Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN NYERI GOUT ATRITIS TERHADAP TERHAMBATNYA

AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH:

MARDALISA HUTAGALUNG

(616080716024)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS STIKES MITRA


BUNDA PERSADA BATAM
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan.
Pada perkembangan penduduk di dunia diperkirakan tahun 2017 terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%), diprediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025(33,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).(kementerian kesehatan RI pusat data dan
informasi, Analisia Lansia Di Indonesia,2017) .
Derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Indonesia semakin
meningkat, ini berpengaruh pada Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
diperkirakan UHH menjadi 71,7 tahun. Meningkatnya populasi lansia ini
membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan
kepada kelompok lansia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak
menjadi beban bagi masyarakat. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah
60 tahun ke atas (KEMENKES, 2013 ). Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Indonesia, presentase lansia dengan usia 60 tahun ke atas pada tahun 2010 sampai
2015 terus mengalami peningkatan.
Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah penduduk
1.988.792 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 51,41%, perempuan 48,59%, dari
jumlah penduduk kepri tersebut didapatkan 3,9% lansia yaitu 77.563 jiwa terdiri
dari laki-laki 41.576 jiwa dan perempuan 35,987 jiwa (Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Kepri, 2015).
Kota Batam merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Riau, dan
merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih banyak dari kabupaten kota lain
di Kepulauan Riau, begitu pula untuk jumlah penduduk lansia ( usia>60 tahun).
Jumlah penduduk lansia kota Batam 2017 adalah sebanyak 46.686 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 21.514 jiwa dan perempuan 25.172 jiwa ( Profil Dinas
Kesehatan Kota Batam,2017)
Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut maka muncul berbagai
penyakit kronis pada lansia. Salah satu diantaranya adalah Gout Atritis. Penderita
Gout Artritis di seluruh dunia berdasarkan data World Health Organization
(WHO, 2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis
sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara
Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis
tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di
Negara berkembang, salah satunya di Negara Indonesia (Kumar & Lenert, 2016).
Prevalensi gout arthritis di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Pada
tahun 2013 penyakit arthritis merupakan penyakit pada lansia terbesar ke dua
setelah penyakit hipertensi. Sebanyak 54,8 % diderita oleh lansia pada umur 75
tahun keatas (Kemenkes RI, 2013). Dan artritis gout adalah jenis artritis terbanyak
ketiga setelah osteoarthritis dan kelompok rematik luar sendi (Nainggolan, 2009
dalam Widyanto, dkk, 2014).
Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2015) melaporkan prevalensi gout arthritis
berdasarkan gambaran penyakit penduduk yang berkunjung ke Puskesmas yaitu
sebesar 3,74%. Di kota Batam lansia dengan gout atritis sebayak 4133 lansia yang
terdiri dari lansia laki-laki 1475 orang dan lansia wanita 2663 orang (Dinkes Kota
Batam, 2018).
Penyakit asam urat atau artritis gout merupakan penyakit yang berhubungan
dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Serangan gout bersifat mendadak,
berulang dan disertai dengan arthritis yang terasa sangat nyeri pada bagian sendi
(Seran, Bidjuni dan Onibala 2016). Pada gout artritis terjadi peningkatan asam
urat yang menyebabkan terjadinya penumpukan (Kristal). Hal ini mengakibatkan
terjadinya nyeri pada persedian local.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik
secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan
ataupun tidak menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan aktual atau potensial
kerusakan jaringan tubuh (Syamsiah, 2015).
Nyeri merupakan indikator utama arthritis gout, biasanya persendian terasa
nyeri saat pagi hari(baru bangun tidur) atau malam hari, rasa nyeri pada sendi
terjadi berulang-ulang, yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan,
dengkul, tumit, pergelangan tangan dan siku. Pada kasus yang parah, persendian
terasa sangat sakit saat bergerak (Ernawati,2016)
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran atau
pembatasan aktivitas fisik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan nyeri sendi
adalah aktivitas fisik. Keluhan nyeri akan lebih hebat sesudah mengadakan gerak
badan atau bertambah dengan aktivitas dan bisa membaik dengan istirahat.
Aktivitas fisik yang tidak tepat akan memperparah rasa sakit pada Arthritis
sedangkan aktivitas fisik yang teratur membantu mengurangi penyakit Arthritis
dengan mengurangi rasa sakit itu sendiri dan jumlah sendi yang menimbulkan
rasa sakit tersebut.
Penurunan kemampuan musculoskeletal karena nyeri sendi dapat berdampak
pada penurunan aktivitas pada lansia. Aktivitas yang dimaksud antara lain makan,
minum, berjalan, mandi, buang air besar, dan buang air kecil. Kemandirian pada
lansia dinilai dari bagaimana lansia mampu melakukan aktivitas fisik secara
mandiri tanpa bergantung pada orang lain (Chintyawati, 2014).
Berdasarkan penelitian Chintyawati (2014) dalam Hubungan Nyeri
Rhemathoid Arthritis dengan Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-
hari pada lansia di Posbindu Karang Mekar terdapat hubungan yang bermakna
antara nyeri Rhematoid Arhtritis dengan Kemandirian pada lansia. Hasil
penelitian tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Nahariani, dkk
(2012) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
intensitas nyeri sendi pada lansia.
Untuk mengetahui hambatan terhadap aktivitas fisik lansia maka perlu
dilakukan pengkajian terhadap status fungsionalnya yaitu pemerikasaan terhadap
kemampuan melakukan ADL (Activity of Daily Living=ADL). Kemampuan
dalam melakukan ADL diukur dari tingkat kemandirian dan ketergantungan
lansia, baik pada lansia laki-laki maupun perempuan, dengan menggunakan
Indeks Barthel untuk aktivitas kehidupan sehari-hari. (Maryam, 2008).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah
mengenai Adakah hubungan nyeri gout atritis terhadap terhambatnya aktivitas
fisik pada lansia di wilayah X Kota Batam

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan nyeri gout atritis terhadap
terhambatnnya aktifitas fisik pada lansia di wilayah X Kota Batam
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran nyeri gout atritis pada lansia di wilayah x
Kota Batam
2. Untuk mengetahahui gambaran hambatan aktivitas fisik lansia di
wilayah x kota batam
3. Untuk mengetahui hubungan nyeri gout atritis terhadap terhambatnya
aktifitas fisik pada lansia di wilayah X Kota Batam
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.1.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
ilmu pengetahuan dan perkembangan mutu pelayanan kesehatan khusunya
di bidang keperawatan gerontik
1.1.2. Manfaat Praktis
1.1.1.1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini merupakan bentuk pengaplikasian ilmu
keperawatan dibidang gerontik yang didapatkan melalui proses
pembelajaran guna mengetahui adanya hubungan nyeri gout
atritis terhadap terhambatnya aktifitas fisik pada lansia
1.1.1.2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan tenaga kesehatan dibidang keperawatan gerontik
dengan masalah gout atritis
1.1.1.3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk mahasiswa
keperawatan guna meningkatkan ilmu pengetahuan dibidang
pendidikan keperawatan gerontik
1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Judul Karya Ilmiah Jenis


NO Variabel Hasil
Dan Penulis Penelitian
1. Hubungan Antara Variabel bebas : Penelitian ini Hasil uji statistic

Nyeri Gout Arthritis Nyeri gout menggunakan menggunakan Chi Square di

Dengan Kemandirian atritis metode dapatkan p value = 0,000

Lansia Di Puskesmas Variabel terikat : penelitian yang berarti p < 0,05

Towuntu Timur Kemandirian dengan jenis sehingga dapat dikatakan

Kecamatan Pasan penelitian bahwa ada hubungan antara

Kabupaten Minahasa survey analitik, nyeri gout arthritis dengan

Tenggara dan kemandirian lansia di

Ribka Seran menggunakan Puskesmas Towuntu Timur

Hendro Bidjuni pendekatan Kecamatan Pasan

Franly Onibala cross sectional Kabupaten Minahasa

Tenggara. Berdasarkan

distribusi responden
2. Hubungan Aktivitas Variabel bebas : Penelitian ini Hasil penelitian ini

Fisik Dengan Kadar Aktivitas fisik menggunakan diperoleh data bahwa

Asam Urat Di Variabel terikat : metode mayoritas responden

Padukuhan Bedog Kadar asam urat penelitian non- memiliki aktivitas fisik yang

Trihanggo Gamping eksperimen, berat yaitu 32 responden

Sleman Yogyakarta yaitu penelitian (50,8%) dan sebagian besar

Mahmud Fauzi, deskriptif responden memilki kadar


Widaryati korelasi. asam urat yang tinggi yaitu

sebanyak 37 responden

(58,7%) . Hasil analisis

kendall’s tau sebesar 0,000

(p value <0,05) artinya ada

hubungan yang signifikan

antara aktivitas fisik dengan

kadar asam serta nilai

koefisien korelasi sebesar

0,458 yang artinya keeratan

hubungan dalam kategori

sedang.
3. Hubungan Antara Variabel bebas : Desain Hasil penelitian ini

Aktivitas Fisik Aktifitas fisik penelitian didapatkan 11 responden

Dengan Intensitas Variabel terikat : adalah analitik (35,48%) mengalami

Nyeri Sendi Pada Intensitas nyeri korelasi dengan intensitas nyeri berat, 21

Lansia Di Panti sendi pendekatan responden (67,74%)

Werdha Mojopahit cross sectional. aktivitas fisik aktif, dan dari

Kabupaten Mojokerto uji atatistik didapatkan hasil

(Correlation Of signifikansi 0,039, dimana

Physical Activity 0,039 lebih kecil dari 0,05

With Intensity Of sehingga H1 diterima yang

Joint Pain Geriatric At artinya ada hubungan antara


Panti Werdha aktivitas fisik dengan

Mojopahit In intensitas nyeri sendi pada

Mojokerto District) lansia di Panti Werdha

Pepin Nahariani, Mojopahit Kabupaten

Puput Lismawati, Heri Mojokerto

Wibowo

1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN


Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi definisi lansia, pembahasan tentang gout atritis dimana
terdiri dari definisi, klasifikasi, etiologi dan manifestasi klinik. Serta membahas
tentang karakteristik nyeri gout atritis dan keterhambatan aktifitas fisik pada
lansia
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan variabel penelitian, metode pengumpulan data,
waktu dan tempat penelitian, dan prosedur analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi analisis dari hasil pengolahan data dan pembahasan
mengenai hubungan nyeri gout atritis terhadap terhambatnya aktifitas fisik pada
lansia.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai