MP Pai Vi A Kel-III
MP Pai Vi A Kel-III
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “METODE
PEMBELAJARAN PAI”
Oleh:
Kelompok III METODE PEMBELAJARAN PAI VI.A
Dosen:
Fuji Pratami, M.Pd
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu
selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh pendidik.
Dalam Al-Quran dijelakan, artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78).
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Tidaklah anak yang
dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi (HR.
Muslim).
Terlepas dari hal tersebut, menurut Engr Sayyid Khim Husayn Naqawi yang dikutip oleh
Abudin Nata, menyebutkan bahwa kata murid berasal dari bahasa Arab, yaitu arada, yuridu,
iraadatan, muridan yang artinya orang yang menginginkan. Menurut Abudiun Nata, kata murid
diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan kepribadian yang baik dengan cara sungguh-sungguh sebagai bekal hidupnya
agar bahagia dunia dan akhirat.
Peserta didik dalam Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara fisik, psikologi, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di
akhirat. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber utama dan
terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya,
guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran peserta didik
menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan
menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik.
2. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniatur
orang dewasa.
4. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi,
baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan.
5. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi
pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
7. Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok,
serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa termasuk gurunya.
8. Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadap lingkungannya.
9. Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
10. Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak
akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.
Disamping itu Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan
salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran”.
Sedangkan Samsul Nizar (2002: 47) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan orang yang
dikembangkan”.
Dilain pihak Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang pengertian peserta didik
yaitu “Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan,
bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan
sebagai suatu pribadi atau individu”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah
seseorang yang mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pendidikan dan
pembelajaran pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik bertindak sebagai
pelaku pencari, penerima dan penyimpan dari proses pembelajaran, dan untuk mengembangkan
potensi tersebut sangat membutuhkan seorang pendidik/guru.
B. Pengertian Tipologi Belajar Peserta didik
Seperti yang telah di singgung sebelumnya bahwa tipologi belajar yang di maksud disini
adalah gaya belajar, yang mana gaya belajar itu adalah adalah “suatu proses gerak laku,
penghayatan, serta kecenderungan seorang pelajar mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu
dengan cara tersendiri”. Untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di kelas, seseorang
diharapkan dapat mengetahui dan memahami bagaimana ia menyerap, menerima, dan mengolah
informasi dari luar sesuai dengan kemampuannya sendiri.
Tipologi belajar merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika siswa menyadari bagaimana
orang lain menyerap dan mengolah informasi, siswa dapat menjadikan belajar dan
berkomunikasi lebih mudah dengan tipologi belajar mereka sendiri. Jika siswa akrab dengan
tipologi belajar mereka sendiri, maka siswa dapat mengambil langkah-langkah penting untuk
membantu diri siswa belajar lebih cepat dan lebih mudah. Setiap individu mempunyai cara
sendiri yang dianggap cukup optimal dalam mempelajari informasi baru termasuk siswa.
Tipologi belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tipologi belajar adalah masing-masing
cara belajar mulai dari memusatkan, memproses, dan penyajian informasi baru.
1. Manfaat Tipologi Belajar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tipologi belajar
merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaaan, di sekolah,
dalam situasi-situasi antarpribadi. Begitu juga halnya dengan seorang siswa, ia akan lebih
mudah belajar dan menemukan cara belajarnya jika siswa tersebut mengetahui tipologi belajar
yang benar dalam cara belajarnya karena setiap individu mempunyai tipologi belajar yang
berbeda-beda. Misalnya seorang siswa dapat belajar dengan mengandalkan pendengaran,
dengan melihat atau dengan gerakan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi tipologi Belajar Siswa
Menurut bobbi deporter dan heracki terjemahan Alwiyah Abdul Rahman banyak
variabel yang mempengaruhi cara belajar individu yang mencangkup faktor-faktor fisik,
emosional, sosiologis, dan lingkungan.
“Para ahli menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan berbagai cara untuk
mengatasi tipologi belajar siswa setiap individu telah disepakati secara umum adanya dua
kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi
dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut
(dominasi otak).
Sedangkan ada juga yang mengemukakan bahwa kondisi yang mempengaruhi
kemampaun belajar adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan fisik jelas mempengaruhi proses belajar. Suara, cahaya, suhu, tempat duduk,
dan sikap tubuh semuanya penting.
b. Orang yang memiliki berbagai kebutuhan emosional. Dan emosi berperan penting dalam
proses belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan
emosi dari prestasi dapat berpengaruh besar dala memudahkan pelajar untuk menyerap
informasi dan ide.
c. Orang juga memiliki kebutuhan sosial. Sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain suka
bekerjasama bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok. Sebagian
anak-anak menginginkan kehadiran orang dewasa saja.
