Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY

PENUMPANG ANGKUTAN UMUM MINIBUS L 300


(Studi Kasus : Rute Meulaboh – Banda Aceh)

Suatu Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagai Dari Syarat-Syarat


Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar
Serjana Teknik (S-1)

Disusun Oleh :

Zulfikar

NIM : 07C10203127
Bidang : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR


ALUE PEUNYARENG – MEULABOH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angkutan minibus L 300 merupakan salah satu angkutan umum yang


digunakan masyarakat sebagai moda transportasi. Begitu juga bagi masyarakat
yang akan melakukan perjalanan rute Meulaboh – Banda Aceh, minibus L 300
akan menjadi salah satu moda transportasi. Angkutan minibus L 300 sebagai salah
satu moda transportasi sering terjadi permasalahan bagi pengguna, masalah yang
selalu menjadi beban yang berat bagi pengguna yaitu tentang penetapan tarif
angkutan.
Tarif angkutan umum merupakan biaya yang harus dibayar oleh pengguna
jasa angkutan umum atas fasilitas yang diterima sesuai dengan harga yang
dikeluarkan oleh operator yang menyediakan jasa angkutan umum tersebut
(Muchtarudin S, 1990).
Penetapan tarif resmi angkutan minibus L 300 oleh pemerintah merupakan
sesuatu yang berpengaruh langsung terhadap daya guna masyarakat. Jika
penetapan tarif terlalu tinggi dibandingkan kemampuan masyarakat, otomatis
konsumen tidak akan mau menggunakan angkutan minibus L 300 sebagai moda
transportasi. Agar penetapan tarif angkutan tidak menjadi beban yang berat bagi
pengguna, maka perlu mengetahui tingkat kemampuan membayar konsumen dan
tingkat kemauan membayar konsumen dilihat dari pendapatan dan fasilitas yang
disediakan operator yang menyediakan jasa angkutan.
Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan membayar tersebut dapat
dilakukan analisis keterjangkauan daya beli pengguna jasa angkutan kota dalam
membayar tarif yang meliputi Analisis Ability To Pay(kemampuan membayar
konsumen) dan Willingness To Pay (kemauan membayar konsumen) terhadap
tarif yang diberlakuakan (Soemarsono, 2002). Selanjutnya hal ini disingkat
dengan ATP dan WTP.

1
Harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi juga ikut berdampak pada
kenaikan tarif angkutan minibus L 300 yang mempengaruhi nilai kemampuan dan
kemauan masyarakat pengguna. Berangkat dari permasalahan tersebut maka perlu
diadakan suatu penelitian tentang Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness
To Pay (WTP) sehingga mengetahui besaran daya beli penumpang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tarif yang berlaku saat
ini untuk angkutan umum minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh, telah
sesuai ditinjau dari Ability To Pay (kemampuan membayar penumpang) dan
Willingness To Pay (kemauan membayar penumpang). Permasalahan lain yang
terjadi adalah perubahan tarif yang seharusnya harga karcis untuk minibus L 300
rute Meulaboh – Banda Aceh sebesar Rp.120.000, tetapi dilapangan pihak
angkutan mengambil tarif sebesar dibawah Rp.120.000.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tentang Analisis Ability To Pay dan Willingness


To Pay Penumpang Angkutan Umum Minibus L 300 yaitu untuk mengetahui tarif
dilihat dari kemampuan membayar konsumen berdasarkan dari pendapatan
penumpang dan kemauan membayar konsumen berdasarkan dari fasilitas yang
disediakan operator penyedia jasa angkutan minibus L 300 rute meulaboh –
Banda Aceh.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas dan untuk memberikan


arah yang lebih baik serta memudahkan penyelesaian diperlukan pembatasan-
pembatasan sebagai berikut :

2
1. Angkutan umum yang diamati adalah angkutan umum minibus L 300 rute
Meulaboh – Banda Aceh
2. Penelitian dilakukan saat harga bensin Rp. 7.300,- per liter.
3. Tarif angkutan yang saat ini sebesar Rp. 120.000,-
4. Pengambilan data dilakukan selama waktu operasi angkutan umum L 300
dalam hari kerja dan hari libur, pada jam sibuk dan tidak sibuk.
5. Lokasi survey yang di amati dalam penelitian ini adalah di terminal Meulaboh
dan pada ruas jalan Meulaboh – Banda Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian Analisis Ability To Pay Dan Willingness To Pay


Penumpang angkutan Umum minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh, dapat
memberikan manfaat berupa :
1. Menambah pengetahuan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai
Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Penumpang Minibus L 300
2. Sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak bersangkutan seperti pemilik minibus
L 300 Meulaboh, DLLAJ dalam membuat kebijakan menenai tarif angkutan
umum khususnya angkutan umum minibus L 300.
3. Bagi para mahasiswa, akademisi dan pemerintah masalah angkutan pada
umumnya, penelitian ini diharapkan akan mendorong penelitian berikutnya
yang lebih sempurna.

1.6 Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian dapat dihitung nilai kemampuan dan kemauan


penumpang untuk membayar tarif angkutan minibus L 300 rute meulaboh –
Banda Aceh dengan jumlah sampel 100 penumpang. Dari perhitungan diperoleh
nilai Ability To Pay (ATP) rata – rata dari 9 katagori pekerjaan adalah sebesar Rp.
112.000 dilihat dari pendapatan penumpang. Nilai ATP terendah sebesar Rp.
102.000 dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), dan nilai ATP tertinggi

3
sebesar Rp. 118.500 dengan jenis pekerjaan Nelayan. Hasil nilai Willingness To
Pay (WTP) rata – rata dari 100 penumpang minibus L 300 adalah sebesar
rp.97.000, kemauan membayar penumpang yang terendah adalah Rp.94.000
dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan persentase 22% dari 100
penumpang. Sedangkan kemauan membayar penumpang yang tetinggi adalah
Rp.99.000 dengan jenis pekerjaan nelayan dengan persentaese 7% dari 100
penumpang. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, harga tarif yang berlaku saat
ini untuk minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh tidak terlalu jauh beda jika
dibandingkan dengan nilai Ability To Pay(kemampuan membayar konsumen) dan
nilai Willingness To Pay (kemauan membayar konsumen).

4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Sofyar, (2004) melakukan penelitian tentang Analisis Ability To Pay


(ATP) dan Willingness Pay (WTP) Penumpang Taksi di Wilayah Surakarta.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
membayar konsumen (ATP) berdasarkan pendapatan yang dialokasikan untuk
biaya transportasi dan WTP berdasarkan fasilitas yang dinikmatinya. Penelitian
tersebut berkesimpulan bahwa ATP tarif buka pintu sebesar Rp. 3113,22,- ,
WTP tarif buka pintu sebesar Rp. 2756, 76,- ,dan ATP tarif per kilometer
sebesar Rp. 2298,04,- , WTP tarif per kilometer sebesar Rp. 1514,98,-, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada keinginan
masyarakat menggunakan jasa tersebut. Sedangkan pada penelitian ini akan
mengkaji tentang analisis tarif angkutan umum khususnya angkutan bus kota
dilihat dari daya beli penumpang yang mungkin berbeda dengan angkutan taksi.

2.1 Ability To Pay (ATP)

M Rahmad P (2012) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan


seseorang untuk membayar jasa angkutan yang diterimanya berdasarkan
penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam Kajian
ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas perjalanan
pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran untuk transportasi dengan intensitas
perjalanan. Besaran ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membayar
ongkos perjalanan yang dilakukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah :
1. Penghasilan keluarga per bulan
Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin banyak uang
yang dimilikinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya transportasi
yang disediakannya.

5
2. Alokasi biaya transportasi
Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah keluarga,
maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan membayar
perjalanannya, demikian pula sebaliknya.
3. Intensitas perjalanan
Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang
pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin
banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus
disediakan.
4. Jumlah anggota keluarga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin banyak
intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan
secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga
per bulan yang harus disediakan.

Penghasilan
keluaga perbulan

Alokasi biaya
Transportasi
ABILITY TO PAY
( ATP )
Intersitas perjalanan

Jumlah
Anggota keluarga

Gambar 2.1 Faktor-Faktor ATP

Rumusnya sebagai berikut:

ATP = ..........................................................(2.1)

6
2.2. Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk


mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan
dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa
pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan


transportasi. Semakin banyak jumlah armada angkutan yang melayani
tentunya lebih menguntungkan pihak pengguna.
2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan. Dengan produksi jasa
angkutan yang besar, maka tingkat kualitas pelayanan akan lebih baik,
dengan demikian dapat dilihat pengguna tidak berdesak-desakkan dengan
kondisi tersebut tentunya konsumen dapat membayar yang lebih besar.
3. Utilitas atau maksud pengguna terhadap angkutan tersebut Jika manfaat yang
dirasakan konsumen semakin besar terhadap suatu pelayanan transportasi
yang dirasakannya tentunya semakin besar pula kemauan membayar
terhadap tarif yang berlaku, demikian sebaliknya jika manfaat yang
dirasakan konsumen rendah maka konsumen akan enggan untuk
menggunakannya, sehingga kemauan membayarnya pun akan semakin
rendah.
4. Penghasilan pengguna bila seseorang mempunyai penghasilan yang besar
maka tentunya kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar hal ini
disebabkan oleh alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga akan
memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya
semakin besar.

7
Produk yang ditawarkan

WILLINGNESS TO
PAY Kualitas dan kuantitas
pelayanan

Utilitas atau maksud


pengguna

Penghasilan keluarga per


bulan

Gambar 2.2 Faktor-faktor WTP

Nilai WTP didapat dengan merata-ratakan persepsi tarif yang dipilih untuk
setiap jenis pekerjaan:

WTP jenis pekerjaan = ....................................(2.2)

WTP seluruh kategori pekerjaan = ........................................(2.3)

2.3 Hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay

Pelaksanaan dalam menentukan tarif sering terjadi benturan antara


besarnya ATP dan WTP, kondisi tersebut dapat berupa:

- ATP lebih besar dari WTP


Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada
keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai
penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif
rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

8
- ATP lebih kecil dari WTP
Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi yang diutarakan sebelumnya
dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar
daripada kemampuan membayarnya. Hal ini mungkin terjadi bagi pengguna
yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa
angkutan sanagt tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa
tersebut relatif lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna
disebut captive riders.
- ATP sama dengan WTP
Kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan
membayar jasa tersebut adalah sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan
utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa
tersebut.

2.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki


kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok
dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan
jelas sebelum penelitian dilakukan. sedangkan sampel merupakan unsur-unsur
yang di ambil dari populasi. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan
sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis
adalah unit/satuan yang akan diteliti atau di analisis.
Menurut Nazir (2003), untuk menentukan jumlah sampel dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
-
.............................................................................(2.4)
- -

D= ................................................................................................. (2.5)

Dimana :
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah populasi

9
p = proporsi populasi = 0.5
B = Bond of error dalam pengambilan sampel = 0.1
4 = konstanta
Tiap hasil obsevarsi yang memiliki sifat yang diinginkan diberi nilai 1
dan tidak diberi nilai 0. Jika ditarik sebuah sampel yang besarnya n, maka
proporsi sampel adalah ratio dari unsur dalam sampel yang mempunyai sifat
yang diinginkan. Dengan kata lain adalah rata-rata dari harga 0 dan 1 dari nilai
observasi sampel.
Menurut Isgianto (2009), proporsi populasi (p) biasanya diketahui dari
hasil survey sebelumnya, namun jika nilai p sama sekali tidak diketahui, maka
yang mungkin dilakukan adalah mencari sampel sebanyak mungkin. Dari rumus
ini nilai sampel yang paling besar bisa diperoleh dari nilai terbesar p(1-p) yaitu
pada saat p = 0,5. Nilai derajat ketepatan sebesar 90% atau Bouond of error (B)
ditetapkan = 0,1.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian akan dimulai dengan pengumpulan data baik data sekunder


maupun data primer. Data primer diperoleh dengan meresponden/bertanya
lansung pada penumpang, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak Dinas
Perhubungan, Setelah memperoleh data-data tersebut dilakukan kajian
perhitungan tarif berdasarkan ATP dan WTP. Dari hasil analisis tersebut
kemudian dapat ditarik kesimpulan.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pemilihan Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam melaksakanakan


penelitian dengan menggunakan metode survey state Preference. Survey
dilakukan dengan cara meresponden setiap penumpang minibus L300 rute
Meulaboh – Banda Aceh yang berfungsi untuk mengumpulkan data dari
penumpang berupa kemampuan membayar dan keinginan membayar
penumpang. Perancangan kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yaitu
karakteristik responden, ATP dan WTP.
1. Kuesioner Karakteristik Penumpang.
Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui karakteristik dari responden
penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan menanyakan
nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah ke Banda Aceh, alat
transportasi yang paling sering digunakan, waktu tempuh menuju Banda
Aceh, maksud perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh.
2. Kuesioner Ability To Pay (ATP)
ATP adalah kemampuan membayar dari masyarakat atas imbalan
terhadap barang atau jasa yang dinikmati berdasarkan pendapatan yang
dianggap ideal sehingga faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan
ATP terhadap Angkutan minibus L300 adalah total pendapatan responden,
dan alokasi biaya transportasi ke Banda Aceh per bulan.
c. Kuesioner Willingness To Pay (WTP)
WTP dapat didefenisikan sebagai besaran rata-rata rupiah yang bersedia
dikeluarkan oleh penumpang sebagai pembayaran satu unit layanan minibus
L300 yang dinikmatinya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP
terhadap jasa angkutan minibus L300 didasarkan atas tarif L300 yang
diharapkan. Variabel yang digunakan untuk menentukan WTP terhadap jasa

11
L300 adalah tarif yang diharapkan atau kemauan tarif yang talah ditetap kan
oleh pemilik angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh.

3.2 Kuisioner Karakteristik Responden

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui karakteristik dari responden


penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan menanyakan
umur, jenis kelamin, jumlah ke Banda Aceh, frekuensi ke Banda Aceh, alat
transportasi yang paling sering digunakan, alternatif alat tranportasi yang biasa
dipilih, waktu tempuh menuju Banda Aceh, posisi tempat tinggal/asal, maksud
perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh. Kuesioner secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Format tabel untuk data mentah karakteristik responden Waktu menuju Banda
digunakan menuju ke

perjalanan ke Banda
Frekuensi ke Banda

Transportasi yang
Jumlah ke Banda

Tujuan ke Banda

Biaya satu kali


Jenis Kelamin

paling sering

Aceh /Bulan
Banda Aceh

Aceh (Jam)
Responden

Umur

Aceh

Aceh

Aceh

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
.
.
n

3.3 Kuisioner Ability To Pay (ATP)

Kuesioner ATP pengguna jasa angkutan minibus L300 rute Meulaboh–


Banda Aceh terdiri dari total pendapatan responden, dan alokasi biaya
transportasi ke Banda Aceh per bulan. Kuesioner secara lengkap dapat dilihat
pada tabel 3.2:

12
Tabel 3.2 Format tabel untuk data mentah ATP responden

Rata-rata pendapatan

Frekuensi ke Banda
% Rata-rata alokasi
biaya transportasi

biaya transportasi
Rata-rata alokasi

ATP Responden
ke Banda Aceh

ke Banda Aceh
Responden

per Bulan

Aceh
1 A B C=AxB D E=C/D
1
2
.
.
n

3.4 Kuisioner Willingess To Pay (WTP)

Kuesioner WTP ini berisikan variabel tarif yang diharapkan pengguna


jasa angkutan minibus L300 bedasarkan kemauan membayar dilihat dari
pendapatan responden

3.5 Alat dan Bahan Survey

Adapun peralatan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam survey


ini meliputi :
 Alat tulis, digunakan untuk menulis berupa, pena, pensil dan lain-lain.
 formulis survey penumpang.
 Kamera, di gunakan untuk dokumentasi selama penelitian.

3.6 Bahan atau Data Survey

Tahap pengumpulan data merupakan langkah awal setelah tahap


persiapan dalam proses pelaksanaan evaluasi dan perencanaan yang sangat

13
penting, karena dari sini dapat ditentukan permasalahan dan rangkaian penentuan
alternatif pemecahan masalah yang diambil. Data yang dibutuhkan antara
lain :

3.6.1 Data Primer


Yang dimaksud data primer yaitu data yang diperoleh dari survey
langsung di lapangan,adapun data yang diperlukan adalah:
a. tujuan/maksud perjalanan
b. intensitas penggunaan angkutan minibus L300
c. besarnya pengeluaran untuk transportasi
d. tingkat penghasilan
e. persepsi penumpang terhadap tarif yang berlaku
f. waktu dalam perjalanan.

3.6.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diambil dari berbegai instansi guna
mandukung penelitian. Data merupakan publikasi-publikasi statistik yang
dikeluarkan oleh instansi tersebut.

3.7 Lokasi survey

Lokasi survey untuk penelitian Analisis Ability To Pay dan Willingness To


Pay Penumpang angkutan Minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh yaitu di
terminal Meulaboh dan pada ruas jalan Lintas Meulaboh – Banda Aceh.

3.8 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan merupakan survey skala kecil tetapi sangat penting,


agar survey sesungguhnya dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.
Survey pendahuluan ini meliputi:
1. Penentuan lokasi survey. Pengenalan lokasi survey bertujuan untuk
mengenal rute yang dilalui angkutan yang akan disurvey

14
2. Penentuan waktu survey. Pelaksanaan survey dilaksanakan dalam dua
pembagian waktu yaitu pada hari kerja dan hari libur. Penentuan hari survey
harus dengan pertimbangan bahwa hari yang dipilih dapat mewakili hari
dalam seminggu.
3. Penentuan jumlah surveyor Penentuan jumlah surveyor sangat penting agar
Pengecekan form survey Pengecekan form survey bertujuan agar pada saat
survey utama surveyor tidak mengalami kesulitan dalam mengisi formulir
survey. Kelengkapan form survey seperti: nama surveyor, waktu survey, dan
plat nomor kendaraan
4. pelaksanaan survey dapat efisien dan efektif.

3.9 Jumlah Sampel

Jumlah sampel diperoleh dari populasi rata-rata penumpang angkutan


umum minibus L300 yang dilakukan pada survey pendahuluan. Dari hasil
perhitungan jumlah sampel, diperoleh jumlah sampel 100 orang dari 16 unit
angkutan minibus yang beropasi. Dihitung memakai rumus menurut Nazir (2003)
untuk menentukan jumlah sampel.

N= =

= = 100,02 = 100 ....... > D = = 0,0025

3.10 Analisis Data

Analisis data dilaksanakan setalah data-data diperoleh dari lapangan


maupun data dari hasil wawancara dengan penumpang minibus L300. Data dari
kuisioner untuk mengetahui besarnya nilai ATP dan WTP penumpang
angkutan umum minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan data hasil penelitian di lapangan yang dilakukan
selama satu minggu pengamatan tentang Analisis Ability To Pay dan Willingness
To Pay Penumpang Angkutan Minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh, yang
meliputi :
1. Data Jumlah Sampel
2. Analisis Karakteristik Responden
3. Analisis Karakteristik Ability To Pay (ATP) dan
4. Analisis Karakteristik Willingness To Pay (WTP)

4.1 Data Jumlah Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dari populasi rata-rata


penumpang angkutan umum minibus L300 yang dilakukan pada survey
pendahuluan. Dari hasil perhitungan, diperoleh jumlah sampel 100 orang dari 16
unit angkutan minibus L300 yang beropasi. Menentukan jumlah sampel dihitung
memakai rumus menurut Nazir (2003).

