Anda di halaman 1dari 4

Bhakti Marga Jalan Kebenaran

Om svastiastu,
Om awighnam astu namo sidham,
Om shidirastu tat astu svaha,
Om anubadrah kreta wiyantu wiswatah,
Semoga pikiran baik datang dari segala arah.

Jero mangku sane mewarge suci sane banget dahat wangiang titiang
Pengempon pure Agung Tirta Gangga Purwosari sane wangiang titiang
Keorganisasian whdi dan pradah sane wangiang titiang
Dan umat sedarma yang berbahagia.

Seragala rasa yang tiada terkira memenuhi langit-langit semesta hari ini seraya
mengucap syukur, rasa angayubagie kehadapan Ide Sang Hyang Whidi Wase,karena atas
Asong Kerte Ware Nugrahenyalah kita masi diberikan kesempatan dan kesehatan untuk
melaksanakan ajaran Dharma disemesta ini,pada kesempatan yang berbahagia ini dharma kita
yaitu melaksanakan persembahyangan bersama dipura Agung Tirta Gangaga Purwosari yang
kita cintai.

Umat sedharma yang berbahagia

Seperti yang telah kita ketahui sekarang ada kesangsian dari berbagai pihak atau
golongan tertentu yang mengatakan bahwa konsep ketuhanan Agama Hindu tidaklah
jelas,mulai dari sebutan penyembah berhala,penyembah patung,hingga pada sebutan
polieteisme atau menyembah banyak Dewa, yang dari ketidak tahuan mereka itu cendrung
merendahkan Agama Hindu
Namun mekesampingkan semua itu kita haruslah tetap memegang teguh ajaran atau
kepercayaan kita dengan lebih memaknai serta menerapkan ajaran-ajaran keagamaan yang
harus dipahami bukan hanya sekedar dilaksanakan. Kehidupan beragama didasari oleh
sebuah tindakan nyata yaitu persembahan atau Bhakti kita kepada Tuhan,lalu bagaimnakah
menjadi Bhakta yang baik..? apakah dalam menjalankan bhakti kita harus harus
mempersembahkan hal-hal yang istimewa,mewah dan penuh dengan kemegahan ? umat
sedharma yang berbahagia atas dasar hal tersebutlah pada kesempatan yang berbahagia ini
saya akan menyampaikan Dharma Wacana dengan dengan tema “ Bhakti Marga jalan
kebenaran”

Umat sedharma yang berbahagia

Dalam konsep memuja Tuhan, Agama Hindu telah menuangkanya dalam ajaran yang
disebut dengan Catur Marga, yaitu empat jalan pemujaan yang dapat membawa manuai
menuju tujuan utamnya yaitu mencapai “ Moksartham ya ca iti dharma” tujuan hidup untuk
mencapai kesejahtraan didunia ini maupun mencapai moksa yaitu kebebasan atau kebahagian
yang abadi.salah jalannya yaitu dengan jalan bhakti,sesuai dengan tema bhakti merupakan
dasar utama seseorang dalam melaksanakan pemujaan pada Tuhan. Dalam kehidupan kita
saat ini,yaitu zaman kali yuga,zaman moderen ini Jalan/marga yang paling sederhana dalam
kehidupan saat ini (jaman kali) adalah Bhakti Marga. Disini Tuhan diwujudkan sebagai
penguasa yang sangat penyayang, di ibaratkan sebagai ayah, ibu, kakak, sahabat, tamu dan
sebagainya. Orang yang melaksanakan jalan ini meninginkan kebahagiaan rohani (svasti).
Menurut Bhakti Marga, Tuhan adalah  sosok yang dekat, umum, dapat dengan mudah dicintai
dan di dekati dengan berbagai cara yang diyakini, seperti yang terdapat dalam sloka
Bhagavadgita (IV,11), yang bunyinya sebagai berikut:
Ye Yatha mam prapadyante
Tams tathaiva bhajami aham
Mama vartmanuvartante
Manusyah partha sarvasah
Yang artinya :
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai Arjuna. Manusia mengikuti
jalan-Ku pada segala jalan.

Kemudian sloka berikutnya, (Bhagavadgita,IX,26) yakni :


Patram puspam phalam toyam
Yo me bhaktya prayacchati
Tad aham bhakty-upahrtam
Asnami prayatatmanah
Yang artinya :
Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, setangkai
bunga, sebiji buah, setetes air, Aku terima dengan segala bhakti persembahan dari  orang
yang berhati suci.
Saudara-saudaraku yang berbahagia,
Bhakti merupakan dasar penbentuk agama. Bhakti adalah jalan termudah dan dapat
dikombinasikan dengan ketiga jalan yang lainnya, yaitu Karma Marga, Jnana Marga Dan
Raja Marga.pada dasarnya ketiga jalan yang lain  memerlukan adanya Bhakti untuk membuat
jalan tersebut menjadi lebih mudah dan membuat seseorang semakin tegar dalam menghadapi
cobaan yang mungkin muncul dalam menempuh kehidupannya. Dalam Bhakti tidak ada
aturan yang begitu mengikat, intinya adalah adanya rasa bhakti atau kecintaan pada Sang
Hyang Widhi Wasa.

