Materi Tutor
Materi Tutor
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Menurut Helmi (2014), Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma
maupun proses patologik.
a. Fraktur traumatik disebabkan oleh:
1. Kecelakaan kendaraan bermotor (50,8%)
2. Terjatuh (22,3%)
3. Kekerasan atau perkelahian (18,8%)
4. Kecelakaan kerja (2,8%)
5. Kecelakaan berolahraga (3,7%)
6. Kecelakaan lainnya (1,6%)
b. Fraktur Patologik
5
6
Gejala pada fraktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus
pendarahan oral, fungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada
fraktur terbuka, dan deformitas. Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula,
7
akan terlihat gerakan yang abnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan
mandibula menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian
besar fraktur mandibula terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan
jaringan keras atau lunak (Sukman, 2016).
2.4 Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka
maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
proliferasi menjadi oedem lokal dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup adalah dilakukan
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).
2.5 Komplikasi
Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas
komplikasi awal dan komplikasi lama yaitu, sebagai berikut:
2.5.1 Komplikasi awal
1. Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal
8
ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu, syok
neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena sakit yang hebat pada
pasien.
2. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi, CRT
(Cappillary Refill Time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang
lebar serta dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi pembidaian, perubahan posisi pada orang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.
3. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana tejadi
terjebaknyaotot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut
akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang menekan otot,
syaraf, dan pembuluh darah. Kondisi sindrom kompartemen akibat
komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan persendian
dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk sindrom
kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan
tungkai), pallor (pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan
pulsesessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak
baik, dan CRT > 3 detik (pada bagian distal kaki).
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) danmasuk
kedalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur tebuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan
OREF) atau plat.
5. Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.
9
fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang
disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur
pada prosesus koronoid terjadi karena adanya kontraksi refleks yang
datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab
terjadinya fraktur pada leherkondilar.Oikarinen dan Malstrom(1969),
dalam serangkaian 600 fraktur mandibula menemukan 49,1% fraktur
tunggal, 39,9 mempunyai dua fraktur, 9,4% mempunyai tiga fraktur,
1,2% , mempunyai 4 fraktur, dan 0,4% mempunyai lebih dari empat
fraktur.
Cara paling efektif dan aman adalah dengan meletakkan kain yang
bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan
dengan tangan atau dibalut dengan verban yang cukup menekan.
3) Syok
Syok bisa terjadi apabila orang kehilangan darahnya kurang lebih 30%
dari volume darahnya.Untuk mengatasi syok karena pendaharan
diberikan darah (tranfusi darah).
4) Cari trauma pada tempat lain yang beresiko (kepala dan tulang
belakang, iga dan pneumotoraks dan trauma pelvis).
Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan
pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat
mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7
jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan
antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka
(Mediarti, 2015).
13
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri pasien digunakan:
(1) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
(2) Quality of Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien. Apakah terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
sakit itu terjadi.
(4) Severity (Scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
(5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,
dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain.
15
2) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total
care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya
memperlibatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan :
(1) Keadaan Umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda vital seperti :
(a) Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,
kompos mentis tergantung pada keadaan pasien.
(b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut
(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan
baik fungsi maupun bentuk
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(a) Sistem integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, dan nyeri tekan
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,
tidak ada penonjoan, tidak ada nyeri kepala.
(c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan dada.
(d) Wajah
19
(k) Jantung
(1) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung
(2) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba
(3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2) Palpasi
Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba.
(3) Perkusi
Suara thympani, tidak ada pantulan gelombang
cairan.
(4) Auskultasi
Peristaltik usus normal kurang lebih 20 kali/menit
(m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tidak ada hernia, tak ada pembesaran limpa, tak ada
kesulitan BAB
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada
sistem muskuloskeletal adalah:
(1) Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain :
(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark)
(c) Fistula
21