Ciri-ciri Tiap Gaya Belajar
1. Tipe Belajar Visual. Dalam buku Quantum Learning Bobbi DePorter & Mike
Hernacki, terdapatbeberapa ciri tipe belajar Visual yaitu:
a. Berbicara dengan cepat, yaitu reaktif dalam suara.
b. Belajar dengan cara melihat
c. Mengingat apa yang dilihat dari pada apa yang didengar.
d. Suka menulis.
e. Biasanya tidak terganggu oleh keributan, yaitu ketika belajar tidak peduli dengan
keributan.
f. Pembaca cepat dan tekun.
g. Lebih suka membaca dari pada dibacakan, yaitu sulit untuk mengikuti pelajaran yang
terbentuk lisan.
h. Lebih suka seni dari pada musik.
i. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebernya dalam pikiran mereka.
j. Kurang bisa mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
k. Suka menggunakan gambar sebagai alat bantu belajar.
l. Kurang suka mendengarkan orang berbicara.[24]
2. Tipe Belajar Auditorial. Bobbi DePorter & Mike Hernacki mengemukakan ciri-ciri tipe
belajar Auditorial sebagai berikut:
a. Mudah terganggu oleh keributan
b. Belajar dengan cara mendengarkan
c. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
d. Mengingat apa yang didengarkan dari pada apa yang dilihat.
e. Lebih suka mendengarkan dari pada membacakannya sendiri, yaitu semua informasi hanya
bisa diserap melalui pendengaran.
f. Suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
g. Berbicara tidak terlalu cepat (sedang-sedang saja).
h. Lebih suka musik dari pada seni.
i. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
j. Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.
k. Suka menggunakan kaset sebagai alat bantu belajar.
l. Kurang suka tugas membaca.
3. Tipe Belajar Kinestetik. Dalam buku Quantum Learning Bobbi DePorter & Mike
Hernacki mengemukakan beberapa ciri-ciri tipe belajar kinestetik sebagai berikut:
a. Berbicara denga perlahan, yaitu tidak terlalu fasih dalam berbicara.
b. Belajar melalui manipulasi dan praktik, yaitu lebih suka belajar yang langsung terjun
kelapangan.
c. Menghafal dengan cara berjalan.
d. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
e. Belajar dengan cara bergerak.
f. Tidak terlalu menghiraukan keributan (biasa-biasa saja)
g. Lebih suka dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok.
h. Menyukai segala sesuatu yang menyibukkan.
i. Lebih suka tarian.
j. Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol, matematika dan peta.
k. Suka menggunakan obyek yang nyata sebagai alat bantu belajar.
l. Tidak suka berdiam diri.
Diperkuat oleh M. Joko Susilo mengatakan bahwa ciri-ciri tipe belajar kinestetik adalah;
“suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar, sulit mempelajari hal-hal yang
abstrak, seperti symbol matematika atau peta dan cenderung agak tertinggal dengan teman
sekelasnya karena ada ketidakcocokan antara tipe belajarnya dengan metode yang lazim
digunakan”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tipologi belajar dapat dikatakan juga dengan tipe belajar juga sering didefinisikan
sebagai cara-cara yang digunakan untukmempermudah proses belajar. Jadi, seorang anak atau
peserta didik akanmenggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan
mengertisuatu materi pelajaran. Kita harus bisa memperhatikan bagaimana tipe belajartersebut
supaya kita bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan kita bisamengembangkan potensi
belajar kita dengan lebih optimal dalam suatu materipelajaran. Gaya belajar ialah cara peserta
didik bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang diterimanya dalam belajar atau proses
belajar mengajar.
Tipe belajar itu sebenarnya banyak, dan bahkan tidak sedikit orang yang bisabelajar
dengan semua tipe belajar tersebut. Bobbi De Porter dan Mike Hemacki dalam bukuQuantum
Learningnya membagi tipe belajar tersebut kepada 3 macam yaitu: Visual, yaitu belajar dengan
cara melihat. Auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengar. Dan Kinestetik, yaitu belajar
dengan cara bergerak
Jadi, setiap peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda dan cara pemahaman materi
dengan berbeda pula, sesuai dengan kebiasaan yang telah dilakukan dan kemudian dapat
diklasifikasikan agar metode pembelajaran yang digunakan untuk tiap-tiap peserta didik itu dapat
dirubah, sesuai dengan tipe belajar peserta didik agar kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
secara efektif dan tepat sesuai dengan tipe-tipe belajar peserta didik.
B. Saran Dan Kritik
Alhamdulillah tiada harapan dan upaya sedikitpun dari kami klecuali makalah ini dapat
bermanfa’at bagi segenap pembaca, dan dapat menambah sedikit banyak mengenai studi Islam.
Di balik itu semua maka dengan segala kemampuan yang penulis miliki tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Sudilah kiranya memberi teguran dan pembenaran
kontruktif bagi kami, terutama dari teman-teman mahasiswa dan ibuk dosen pengampu
hususnya, dan sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA