Proposal
Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan tugas adalah aspek kepribadian yang ikut dibentuk oleh sekolah.” 1 Pembentukan
kepribadian ini merupakan salah satu tugas guru, Hazlenawatey binti Shaya
pendidikan dan merupakan faktor positif dalam hidup, sebagaIi pengembangan dari
“pengawasan dari dalam” yang menuntut seseorang ke arah pola perilaku yang dapat
Mutu suatu lembaga pendidikan dilihat pada kualitas outputnya. 4. Image suatu
lembaga pendidikan juga erat kaitannya dengan output yang dihasilkan sekolah
siswa yang berkualitas secara kognitif bisa hancur karena sikap dan tingkah laku
negative alumninya. Tingkah laku negative akan muncul jika penanaman disiplin
tidak diupayakan seoptimal mungkin. Oleh sebab itu penanaman disiplin harus
1
RR. Djamaluddin Ancok dalam Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja,
Editor: rama Furqona Cet. 1 (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001). Hlm. 58
2
Hazlenawatey binti Shaya, Bersama Menangani Disiplin Penuntut Sekolah,
http://www.brunet.bn/news/pelita/27sept/minda.htm, 14 januari 2016
3
Utami Munandar, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak-anak & Remaja, Editor: rama
Furqona Cet. 1 (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001). Hlm. 109-110
4
Ibid.Hlm. 232
2
dilaksanakan semaksimal mungkin dan sedini mungkin. Dr. Umar Tirta Rahardja
mulai ditumbuhkembangkan sejak dini bahkan sejak anak masih dalam keranjang
ayunan”5
Pembentukan disiplin dalam diri siswa bukan perkara mudah. Banyak sekolah
peraturan yang mengikat dan harus dipatuhi siswa serta diiringi dengan ancaman
hukuman bagi setiap pelanggaran terhadap peraturan itu. Akan tetapi sulit sekali kita
temukan daftar reward atas prestasi/kebaikan siswa. Padahal ketaatan yang lahir dari
dalam memperlakukan siswa, sebab yang diperhatikan hanyalah sisi negatifnya saja
dan kurangnya antusiasme dalam menilai tindakan positif siswa. Bukankah idealnya
jika kita berani menetapkan hukuman atas tindakan indisipliner maka pada saat yang
sama kita juga harus siap memberikan reward atas tindakan disipliner? Bukankah
kesediaan orang menerima punishmen dari kita atas tindakan negatifnya erat
5
Umar Tirtarahardja & drs. S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Cet. 1 (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2005). Hlm. 11
3
kaitannya dengan kesediaan kita memberikan reward atas tindakan positifnya juga?
Jika tindakan hanya dilakukan atas tindakan negatif siswa dan pada sisi lain kita
di hati siswa “mengapa kesalahan saja yang dipermasalahkan sedang yang baiknya
tidak diperhatikan?” Padahal sejelek apapun akhlak seseorang, di dalam hatinya tetap
ada nurani jernih yang melahirkan kebaikan, dan atas kebaikan itu dia berhak
mendapatkan penghargaan (reward). Oleh sebab itu perlu dipikirkan berbagai cara
harus menggunakan berbagai metode agar siswa mematuhi keinginan dan tuntutan
pendidikan”.6
dengan pelaksanaan punishment . hal ini dapat dipahami dari pernyataan beliau::
6
Utami Munandar, Op. Cit. Hlm. 109
7
Abdul Bashid, 2004, http://virtualfriends.net/article/articleview.cfm?AID=18092, 22 oktoberi
2017
4
reward dan punishment, hal itu dapat dipahami dari terjemahan pernyataannya:
menyatakan “Agar orang menjadi disiplin, pertama yang harus dilakukan adalah
menyatakan salah satu cara untuk menanamkan kedisiplinan pada anak adalah
dengan menghargai perilaku anak yang sesuai dengan keinginan pendidik. 11 Hal itu
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Aminah Ayob dari hasil penelidikan tentang
8
Karel M. Karlson, M. Ed. http://www.education.umn.edu/CEED/publications/
questionsaboutkids/ discipline.htm, 23 januari 2016
9
Lihat: Ir. Muhibbullah Azfa Manik, MT., 2006, http://www.bung-hatta.info/content.php?
article.159, 22 Januari 2016
10
Dewi Irma, kampus_pr@yahoo.com. 14 Agustus 2017
11
Utami Munandar, Op. Cit. Hlm 112.
