Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN TRAUMA DADA OPEN PNEUMOTHORAK
DI RUANG ICU RSUD ABDUL MOELOK

DISUSUN OLEH :

DINDI ANGGARA 2020207209027


INDRY YANTI AZIZAH 2020207209024
NYOPI HARYANTO 2020207209026
PUTRI HEFTINA AD 2020207209013
TOMMY DIMAS UTAMA 2020207209021
VICO PRIMA YUDA 2020207209017
YUNITA SARI 2020207209016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam bila
tidak mengenai jantung biasanya menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya
bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat.
Akibatnya selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk
kedalam rongga paru-paru oleh karena itu paru-paru sisi yang luka akan mengempis.
Penderita nampak kesakitan ketika bernafas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga
disisi yang luka menjadi berkurang (kartono,M.1991)
Pneumothoraks adalah suatu kondisi adanya udara yang terperangkap dirongga
pleura akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma,yang
mengakibtakan terjadinya peningkatan tekanan negative intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru (American College of Surgeons Commite on
Trauma, 2005, wilimas, 2013)
Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi, jika tidak
ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian, kejadian trauma dada terjadi sekitar
seperempat dari jumlah kematian akibat trauma yang terjadi, serta sekitar sepertiga dari
kematian yang terjadi berbagai rumah sakit. Beberapa cedera dada yang dapat terjadi
antara lain, tension pneumothoraks, pneumotoraks terbuka, flail chest, hematotoraks,
tamponade jantung. Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering menyebabkan
terjadinya trauma pada toraks. Tingkat morbiditas mortalitas akan meningkat dan
menjadi penyebab kematian kedua didunia pada tahun 2020 menurut WHO (Word Health
Organitation).
Pneumotoraks merupakan suatu cedera dada yang umum di temukan pada
kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupakan kegawat daruratan yang harus di
berikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari kematian. Insiden
pneumotoraks tidak diketahui secara pasti dipopulasi, dikarenakan pada literatur literatur,
angka insidennya di masukan pada insiden cedera dada atau trauma dada. Sebuah
penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien menderita trauma, merupakan pasien
yang mengalami pneumotoraks. Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan
gejala dari pneumotoraks terdesak menyebabkan banyak penderita meninggal setelah
atau dalam perjalanan menuju kerumah sakit. Sebenarnya penanganan pneumotoraks
terdesak dapat dilakukan dengan bantuan hidup dasar tanpa memerlukan tindakan
pembedahan, sebelum mengirim pasien ke pusat pelayanan medis terdekat, sehingga
disini diperlukan pengatuhan untuk identifikasi awal dari gejala pneuomotoraks terdesak,
memberikan bantuan hidup dasar, dan mengirimnya ke tempat pelayanan medis terdekat,
untuk mengurangi tingkat mobiditas dan mortalitas.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit Open Pneumotoraks pada pasien
gawat darurat
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui proses tibulnya penyakit Open Pneumotoraks
b. Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien dengan Open
Pneumotoraks
c. Untuk mengetahui hal-hal saja yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara segera
pada pasien Open Pneumothoraks
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Open pneumotoraks adalah yang terjadi akibat terdapatnya hubungan antara
rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari luar. Perubahan tekanan ini
sesuai dengan perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan
menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif.
Open pneumotoraks adalah adanya trauma tembus pada dinding dada dimana
udara yang masuk diruang pleura lebih banyak berasal dari paru-paru yang rusak dari
pada defek dinding dada. Jika dinding dada cukup lebar udara dapat masuk dan keluar
dari ruang pleura pada setiap pernafasan sehingga mnyebabkan paru didalamnya kolaps.
Open pneumotoraks merupakan adanya lubang pada dinding dada yang cukup
besar untuk memungkinkan udara mengalir dengan bebas dan masuk ke luar rongga
toraks bersama setiap upaya pernafasan.

