BISNIS INTERNASIONAL
MANAJEMEN OPERASI GLOBAL
Disusun Oleh :
Kelompok 13
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan
makalah mengenai Manajemen Operasi Global.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang Manajemen Operasi Global ini
bisa memberi mafaat utaupun inpirasi pada pembaca.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Mengelola Rantai Pasokan Global.................................................................3
2.2 Rancangan Produk dan Jasa...........................................................................3
2.3 Pencarian Sumber Secara Global...................................................................4
2.3.1 Alasan Pencarian Sumber Secara Global................................................4
2.3.2 Pengaturan Pencarian Sumber Global.....................................................5
2.3.3 Pentingnya Pencarian Sumber Global.....................................................6
2.3.4 Meningkatnya Penggunaan Pembelian Secara Elektronik Untuk
Pencarian Sumber Global.................................................................................6
2.3.5 Permasalahan Dengan Pencarian Sumber Global....................................7
2.4 Sistem Manufaktur.........................................................................................8
2.4.1 Teknik-Teknik Produksi Canggih Untuk Meningkatkan Kualitas Dan
Menurunkan Biaya............................................................................................8
2.5 Six Sigma.....................................................................................................10
2.7 Standarlisasi dan Manajemen Operasi Global..............................................11
2.7.1 Organisasi Dan Susunan Kepegawaian.................................................12
2.7.2 Pengendalian....................................................................................13
2.7.3 Perencanaan.....................................................................................14
2.8 Hambatan dalam Standardisasi Operasi Global...........................................14
2.9 Sistem Manufaktur Lokal.............................................................................16
2.9.1 Rancangan Sistem Manufaktur..............................................................17
ii
2.9.2 Operasi Sistem Manufaktur...................................................................18
BAB III..................................................................................................................21
STUDI KASUS......................................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring usaha perusahaan untuk masuk kepasar global, persaingan global semakin
meningkat. Hal ini membuat manajemen perusahaan internasional maupun
domestik mencari cara untuk menurunkan biaya sambil tetap meningkatkan
produk dan jasa mereka agar tetap berdaya saing. Terkadang hasil yang
diharapkan bisa diperoleh melalui perbaikan didalam opersi yang sudah berjalan,
seperti program six sigma yang akan dibahas didalam bab ini. Namun terkadang
peningkatan daya saing dilakukan dengan membuat perusahaan membuka operasi
baru atau memindahkan operasi yang sudah berjalan di luar negeri atau mencari
alternatif di luar sumber-sumber tenaga kerja, bahan baku, atau input lain yang
saat ini diambil dari sumber diluar perusahaan. Pilihan ketiga melibatkan
outsourcing atau alih daya yaitu mempekerjakaan orang lain untuk melakukan
beberapa aktivitas yang bersifat non inti dan pengambilan keputusan dalam rantai
nilai perusahaan, tidak terus melakukannya didalam perusahaan. Umumnya,
perusahaan outsourcing menyediakan komponen kunci pemrosesan data, logistik,
penggajian, dan akuntansi, meskipun aktivitas apapun dalam rantai bisa di
serahkan ke pihak lain. Manajemen umumnya akan mencari bebrapa kombinasi
pilihan–pilihan berbada untuk meningkatkan daya saing internasional perusahaan.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi internasional
perusahaan sering kali disebut manajemen rantai pasokan. Dalam makalah ini,
kita akan membahas topik manajemen rantai pasokan global dan isu-isu kritis
dalam manajemen operasi global, termasuk pencarian sumber global, sistem
produksi, produktivitas dan kinerja operasi produksi internasional, dan isu yang
terkait dengan standarisasi global versus lokalisasi operasi internasional.
1
10. Bagaimana dua kelompok umum aktivitas yang harus dilakukan dalam
seluruh sistem manufaktur, yaitu aktivitas produktif dan pendukung ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep manajemen rantai pasokan
2. Untuk mengetahui hubungan antara rancangan dan manajemen rantai
pasokan
3. Untuk mengetahui lima pengaturan pencarian sumber global
4. Untuk mengetahui peningkatan peranan pembelian secara elektronik
terhadap pencarian sumber global
5. Untuk mengetahui pentingnya biaya tambahan untuk pencarian sumber
global
6. Untuk mengetahui sistem produksi just-in-time (JIT) dan masalah
potensial dengan implementasinya
7. Untuk mengetahui manufaktur tersinkronisasi dan pengubahsuaian massal
8. Untuk mengetahui sistem six sigma dan aplikasinya
9. Untuk mengetahui potensi standarlisasi global pada proses dan prosedur
produksi, dan identifikasi hambatan-hambatan dalam upaya standarlisasi
10. Untuk mengetahui dua kelompok umum aktivitas yang harus dilakukan
dalam seluruh sistem manufaktur, yaitu aktivitas produktif dan pendukung
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
rancangan yang baru di buat ke teknisi produksi perusahaan yang kemudian harus
mengatasi permasalahan terkait produksi yang sering kali disebabkan oleh
pengabaian mereka dari aktifitas rancangan awal.
Sebuah pendekatan alternatif untuk merancang adalah mempromosikan
partisipasi antar fungsi pada tahap merancang, sehingga membantu
mengidentifikasi dan menghindari banyaknya potensi dalam pencarian sumber,
manufaktur dan kesulitan lain yang bisa di kaitkan dengan rancangan tertentu.
Banyak perusahaan juga melibatkan perusahaan penting dalam aktifitas
perancangan untuk memastikan bahwa rancangan konsisten dengan kebutuhan
pelanggan. Menggunakan jenis pendekatan concurrent engineering ini
memungkinkan rancangan yang diajurkan menjadi subjek penilaian awal
mengenai biaya, kualitas, dan dimensi kemampuan untuk berproduksi, sehingga
meningkatkan efisiensi dan efektifitas aktifitas produksi dan manajemen rantai
pasokan berkelanjutan. Tentu saja, keputusan merancang sering kali harus
diintregasikan dengan penilaian berbagai pertimbangan rantai pasokan.
4
kualitas, rancangan yang dikirimkan, serta waktu dan metode pengiriman.
Pertimbangan lain meliputi keahlian manufaktr yang dibutuhkan untuk membuat
bahan baku atau komponen dan biaya tambahan karena tidak bisa mengambil
keuntungan dari sekala atau volume yang lebih besar yang mngkin dimiliki oleh
sebuah vendor. Dalam pembelian global, isu–isu ini diperkuat oleh faktor lain
seperti jarak rumah, perbedaan bahasa antara pembeli dan penjual, dan hukum
serta peraturan negara yang berbeda. Dari waktu kewaktu, banyak organisasi telah
mengembangkan kemampuan untuk mengelola tantangan – tantangan ini
sepenuhnya atau hanya sebagian, sehingga memungkinkan outsourcing global
menjadi pilihan yang layak dilakukan untuk peningkatan jumlah perusahaan. Jika
memungkinkan, perusahaan lebih baik melakukan outsourcing aktifitas sederhana
terlebih dahulu dan secara bertahap melakukan outsourcing aktifitas yang lebih
rumit karena baik agen outsourcing dan penyedia layanan mendapatkan
pengalaman.
Daya tarik pencarian sumber global adalah adanya pemasok dengan
peningkatan daya saing dalam hal biasa, kualitas, ketepatan waktu, dan dimensi
yang relefan lainya. Selain itu, kehadiran negara- negara industri berkembang
dengan tenaga kerja tidak terlatih yang murah dan berjumlah besar bisa
menyediakan sumber menarik pasokan untuk produk padat karya dengan
persyaratan keterampilan yang rendah. Hal ini membantu menjelaskan mengapa
banyak operasi yang relatif standart dan padat karya sudah berpindah dari negara
– negara industri maju yang biaya kerjanya lebih mahal.
Kemampuan untuk secara efektif dan efisien menggunakan sumber global telah
ditingkatkan oleh turunya biaya komunikasi, menyebar luasnya penggunaan alat
komunikasi seperti web, browser, dan gerak cepat perusahaan dalam
mengotomatisasi dan dijitalisasi data. Seiring makin banyaknya aktifitas operasi
perusahaan yang diotomatisasi menjadi lebih mudah dan lebih ekonomis untuk
melakukan outsoucing dalam aktifitas ini. Semakin banyak perusahaan yang
mulai bersaing dalam bisnis outsourcing, dan pelanggan juga semakin terbiasa
menggunakan layanan ini.
5
3. Proyek – proyek yang terikat kontrak, pabrik didalam negri mengirimkan
komponen untuk dibuat dan dirakit atau hanya dirakit oleh kontraktor
independen dipabrik yang terikat kontrak.
4. Kontraktor independen diluar negeri, umumnya ada pada industri pakaian
yaitu perusahaan yang tidak memiliki fasilitas produksi.
5. Produsen independen diluar negeri.
6
secara online supaya bisa dilihat oleh semua calon pemasok prospektif dan
pemasok bisa mengajukan penawaran harga tersendiri kepada pembeli.
b. Manfaat Sistem Elektonik Global
Berkurangnya kebutuhan untuk memperbaiki faktur yang diterima akibat
format yang salah atau informasi yang salah
Memotong jumlah faktur yang diperbaiki sebesar 70%
7
Spesialis impor perusahaan (5%)
Perbaikan produk yang tidak sesuai spesifikasi (0-15%)
b. Kerugian Lain, Satu kerugian yang seharusnya tidak dihadapi oleh
pengimpor adalah kenaikan harga yang disebabkan karena menurunnya
nilai mata uang lokal akibat dari fluktuasi nilai tukar. Contohnya, jika
pengimpor asal Amerika mengharuskan pengekspor menetapkan harga
dalam dolar, Pengimpor tidak memiki risiko nilai tukar. Namun, jika impor
perusahaan jumlahnya besar dan dolar tidak stabil, manajemen mungkin
menginginkan penetapan harga dalam mata uang asing. Dalam haI ini,
pejabat keuangan (chiefjinancial officer-CFO) perusahaan pengimpor
mungkin akan melindungi perusahaan dari risiko nilai tukar dengan
menggunakan salah satu teknik hedging. Hedging telah dilakukan selama
bertahun-tahun oleh perusahaan yang beroperasi secara internasional,
terutama jika bahan baku mereka terdiri dari satu komoditas atau lebih
yang diperdagangkan dalam pasar komoditas yang sudah mapan. Dalam
banyak hak, hedging tersebut tidak dilakukan untuk alasan spekulasi, tetapi
sebagai cara untuk melindungi perusahaan dari risiko fluktuasi harga yang
cepat.