5
“ Apabila keyakinan dan penghargaan terhadap diri sendiri telah wujud, maka
mereka dapat berfikir secara positif dan setiap tindakan mereka adalah secara
rasional dan terkawal, kata Aminah. Menghargai perilaku baik dari anak dapat
dilakukan dengan memuji atau memberikan hadiah. Oleh sebab itu sebagai
pendidik seharusnya tidak hanya bereaksi terhadap perilaku yang salah tetapi
juga terhadap perilaku yang baik.12
Senada dengan apa yang dinyatakan oleh Utami Munandar “…Memuji atau
(memberi hadiah) untuk perilaku yang diinginkan lebih baik daripada hukuman
perilaku yang tidak diinginkan.13 Maka Penggunaan reward dinilai lebih baik sebab
pemberian penghargaan (reward) dapat membentuk kata hati, memberi motivasi dan
memberikan penguatan kepada seseorang dalam menekuni sesuatu. Oleh sebab itu
hatinya, memberi motivasi dan menguatkan hatinya dalam menetapi disiplin itu
yang tidak dapat diperolehnya dengan melaksanakan kebaikan yang sifatnya sudah
biasa. Karena guru atau pihak sekolah lebih banyak memberikan perhatian dan
penghargaan terhadap tindakan baik yang dianggap istimewa saja, meski kita harus
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk mengupayakan disiplin
Bahkan pemberian penghargaan dinilai lebih baik dan lebih aman bagi guru
secara konprehensif dan juga posisi dan cara memperlakukan anak baik dalam dunia
pendidikan maupun dalam rumah tangga yang menjadi dasar pemikiran munculnya
dalam rumah tangga dan sekolah. Oleh karena pemberian penghargaan (reward)
dinilai lebih aman dilakukan dalam mengupayakan peningkatan disiplin siswa, maka
hal-hal yang berkaitan dengan proses pemberian ganjaran ini perlu dipahami dan
dikuasai oleh setiap pendidik untuk selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk praktis
Pekanbaru adalah salah satu sekolah yang menerapkan disiplin Pesantren. Penegakan
lebih keras dibanding sekolah pada umumnya. Malahan hukuman fisik pun kerap
penulis maksudkan di sini adalah kesadaran yang lahir dari hati untuk mematuhi
nilai yang berlaku. Kedisiplinan ini mencakup banyak aspek, baik kedisiplinan
1. Ada beberapa orang guru dan beberapa orang siswa yang sering shalat Zuhur
dan Ashar berjamaah di masjid pada jam istirahat sekolah, menurut penulis,
ungkapan kata-kata atau dukungan atas kemauan mereka shalat berjamaah itu
agar mereka semakin gemar menetapi shalat berjamaah itu, namun saya tidak
dilaksanakan.
8
tersebut. Oleh karena itu pula penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah
Penelitian ini menurut penulis sangat penting, karena dari penelitian ini kita
Pengharwaan (reward) yang telah dilakukan oleh pihak Madrasah Tsanawiah Al-
pula kita terapkan di tempat lain dan hal-hal yang negatifnya dapat pula kita jadikan
tempat lain.
B. Penegasan Istilah
1. Penghargaan (reward). adalah hal yang menggembirakan bagi anak dan dapat
menjadi pendorong atau motivasi bagi belajarnya murid atau hadiah terhadap
14
Dewi Irma, kampus_pr@yahoo.com. Op. Cit.