B. ETIOLOGI
Open pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus dada. Berdasarkan kecepatannya,
trauma tembus dada dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kecepatannya, yaitu
- Luka tusuk
Umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata (benda yang menusuk atau
mengenai dada) menghancurkan area kecil di sekitar luka. Kebanyakan luka tusuk
disebabkan oleh tusukan pisau. Namun, selain itu pada kasus kecelakaan yang
mengakibatkan perlukaan dada, dapat juga terjadi ujung iga yang patah (fraktur iga)
mengarah ke dalam sehingga merobek pleura parientalis  dan viseralis sehingga dapat
mengakibatkan open pneumotoraks.
- Luka tembak
Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan rendah, sedang, atau
tinggi. Faktor yang menentukan kecepatan dan mengakibatkan keluasan kerusakan
termasuk jarak darimana senjata ditembakkan, kaliber senjata, dan konstruksi serta
ukuran peluru. Peluru yang mengenai dada dapat menembus dada sehingga
memungkinkan udara mengalir bebas keluar dan masuk rongga toraks.

C. KLASIFIKASI
a. Artificial           
Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau
pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau
pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan
pneumothoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah
berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah akibat tindakan
biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
b. Traumatic
Masuknya udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea
atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda
asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan
udara dalam rongga pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan
rongga pleura.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bisa berupa: Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
 Sesak nafas
 Dada terasa sempit
 Mudah lelah
 Denyut jantung yang cepat
 Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. Gejala lainnya
yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi).
E. PATHWAY

Trauma Tajam, Mengenai Rongga Torax


Trauma Dada
Trauma Tembus & Rongga Pleura

Masuk udara ke Luka terbuka pada


Open Pneumo Thorax
rongga pleura pleura

Aliran udara ke
rongga pleura Tekanan Penumpukan darah
Intrathorax yg dijalan nafas
progresif
Terjadinya Kolaps
paru
Penekanan vena cava Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Ekspansi paru Efektif
Efektivitas Pompa
Jantung
Nafas cepat &
dangkal TD menurun

Penurunan curah
Pola Nafas Tidak
jantung
Efektif

Difusi O2 & CO2 pada


Fungsi Alveoli membran alveoli

Sianosis

Gangguan
Pertukaran Gas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB & DIAGNOSTIK)
 Ro.Thoraks
Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura; dapat menunjukkan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
 Gas Darah Arteri (GDA) Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang
dipengaruhi atau gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang meningkat. PaCO2 mungkin normal atau menurun ;saturasi O2 bisa
menurun.
 Torasentesis
Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa.
 Hb
Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.

G. KOMPLIKASI
1. Kebocoran udara berulang
2. Shock
3. Serangan jantung
4. Oksigen darah rendah
5. Kegagalan pernapasan

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pneumotoraks terbuka membutuhkan intervensi kedaruratan. Menghentikan aliran
udara yang melewati lubang pada dinding dada merupakan tindakan menyelamatkan
jiwa. Pada situasi darurat tersebut, apa saja dapat digunakan untuk mentup luka dada
misalnya handuk, sapu tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan
untuk menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup.
Aksi ini membantu mengembangkan kembali paru dan mengeluarkan udara dari
toraks. Di rumah sakit, lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petrolium.
Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya, selang dada
yang dihubungkan dengan drainase water-seal (WSD) dipasang untuk memungkinkan
udara dan cairan mengalir. Anti biotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat
kontaminasi. Singkirkan adanya perlukaan atau laserasi pada paru-paru atau organ intra
toraks lain.
Tindakan torakotomi dilakukan bila:
1. Kebocoran paru yang masif sehingga paru tak dapat mengembang (bullae / fistel
bron kopleura).
2. Pneumotoraks berulang.
3. Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension pneumothorax).
4. Pneumotoraks bilateral.
5. Indikasi social (pilot, penyelam, penderita yang tinggal di daerah terpencil)
6. Teknik bedah

I. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


1. Pengkajian
a. Identitas
1) nama :
2) umur :
3) jenis kelamin :
4) agama :
5) status perkawinan :
6) pendidikan :
7) pekerjaan :
8) tanggal masuk :
9) no register :
10)Diagnosa medic :
11) Penanggung jawab :

b. Dalam mengkaji pasien Gawat Darurat dengan kasus OPEN


PNEUMOTORAKS, harus dilakukan dengan sistematis mulai dari:
1) A: Airway (jalur nafas)
Pada airway yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan jalan nafas,
memperhatikan apakah ada obstruksi pada jalan nafas( benda
asing,secret,darah). Pada kasus open pneumotoraks terdapat masalah pada
jalan napasnya  yang disebabkan oleh penumpukan darah dan udara.
2) B:Breathing (pernapasan)
Pada auskultasi suara napas menghilang yang mengindikasikan bahwa paru
tidak mengembang dalam rongga pleura.perkusi dinding dada
hipersonor,semakin lama tekanan udara didalam rongga pleura didalam
rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan atmosfir. Udara yang
terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga dapat
terjadi sesak nafas tiba-tiba,nafas pendek bahkan sering menimbulkan gagal
nafas.
3) C:Circulation (sirkulasi)
Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan tergesernya organ
mediastinum secara massif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan. Pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera ini
dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kava superior dan inferior yang
dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac output.
4) D:Disability (kesadaran)
Pada pasien open pneumotoraks memang mungkin akan mengalami
penurunan kesadaran GCS nya sekitar 3 – 8
5) E:Exposure
Adanya luka tembus menyebabkan luka terbuka dan bunyi aliran udara
terdengar pada area luka tembus. Yang selanjutnya disebut “ sucking” chest
wound (luka dada menghisap).
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sesak napas sering dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada
dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada
gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah ada riwayat trauma yang
mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan
yang menyebabkan tekanan pada paru meningkat, kecelakaan lalu lintas
biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB Paru
dimana sering terjadi pada pneumothorax spontan, atau klien pernah
mengalami trauma sebeumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
mungkin menyebabkan pneumothorax seperti kanker paru, asma, TB paru dan
lain-lain.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
- Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat
2) Sirkulasi
- S3 / S4 / irama jantung, Gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi)
- Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
dengan ketegangan pneumotoraks.
- Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung
menunjukkan udara dalam mediastrum)
- Tekanan darah : hipotensi
- DJV
3) Integritas ego
- Ketakutan
- Cemas
- Gelisah
4) Nyeri atau kenyamanan
- Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk/ regangan
- Mengerutkan wajah
5) Pernafasan
- Kesulitan bernafas
- Peningkatan frekuensi/ takipnea dan kedalaman pernafasan
- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada dada,
leher; retraksi interkostal, ekspirasi abdomen kuat
- Bunyi nafas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat)
- Fremitus menurun (sisi yang terlibat)
- Palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma/ kemps;
penurunan pada jaringan dengan palpasi)
- Inspeksi : kulit pucat, sianosis, berkeringat
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Nilai gas darah arteri (GDA) PaCO2 <> 7,40. Penurunan tekanan oksigen
darah arteri (PaCO2).
2) Elektrolit serum: menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
3) Fosfat serum: Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5
mg/dl). Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke
sel-sel.
4) EKG: Mendeteksi disritmia jantung, yang mungkin terjadi dengan alkalosis.