8
keberhasilan penerapannya, dampaknya terhadap daya saing perusahaan
internasional bisa sangat mengesankan.
a. Meningkatkan Kualitas, Untuk meningkatkan kualitas, setiap orang dalam
satu organisasi-mulai dari manajemen puncak hingga pekerj a-harus
berkomitmen terhadap kualitas. Manajemen kualitas total (total quality
management-TQM), sebuah pendekatan manajemen menyeluruh di dalam
perusahaan untuk memastikan kualitas di seluruh organisasi, ditemukan di
Laboratorium Bell pada tahun 1920-an. Implementasi TQM membutuhkan
beberapa tim, dan salah satu tim yang diperlukan adalah lingkaran kualitas
(quality circle), sebuah ide dari Ishikawa, seorang ahli kualitas asal Iepang.22
Lihat bagaimana presiden Komatsu, pesaing Caterpillar asal Jepang,
menggambarkan penggunaan lingkaran kualitas dalam perusahaannya.
Tujuan dari lingkaran kualitas adalah untuk berpartisipasi dalam
bertanggungjawab atas tujuan kualitas dari tiap bagian: “Para anggota
lingkaran kualitas menyadari jangkauan kontribusipencapaian tujuan mereka
terhadap hasil departemen mereka, danjuga terhadap bisnis perusahaan secara
keseluruhan.”
b. 1. JIT dibatasi pada operasi yang memproduksi bagian yang sama secara
berulang-ulang sebab ini adalah sistem yang seimbang, yaitu seluruh
operasi dirancang untuk memproduksi dengan jumlah yang sama di setiap
bagian.
2. Oleh karena JIT adalah sistem seimbang, jika satu operasi berhenti,
maka seluruh lini produksi berhenti, tidak ada persediaan untuk
mempertahankan berjalannya operasi sebelumnya
3. Mencapai sistem yang seimbang merupakan hal yang sulit sebab
terdapat perbedaan kapasitas produksi di antara berbagai jenis mesin.
4. JIT membuat tidak ada penyisihan untuk kontingensi, sehingga setiap
bagian harus bebas cacat saat dikirimkan dan janji pengiriman harus
ditepati. Pemeliharaan pencegahan (terencana) preventive, (planned)
maintenance amat penting. Kerusakan mesin secara tiba-tiba akan
menghentikan seluruh proses produksi.
5. Banyak dibutuhkan trial-and-error untuk membuat sistem berjalan.
c. Manufaktur Tersinkronisasi, Permasalahan dengan JIT, terutama lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk instalasi dalam sistem manufaktur,
menyebabkan beberapa perusahaan menyadari bahwa dibutuhkan hal lain
untuk membantu mereka memperoleh pangsa pasar. Banyak yang beralih ke
manufaktur tersinkronisasi (synchronous manufacturing), juga disebut teori
kendala (theory of constraints-TOC ), sistem pengendalian penjadwalan dan
manufaktur yang berusaha menemukan dan menghapuskan atau
meminimalkan kendala apa pun untuk mencapai output produksi yang lebih
besar, seperti mesin, personal, alat, dan fasilitas. Output sistem ini ditentukan
9
oleh dan dibatasi untuk output operasi yang paling lambat (bottleneckhang
bekerja pada kapasitas penuh.
Manufaktur tersinkronisasi bertujuan untuk menyeimbangkan aliran
produk melalui sistem, yang membiarkan tingkat output dari berbagai operasi
tidak seimbang, tidak berusaha untuk mencapai sistem seimbang seperti JIT
yang kapasitas dari seluruh operasinya sama. Contohnya, dengan operasi
bottleneck berproduksi pada kapasitas penuh, mungkin hanya 60 persen
kapasitas yang dibutuhkan untuk operasi lain. Oleh karena tidak ada alasan
bagi operasi ini untuk memproduksi lebih dari 60 persen dari kapasitasnya,
maka operasi berhenti pada titik tersebut; yang akan terjadi adalah adanya
persediaan yang tidak seharusnya ada. Sebagaimana Yang terjadi di IIT,
karena pekerjaan dialokasikan pada setiap operasi, tidak pada seluruh sistem,
maka tidak perlu melakukan kerja lebih banyak dalam proses daripada yang
memang sudah dikerjakan. Persediaan juga bisa ditempatkan di dekat
bottleneck untuk menghindari penutupan dalam operasi krusial ini, dan
berbeda halnya dengan JIT, mungkin terkadang ada inspektur Pengendalian
kualitas untuk memeriksa input operasi bottleneck.
d. Pengubahsuaian Massal Pengubahsuaian massal (mass customization)
mengacu pada penggunaan sistem manufaktur fleksibel yang biasanya dengan
bantuan komputer untuk memproduksi dan mengirimkan produk dan jasa
yang sudah disesuaikan untuk pelanggan yang berbeda ke seluruh dunia.
Sistem ini umumnya mengombinasikan unit berbiaya rendah dan kecepatan
produksi tinggi yang terkait dengan proses produksi massal dengan
flelsibilitas terhadap pengubahsuaian untuk permintaan masing-masing
pelanggan. Sebagai sebuah pendekatan manufaktur, pengubahsuaian massal
telah ada setidaknya sejak Perang Dunia II, saat Toyota mulai
menggunakannya. Pengubahsuaian massal saat ini diterapkan secara beragam
oleh berbagai perusahaan di berbagai bidang, seperti komputer (Dell), kartu
ucapan (Hallmark), pakaian (LL. Bean), alas kakj (Adidas), cincin berlian
(adiamondisforever.com) dan mobil (LandRover).
Ada empat pendekatan dasar pengubahsuaian massal: (1) kolaboratif-
perusahaan membantu Pelanggan memilih fltur produk yang dibutuhkan; (2)
adaptif-perusahaan menawarkan produk standar yang bisa dimodiiikasi
sendiri oleh pengguna; (3) kosmetik-hanya penampilan produk Yang
disesuaikan, seperti pengemasan atau warna; dan (4) transparan-pelanggan
diberikan produk dan jasa yang sudah disesuaikan secara individu tanpa
mereka mengetahuinya, seperti antarmuka situs Web.
10
berkonsentrasi untuk menghapuskan variasi dan mengurangi kecacatan dari proses
pengerjaan, dan seiring berkurangnya output yang cacat, begitu pula biaya dan
siklus waktu, sehingga kepuasan pelanggan akan mengalami peningkatan.
Six Sigma secara harfiah artinya 3,4 kecacatan maksimum per satu juta,
dlbandmgkan dengan level dua atau tiga sigma (lebih dari 300.000 pengalaman
yang tidak memuaskan per satu juta kontak pelanggan) yang dioperasikan oleh
sebagian besar bisnis. Pernah diestimasikan bahwa hingga sepertiga pekerjaan
yang dilakukan di Amerika Serikat harus dikerjakan ulang dan biaya untuk output
yang berkualitas buruk ini mencapai 20 hingga 40 persen dari usaha total. Six
Sigma berusaha untuk mengatasi permasalahan ini.
Pendekatan Six Sigma terdiri dari lima langkah: mendefmisikan, mengukur,
menganalisis, memperbaiki, dan mengendalikan. Pendekatan ini dimulai dengan
mendefinisikan proses, menanyakan siapa pelanggan dan apa masalah mereka.
Karakteristik utama yang penting bagi pelanggan diidentifikasi bersama dengan
proses yang mendukung karakteristik tersebut. Selanjutnya, Six Sigma berfokus
mengukur proses, termasuk mengategorikan karakteristik utama, memverifikasi
sistem pengukuran, dan mengumpulkan data. Langkah ketiga adalah analisis,
mengubah data mentah menjadi informasi yang memberikan masukan ke dalam
proses dan mengidentifikasi penyebab yang mendasar dan paling penting atas
kecacatan atau permasalahan yang terjadi. Six Sigma lalu memfokuskan untuk
memperbaiki proses, termasuk mengembangkan solusi permasalahan,
mengimplementasikan perubahan, dan menilai apakah diperlukan perubahan
tambahan. Akhirnya, proses tersebut dikendalikan untuk mengawasi dan
mempertahankan kinerja dari waktu ke waktu. Intinya, Six Sigma adalah metode
untuk menciptakan sistem tanpa celah untuk membuat perbaikan berkelanjutan
dalam proses bisnis.
Dalam memilih proyek untuk Six Sigma, harus ada tautan yang jelas dengan
prioritas bisnis, sebagaimana yang tercermin dalam rencana operasi tahunan
perusahaan yang strategis. Sebuah proyek harus mewakili terobosan dalam hal
perbaikan yang signiiikan, baik dalam proses maupun hasil lini bawah, dengan
ukuran keberhasilan yang jelas dan kuantitatif. Proyek juga harus bisa
diselesaikan dalam waktu tiga hingga enam bulan (atau dibagi menjadi subproyek
pada durasi tersebut), agar bisa mempertahankan kemajuan dan kepentingan
perusahaan terhadap proyek itu.”
11
Ada alasan penting standardisasi global, berikut adalah bahasan mengenai
beberapa alasan tersebut:
12
ekonomi yang lebih besar dan memanfaatkan biaya produksi yang lebih
rendah di beberapa negara.
c. Rasionalisasi Rasionalisasi manufaktur (manufacturing ratiomlization),
sebagaimana strategi produksi ini disebut. melibatkan sebuah perubahan
manufaktur di anak perusahaan dari hanya untuk pasar nasionalnya sendiri
menjadi produksi komponen-komponen dalam jumlah terbatas yang
digunakan oleh seluruh anak perusahaan.
Agar rasionalisasi manufaktur memungkinkan, bauran produk harus
dirasionalisasi terlebih dahulu; yaitu perusahaan harus memilih untuk
memproduksi produk yang identik di seluruh dunia atau di seluruh
kawasan. Setelah hal ini dilakukan, setiap anak perusahaan bisa ditugaskan
untuk memproduksi komponen tertentu untuk pabrik asing lainnya,
sehingga mencapai volume yang lebih tinggi dengan biaya produksi yang
lebih rendah dibandingkan dengan yang mungkin terjadi apabila pabrik
memproduksi produk lengkap hanya untuk pasar nasionalnya. Jelasnya,
strategi ini tidak memungkinkan saat selera dan preferensi konsumen
berbeda antarpasar. Namun, untuk produk yang tidak terlalu berbeda,
rasionalisasi manufaktur mengizinkan adanya skala ekonomi dalam
produksi dan perancangan yang tadinya tidak akan mungkin.
d. Pembelian Saat anak perusahaan asing tidak dapat membeli bahan baku dan
mesin secara lokal, umumnya mereka mencari bantuan dari departemen
pembelian di kantor pusat. Karena Proses seragam di mana-mana
membutuhkan bahan baku yang sama, pembeli bisa menangani persyaratan
di luar negeri hanya dengan meningkatkan pesanan reguler mereka ke
pemasok yang biasa dan memberikan diskon volume ke anak perusahaan.
Namun, saat dibutuhkan bahan baku khusus, agen pembelian harus mencari
vendor baru dan membuat pesanan yang lebih sedikit, sering kali dengan
harga yang lebih tinggi.
2.7.2 Pengendalian
Seluruh keuntungan standardisasi global yang disebutkan di atas juga berkaitan
dengan fungsi-fungsi manajemen lain. Tiga aspek pengendalian-kualitas,
produksi, dan pemeliharaan-perlu dibahas lebih lanjut.
a. Pengendalian Kualitas Saat peralatan produksi serupa, pengendalian
kualitas oleh kantor pusat terhadap afiliasi asing lebih mudah sebab
manajemen bisa mendapati seluruh pabrik mengikuti standar yang sama.
Kantor pusat bisa membandingkan laporan berkaJa yang diserahkan oleh
seluruh afiliasi dan dengan cepat melihat penyimpangan dari norma yang
membutuhkan tindakan perbaikan, misalnya sejumlah besar produk yang
ditolak. Standar terpisah untuk setiap pabrik akibat perbedaan peralatan
tidak diperlukan.
13
b. Pengendalian Produksi dan Pemeliharaan Standar tunggal juga mengurangi
tugas pengendalian produksi dan pemeliharaan. Mesin yang sama
seharusnya memproduksi tingkat output yang sama dan memiliki frekuensi
pemeliharaan yang sama, tanpa mempertimbangkan lokasinya. Dalam
praktiknya, penyimpangan bisa teljadi sebab ada faktor manusia dan faktor
fisik (debu, kelembapan, suhu udara), tetapi setidaknya mesin yang sama
memungkinkan kantor pusat menetapkan standar untuk menentukan
efektivitas manajemen lokal. Lebih jauh, pengalaman pemeliharaan unit
produksi lain sehubungan dengan frekuensi turun mesin dan persediaan
suku cadang yang dibutuhkan akan membantu pabrik menghindari
penghentian yang merugikan dan tidak terduga akibat kerusakan
mendadak.
2.7.3 Perencanaan
Saat pabrik baru bisa dibangun sebagai duplikat dari pabrik lain yang sudah
berfungsi, perencanaan dan perancangan akan menjadi lebih sederhana dan lebih
cepat sebab pabrik-pabrik tersebut pada dasarnya merupakan pengulangan
pekerjaan yang sudah dilakukan:
1. Perancang hanya hanya perlu menyalin gambar dan daftar bahan yang
sudah ada dalam arsip (file) mereka.
2. Vendor akan diminta untuk melengkapi peralatan yang sudah pernah
mereka pasok sebelumnya.
3. Departemen teknis bisa mengirimkan spesiflkasi manufaktur terbaru tanpa
adanya perubahan.
4. Pelatih tenaga kerja yang berpengalaman dalam pengoperasian mesin bisa
dikirim ke lokasi baru tanpa harus menjalani pelatihan khusus mengenai
peralatan baru.
5. Perkiraan yang cukup akurat dari waktu pendirian pabrik dan output dapat
didasarkan dengan fasilitas yang ada.
Dengan kata lain, duplikasi pabrik yang sudah ada mengurangi waktu yang
dibutuhkan dalam perencanaan dan perancangan fasilitas baru secara signifikan
dan menghapuskan berbagai kesulitan pendirian awal yang lazim terjadi pada
operasi yang baru. Seberapa penting penghematan dari duplikasi pabrik
ditegaskan dalam penelitian industri bahan kimia dan penyulingan yang
mengindikasikan bahwa biaya transfer teknologi diturunkan sebesar 34 dan 19
persen untuk pendirian kedua dan ketiga.
14
mempunyai ukuran, mesin, dan prosedur yang berbeda sebab ada campur tangan
dari kekuatan lingkungan asing, terutama ekonomi, budaya, dan politik.
a. Kekuatan Ekonomi
Untuk mengatasi banyaknya variasi persyaratan produksi, perancang
umumnya memiliki pilihan untuk memilih antara proses padat modal yang
menggunakan mesin-mesin otomatis penghasil output semimanual atau
proses padat karya yang menggunakan lebih banyak orang dan peralatan
serba guna dengan kapasitas produksi yang lebih rendah. Mesin otomatis
sangat terbatas dalam hal fleksibilitas (variasi produk dan kisaran ukuran) ,
tetapi sekali dipasang, mesin dapat menghasilkan pasokan setahun dalam
waktu hanya beberapa hari saja. Permasalahan ini bisa dipecahkan dengan
memasang satu mesin dari jenis yang digunakan ratusan pabrik di negara asal
yang lebih besar. Namun, terkadang pilihan ini tidak ada, beberapa proses
hanya menggunakan satu atau dua mesin besar, bahkan difasilitas manufaktur
dengan output besar, hingga saat ini, jika pilihan tersebut tidak ada perancang
pabrik harus mmilih antara mesin khusus dan output tinggi dan serba guna
membutuhkan kemampuan yang dimilki oleh mesin khusus, mesin serba guna
biasanya menghasilkan produk berkualitas rendah dan biaya per unit lebih
tinggi dibandingkan dengan mesin khusus.
Alternatif ketiga yang tersedia, manufaktur yang terintregasi komputer
(computer intregated manufacturing – CIM), yang digunakan oleh banyak
perusahaan internasional. Namun biaya dan muatan teknologi tinggi
umumnya membatasi aplikasi dinegara-
negara industri dan negara berkembang yang lebih maju. Sistem CIM ini
memungkinkan sebuah mesin untuk membuat satu bagian semudah bagian
lainya dalam urutan yang acak berdasarkan intruksi dari alat pembaca kode
bar dari jenis yang digunakan di pasar swalayan. Hal ini mengurangi
kuantitas batch ekonomi menjadi satu, jumlah suku cadang minimum yang
bisa dibuat oleh pabrik secara ekonomis. Namun, ada keterbatasan dalam
variasi bentuk, ukuran, dan bahan baku yang bisa diakomodasi.
Faktor ekonomi lain yang memengaruhi pemilihan proses oleh perancang
adalah biaya produksi. Otomatisasi cenderung meningkatkan produktifitas
para pekerja karena membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit yang
menghasilkan output per mesin yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika output
yang mengharuskan mesin dioperasikan hanya pada waktu tertentu, tingginya
biaya modal peralatan otomatis ini bisa membuat biaya produksi terlalu besar
meskipun biaya tenaga kerja turun. Ketika biaya produksi lebih
memungkinkan penggunaan peralatan semimanual, perancang mungkin
terpaksa untuk memasang mesin berkapasitas tinggi karena kurangnya luas
bangunan. Umumnya, ruang yang dibutuhkan mesin berkapasitas tinggi lebih
kecil dari
15
yang dibutuhkan oleh banyaknya mesin semimanual untuk memproduksi
jumlah output yang sama. Namun, karena jenis kualitas bahan baku yang
tepat di perlukan bagi mesin khusus, maka teknisi tidak bisa
merekomondasikan peralatann ini jika bahan yang dibutuhkan tersebut tidak
bisa didapatkan dari sumber lokal maupun impor.
b. Kekuatan Budaya
Saat pabrik dibangun disebuah negara industri maju yang memiliki pasar
berukuran besar dan biaya tenga kerja tinggi, proses padat modal tanpa
diragukan akan digunakan, namun, proses tersebut juga bisa digunakan di
negara berkembang yang umumnya kekurangan pekerja yang memiliki
keterampilan meskipun terdapat
pasokan tenaga kerja yang berlimpah. Situasi ini akan mendorong
perusahaan menggunakan mesin khusus karena meskipun dibutuhkan
beberapa personel yang memiliki keterampilan tinggi untuk pemeliharaan
dan pemasangan, pekerjaan menjalankan mesin- mesin ini bisa dikerjakan
oleh pekerja yang tidak memiliki keterampilan setelah diberikan pelatihan
yang cukup. Sebaliknya serba guna membutuhkan operator yang memiliki
kemampuan lebih tinggi.
Para operator ini bisa di latih di sekolah teknik tetapi rendahnya prestise
pekerjaan semacam ini merupakan sebuah karakteristik budaya yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran pendidikan kejuruan. Para siswa
tidak memintanya dan sikap yang menjadi kebiasaan para penyelenggara
pendidikan dibanyak negara berkembang mngakibatkan sumber daya
diarahkan langsung kependidikan profesional bukan keperdagangan.
Variabel ekonomi dan budaya ini merupakan sesuatu yang sangat penting,
bukanlah salah satunya pertimbangan bagi manajemen.
c. Kekuatan Politik
Saat merencanakan fasilitas manufaktur baru dinegara berkembang,
manajemen sering kali dihadapkan dengan sebuah paradoks yang menarik.
Meskipun negara tersebut amat membutuhkan peciptaan lapangan kerja yang
mengutamakan proses padat karya, para pegawai pemerintah sering memaksa
untuk menggunakan peralatan modern. Kesombongan lokal tampaknya
penyebab hal ini atau mungkin karena ingin melihat ekspor perusahaan baru,
para pejabat ini yakin bahwa hanya pabrik dengan teknologi canggih yang
bisa bersaing dipasar global. Mereka bukan hanya enggan untuk mengambil
kesempatan dari alternatif atau yang belum teruji, tetapi juga mungkin mrasa
bahwa teknologi dengan produktifitas rendah akan membuat negara akan
tergantung pada negara- negara industri maju.
16
2.9 Sistem Manufaktur Lokal
17
Penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi bisa diperoleh
dengan perencanaan bahan baku yang matang. Manajer operasional sering
kali tidak bisa mengapresiasi bahwa penanganan bahan baku dapat
menyebabkan cadangan berlebihan persediaan suku cadang yang sebagian
selesai menumpuk dibeberapa stasiun kerja, sementara dimesin mahal lainya
menganggur karena kekurangan pekerjaan. Hal ini juga mengkhawatirkan
para pemasar karena penanganan bahan baku yang buruk bisa mengakibatkan
keterlambatan pengiriman dan kerusakan barang yang pada akhirnya akan
mengakibatkan pembatalan pesanan dan kehilangan pelanggan. Oleh karena
itu, pemasar harus disertakan dalam pendekatan pengendalian kualitas total.