9
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Pekanbaru.
2. Pembatasan Masalah
15
Amir Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional) Hlm.
142
10
3. Rumusan Masalah
Pekanbaru?
1. Tujuan Penelitian
Munawwaroh Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
11
gurunya.
yang dilaksanakannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
12
A. Konsep Teoritis
yang bertujuan untuk mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik 16
adalah 1. Hadiah (sebagai pembalas jasa); 2. Hukuman; balasan 17 Dalam bahasa Arab
Pahala, upah dan balasan.18 Kata “Tsawab terdapat dalam surah Ali Imran ayat 145,
yaitu:
َ س أَن تَ ُموتَ إِاَّل بِإ ِ ۡذ ِن ٱهَّلل ِ ِك ٰتَبٗ ا ُّمؤَ َّجاٗل ۗ َو َمن ي ُِر ۡد ثَ َو
اب ٱل ُّد ۡنيَا نُ ۡؤتِ ِهۦ ِم ۡنهَا َو َمن ٍ َو َما َكانَ لِن َۡف
١٤٥ َاب ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة نُ ۡؤتِ ِهۦ ِم ۡنهَ ۚا َو َسن َۡج ِزي ٱل ٰ َّش ِك ِرين َ ي ُِر ۡد ثَ َو
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki
pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu.
Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur
ٰ
ٖ ََّس َٔٔي–َِّاتِ ِهمۡ َوأَل ُ ۡد ِخلَنَّهُمۡ َجن
ت ت َۡج ِري ِمن ت َۡحتِهَا ٱأۡل َ ۡن ٰهَ– ُر ثَ َوابٗ ا ِّم ۡن ِعن– ِد ٱهَّلل ۚ ِ َوٱهَّلل ُ ِعن– َدهُۥ ح ُۡس– ُن
١٩٥ ب ِ ٱلثَّ َوا
ٗ ص
١٣٤ يرا ِ َاب ٱل ُّد ۡنيَا فَ ِعن َد ٱهَّلل ِ ثَ َوابُ ٱل ُّد ۡنيَا َوٱأۡل ٓ ِخ َر ۚ ِة َو َكانَ ٱهَّلل ُ َس ِمي ۢ َعا ب
َ َّمن َكانَ ي ُِري ُد ثَ َو
sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang
berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku. Yang terpenting dalam
penghargaan (reward) adalah hasil yang dicapai seorang anak. Dan dengan hasil
19
Ibid
14
tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan
penghargaan (reward) adalah hal yang menggembirakan bagi anak dan dapat menjadi
pendorong atau motivasi bagi belajarnya murid atau hadiah terhadap hasil-hasil baik
dari anak dalam proses pendidikan.21Sementara itu . Armai Arief dalam bukunya
Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam memberikan dua macam defenisi
yang menyenangkan dan bisa jadi pendorong atau motivator belajar bagi murid. 2.
Ganjaran adalah hadiah terhadap perilaku baik dari anak didik dalam proses
pendidikan.22
Disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus, yang artinya siswa. Dalam
bahasa inggris disebut Discipline dan dalam bahasa arab disebut االنض––باطDalam
bahasa Indonesia sehari-hari, kata disiplin sering dihubungkan dengan tindakan atau
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ,Cet. 3 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Hlm. 188
21
Amir Daien Indra Kusuma, Op. Cit. Hlm. 147
22
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002). Hlm.127
23
Dewi Irma, kampus_pr@yahoo.com. Op. Cit.
15
Menurut terminologinya disiplin adalah kesadaran yang lahir dari hati untuk
menjawabnya kita perhatikan pendapat para tokoh mengenai sisi baik pemberian
“Pemberian ganjaran mempunyai nilai fositif, karena memberi dorongan pada anak,
jempol si pendidik sudah merupakan suatu hadiah yang pengaruhnya besar sekali,
Apabila kita mengaitkan antara pendapat para tokoh di atas dengan pengertian
disiplin yang menyatakan bahwa disiplin adalah kesadaran yang lahir dari hati untuk
24
Amir Daien Indrakusuma, Loc. Cit
25
Roestiyah. N.K, Didaktik Metodik, Cet. 3 (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2009). Hlm.62
26
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001).