Umat sedharma yang berbahagia,

Ada sebuah kisah yang begitu luar biasa mengenai seorang bhakta yang bernama
sabarai,diceritakan Sabari adalah seorang wanita yang hidup sebagai sanyasin (orang yang
meninggalkan kehidupan duniawi). Ayahnya adalah seorang kesatria sedangkan ibunya
adalah seorang pemburu. Sabari adalah seorang gadis dari desa .
ia adalah seorang pencari ilmu dan ingin mengetahui makna Dharma. Ia sering berkelana
untuk mencari yang diinginkannya. Suatu hari ia bertemu resi Matanga di kaki Gunung
Rishyamukha dan menjadi pengikut setia Resi Matanga. Resi Matanga hendak meninggalkan
dunia dan masuk dalam keadaan Mahasamadhi, Sabari juga ingin turut serta, namun Resi
Matanga berkata bahwa saatnya belum tiba, sebab ada tamu agung yang akan dijumpai
olehnya dan kesempatan untuk melihat tamu agung tersebut sangat langka sekali.
Suatu Ketika Rama dan Laksmana menuju ke sungai Pampa dengan tujuan mencari
sita. Berita kedatangan mereka menyebar disekitar dengan sangat cepat, banyak resi & yogi
bersiap menyambut kedatangan rama & Laksmana.
Mendengar ini Sabari keluar dari ashramnya , dengan bantuan tongkat, ia memetik
buah untuk Rama. Dia memetik buah, kemudian merasakannya, dan jika itu manis dia akan
memasukkannya ke dalam keranjangnya dan membuang yang pahit. Dia ingin memberikan
buah yang baik dan manis kepada Rama. tidak pernah terlintas di benaknya bahwa ia tidak
boleh mencicipinya sebelum ditawarkan kepada orang lain . Dengan mengumpulkan
beberapa buah, Sabari kembali ke ashram dan dengan penuh harap menunggu kedatangan
Rama.
Menurut catatan kitab suci, meskipun ratusan yogi lainnya sedang menunggu untuk
menerima Rama dalam ashram mereka , Rama pergi hanya ke ashram Sabari karena
pengabdiannya yang tulus. Ketika melihat Rama, Sabari menjadi sangat gembira dan berkata,
"Ada begitu banyak yogi yang mulia menunggu berkat Anda , tetapi Anda datang ke
penyembah yang tidak layak ini. Ini jelas menunjukkan bahwa Anda tidak akan melihat
apakah seorang penyembah tinggal di sebuah istana atau gubuk, apakah ia terpelajar atau
bodoh, tidak melihat kasta atau varna. Saya tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan selain
hati saya, tetapi di sini ada beberapa buah Semoga itu menyenangkan Anda. "
Sabari mempersembahkan buah-buahan yang telah dikumpulkannya kepada Rama.
Ketika buah-buahan bekas digigit tersebut disuguhkan kepada kedua tamunya, Rama
tersenyum dan bersedia memakannya sebagai hasil persembahan dari orang yang berhati suci
dan tulus, sedangkan Laksmana memilih untuk membuangnya karena tidak layak dimakan.
Rama mengatakan bahwa dari banyak jenis makanan yang telah dicicipinya, "tidak ada yang
bisa menyamai buah ini, yang ditawarkan dengan pengabdian seperti itu. Anda harus
mencicipinya Laksmana , maka dengan sendirinya Anda akan tahu.
Siapa pun yang menawarkan buah, daun, bunga atau air dengan cinta, aku mengambilnya
dengan penuh kegembiraan. Persembahan yang dipersembahkan dengan bhakti , maka jika
terdapat kesalahan tidak akan terlihat oleh para dewa.

Dari kisah terbut kita dapat belajar bahwa persembahan kepada Tuhan bukun diukur
dari mewahnya persembahan itu,tapi diukur dari ketulusan dan bhakti kita. Bhakti yang
murni segera membawa rasa lega, bebas dari segala jenis kesengsaraan material. Bhakti
Marga adalah pencarian sejati, pencarian sebenarnya terhadap Tuhan, sebuah pencarian yang
berawal dari kasih, berlanjut dengan kasih dan berakhir dengan kasih. Satu momen kerinduan
yang yang mendalam akan kasih Tuhan yang akan membawa kita pada kebebasan yang
abadi. “ Bhakti “ seperti yang dikatakan oleh Rsi Narada dalam penjelasannya tentang bhakti,
“ adalah kasih mendalam terhadap Tuhan.” Ketika manusia mencapainya, ia akan mengasihi
semua, tidak membenci siapapun, mencapai kedamaian dan mencapai suatu kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan,
rasa damai, cinta kasih, kepuasan, kenikmatan dan kegembiraan.
Umat sedharma yang berbahagia

Dapat saya simpulkan bahwa bhakti kepada Tuhan adalah hal yang utama yang harus
kita lakukan sebagai umat beragama,meski seseorang menganggap apa yang kita lakukan itu
masi dipertanykan namun jika berlandasakan ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab suci
kita maka senantiasa laksanakanlan dengan setulus hati,persembahan bukan diukur dengan
kemewahan tapi dengan kesungguhan hati dan keiklasan.
Demikianlah dharmawacana yang dapat saya sampaikan,ketika mendengar suara
pentongan atau kukul jangan sekali-kali terlena ingin melihat bentuk atau wujud dari kukul
itu sehingga kita lupa pesan apa yang disampaikan dari pentongan itu,seperti itu jugalah ketka
kita mmendengarkan dharmawacana jangan lihat siapa dan bagaima iya menyaampaikan tapi
maknailah apa yang iya sampaikan.

Sebongkah berlian,
Diatas besi,
Cukup sekian,
Dan terimakasi.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Anda mungkin juga menyukai