4. Unsur Manusia
Efektifitas sitem manufaktur tergantung pada manusia yang pada giliranya
dipengaruhi oleh sistem itu pula. Produktifitas menjadi buruk ketika kondisi
cuaca sangat panas atau dingin, kebisingan yang berlebihan atau kesalahan
pencahayaan. Warna juga memengaruhi perilaku manusia, warna yang pucat
memberikan perasaan tenang dan tidak mengganggu, sementara warna terang
menarik perhatian.
Untuk keamananan dan kemudahan operasi pengendalian mesin – mesin
yang diimpor harus diubah secara berkala untuk menampung lebih sedikit
pekerja. Alat- alat ekstra yang tidak diperlukan dinegara asal mungkin
dibutuhkan.
18
vendor mengenai pentingnya tanggal pengiriman dan spesifikasi.
Peningkatan harga yang harus dibayar dan mengirimkan teknisi untuk
membantu vendor umumnya akan memperbaiki situasi ini.
2. Koordinasi penjadwalan produksi yang buruk memperlambat
pengiriman produk jadi. Kekuatan budaya dari sikap terhadap
kewenangan dan perbedaan besar antara tingkat pendidikan dibanyak
negara umumnya menimbulkan adanya jurang pemisah antara manajer
dan pekerja. Permasalahan budaya lainya adalah keinginan untuk
menyenangkan semua orang dan keengganan perencanaan jangka
panjang. Selain itu dikarenakan pasar dinegara berkembang lebih kecil
dari pada dinegara maju.
3. Tingkat ketidak hadiran (absensi) selalu menjadi masalah bagi para
manajer produksi dimanapun dalam memenuhi standar produksi, moral
rendah yang mengakibatkan absensi tinggi akan terjadi ketika manajer
asing yang berusaha memperkenalkan manjemen partisipatif yang
dibutuhkan untuk manufaktur tersinkronisasi tidak bisa berperan
sebagai pengayom yang diinginkan oleh sebagian besar pekerja
dinegara berkembang. Terlalu sering manajer ekspatriat menyikapi
absensi tinggi dan produktifitas rendah dan tidak berusaha untuk
memperbaikinya. Namun, manajer yang mnerapkan seluruh cara yang
korektif digunakan dinegara asalnya membuat penyesuaian untuk
lingkungan asing jika dibutuhkan terbukti berhasil.
b. Kualitas Produk yang Lebih Rendah
Kualitas yang baik itu relatif. Apa yang dianggap sebagai kualitas baik
di negara maju bisa saja sebenarnya berkualitas buruk ketika kurangnya
kemampuan pemeliharaan dan operasi yang mengharuskan bantalan
yang lebih longgar dan suku cadang yang kuat, tetapi lebih banyak
bagian yang susah digerakkan. Jika produk atau jasa memuaskan tujuan
pembelian, pembeli menganggapnya memiliki kualitas bagus.
Standar kualitas produk tanpa alasan, hal ini adalah tanggung jawab
pemasar setelah mempelajari target pasar untuk memilih kombinasi
harga kualitas yang mereka yakini paling tepatuntuk memuaskan pasar.
Berdasarkan informasi ini, standar kualitas harus ditetapkan untuk
bahan baku yang baru masuk, barang dalam proses, dan produk jadi.
Standar produk jadi yang ditetapkan oleh kantor pusat
denganpertimbangan untuk menjaga reputasi global bisa mengakibatkan
sebuah produk terlalu mahal untuk pasar lokal.
c. Biaya Pabrikasi yang berlebihan
Setiap biaya produksi yang melebihi anggaran biaya dianggap
berlebihan dan tentunya menjadi perhatian dari manajer pemasaran dan
keuangan, serta personel produksi. Proyeksi penjualan yang terlalu
19
optimis, kegagalan pemasok untuk memenuhi tanggal pengiriman,
kegagalan
pemerintah mengeluarkan izin impor untuk bahan baku pokok secara
tepat waktu, dan terhentinya air atau padamnya listrik yang tidak
terduga adalah beberapa alasan yang menyebabkan output lebih rendah
dari yang diharapkan. Manajer selalu berusaha untuk selalu membatasi
persediaan bahan baku, suku cadang untuk mesi – mesin pabrik, produk
jadi dan para manajer yang menggunakan sistem manufaktur
tersinkronisasi memiliki tujuan untuk mengeliminasi seluruh
persediaan. Namun, saat terjadi ketidakpastian persediaan , cadangan
ini bisa dengan cepat tidsak terkendali . produksi cenderung
menghasilkan input yang berlebihan untuk menghindari pengeluaran
akibat perubahan jadwal produksi saat barang baku yang digunakan
untuk produksi telah habis.