-
................ D = = 0,0025
- -

= = 100,02

N = 100

16
Tabel 4.1 Tabel jumlah penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh
Jumlah Jumlah
Jumlah N N p ( 1 – p)
Rit Penumpang
PRSAHAAN / Penumpang = (N-1) D+ p ( 1- p)
/Armada Dalam 1
NOPOL rata-rata
Yang Minggu
per Hari
Beroperasi Pengamatan
CV. DEK KAS
BL 1527 EB 1 49 7.0 7
BL 1526 EBL 1 43 6.1 6
CV. R MAS
BL 1989 AN 1 49 7.0 7
BL 1990 AN 1 42 6.0 6
CV. B WISATA
BL 1079 EZ 1 43 6.1 6
BL 1251 E 1 50 7.1 7
CV. MANDALA
BL 1130 AN 1 35 5.0 5
BL 1142 AN 1 42 6.0 6
CV. T DESA
BL 1501 EB 1 49 7.0 7
BL 1540 EB 1 44 6.3 6
CV.SAMUDERA
BL 1881 AN 1 49 7.0 7
BL 1014 AN 1 43 6.1 6
CV. P KEMBAR
BL 1144 AN 1 42 6.0 6
BL 1366 AB 1 42 6.0 6
FA. A. BARAT
BL 1200 EB 1 42 6.0 6
BL 1300 EB 1 42 6.0 6
Jumlah 706 100.9 100

4.2 Analisis Karakteristik Responden

Analisis karakteristik reponden terdiri dari informasi umur, jenis kelamin,


jumlah ke Banda Aceh, frekuensi ke Banda Aceh, alat transportasi yang paling
sering digunakan, waktu dalam perjalanan, posisi tempat tinggal/asal, maksud
perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh. Data karakteristik
responden sebagai berikut :

17
Tabel 4.2 Perhitungan karakteristik responden.

Jumlah ke Banda Aceh

Tujuan ke Banda Aceh


Waktu menuju Banda
digunakan menuju ke

perjalanan ke Banda
Frekuensi ke Banda

Transportasi yang

Biaya satu kali


Jenis Kelamin

paling sering

Banda Aceh

Aceh (Jam)
Responden

Umur

Aceh

Aceh
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sangat 4,5 s/d


1 PR 1
38 Jarang L300 5 Keluarga 120.000

4,5 s/d
Sangat Keluarga 120.000
2 40 PR 1 L300 5
Jarang

Sangat Sepeda 4,5s/d 5


100 37 LK 1 Kerja 120.000
Jarang motor

4.2.1 Bedasarkan Umur Responden


Bedasarkan penelitian di lapangan diperoleh umur responden penumpang
minibus L300 di dominasi oleh usia 19 sampai 25tahun yaitu sebesar 9% . Untuk
usia 26 sampai 30 tahun yaitu sebesar 19%. Untuk usia 31 sampai 40 tahun yaitu
sebesar 31%. Untuk usia 41 sampai 50 tahun yaitu sebesar 26%. Untuk usai 51
sampai 60 tahun yaitu sebesar 12%. Untuk usia 61 sampai 63 yaitu sebesar 10%.
Dan untuk lebih jelas dapat dilihat gambar 4.1 Diagram umur responden di atas.
Umur responden presentase terbesar penumpang minibus L300 ini adalah pada
usia 31 s/d 40 yaitu dengan presentase 31%.

18
Umur Responden
19-25 26-30 31-40 41-50 51-60 61-63

3%
9%
12%

19%

26%
Gambar 4.1 Diagram umur responden

31%

Gambar 4.1 Diagram Umur Responden

4.2.2 Jenis kelamin


Bedasarkan jenis kelamin penumpang angkutan minibus L300 di
dominasi oleh 54% Pria dan 46% wanita. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.2 Diagram jenis kelamin berikut.

Jenis Kelamin
Pria Wanita

46%

54%

Gambar 4.2 Diagram jenis kelamin

19
4.2.3 Frekuesi Ke Banda Aceh
Bedasarkan jumlah 100 penumpang ke Banda Aceh yang diamati,
penumpang angkutan minibus L300 di dominasi oleh jumlah penumpang yang
satu kali ke Banda Aceh dalam satu bulan yang persentasenya yaitu 93% dan
jumlah penumpang yang dua kali ke Banda Aceh dalam satu bulan persentasenya
yaitu 7% . Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar 4.3 diagram frekuensi
penumpang ke Banda Aceh beriku.

Frekuensi ke Banda Aceh


Sangat jarang (1 kali/minggu) Jarang (2 kali/minggu)

7%

93%

Gambar 4.3 Diagram frekuensi ke Banda Aceh

4.2.4 Tranportasi Yang Paling Sering Di Gunakan Menuju Ke Banda Aceh

Berdasarkan diagram diatas transportasi yang paling sering digunakan


oleh penumpang angkutan mnibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan
sampel 100 penumpang didominasi 49% penumpang yang menggunakan sepeda
motor menuju ke Banda Aceh dan 51% penumpang yang menggunakan jasa
angkutan minibus L300 untuk menuju ke Banda Aceh.