2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds: Pasien mengatakan dadanya sesak penumpukan darah Bersihan jalan napas
Do: - Pasien tampak sesak dan udara. tidak efektif 
- Ada penumpukan darah dan udara
- Bunyi napas ronchi
- TTV:
TD 80/70
R:33X/MENIT
Ds: Pasien mengatakan sesak nafas penurunan Ketidak efektifan
Do:- Nafas pasien sucking wound kemampuan pola nafas
- Terdapat retraksi dinding dada oksigenasi karena
- Terpasang O2 akumulasi udara
- RR 32
- Saat nafas menggunakan
otot bantu pernafasan

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif  b/d penumpukan darah dan udara.
b. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan
oksigenasi karena akumulasi udara
c. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung (Bradikardi)
d. Resiko terjadinya infeksi b/d adanya luka tusuk
4. Intervensi
NO INTERVENSI RASIONAL
DX
1 1. Kaji kesadaran pasien dengan 1. mengetahui tingkat kesadaran pasien,
menyentuh, menggoyang dan apakah masih dalam tahap unrespon,
memanggil namanya. pain, voice, dan alert.
2. Lakukan panggilan untuk 2. bantuan segera dapat membantu
pertolongan darurat mempercepat pertolongan.
3. Beri posisi terlentang pada 3. mengantisipasi trauma servikal, posisi
permukaan rata yang tidak keras, yang tepat dan lingkungan yang nyaman
kedua lengan pasien disamping dapat penolong dan korban dalam
tubuhnya melakukan tindakan.
4. Berikan posisi nyaman pada 4. meningkatkan inspirasi
klien seperti semifowler/fowler maksimal,meningkatkan ekspansi paru
5. Tutup lubang atau luka dengan dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
kassa 3 sisi 5. mencegah kebocoran udara dari dalam
6. Beri O2 atau pasang ventilator 6. alat dalam menurunkan kerja napas,
7. Berikan obat jenis analgetik meningkatkan penghilangan distress
8. Lakukan pemasangan WSD respirasi dan sianosis sehubungan dengan
hipoksemia
7. mengurangi hingga menghilangkan rasa
nyeri
8. untuk mengeluarkan darah yang
menumpuk pada rongga pleura
2 1. Kaji pernapasan klien dengan 1. mengetahui ada tidaknya pernapasan.
mendekatkan telinga di atas hidung 2. mengetahui apakah masih terjadi
atau mulut sambil pengembangan paru.
mempertahankan pembukaan 3. mendengarkan apakah terdapat suara
jalan nafas tambahan atau tidak.
2. Perhatikan dada pasien dengan 4. Meningkatkan ekspansi paru.
melihat gerakan naik turunnya 5. mengetahui keberhasilan tindakan yang
dada pasien. telah dilakukan
3. Auskultasi yang keluar waktu 6. memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
ekspirasi,merasakan adanya
aliran udara.
4. Berikan posisi nyaman pada
klien seperti semifowler/fowler.
5. Observasi kembali naik turunnya
dada,mendengar dan merasakan
udara yang keluar pada
ekshalasi.
6. Berikan O2 atau pasang
ventilator
3 1. Tentukan ada tidaknya denyut 1. perabaan dilakukan untuk mengetahui
nadi . apakah jantung masih berkontrasi atau
2. Hubungi system darurat dengan tidak.
memberikan informasi tentang 2. informasi yang diperoleh akan membantu
hal-hal yang terjadi dan peralatan dalam menentukan tindakan selanjutnya
yang diutuhkan. sehingga pertolongannya akan lebih
3. Kolaborasi dalam pemasangan mudah
dan pemberian cairan infuse 3. memenuhi kebutuhan cairan dan
elektorlit. Pantau pemberian cairan yang
dilakukan, jangan sampai terjadi udem
4 1. Luka tembus perlu segera ditutup 1. memungkinkan udara yang terhisap
dengan pembalut darurat atau dapat dikeluarkan dan bagian yang
balutan tekan dibuat kedap udara terbuka sebagai katup dimana udara
dengan petroleum jelly. dapat keluar dan paru-paru akan
2. Pemberian antobiotik mengembang.
3. Pertahankan kebersihan daerah 2. mengurangi terjadi proses infeksi
sekitar luka 3. mencegah terjadinya iritasi
BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN TRAUMA DADA OPEN
PNEUMOTHORAKDIRUANG ICU RSUD ABDUL MOELOK

