Anda di halaman 1dari 18

Hasil Pemantauan dan Evaluasi

Pembangunan Daerah 2020


Direktorat Pemantauan, Evaluasi, dan
Pengendalian Pembangunan Daerah

Jakarta, 16 Desember 2020


Disampaikan Pada Temu Konsultasi Bappenas – Bappeda Seluruh Indonesia
Tahun 2020
Kerangka Kegiatan PEPPD

Pemantauan Pembangunan di Daerah Koordinasi Pembangunan

• Pemantauan Sasaran Utama Kewilayahan


• Koordinasi pembangunan dengan Ombudsman Republik
• Pemantauan Keterkaitan Perencanaan Pusat dan Daerah
Indonesia
• Pemantauan Pembangunan Kewilayahan
• Kegiatan Joint Monev DAK Fisik 2020 dengan Direktorat
Otonomi Daerah dan Direktorat Sektor terkait di Bappenas
• Kegiatan Joint Review DID 2020

Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Evaluasi Pembangunan Daerah (EPD)

• Evaluasi terhadap pembangunan daerah (proses • Evaluasi Pencapaian Makro Wilayah (34 Provinsi)
penyusunan dokumen RKPD; kualitas dokumen RKPD; • Evaluasi Adaptasi Daerah dalam Penanganan COVID-19
pencapaian pembangunan, inovasi pembangunan)
• Pemberian Penghargaan kepada Provinsi/Kab/Kota
• Knowledge Sharing Pembangunan Daerah
• Penyusunan Buku Praktik Cerdas Daerah

2
Hasil Pemantauan Pembangunan Daerah:
Keterkaitan Target Pengembangan Wilayah Tahun 2020

Target pengembangan wilayah RKP berbeda dengan RKPD,


sehingga :
• Target pertumbuhan ekonomi RKPD sulit untuk dicapai.
Perbedaan target pertumbuhan ekonomi berdampak pada
perbedaan kontribusi PDRB wilayah terhadap PDB
• Target tingkat pengangguran terbuka RKP sulit untuk dicapai
• Target tingkat kemiskinan RKP dan RKPD di beberapa wilayah
sulit untuk dicapai
Sumber: Pemantauan Pembangunan Daerah 2020, Bappenas
3
Ketercapaian Target Makro RKP dan RKPD 2020 di 34 Provinsi:
Hampir semua indikator makro belum mampu mencapai target RKP dan RKPD 2020
kecuali rasio gini dan IPM

Tidak Tercapai Tercapai


Ketercapaian Target Makro
0% 0% 0% 0% 3% 0% 3%
12%
26% 29% • Pada triwulan III-2020, semua
38% indicator makro belum mampu
mencapai target RKP maupun RKPD
76% 2020 kecuali rasio gini dan IPM.
100% 100% 100% 100% 97% 100% 97% • Pencapaian target RKP untuk indicator
88%
74% 71% rasio gini paling tinggi dengan 26
62% provinsi yang telah berhasil mencapai
24% target.
• Target RKP maupun RKPD untuk
indikator tingkat kemiskinan dan
RKP RKPD RKP RKPD RKP RKPD RKP RKPD RKP RKPD RKP RKPD pertumbuhan ekonomi serta TPT
Pertumbuhan Pertumbuhan Tingkat Kemiskinan TPT (Agustus) Rasio Gini (Maret) IPM (2020) cukup sulit tercapai ditengah kondisi
Ekonomi (Smt I- Ekonomi (TW III- (Maret) pandemic COVID-19.
2020) 2020)

Sumber data: BPS dan Dokumen Perencanaan, diolah

*Catatan:
• Pencapaian RKP Kewilayahan menggunakan target tahunan RPJMN 2020 - 2024
Sumber: Evaluasi Pembangunan Daerah 2020, Bappenas

4
Perbandingan Progress Capaian Daerah dengan Nasional:
Walaupun pencapaian daerah belum mencapai target RKP dan RKPD tetapi beberapa
daerah progressnya lebih baik dibandingkan Nasional.

Perbandingan Progress
17,6% 20,6%
35,3% 38,2%
52,9% • Walaupun tingkat pengangguran terbuka
Nasional mengalami peningkatan, tetapi 27
provinsi memiliki progress yang lebih baik
dibandingkan Nasional.
• Provinsi Kepri, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
82,4% 79,4% Tengah, Jawa Timur, Banten dan Bali memiliki
64,7% 61,8% progress TPT yang lebih buruk
47,1% dibandingkan Nasional. Hal ini menunjukkan
daerah di Pulau Jawa dan Bali paling
terdampak COVID-19.

Pertumbuhan ekonomi Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Rasio Gini (Maret 2020) IPM (2020)
(TW III, c-to-c) (Maret 2020) Terbuka (Agt 2020)
Lebih baik Lebih buruk

Sumber: Evaluasi Pembangunan Daerah 2020, Bappenas

5
Kinerja Pencapaian Tahun 2020 di 34 Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (TW 3-2020, c-to-c) Tingkat Kemiskinan (Maret) Tingkat Pengangguran Terbuka (Agt) Rasio Gini (Maret) IPM (2020)
Perbandingan dengan Perbandingan dengan Perbandingan dengan Perbandingan dengan Perbandingan dengan
Provinsi
Tahun Target Target
Capaian Nas tren/progr Target Tahun Capaian tren/progr Target Target RPJMN Tahun Capaian tren/progr Target Tahun Capaian tren/progr Target RKP Tahun Capaian Nas tren/progres Target Target RKP
sebelumnya RPJMN RPJMN Target RKPD 2020
2020 (TW-3) es Nasional RKPD 2020 sebelumnya Nas 2020 es Nasional RKPD 2020 (2020) sebelumnya Nas 2020 es Nasional RKPD 2020 sebelumnya Nas 2020 es Nasional (2020) sebelumnya 2020 Nasional RKPD 2020 2020
(TW-3 2019) (2020) (2020)

ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR

KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA

Sumber: Evaluasi Pembangunan Daerah 2020, Bappenas 6


Skenario Pemulihan Ekonomi Daerah:
Daerah fokus pada Pariwisata, UMKM, Investasi dan Industri

Lainnya 15,46

Perdagangan 8,25

Ekonomi Digital 9,28

Ketenagakerjaan 12,37

Pertanian 16,49

Industri 23,71

Investasi dan perizinan 31,96

UMKM 31,96

Pariwisata 63,92

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Sumber: Kuesioner Evaluasi Pembangunan Daerah 2020, diolah

7
Rekap Isu Strategis di 34 Provinsi

Lainnya 76,5% Highlight


Konektivitas dan Infrastruktur dasar 76,5%

SDM 70,6% Isu strategis yang banyak ditemui di seluruh provinsi termasuk
kategori lainnya seperti transformasi ekonomi, isu penurunan
Ketenagakerjaan dan Pengangguran 70,6% 1 lingkungan, pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusif dan daya
saing daerah.
struktur ekonomi daerah 67,6%
Isu strategis terkait konektivitas dan infrastruktur wilayah,
Kemiskinan 64,7% ketenagakerjaan dan pengangguran, struktur ekonomi daerah,
2 dan kemiskinan merupakan isu yang banyak ditemui di seluruh
Ketimpangan Wilayah 32,4% provinsi.