20
Transportasi Yang Sering Digunakan Ke Banda Aceh

Sepeda Motor L300

49%
51%

Gambar 4.4 Diagram tranportasi yang paling sering di gunakan ke Banda Aceh

4.2.5 Waktu Menuju Ke Banda Aceh

Bedasarkan waktu menuju atau sampai ke tujuan dari 100 penumpang


angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh didominasi antara 1,5 s/d 2
jam yaitu 4%, untuk 2,5 s/d 3 jam yaitu 7%, dan untuk 4,5 s/d 5 jam yaitu 89%.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.6 Diagram waktu menuju ke Banda
Aceh.

Waktu menuju Banda Aceh

1,5 s/d 2 jam 2,5 s/d 3 jam 4,5 s/d 5 jam


4%

7%

89%

Gambar 4.5 Diagram waktu menuju ke Banda Aceh

21
4.2.6 Maksud Tujuan Perjalanan

Bedasarkan maksud tujuan dari responden dalam melakukan perjalanan ke


Banda Aceh menggunakan jasa angkutan minibus L300 sebesar 56% dalam
rangka keluarga atau liburan, 13% untuk belanja, 22% untuk jualan atau bisnis,
untuk ke rumah sakit atau berobat yaitu 6% dan 3% responden menggunakan jasa
minibus L300 yaitu untuk keperluan kuliah. untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.7 Diagram maksud tujuan perjalan penumpang ke Banda Aceh.

Maksu Tujuan Perjalanan


Keluaga/Liburan/Jenguk Anak Belanja
Penataran/Bisnis/Kerja Kuliah/Jilid Buku
Rumah Sakit/Berobat Jualan

3% 1%
6%
21%

56%
13%

Gambar 4.6 Diagram maksud tujuan perjalan

4.2.7 Tempat Tinggal Atau Lokasi Sebelum Ke Banda Aceh

Bedasarkan tempat tinggal atau lokasi sebelum ke Banda Aceh penumpang


angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh, 24% penumpang berasal
dari kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat, 36% penumpang dari
kecamatan Meureubo kabupaten Aceh Barat, 16% penumpang dari kecamatan
Kawai XVI kabupaten Aceh Barat dan 6% penumpang berasal dari Banda Aceh.

22
Tempat tinggal/lokasi sebelum ke Banda Aceh
Kec. Meureubo Kec. Johan Pahlawan Kec. Kawai XVI Banda Aceh

6%

16%
36%

42%

Gambar 4.7 Diagram tempat tinggal atau lokasi sebelum ke Banda Aceh

4.2.8 Biaya Satu Kali Perjalan Ke Tujuan

Bedasarkan biaya yang harus di bayar oleh penumpang minibus L300 rute
Meulaboh – Banda Aceh disesuaikan dengan jarak tujuan penumpang, tarif yang
dibayar diantaranya seperti Meulaboh – Calang tarif yang harus dibayar adalah Rp
30,000/orang, Meulaboh - Lamnoe Rp 50,000/orang. Sedangkan untuk trayek
Meulaboh – Banda Aceh penumpang harus membayar jasa angkutan umum
minibus L300 adalah Rp 120,000/orang.

4.3 . Analisis Ability To Pay (ATP)

Dalam analisis ATP pengguna jasa angkutan minibus L300 rute


Meulaboh–Banda Aceh Besarnya nilai ATP dibuat bedasarkan pendapatan
responden, alokasi biaya transprotasi ke Banda Aceh per bulan dan frekuensi
menuju ke Banda Aceh per bulan.

23
Pendapatan Penumpang
< 1 juta > 1 jta < 2 juta > 2 juta < 3 juta > 3 juta

6%
20%

31%

43%

Gambar 4.8 Diagram pemdapatan penumpang.


Pendapatan penumpang mempengaruhi kemampuan membayar, apabila
pendapatan tinggi maka kemauan membayar juga tinggi begitupun sebaliknya,
jika pendapatan kecil sudah pasti kemauan untuk membayar sangat kurang. Dari
gambar 4.8 menunjukkan bahwa pendapatan penumpang angkutan minibus L300
rute Meulaboh – Banda Aceh mempunyai penghasilan per bulan di bawah Rp
1.000.000,- yaitu 20%, Rp 1.000.000,- s/d 2.000.000,- yaitu 43%, Rp 2.000.000,-
s/d Rp 3.000.000,- yaitu 31%, dan diatas Rp 3.000.000,- yaitu 6%. Presentase
pendapatan terbesar yaitu 43% sebesar Rp. 1.000.000,00,- s/d 2.000.000,00,-.
Perhitungan nilai Ability To Pay dapat dilihat pada tabel 4.3 dan hasil
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

24
Tabel 4.3 Perhitungan Ability to pay (ATP)

transportasi ke Banda
Rata-rata alokasi biaya
biaya transportasi ke
Rata-rata pendapatan

ATP Responden (Rp)


Frekuensi ke Banda
% Rata-rata alokasi

Banda Aceh
Responden

Aceh (Rp)
per Bulan

Aceh
NO A B C=AxB D E=C/D
1 1.700.000 6,47% 110.000 1 110.000
2 1,800,000 6,11% 110.000 1 110.000
. ...... ...... ...... ...... ......
. ...... ...... ...... ...... ......
100 2,400,000 5,00% 120.000 1 120.000