Hlm.29
27
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
pendekatan teori Psikologis. Cet. 3 (Jakarta: Rhineka, 2005) Hlm. 192
16
kedisiplinan anak. Sebab kedisiplinan itu lahir dari hati, teraplikasi karena adanya
kesadaran dan motivasi setelah adanya rasa kepercayaan diri kemudian membentuk
watak dan muncul menjadi sebuah sikap dalam kehidupan anak yang itu semua dapat
ganjaran/penghargaan (reward) itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati
anak-anak. Sebaliknya, ada pula ahli-ahli didik yang tidak suka sama sekali
menggunakan ganjaran itu. karena menurut mereka pemberian ganjaran (reward) itu
akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada murid-murid dan menurut
yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau ganjaran, tetapi semata-mata
pada pemberian hukuman. Mengenai hal itu beliau menyatakan ”Memuji atau
memberii hadiah untuk perilaku yang diinginkan lebih baik daripada hukuman
29
perilaku yang tidak diinginkan” pandangan serupa dimiliki oleh. H.M. Arifin,.
28
Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, Cet. 12 (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2006). Hlm. 184
29
Utami Munandar, Loc. Cit.
17
“Seorang Anak didik bila diberi hadiah, akan merasa bahwa itu merupakan
bukti tentang penerimaan dirinya dalam berbagai ukuran norma-norma
kehidupan….dan karena diberi hadiah ia menjadi tenang dan tenteram hatinya.
Rasa tenang dan aman adalah merupakan kebutuhan pokok anak didik dalam
belajar, sedangkan hukuman sebaliknya, merupakan ancaman terhadap rasa
aman itu.”30
pernyataannya “Kemudian sewaktu-waktu pada si anak itu telah nyata budi pekerti
yang baik dan perbuatan yang terpuji maka seyogyanya ia dihargai, dibalas dengan
dan kepercayaan diri anak. Dalam bukunya “Dasar Ilmu Pendidikan” Beliau
pendidik sudah merupakan suatu hadiah yang pengaruhnya besar sekali, seperti
berpendapat bahwa pemberian ganjaran dapat membentuk kata hati dan kemauan
yang lebih baik dan lebih keras pada anak. Dalam bukunya Íilmu Pendidikan Islam”
beliau menyatakan:
30
M. Arifin, M.Ed., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdidipliner Ed. Revisi, Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) Hlm.157-158
31
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara,
2009) Hlm. 85
32
Hasbullah, Loc. Cit
33
Ramayulis, Loc. Cit.
18
memberi dorongan pada anak untuk berbuat sesuatu. Dalam bukunya “Didaktik
memberi dorongan pada anak, sehingga bersedia berbuat sesuatu.” 34 Muhammad bin
didahulukan dari alat alat pendidikan yang lain. Hal itu senada dengan pernyataannya
ganjaran tersebut lebih baik pengaruhnya daripada celaan yang menyakitkan hati.” 35
Ketika berbicara tentang penghargaan, maka asumsi orang akan lebih cepat
mengarah kepada sesuatu yang bersifat materi seperti benda-benda, uang dan barang
memastikan ada tidaknya materi yang dapat dijadikan ganjaran atau hadiah,
34
Roestiyah. N.K, Loc. Cit.
35
Muhammad bin Jamil Zaim, Petunjuk Praktis bagi Pendidik Muslim, (Jakarta: Pustaka
Istiqomah, 2007). Hlm. 13 pada DR.. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Loc. Cit.