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-lai
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Alamat :Tanjung Karang
Pekerjaan : Wiraswasta
No.RM : 0072
DX Medis : Open Pneumothorak
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. U
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Istri

2. ALASAN DIRAWAT DI ICU


Pasien masuk keruang ICU dengan keluhan sesak nafas berat, dengan keadaan umum
lemas, terdapat luka tusuk didada sebelah kiri dan disertai nyeri pada gerakan
pernapasan. Ekspasi dinding dada tidak simetris, frekuensi nafas cepat dan dangkal

3. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Pada jalan nafasnya terdapat penumpukan darah dan udara, Tidak terdapat sputum
dan cidera servikal, Terdapat bunyi nafas ronchi basah.

b. Breathing
Pasien sesak berat dengan aktivitas dan tanpa aktivitas, Frekuensi nafas cepat dan
dangkal, Ekspansi dinding dada tidak simetris, Pasien nafas menggunakan otot
bantu pernapasan, Frekuensi nafas pasien tidak teratur, Respirasi pasien 33x/menit,
Terdapat Sucking Chest Wound (Luka dada menghisap)
c. Circulation
Pasien dalam kondisi sadar namun sangat lemah, Nadi pasien 50x/menit, Irama
jantung pasien tidak terature, Denyut nadi pasien teraba lemah, Tekanan darah
pasien 90/70 mmHg, Warna kulit pasien tampak pucat dan ekstremitas teraba
dingin.
d. Disability
Pasien berespon terhadap suara, Pasien berbicara tidak jelas, dan gerakan pasien
fleksi abnormal, Pupil pasien ishokor

4. PENGKAJIAN SKUNDER
a. Kardiovaskuler
Tanda bradikardi, Frekuensi tidak teratur/disritmia, Irama jantung gallop (gagal
jantung skunder terhadap effusi). Tekanan darah pasien 90/70 mmHg, Nadi
50x/menit, Akral teraba dingin, Pasien pucat, Saturasi oksigen 60%.
b. Pernafasan
Pasien sulit bernafas, RR 33x/menit, Frekuensi nafas pasien cepat dan dangkal,
Ekspansi dinding dada tidak seimbang, Pasien nafas menggunakan otot bantu
pernapasan dan kulit pasien tampak pucat.
c. Nutrisi
Pasien tidak nafsu makan, Asupan nutrisi pasien melalui infus, Cairan seperti
Triofusin E 1000 yang mengandung karbohidrat
d. Muskuloskeletal- Integumen
Ada luka bekas tusukan benda tajam didada kiri. Pasien tampak kelelahan, Kulit
pasien pucat dan berkeringat serta kemampuan gerak terbatas.
e. Endokrin
Terjadi peningkatan metabolisme dan Pasien kelemahan
f. Spiritual dan Psikososial
Pasien ansietas, gelisah, bingung dan pingsan, Pasien bicaranya tidak jelas.

g. Cairan
Asupan cairan pasien melalui infus dan hanya ½ gelas/hari.
h. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur pasien terganggu karena sesak nafas yang berat dan merasakan
nyeri didada ketika pasien bernafas

5. MONITOR TIAP JAM


 Kesadaran pasien menurun, pasien lemah, irama jantung pasien tidak teratur
terkadang cepat dan terkadang lambat, pasien merasakan nyeri didada yang
tertusuk, skala nyeri 5 dan saturasi oksigen pasien menurun yaitu 60%
 TTV: RR 33x/menit, Suhu: 35,7°C,TD: 80/70 mmHg
 Ujung kaki dan tangan teraba dingin
 Gerakan matanya lamba
 GCS pasien 9
 Pasien BAK dan BAB ditempat tidur  menggunakan pispot dan dibantu
keluarganya

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB DAN DIAGNOSTIK)


 Analisa gas darah
PCO2 meningkat > 45, PO2 menurun < 80
 SaO2 60%
 Hb 12,5
 Fosfat serum < 0,5 mg/dl
 EKG: bradikardi 60 x/m
 Ro, Thoraks, Akumulasi udara dan darah pada arean pleura

7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


 Menutup luka dengan kassa steril yang di plester pada 3 sisi saja
 Pasang drainase water seal (WSD) untuk memungkinkan udara dan cairan
mengalir
 Berikan antibiotik untuk melawan infeksi akibat terkontaminasi Amoxicilin 500
mg
 Berikan klien posisi nyaman seperti semi fowlerBerikan O2 atau pasang ventilator

B. ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Etiologi
1 Ds: - pasien mengatakan Bersihan jalan nafas Adanya penumpukan
sesaknya sangat berat tidak efektif darah di jalan nafas
Do:- Terdapat penumpukan
darah di jalan nafas
 Bunyi nafas Rochi
basah
 Pasien sulit berbicara
2 Ds: - Pasien mengatakan Pola nafas tidak efektif Hambatan upaya
nafasnya sesak nafas (luka terbuka
Do: -Pasien tampak sesak berat pada pleura)
-pasien nafas menggunakan
otot bantu pernafasan.
-terdapat retraksi dinding
dada
-RR 33 x/mnt
-terdapat sucking chest
wound (Luka dada
menghisap)
3 Ds:-Klien mengatakan badannya Penurunan curah Perubahan irama
sangat lemah jantung. jantung (bradikardi)
Do:- Nadi pasien 50 x/mnt
 TD 90/70 mmHg
 Pasien tampak sesak
 Warna kulit pasien
pucat
 Akral dingin
 Saturasi oksigen 60%

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya penumpukan darah pada jalan nafas
2. Pola nafas tidakefektif b.d hambatan upaya nafas (luka terbuka pada pleura)
3. Perunan curah jantung b.d perubahan irama jantung (Bradikardi)

D. RENCANA KEPERAWATAN
NO No. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1 1 Setelah dilakukan 1. Lakukan tindakan 1. Membersihkan
asuhan keperawatan suction sumbatan pada jalan
selama 1x24 jam 2. Berikan posisi nyaman nafas
diharapkan bersihan seperti semi fowler 2. Meningkatkan
jalan nafas 3. Berikan O2 tambahan inspirasi maksimal
tidakefektif dapat 4. Kolaborasi pemasangan pada paru
teratasi dengan WSD (water seal 3. Menurunkan kerja
Kriteria Hasil: drainase) nafas
1. Tidak ada 4. Untuk mengeluarkan
penumpuka darah darah
di jalan nafas
2. Sesak nafas
berkurang
3. Tidak ada bunyi
nafas tambahan
4. Frekuensi nafas
tidak cepat dan
dangkal
2 2 Setelah dilakukan 1. Tutup luka tembus di 1. Supaya mencapai
asuhan keperawatan dada menggunakan pola nafas yang
selama 1x24 jam di kasa 3 sisi adekuat
harapkan pola nafas 2. Kaji pernafasan pasien 2. Mengetahui adanya
tidak efektif dapat 3. Ajarkan teknik pendarahan nafas
teratasi dengan relaksasi nafas dalam 3. Untuk mengontrol
Kriteria Hasil : 4. Posisikan pasien untuk pola pernafasan
1. Frekuensi nafas memaksimalkan secara mandiri
dalam batas normal ventilasi 4. Memaksimalkan pola
2. Nafas tidak pernafasan
menggunakan otot
bantu pernafasan
3. Ekspansi dinding
dada simetris
3 3 Setelah melakukan 1. Identifikasi tanda dan 1. Agar mengetahui
tindakan asuhan gejala penurunan curah adanya tanda-tanda
keperawan selama jantung penurunan curah
1x24 jam penurunan (Dispnea,kelelahan) jantung
curah jantung dapat 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengetahui
teratasi dengan vital perubahan tanda-
Kriteria Hasil: 3. Monitor saturasi tanda vital
1. Irama jantung pasien oksigen 3. Mengetahui
teratur 4. Monitor intake dan oksigenasi yang
2. Akral pasien hangat output cairan adekuat
3. Nadi pasien dalam 4. Mengetahui
batas normal kebutuhan cairan
4. Pasien tidak pada tubuh
kelelahan atau pucat

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TT


D
1 15/10/20 1. Melakukan tindakan suction S : Pasien mengatakan √
09.00 wib 2. Memberikan posisi nyaman sesaknya berat
seperti semifowler O : - Terdapat penumpukan
3. Memberikan oksigenasi darah pada jalan nafas
tambahan - Bunyi nafas ronchi
4. Mengkolaborasi pemasangan basah
WSD (water sealed drainage) A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan tindakan
suction
2. Berikan posisi nyaman
seperti semifowler
3. Berikan oksigenasi
tambahan
4. Kolaborasi pemasangan
WSD (water sealed
drainage)

13:20 1. Menutup luka tembus di S : Pasien mengatakan



dada menggunakan kasa 3 nafasnya sesak
sisi O : - Terdapat retraksi dinding
2. Mengkaji pernafasan pasien dada
3. Mengajarkan teknik  RR 33x/menit
relaksasi nafas dalam  Terdapat luka dada
4. memposisikan pasien untuk menghisap
memaksimalkan ventilasi  Pasien nafas
menggunakan otot bantu
pernafasan

A: Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
-Tutup luka tembus dengan
kasa 3 sisi
-Kaji pernafasan pasien
-Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi

19:00 1.Mengidentifikasi tanda dan S: Pasien mengatakan badan



gejala penurunan curah nya sangat lemah
jantung ( kelelahan, dispnea )O : - Nadi 50x/menit
2. Memonitor tanda-tanda vital  TD 90/70
3. Memonitor saturasi oksigen  Kulit tampak pucat
4. Memonitor intake dan  Akral dingin
output cairan A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi tanda dan
gejala penurunan curah
jantung ( kelelahan,
dispnea )
2. Monitor tanda-tanda
vital
3. Monitor saturasi oksigen
4. Monitor intake dan
output cairan
2 16/10/20 1. Melakukan tindakan suction S: Pasien mengeluh sesak √
09:40 2. Memberikan posisi nyaman nafas berat
semi fowler O: - Terdapat penumpukan
3. Memberikan oksigenasi darah pada jalan nafas
tambahan - Bunyi nafas ronchi
4. Mengkolaborasi basah
pemasangan WSD (water A: Masalah belum teratasi
sealed drainase) P: Lanjutkan intervensi
1. lakukan tindakan
suction
2. Berikan posisi nyaman
semifowler
3. Berikan oksigenasi
tambahan
4. Kolaborasi
pemasangan WSD
(water sealed drainase)

14:00 1. Menutup luka tembus S: Pasien mengeluh sesak



dengan menggunakan kasa nafas
3 sisi O: - Terdapat retraksi dinding
2. Mengkaji pernafasan pasien dada
3. Mengajarkan teknik  RR 33x/menit
relaksasi nafas dalam  Terdapat luka dada
4. Memposisikan pasien untuk meghisap
memaksimalkan ventilasi  Pasien nafas
menggunakan otot bantu
pernafasan
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Tutup luka tembus
dengan menggunakan
kasa 3 sisi
2. Mengkaji pernafasan
pasien
3. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

19:40 1. Mengidentifikasi tanda dan S : Pasien mengeluh badannya √


gejala penurunan curah sangat lemah
jantung (dispnea & O: - Nadi 50x/menit
kelelahan)  TD 90/80
2. Monitor ttv  Kulit tampak puncat
3. Memonitor saturasi oksigen  Akral dingin
4. Memonitor intake dan output A : Masalah belum teratasi
cairan P: Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi tanda
dan gejala penurunan
curah jantung (dispnea
& kelelahan)
2. Monitor ttv
3. Monitor saturasi oksigen
4. Monitor intake dan
output cairan.