4.3.1 ATP Tarif Bedasarkan Jenis Pekerjaan.

1. ATP rata-rata untuk katagori PNS = Rp 115.000

2. ATP rata-rata untuk katagori Swasta = Rp 115.500

3. ATP rata-rata untuk katagori Jualan/usaha = Rp 115.600

4. ATP rata-rata untuk katagori Tani = Rp 108.000

5. ATP rata-rata untuk katagori Mahasiswa = Rp 107.000

6. ATP rata-rata untuk katagori Nelayan = Rp 118.500

7. ATP rata-rata untuk katagori Perawat = Rp 107.000

25
8. ATP rata-rata untuk katagori IRT = Rp 102.000

9. ATP rata-rata untuk katagori Kerja Bangunan = Rp 118.000

4.3.2 ATP Tarif Rata –Rata Bedasarkan Semua Jenis Pekerjaan.

ATP rata-rata seluruh katagori pekerjaan adalah sebagai berikut.

= Rp. 112.000,00,-

ATP responden per bulan yang terbesar didominasi oleh jenis pekerjaaan
nelayan yaitu Rp. 118.500 /bulan dengan frekuensi ke Banda Aceh rata-rata 1 kali
/ bulan dan sedangkan ATP terrendah didominasi oleh responden yang jenis
pekerjaannya IRT yaitu mampu membayar Rp 102.000 /bulan dengan frekuensi
ke Banda Aceh 1 kali/ bulan.

4.4 . Analisis Willingness To Pay (WTP)

Analisis WTP dalam penelitian ini adalah rata-rata tarif yang di harapkan
atau yang sesuai dengan kemauan membayar penumpang terhadap jasa angkutan
umum yang digunakannya. Dilihat dari kemauan membayar responden angkutan
minibus L300 tersebut persentase terbesar responden berkemauan membayar tarif
Rp 99,000 yaitu dengan persentase 7% dengan jumlah penumpang 7 orang dari
100 responden. Sedangkan kemauan membayar yang paling rendah adalah Rp
94.000 yaitu dengan persentase 22% dengan jumlah penumpang 22 orang dari 100
responden.

26
Tabel 4.4 Tabulasi jumlah responden bedasarkan WTP dan pekerjaan
Willingness To Pay
Total
Rp. 80000 Rp. 90000 Rp.100000
Jml - 3 5 8
PNS
% - 3% 5% 8%
Jml - 5 15 20
Swasta
% - 5% 15% 20%
Jml 1 2 6 9
Jualan
% 1% 2% 6% 9%
Jml 1 2 7 10
Tani
% 1% 2% 7% 10%
Pekerjaan

Jml - 2 7 9
Mahasiswa/i
% 2% 7% 9%
Jml - 1 6 7
Nelayan
% - 1% 6% 7%
Jml 1 2 3
Perawat
% 1% 2% 3%
Kerja Jml 5 7 12
Bangunan % 5% 7% 12%
Jml 1 11 10 22
IRT
% 1% 11% 10% 22%
3 32 65 100
TOTAL
3% 32% 65% 100%

4.4.1 Nilai WTP Bedasarkan Jenis Pekerjaan

1. WTP rata-rata untuk katagori PNS

= Rp 96.250,-
2. WTP rata-rata untuk katagori Swasta

= Rp 97.500,-
3. WTP rata-rata untuk katagori Jualan Usaha

= Rp 96,000,-
4. WTP rata-rata untuk katagori Tani

= Rp 96,000,-

27
5. WTP rata-rata untuk katagori Mahasiswa

= Rp 98.000,-
6. WTP rata-rata untuk katagori Nelayan

= Rp 99,000,-
7. WTP rata-rata untuk katagori Perawat

= Rp 97,000,-
8. WTP rata-rata untuk katagori Kerja Bangunan

= Rp 96,000,-
9. WTP rata-rata untuk katagori IRT

= Rp 94,000,-

4.4.2 Nilai WTP Bedasarkan Seluruh Katagori Pekerjaan

WTP rata-rata seluruh katagori pekerjaan adalah sebagai berikut.

= Rp 97.000,-

WTP responden per bulan yang terbesar didominasi oleh jenis pekerjaaan
nelayan yaitu mau membayar Rp 99,000,- dengan frekuensi 7 responden dan
sedangkan WTP terendah didominasi oleh responden yang jenis pekerjaannya
IRT mau membayar Rp 94.000,- dari 22 responden.

28
Tabel 4.5 Rekatupilasi Tarif

Jenis Tarif Nilai tarif


Bedasarkan ATP Rata-rata Rp. 112.000
Bedasarkan WTP Rata-rata Rp. 97.000
Tarif yang berlaku Rp 120,000.00

Perbandingan Tarif ATP & WTP


120,000
112.000
97.000
100,000

80,000
Biaya Tarif

60,000

40,000

20,000

0,000
ATP WTP

Gambar 4.9 Perbandingan tarif menurut ATP dan WTP dalam ribu.