36
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Loc. Cit
19
kemudian menghitung untung rugi dari pemberian ganjaran/hadiah itu. Padahal dalam
dunia pendidikan, ganjaran tidak hanya terbatas kepada benda yang bersifat materi.
akan tetapi lebih jauh dari itu, bahkan kadang sesuatu yang non materi itu dapat
memberikan pengaruh yang lebih besar pada jiwa anak didik. Senyum,
bahu jika dilaksanakan dengan sepenuh hati untuk menyenangkan orang, maka ia
sudah bernilai hadiah atau penghargaan dan bahkan kadang hadiah seperti itu lebih
Dalam dunia pendidikan jenis dan macam penghargaan yang dapat diberikan
oleh guru bermacam-macam. Ada yang berbentuk materi dan ada juga yang
anak-anak.38
Syaiful Bahri Jamarah, memberikan beberapa contoh sikap dan perilaku guru
37
Hasbullah, Loc. CIt
38
Ramayulis, Loc. Cit.
20
tanda senang dan membenarkan suatu sikap, perilaku, atau perbuatan anak
didik.
sudah lebih baik dari tulisanmu yang dulu, Ali. Jika kamu terus berlatih
hitungan yang sedikit lebih sukar, Ali, karena tugas yang nomor 3 ini
menyenangkan .39
39
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Op. Cit. Hlm. 194-195
21
4. Benda
5. Angka-angka.40
merupakan hal yang sulit, namun, Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag.
Beliau menyatakan “Jika diperhatikan, ternyata pemberian ganjaran itu tidak mudah,
kapan waktunya, kepada siapa, dan bagaimana bentuknya adalah masalah yang tidak
mudah untuk menjawabnya”41 oleh sebab itu dalam aplikasinya banyak yang harus
diperhatikan guru agar pemberian ganjaran yang dilakukan mencapai hasil yang
maksimal. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian ganjaran itu
adalah
Djamaroh, merupakan hal yang sangat sulit, karena bila salah, maka
40
Roestiyah N.K, Loc. Cit.
41
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Op. Cit. Hlm. 195
22
mendatangkan efek negatif pada anak didik.42 Oleh sebab itu guru harus berhati-hati
hal tertentu atau tidak? Dan apakah ganjaran harus diberikan dengan mudah?
jangan diberitahukan lebih dahulu, tidak diberitahukan juga bisa.sebab jika tidak,
didik bisa dijadikan oleh anak didik sebagai “upah” atas jerih payahnya dalam
belajar.”43 Hasbullah menyatakan “ Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang
tepat, yaitu segera sesudah anak didik berhasil. Jangan diberikan sebagai janji,
karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan yang dilakukan.”44 Adapun mengenai
mendidik) karena anak didik akan menjadi jenuh (tidak mempan) dengan hadiah dan
hukuman itu”45
Persoalan ini erat kaitannya dengan pertanyaan ”anak didik yang bagaimana
Bahri Djamaroh, menjelaskan “Ganjaran tidak mesti harus diberikan kepada anak
yang terpandai di kelasnya, tetapi juga diberikan kepada anak didik yang kurang
pandai jika ia telah menunjukan prestasi belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Bahkan jika perlu ganjaran/penghargaan juga diberikan kepada semua anak didik
dan semua orang menyukainya, namun dalam penerapannya di dunia pendidikan kita
perlu memperhatikan banyak hal, sebab jika pemberian ganjaran dilakukan tanpa
pemberian ganjaran itu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang pendidik
sampai menimbulkan rasa cemburu atau iri hati pada anak lain yang
46
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Op. Cit. Hlm. 195
24
ganjaran/penghargaan (reward).
kerjanya.
yang diterimanya itu adalah sebagai upah dari jerih payah yang telah
dilakukannya.47
Ngalim Purwanto di atas dapat juga kita temukan pada buku “Guru dan Anak Didik
Malaysia (USM) dengan anggota Prof. Madya Dr. Aminah Ayob. Prof. Madya Dr.