3 17/10/20 1. Melakukan tindakan suction S: Pasien mengatakan sesak √


10:10 2. Memberikan posisi nyaman namun tidak terlalu berat
semi fowler O: - Tidak ada penumpukan
3. Memberikan oksigenasi darah
tambahan  Tidak ada bunyi nafas
4. Mengidentifikasi tambahan
pemasangan WSD A: Masalah jalan nafas
teratasi
P: Hentikan intervensi selain
tambahan oksigenasi

14:20 1. Menutup luka tembus S: Pasien masih mengeluh
didada dengan kasa 3 sisi sesak nafas
2. Mengkaji pernafasan pasien O: - RR 28x/menit
3. Mengajarkan teknik  Pasien nafas
relaksasi nafas dalam menggunakan otot bantu
pernafasan pernafasan
 Retraksi dinding dada
tidak simetris
A: Masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1.Menutup luka tembus
didada dengan kasa 3 sisi
2.Mengkaji pernafasan
pasien
3.Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

20:00 1. Mengidentifikasi tanda- S: Pasien mengatakan tidak
tanda vital terlalu lemas
2. Memonitor ttv O: - Nadi 60x/menit
3. Meminitor saturasi oksigen TD 90/80
4. Memonitor intake dan Kulit tampak pucat
output cairan Akral mulai hangat
Saturasi oksigen 85%
A: Masalah penurunan curah
jantung belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi tanda-tanda
vital
2. Monitor ttv
3. Monitor saturasi
oksigen
4. Monitor intake dan
output cairan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Open Pneumotoraks merupakan terjadi akibat trauma tembus/tusuk sehingga  terdapat


hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari luar.
Tekanan intra pleura sama dengan  tekanan barometer atau sama dengan  udara luar
sedangkan  tekanan intra pleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan menjadi negative
dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif, open pneumothoraks terdapat
Sucking Chest Wound (Luka dada menghisap). Penangan  yang tepat pada penderita 
Open Pneumotoraks yaitu tutup luka dengan kassa steril dengan tiga sisi, kemudian
lakukan kolaborasi pemasangan WSD (water seal drainase).

B. SARAN

 Lakukan pengkajian primery survei terlebih dahulu seperti Airway, Breathing,


Circulation, Disability, dan Exposure.
 Tekankan tindakan pertolongan untuk pemasangan kasa steril tiga sisi pada luka
tembus pada dada untuk mengatasi masalah pernapasan yang dialami.
 Lakukan kolaborasi untuk pemasangan WSD (water seal drainase) untuk
mengeluaran darah di dalam
 Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan serebral yang
mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit maka akan menyebabkan
kematian biologis.
 Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum mencapai
hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan untuk membantu
menyelamatkan nyawa korban.
 Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit

BAB V

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Husain AS, Dkk .(2011). Penatalaksanna Gawat  Paru Masa Kini. Yogykarta.

Ade Punarbawa, I Wayan & Putu Purmana Suarjaya. (2015). Identifikasi Awal Dan

Bantuan Dasar Pada Pneumotoraks. Jurnal ilmiah. 1-18

Eddy Yapri, Thomas Kardjito, Mohammad Amin. (2010). Pneumotorax: Symposium

Ilmu Kedokteran Darurat. Surabaya

Hood Alsegaf, Isnu Pradjoko. (2017). Pneumotoraks, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru,

Fk Unair Surabaya.

Kristanty, Paula, dkk.(2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:TIM

Nirwan Arief , Wibowo Surya (2016): Pneumotoraks. Dlam Symposium.

Anda mungkin juga menyukai