Gambar 4.9. menunjukkan bahwa besaran tarif bedasarkan ATP sebesar


Rp111.000,- dan bedasarkan WTP sebesar Rp94.000,-. Hal ini berati kemampuan
da kemauan membayar penumpang di bawah tarif yang berlaku yaitu sebesar
Rp120,000,-. Dapat terjadi kerena sebagian penumpang berpenghasilan rendah
sehingga masih banyak penumpang yang membayar tarif tidak sesuai yang
berlaku, peranan pemerintah akan memberi subsidi sangatlah penting mengingat
harga minyak yang terkadang naik dan turun, dan mnciptakan lapangan kerja agar
penumpang angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dapat
membayar sesuai dengan penghasilan dan sesuai dengan keinginannya.

29
4.5 Hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay

Analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ATP dan WTP


terhadap tarif yang ditetapkan. Dilihat dari ATP responden yang berpendapatan
tinggi mampu membayar tarif di atas Rp 120.000,- sedangkan responden yang
berpendapatan menengah mampu membayar antara Rp 110,000-Rp112,000 dan
responden yang berpedapatan rendah mampu membayar tarif antara di bawah
Rp.111.000,-. Dilihat dari WTP jenis pekerjaan semua responden yang
pekerjaannya PNS mau membayar tarif Rp. 96,250, dan untuk pekerjaan Swasta
responden mau membayar tarif Rp. 97.500, untuk responden yang pekerjaanya
jualan/usaha semua responden mau membayar tarif Rp. 96,000, untuk pekerjaan
tani responden mau membayar tarif antara Rp. 96,000, dan untuk pekerjaan
Mahasiswa mau membayar Rp. 98.000, untuk pekerjaan nelayan mau membayar
Rp. 99.000, dan untuk pekerjaan Perawat mau membayar Rp. 97.000, untuk
pekerjaan IRT mau membayar tarif sebesar Rp. 94,000, sedangkan untuk jenis
pekerjaan kerja bangunan mau membayar sebesar Rp. 96.000,-.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan jumlah sampel 100


penumpang, maka dapat dihitung nilai kemampuan dan kemauan penumpang
untuk membayar tarif angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh. Dari
perhitungan diperoleh nilai Ability To Pay (ATP) rata-rata dari 9 katagori
pekerjaan adalah sebesar Rp.112.OOO,-. ATP terendah sebesar Rp.102.000, jenis
pekerjaan Ibu Rumah Tangga dengan persentase penumpang 22% dari 100
penumpang dan nilai ATP tertinggi sebesar Rp.118.500, jenis pekerjaan Nelayan,
dengan persentase penumpang yaitu 7% dari 100 penumpang. Sedangkan nilai
Willingness To Pay (WTP) rata-rata dari 100 penumpang adalah sebesar Rp
97.000,-. Kemauan membayar penumpang (WTP) yang terendah adalah Rp
94.000 dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan kemauan membayar
penumpang (WTP) yang tertinggi adalah Rp 99,000, dengan jenis pekerjaan
Nelayan.
Dari perhitungan yang diperoleh seperti penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa tarif yang berlaku pada saat ini yaitu sebesar Rp. 120,000.00,-
masih berada diatas kemampuan membayar konsumen (Ability To Pay) dan
kemauan membayar konsumen (Willingness To Pay).

5.2 Saran

a. Tarif yang diberlakukan lebih tinggi dari daya beli penumpang sehingga perlu
disesuaikan.
b. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi kepemilikan kendaraan
pribadi dan memaksimalkan fungsi angkutan umum sehingga load factor
dapat meningkat.

29
c. Perlu adanya perbaikan untuk fasilitas angkutan yang disediakan oleh pemilik
angkutan umum minibus L300 agar penumpang merasa nyaman memakai jasa
angkutan minibus L300.
d. Bagi pemilik angkutan umum khususnya angkutan umum minibus L300 yang
ada di Meulaboh khususnya, apabila ada Mahasiswa yang ingin melakukan
penelitian tentang angkutan umum harap diterima untuk kebaikan ke
depannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, M., 1990, Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Perangkutan,


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nazir, 2003, Metode Penelitian Edisi 5, Jakarta, Penerbit: Ghahlia Jakarta

Suharsono, S.H, (2003), Analisis Keterjangkauan Daya Beli Pengguna


Jasa Angkutan Umum Dalam Membayar Tarif (Studi Kasus : Pengguna Jasa
Angkutan Kota di Kabupaten Kudus). PILAR Volume 12, Nomor 2, September
2003 : halaman 73 – 88.

Sofyar, Ifan W A, (2004), Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness


To pay, Penumpang Taksi di Wilayah Surakarta.

Isgianto A, 2009, Teknik Pengambilan Sampel, Jogjakarta : Mitra Cendikia Press

Yuniarti T, (2009). Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya


Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay, Studi Kasus
PO.ATMO Trayek Palur-Kartasura di Surakarta: Skripsi, Jurusan Teknik Sipil ,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,.

Permata R M, (2012), Analisis Ability To Pay Dan Willingness


To Pay Pengguna Jasa Kereta Api, Bandara Soekarno Hatta-Maggarai, Tesis
Progam Studi Teknik Sipil, Depok.

31

Anda mungkin juga menyukai