Mokhtar Ismail dan Prof. Madya Dr. Khadijah Zon. Penyelidikan dilakukan di dua
47
Ngalim Purwanto, Op. Cit. Hlm. 184
25
buah sekolah di Johor Bahru yang mempunyai masalah disiplin tertinggi. Penelitian
orang. Kesimpulan dari penelitian itu adalah masalah kedisiplinan anak dapat diatasi
dengan cara pendekatan humanistik dengan melakukan pendekatan yang halus dan
“Perubahan positif diri pelajar dari segi tingkah laku dan minat terhadap
pelajaran, didapati adalah didorong oleh rasa puas hati pelajar lantaran
keperluan diri dari segi keperluan asas dan penghargaan kendiri telah dapat
dipenuhi. "kini, mereka dapat merasakan bahawa diri mereka lebih
dihargai," katanya.Seterusnya, tambah beliau, keadaan ini telah
menimbulkan rasa keyakinan diri yang lebih tinggi terhadap diri sendiri.”48
belajar dan menganalisa proses pembentukan dan perubahan sikap. Dalam penelitian
memperkuat suatu tindakan. Hal ini juga dapat membentuk dan mengubah sikap
Misalnya ketika seseorang melihat bahwa di Jepang, masyarakat akan senang jika
melihat kita melepas sepatu kita ketika masuk ke rumah mereka. Reward itu bisa
terlihat dari senyum yang ditampilkan, sikap ramah menerima dan sebagainya yang
positif. Hal sebaliknya terjadi jika kita tidak melepas sepatu kita jika masuk ke dalam
rumah mereka. Adanya ganjaran ini merubah sikap dalam beradaptasi agar diterima
48
Marzita Abdullah, 2003. Op. Cit
26
di masyarakat. Selain dalam proses adaptasi, hal yang sama terjadi juga dalam
penerapan disiplin. Seperti dalam disiplin lalu lintas, disiplin tentara, disiplin
C. Konsep Operasional
Penghargaan (reward) yang diberikan oleh guru adakalanya baik menurut teori
pendidikan dan ada kalanya tidak baik. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti
yaitu Baik Sekali, Baik, kurang Baik dan tidak baik. Indikator pemberian ganjaran
pendidikan siswa.
motivasi siswa.
49
Ade Anita, 2004. http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=391. 14 januari
2016
27
materi/benda
\
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
29
B. Subjek Objek
kepada guru maupun responden lain yang terkait di Madrasah Tsanawiah Al-
dibutuhkan.
30
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriftif
F
P x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase Jawaban
F = Frekwensi Responden
N = Total Jumlah
Persentase yang menjadi standar acuan dalam analisis data penelitian ini
b. 70 % - 79 % Baik
c. 60 % - 69 % Kurang baik
d. 0 % - 59 % Tidak baik.50
50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Rineke Cipta, Jakarta, 1996). Hlm. 207.
31
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Djamaluddin Ancok dalam Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja,
Editor: rama Furqona Cet. 1 (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 20015
Utami Munandar, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak-anak & Remaja, Editor:
rama Furqona Cet. 1 (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2011
Umar Tirtarahardja & drs. S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Cet. 1 (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005
Amir Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Abu Ahmadi & Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2011
tabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Cet. 1
Yogakarta: PP. Krapyak, 2006
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002.
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002
Roestiyah. N.K, Didaktik Metodik, Cet. 3 (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2009
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001
Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag. Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif
Suatu pendekatan teori Psikologis. Cet. 3 (Jakarta: Rhineka, 2005
Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, Cet. 12
(Bandung: Remaja Rosda Karya). .M. Arifin, M.Ed., Ilmu Pendidikan Islam
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdidipliner Ed.
Revisi, Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Cet. I (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
32
Muhammad bin Jamil Zaim, Petunjuk Praktis bagi Pendidik Muslim, (Jakarta:
Pustaka Istiqomah, 1997