Industri 26,5%

Pariwisata 26,5%

UMKM 11,8%

Sumber: Evaluasi Pembangunan Daerah 2020, Bappenas

8
Isu Kewilayahan
KALIMANTAN SULAWESI
1. Transformasi ekonomi dari SDA berbasis tambang 1. Perlambatan pertumbuhan ekonomi, bahkan sebelum adanya
menjadi berbasis pertanian yang dapat diolah menjadi Pandemi Covid-19
barang industri makanan 2. Angka IPM wilayah Sulawesi yang masih rendah sehingga perlu
peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan di remote area. Serta
2. Kuantitas dan kualitas infrastruktur dasar dan distribusi tenaga pendidik maupun tenaga kesehatan yang masih
pendukung ekonomi belum merata
3. Kuantitas dan kualitas lingkungan 3. Perlu adanya hilirisasi sub sektor tanaman pangan dan holtikultura
4. Dampak sosial ekonomi akibat pandemi COVID-19 4. Kapasitas infrastruktur dasar dan wilayah terutama penunjang sector
5. Peningkatan proses industrialisasi unggulan yang masih rendah
6. Peningkatan kualitas angkatan kerja menyesuaikan 5. Masih tingginya angka pengangguran di wilayah perkotaan, besarnya
dengan kebutuhan pasar kerja jumlah penganggur yang terdidik dan berada di usia produktif
serta kurang sesuainya antara kualifikasi lulusan SMK dengan
7. Masih rendahnya kualitas pendidikan terutama di kebutuhan pasar tenaga kerja
daerah yang terbatas infrastruktur dan murid kurang 6. Tingginya tingkat ketimpangan di wilayah perkotaan setidaknya jika
mampu serta peningkatan angka putus sekolah dan dibandingkan dengan wilayah perdesaan
penurunan rata-rata lama sekolah. 7. Kualitas SDM, kelembagaan dan industri pariwisata yang belum
8. Rendahnya kontribusi sektor pendukung pariwisata memiliki daya saing kuat dan merata
daerah 8. Perlu adanya pengembangan destinasi ungggulan dan industri kreatif
9. Rendahnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian 9. Konektivitas dan literasi digital yang rendah menyebabkan daya saing
kegiatan UMKM dan pemulihan ekonomi masih terkendala
10. Keterbatasan infrastruktur dasar
11. Tingginya angka stunting di wilayah kepulauan
12. Transformasi ekonomi

9
Isu Kewilayahan

NUSA TENGGARA
1. Adanya ketidakseimbangan pembangunan antar sektor, khususnya antara pengembangan
sektor pariwisata dan pertanian
2. Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian daerah namun belum
diiringi oleh peningkatan nilai tambah secara optimal
3. Kondisi pendidikan terutama yang mengukur akses pendidikan masih relatif rendah dan
berada di bawah angka rata-rata nasional
4. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) meningkat akibat dari banyaknya kasus pemutusan
hubungan kerja;
5. Kualitas kesehatan masyarakat secara umum relatif rendah. Namun, selama kurun waktu 3
tahun terakhir terdapat tren peningkatan yang positif terlihat dari meningkatnya indikator
kinerja kesehatan.
6. Masih tingginya ketimpangan disebabkan karena kondisi geografis, infrastruktur penunjang
antar wilayah dan kemiskinan yang terjadi dibebarapa kabupaten

10
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH
1. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan masih 1. Peningkatan kualitas SDM dan tenaga kerja berdaya
didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian, saing
kehutanan, dan perkebunan 2. Pengelolaan SDA dan Lingkungan hidup serta Mitigasi
2. Pembangunan manusia yang masih berstatus Bencana Kebakaran Lahan, Hutan, dan Kebun
“sedang” dan IPM terendah di wilayah Kalimantan 3. Percepatan penyelesaian permasalahan kawasan
3. Peningkatan tingkat pengangguran dan jumlah hutan dalam RTRWP Kalimantan Tengah
penganggur dalam tiga tahun terakhir 4. Pemerataan kesejahteraan masyarakat antarwilayah
4. Belum meratanya akses pendidikan dan kesehatan
5. Restrukturisasi sektor pertanian berbasis teknologi
karena luasnya wilayah Kalimantan Barat terutama di ramah lingkungan
daerah kawasan khusus, perbatasan, terpencil dan
6. Pengembangan Green Economy dan Green
daerah tertinggal
Government
5. Masih tingginya angka kemiskinan bahkan tertinggi di
wilayah Kalimantan 7. Rendahnya akses sanitasi masyarakat
6. Keberlanjutan pembangunan infrastruktur
7. Peningkatan kesempatan kerja dimana terjadi
peningkatan angka pengangguran akibat PHK

11
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia 1. Terus menurunnya harga komoditas pertambangan utama
2. Daya saing perekonomian daerah dan ketergantungan seperti batu baraakibat pelemahan permintaan global
perekonomian Kalimantan Selatan terhadap komoditas berbasis mengancam sektor pertambangan dan penggalian yang
sumber daya alam berimplikasi pada stabilitas pertumbuhan ekonomi dan
kesinambungan fiskal daerah
3. Hilirisasi hasil produksi pertanian
2. Rendahnya sektor non pertambangan seperti pariwisata, jasa
4. Transformasi struktur ekonomi berbasis sumber daya alam
serta kontribusi UMKM dalam perekonomian daerah
terbarukan untuk menggantikan ekonomi berbasis pertambangan
5. Kuantitas dan kualitas infrastruktur dasar dan pendukung ekonomi 3. Tingkat pendidikan pekerja masih didominasi oleh lulusan SMP
dan SMA, sementara porsi pendidikan diploma dan di atasnya
6. Kuantitas dan kualitas lingkungan masih kurang dari 15%. Ini menandakan bahwa permintaan
7. Dampak sosial-ekonomi akibat pandemi COVID-19 tenaga kerja masih didominasi oleh jenis pekerjaan yang kurang
mengandalkan kompetensi dan keahlian spesifik
4. Kepastian kontinyuitas permintaan minyak kelapa sawit seiring
dengan kebijakan negara-negara maju yang pro-energi
berkelanjutan dan ketatnya standar yang diberlakukan untuk
produk-produk biofuel/biodiesel
5. Belum optimalnya peranan BUMDes di desa-desa dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayah perdesaan
6. Belum terintegrasinya sistem pelayanan publik berbasis
teknologi informasi.

12
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
KALIMANTAN UTARA
1. Masih lemahnya pengembangan aktivitas ekonomi yang
mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, dan
perpindahan penduduk atau migrasi dari luar daerah
merupakan isu utama yang memicu kuantitas Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Utara
2. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara mengalami
kontraksi yang signifikan namun tidak berdampak pada
tingkat kemiskinan
3. Perlu adanya hilirisasi sub sektor tanaman pangan dan
holtikultura
4. Konektifitas dan pemerataan melalui pelayanan
peningkatan infrastruktur antar wilayah yang
terintegrasi masih relatif rendah

13
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH
1. Penurunan kinerja ekonomi daerah khususnya pada 1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mengalami
sektor jasa perdagangan dan pariwisata kontraksi yang signifikan namun tidak berdampak pada
tingkat pengangguran
2. Pemerataan infrastruktur ICT dan konektivitas antar
wilayah (jalan raya penghubung Kabupaten Bolaang 2. Penangguran di Sulawesi Tengah salah satu yang terendah
Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan, di Sulawesi namun tingkat kemiskinan merupakan salah
jalan lingkar di wilayah kabupaten kepulauan dan satu yang tertinggi di wilayah Sulawesi
percepatan pembangunan bandara diantaranya di
Kabupaten SITARO) 3. Angka IPM Sulawesi Tengah cenderung rendah, untuk itu
perlu adanya perluasan mutu pendidikan dan kesehatan
3. Upaya peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing khususnya pada remote area
melalui pendidikan dan kesehatan
4. Terdapat angka Stunting tertinggi di Kabupaten Donggala,
4. Penguatan industri pengolahaan dan mekanisasi Parigi Moutong dan Sigi
pertanian
5. Perluasan dan Peningkatan Mutu Pendidikan melalui
5. Pengembangan destinasi ungggulan dan industri kreatif perubahan paradigma Pendidikan yang berorientasi
dominasi fisik dan paradigma berorientasi pada output dan
6. Peningkatan kualitas permukiman (kumuh) wilayah
outcome.
7. Terjadinya permasalahan dan degradasi lingkungan
8. Kualitas SDM, kelembagaan dan industri pariwisata yang
belum memiliki daya saing kuat dan merata

14
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA
1. Jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan cenderung 1. Penanggulangan kemiskinan
meningkat, meskipun persentase penduduk miskin
menurun 2. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan
2. Pertumbuhan ekonomi di beberapa kabupaten/kota tidak
inklusif atau tidak memberi dampak terhadap penurunan 3. Peningkatan kapasitas infrastruktur dasar dan
angka kemiskinan wilayah terutama infrastruktur penunjang sektor
unggulan
3. Sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman
masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan 4. Peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga
yang memadai sesuai skala kawasan yang ditetapkan kerja

4. Melambatnya pertumbuhan industri pengolahan akibat 5. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia


melambatnya dua jenis industri yang selama ini menjadi 6. Pembangunan berkelanjutan dengan
penopang pertumbuhan industri pengolahan, yaitu memperhatikan daya dukung lingkungan dan
industri makanan dan minuman serta industri industri sumber daya alam
bahan galian bukan logam
7. Ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan
5. Penurunan kinerja ekonomi akibat COVID-19 berdampak dasar dan bahan baku UKM dari luar Sulawesi
pada kondisi kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin Tenggara
dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sulsel pada
Februari 2020 yang mengalami peningkatan

15
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
GORONTALO SULAWESI BARAT
1. Pelemahan kinerja ekonomi daerah, khususnya pada 1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat mengalami
sektor transportasi dan sektor pertanian daerah yang kontraksi yang signifikan dan berdampak besar pada
terkontraksi kenaikan tingkat pengangguran
2. Kegiatan belajar mengajar yang tidak optimal dengan 2. Pengangguran di Sulawesi Barat salah satu yang
mekanisme Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terendah di Sulawesi namun mengalami kenaikan
yang signifikan pada semester awal 2020
3. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam
mematuhi protokol kesehatan 3. Ketimpangan di Sulawesi Barat cenderung rendah
namun perlu adanya peningkatan kembali
4. Tingkat pengangguran terbuka masih didominasi oleh infrastruktur dasar dan jaringan komunikasi pada
lulusan SMK kawasan terluar
5. Pemerataan infrastruktur daerah 4. Angka IPM Sulawesi Barat cenderung rendah, untuk
6. Tingkat kemiskinan daerah yang masih tinggi itu perlu adanya perluasan mutu pendidikan dan
kesehatan khususnya pada remote area
7. Diverifikasi lapangan usaha yang masih minim dan masih
terfokus pada sektor pertanian 5. Ekonomi Sulawesi Barat masih bergantung pada
sektor perkebunan sawit
8. Nilai tambah komoditas unggulan daerah yang masih
terbatas

16
Isu Strategis Provinsi Wilayah II
NUSA TENGGARA BARAT
1. Pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi yang
signifikan namun tidak berdampak pada tingkat
pengangguran;
2. Pertumbuhan sektor pertanian yang negatif pada
triwulan I 2020 dan positif di Triwulan II 2002 karena
perubahan musim panen menjadi April-Mei
3. Kondisi pendidikan di provinsi Nusa Tenggara Barat yang
ditandai oleh berbagai indikator terutama yang
mengukur akses pendidikan masih relatif rendah dan
berada di bawah angka rata-rata nasional
4. Insfrastruktur pendukung industri di NTB masih
tergolong rendah untuk meningkatkan minat
berinvestasi di NTB
5. Kualitas kesehatan masyarakat secara umum relatif
rendah dibandingkan dengan kondisi nasional. Meskipun
demikian, selama kurun waktu 3 tahun terakhir terdapat
tren peningkatan yang positif terlihat dari meningkatnya
indikator kinerja kesehatan.

17
TERIMA KASIH
Direktorat Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian
Pembangunan Daerah
Email: ppd@bappenas.go.id

18

Anda mungkin juga menyukai