBR 70%
20 cm
atau perencanaan perkerasan
jalan baru dengan asumsi Tanah Dasar CBR 6,0%
terjadinya penyimpangan data
masukan, seperti faktor regional, Gambar 2. Struktur perkerasan lentur
angka ekivalen beban sumbu untuk jalan baru berdasarkan
kendaraan dan indeks permukaan hasil perencanaan
akhir.
• Mengevaluasi dampak yang
terjadi akibat penyimpangan atau Struktur perkerasan di atas,
kekurang-tepatan dalam peng direncanakan untuk jalan Arteri
gunaan data masukan tersebut,
dengan umur rencana 10 tahun.
yaitu:
o Umur layanan perkerasan Adapun data masukan (data input)
o Kebutuhan kekuatan struktur lainnya adalah sebagai berikut:
untuk dapat melayani lalu • CBR rencana = 6%
lintas dengan umur layan 10
• IPo = > 4 dan IPt = 2
tahun.
• FR = 1 (untuk kelandaian < 6%,
IV. KASUS KEKURANG- kend berat >30% dan curah
TEPATAN DATA MASUKAN hujan < 900 mm/th)
PERENCANAAN • LER = 2727,05 (formula angka
ekivalen sesuai SNI 03-1732-1989
4.1. Contoh Hasil Perencanaan dan M Ridwan, 1993), untuk
Untuk mengevaluasi kekurang- perkembangan lalu lintas sebesar
tepatan data masukan perencanaan, 5% dan umur rencana 10 tahun.
maka dilakukan suatu perencanaan Volume dan beban sumbu rata-
konstruksi perkerasan jalan baru rata untuk setiap jenis kendaraan
yang dijadikan standar. Hasil
sebagaimana ditunjukkan pada
perencanaan tersebut seperti yang
disaikan pada Gambar 2. Tabel 4.
Tabel 4. • Apabila terjadi penyimpangan
Data LHR dan Beban Sumbu Kendaraan dalam menetapkan besaran
faktor regional maka semakin
tinggi kesalahan maka semakin
tinggi pula dampaknya. Contoh
kasus kesalahan penetapan FR,
misalnya FR sebagai data
masukan adalah 1 (sesuai Butir
4.1) namun semestinya FR adalah
4 karena daerah jalan yang
direncanakan memiliki kelandaian
> 10% dan curah hujan > 900
mm/th serta tikungan tajam
sehingga dengan konstruksi
perkerasan seperti pada Butir 4.1
hanya mampu melayani lalu lintas
4.2. Kasus Perencanaan selama 3 tahun dari umur
Perkerasan Bila Terjadi rencana 10 tahun. Apabila
Kekurang-tepatan Data ditinjau dari kekurangan kekuatan
Masukan perkerasan adalah ITP = 2,3 atau
setara dengan tebal lapis beton
Kekurang-tepatan data masukan aspal lapis permukaan (ACWC)
(input data) akan memberikan setebal 5,75 cm.
dampak hasil perencanaan tidak • Dengan data volume,
sesuai dengan apa yang diharapkan. perkembangan lalu lintas serta
Hasil perencanaan dapat under atau beban sumbu kendaraan yang
over design. Pada Tabel 5, Gambar 3 sama seperti pada Butir 4.1,
dan Gambar 4, diilustrasikan namun formula angka ekivalen
penyimpangan hasil perencanaan yang digunakan adalah formula
apabila terjadi kesalahan dalam dari Austroad (1992) maka
menetapkan data masukan, yaitu diperoleh LER 10 tahun sebesar
kasus ke satu penyimpangan dalam 5632,3. Umur layan yang
menetapkan faktor regional (FR). diperoleh untuk konstruksi seperti
Kasus ke dua adalah angka ekivalen yang ditunjukkan pada Butir 4.1
beban sumbu kendaraan bila hanya mampu sampai dengan 5,5
menggunakan formula dari Austroad tahun dari umur rencana 10
dan yang terakhir adalah kasus tahun.
kekurang-tepatan dalam menetapkan
indeks permukaan akhir (IPt). Penetapan Indeks permukaan
Pada Tabel 5, Gambar 3 dan Gambar perkerasan akhir umur rencana (IPt)
4, terlihat bahwa: untuk indeks permukaan perkerasan
awal dari umur rencana yang sama rasan. Hal ini dapat dipahami karena
adalah cukup memberikan dampak kondisi perkerasan di akhir umur
terhadap kebutuhan akan pening rencana dituntut lebih baik.
katan kekuatan/tebal struktur perke

Tabel 5.
Penyimpangan Hasil Perencanaan Bila Terjadi Kekurang-tepatan Data Masukan

Umur Layan Tebal Beton Aspal (ACWC)


NO. Data Masukan Yang Semestinya ITP perlu ITP ada ∆ ITP
(Thn) tambahan yang diperlukan (cm)
1 Faktor Regional (FR)
- 1,5 11,00 10,50 8,0 0,50 1,25
- 2,0 11,50 10,50 6,0 1,00 2,50
- 2,5 12,00 10,50 5,0 1,50 3,75
- 3,0 12,30 10,50 4,5 1,80 4,50
- 3,5 12,60 10,50 3,5 2,10 5,25
- 4,0 12,80 10,50 3,0 2,30 5,75
2 Formula Angka Ekivalen 11,50 10,50 5,5 1,00 2,50
Austroad LER = 5632,3
3 Indeks Permukaan: IPo > 4,0 11,00 10,50 8,0 0,50 1,25
dan IPt = 2,5

10,0 7.00
Umur Layan (Thn).

8,0 6.00
5.00
6,0 4.00
3.00
4,0
2.00
2,0 1.00
0,0 -
T

5
5

2,
1,

2,

2,

3,

3,

4,

S
AU

t=
=

=
FR

FR

FR

FR

FR

FR

IP
A
ES

Data Masukan Yang Sem estinya Data Masukan Yang Semestinya

Gambar 3. Umur Layan Yang Dapat Gambar 4. Tebal Lapis Beton Aspal
Dicapai Lapis Permukaan Tambahan Untuk Umur
Layan 10 tahun

V. KESIMPULAN DAN SARAN disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:
5.1. Kesimpulan o Formula penentuan angka
Berdasarkan hasil kajian tentang ekivalen beban sumbu kendaraan
dampak kekurang-tepatan data yang berlaku, baik pada metoda
masukan dalam perencanaan perencanaan perkerasan jalan
perkerasan jalan lentur dapat lentur sesuai SNI 03-1732-1989
maupun metoda lainnya berbeda y Penetapan indeks permukaan
dengan yang diperkenalkan perkerasan, baik indeks
metoda perencanaan Austroad permukaan perkerasan awal
(1992), terutama untuk formula umur rencana (IPo) maupun
angka ekivalen beban sumbu indeks permukaan perkerasan
dengan roda tunggal. Hal akhir umur rencana (IPt)
tersebut lebih realistis karena perlu diperhatikan sesuai
dengan beban yang sama untuk dengan klasifikasi fungsional
roda ganda dan roda tunggal jalan. Hal ini penting untuk
maka dengan roda tunggal akan menetapkan target kondisi
memberikan daya perusak yang perkerasan baik awal umur
lebih tinggi karena memiliki rencana maupun akhir umur
bidang kontak yang lebih kecil. rencana. Penetapan IPo dan
o Melalui simulasi beberapa data IPt ini erat kaitannya dengan
masukan pada perencanaan kebutuhan kekuatan
maka: konstruksi perkerasan dan
y Kekurang-tepatan sekaligus kebutuhan biaya
menetapkan faktor regional konstruksi.
(FR) sebagai fungsi
kelandaian, persentase 5.2. Saran
kendaraan berat dan curah o Penggunaan formula angka
hujan memberikan dampak ekivalen beban sumbu kendaraan
yang cukup signifikan. sesuai yang diperkenalkan
y Penggunaan formula angka Austroad (1992) dapat
ekivalen beban sumbu yang dipertimbangkan untuk analisa
diperkenalkan metoda lalau lintas pada perencanaan
perencanaan Austroad (1992) perkerasan.
memberikan dampak cukup o Penetapan data masukan dalam
berarti. Hasil perencanaan perencanaan perlu berdasarkan
yang diperoleh dengan hasil kajian yang komprehensif
menggunakan formula angka sehingga lengkap, akurat dan
ekivalen beban sumbu yang dapat dipertanggungjawabkan.
o Untuk ruas jalan yang datanya
diperkenalkan metoda
bervariasi pada sepanjang ruas
perencanaan yang berlaku di jalan tersebut, baik kondisi
Indonesia (seperti Analisa perkerasan ataupun data lalu
Komponen) hasilnya rendah lintas dan faktor regional (FR),
(under design) dengan umur sebaiknya dalam perencanaan
layanan selama 5,5 tahun dari dibuat secara segmental sesuai
umur rencana semula selama dengan keseragaman kondisinya,
10 tahun. lalu lintas dan faktor regionalnya.
DAFTAR PUSTAKA 5. SHRP (1994). Superior
Performing Asphalt Pavements
1. AUSTROADS (1992). Pavement (Superpave): The Product of the
Design, A Guide to the Structural SHRP Asphalt Research Program,
Design of Road Pavements. SHRP-A-410. National Research
Sydney. Council, Washington DC.
2. Huang Y Yuah (2004). Pavement 6. SNI 03-1732-1989. Petunjuk
Analysis and Design Second Perencanaan Tebal Perkerasan
Edition. University of Kentucky, Lentur Jalan Raya Dengan
Upper Saddle River, New Jersey. Metoda Analisa Komponen.
3. Muhammad Ridwan (1993). WIM 7. The Asphalt Institute’s (1985).
Data Analysis, Seminar on Central The Asphalt Institute Handbooks,
Weighbridge Unit Project Jakarta Manual Series No. 4. The Asphalt
18 November 1993. Bina Marga Institute. USA.
Central Weighbridge Unit Project,
Jakarta.
4. Nono dkk (2003). Pengkajian Penulis :
Metoda Perencanaan Tebal lapis Ir. Nono, MEng Sc, Ajun Peneliti
Tambah Perkerasan Lentur Muda Bidang Teknik Jalan pada
Dengan Falling Weight Deflect Puslitbang Jalan dan Jembatan Badan
meter. Pusat Litbang Prasarana Litbang Departemen Pekerjaan
Transportasi, Bandung. Umum.

Anda mungkin juga menyukai