3. Aktivitas Pendukung, Setiap sistem manufaktur mengharuskan unit-unit
staf melakukan aktivitas pendukung yang penting untuk operasinya. Dua
diantaranya yaitu pengendalian kualitas dan pengendalian persediaan .
a. Pembelian, Manufaktur tergantung pada departemen pembelian untuk
pengadaan komponen suku cadang, pasokan, dan mesin yang dibutuhkan
untuk memproduksi barang jadi. Ketidakmampuan untuk memperoleh
bahan baku saat dibutuhkan bisa mengakibatkan penutupan produksi yang
merugikan dan kehilangan penjualan. Jika pembeli setuju pada harga yang
lebih tinggi dari yang dibayarkan pesaing, perusahaan harus menjual
produk jadi pada harga yang lebih tinggi dan mau menerima keuntungan
yang lebih sedikit.Jika fungsi pembelian adalah untuk menyesuaikan
seluruh sisa operasi global perusahaan, fungsi ini harus bertindak sesuai
dengan cara manajer produksi dan sebagai komponen pokok dalam
mencapai manajemen rantai pasokan global yang terintegrasi.
b. Pemeliharaan, Fungsi kedua pendukung manufaktur adalah
pemeliharaan bangunan dan peralatan. Tujuan dari manajemen
pemeliharaan adalah memastikan tercapainya tingkat produksi yang bisa
diteriam, dan biaya untuk mencapainya bisa cukup substansial. Ada dua
alternatif utama untuk mengatasi masalah pemeliharaan. Pilihan pertama
adalah pemeliharaan terencana atau pemeliharaan pencegahan. Tujuannya
disini adalah untuk mencegah kerusakan sebelum terjadi, sebab
memperbaiki kerusakan lebih mahal dan mengganggu jadwal produksi.
Alternatif kedua adalah pemeliharaan keerusakan, yaitu saat sebuah mesin
atau elemen lain dalam proses produksi rusak akan segera diperbaiki.
c. Fungsi Teknis, Fungsi departemen teknis adalah untuk menyediakan
manajemen operasi dengan spesifikasi manufaktur. Manajer teknis afiliasi
adalah figur utama dalam mempertahankan kualitas produk sehinga
merupakan figur yang sangat berpengaruh dalam memilih sumber
20
pasokan. Perusahaan global dan multidomestik melakukan apa saja untuk
memengaruhi pemerintah negara tuan rumah dan mitra usaha patungan
karena kebutuhan untuk menempatkan salah satu pagawainya diposisi ini.
21
BAB III
STUDI KASUS
Terdapat pasar yang besar dan berkelanjutan untuk toko pelumas dan tune-
up mobil. Permintaan ini diakibatkan perubahan pola pembelian konsumen yang
didorong oleh berkembang pesatnya tempat pengisian bahan bakar yang
dioperasikan sendiri (self-service gas station). Konsumen sekarang mengisi
sendiri bahan bakarnya, membuat penghentian kedua yang perlu untuk
melakukan lubrikasi dan penggantian oli. Sebagai konsekuensinya, Mini-lube,
Mobil-lube, Jiffy-lube, dan perusahaan lainnya mengembangkan sebuah strategi
untuk menyesuaikan diri pada peluang ini.
Stasiun Minit-Lube melakukan penggantian oli, lubrikasi dan pembersihan
interior dalam lingkungan yang bersih. Bangunannya bersih, dicat dengan warna
putih, dan kadang kala dikelilingi oleh taman yang dihias dengan rapi. Untuk
memudahkan layanan cepat, mobil bisa dijalankan berbaris tiga. Pada Minit-lube,
pelanggan disambut oleh karyawan perwakilan servis lulusan sekolah Minit-Lube
di Salt Lake City. Sekolah ini bukanlah seperti Universitas McDonald’s
Hamburger dekat kota Chicago atau sekolah pelatihan Holiday Inn’s di kota
Memphis. Karyawan selanjutnya mengambil pesanan, biasanya mencakup
pesanan untuk pengecekan cairan (oli, air, oli transmisi, pelumas) tindakan
fabrikasi, serta penggantian saringan oli dan udara. Personalia servis yang
berpakaian seragam akan menindaklanjuti pengerjaan pesanan. Team standard
yang terdiri atas tiga orang berbagi tugas yakni satu orang mengecek level cairan,
satu orang bertugas membersihkan bagian interior dengan alat penghisap
debu dan membersihkan jendela mobil, dan yang ketiga bertugas pada pit garasi
melakukan penggantian saringan udara, mengeluarkan oli bekas, mengecek
transmisi dan kardan serta melakukan lubrikasi seperlunya.
22
cairan, proses vacuum (pembersihan interior) akan mengurangi pergerakan
pekerja. Karena itu proses penyelesaian kerja bisa menjadi lebih cepat.
6. Manajemen rantai pasokan : Pada Minit-lube, pembelian sebaiknya
dilakukan melalui negosiasi pembelian partai besar untuk bisa mendapatkan
harga dan perlakuan transaksi khusus. Juga kemasan produk yang dibeli
mempertimbangkan ruang yang akan dipakai untuk penempatannya.
7. Strategi sumberdaya manusia dan desain pekerjaan : Minit-lube dapat
memfokuskan pada perekrutan pekerja dalam jumlah yang sedikt, melatihnya
untuk tugas yang akan dijalankan sserta melakukan supervise melekat selama
proses pelatihan.
8. Manajemen persediaan : Investasi untuk persediaan pada Minit-lube
harusnya relative rendah dengan tingkat perputaran yang tinggi.
9. Penentuan Jadwal : Dengan strategi penentuan jadwal, fluktuasi jumlah
permintaan perbaikan oleh nasabah dapat dikelola dengan baik. Dalam cara
ini tetap terjaga hubungan baik dengan nasabah.
10. Pemeliharaan : Bisnis minit-lube melibatkan sedikit peralatn. Karena itu
tindakan maintenance bisa relatif lebih mudah. Disamping itu, penerapan
sistem tiga anggota tim bisa tetap menjaga proses berjalan saat terjadi kendala
pada satu bagian tugas.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
25